Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup srhat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Program
prioritas pembangunan kesehatan pada periode tahun 2015-2019 dilaksanakan
melalui program Indonesia sehat dengan mewujudkan paradigma sehat,
pengaturan pelayanan kesehatan , dan jaminan kesehatan nasional. Upaya
mewujudkan paradigma sehat ini dilakukan melalui pendekatan keluarga dan
gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) (Kemenkes RI, 2018).
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status
kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas
pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan,
obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan
(Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan data World Health Statistic (WHS) diperkirakan sekitar 830
wanita meninggal setiap harinya karena komplikasi selama kehamilan atau
persalinan. Secara global, di seluruh dunia angka kematian Ibu (AKI) adalah
216 per 100.000 kelahiran hidup dan diharapkan pada tahun 2030 menjadi dari
70 per 1000.000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah
dengan deteksi dini Antenatal Care dan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan
intervensi medis. Sedangkan Angka Kematian Balita (AKABA) ditahun 2017
secara global adalah 43 per 1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematiam
Neonatal (AKN) adalah 19 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2017).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan pada periode tahun 1994-
2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, tahun
1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 202 sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Namun pada tahun 2012, Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukan penurunan
menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2017. Kematian anak di Indonesian menunjukkan adanya penurunan
pada semua kematian anak. Kematian neonatum dari 19 per 1.000 kelahiran
hidup menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, Kematian bayi turun dari 32 per
1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan kematian
balita dari 40 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2017).
Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2017 di Provinsi Sumatera
Selatan 395 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebabnya yaitu pendarahan
(41,7%), diikuti oleh emboli paru (1 kasus), suspek syok kardiogenik (1 kasus),
eklampsia (1 kasus), suspek TB (1 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1
kasus). Sedangkan jumlah Angka Kematian Bayi Baru Lahir menunjukkan
AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup,
dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian antara lain
BBLR, down syndrome, infeksi neonatus, perdarahan intrakranial, sianosis,
kelainan jantung, respiratory distress syndrome, post op hidrosefalus dan
lainnya (Kemenkes RI, 2018).
Jumlah kematian ibu tahun 2017 di Kota Palembang berdasarkan laporan
sebanyak 7 orang dari 27.876 kelahiran hidup. Penyebabnya kematian
terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan 72% (5 orang), dan terendah
adalah perdarahan 14% (1 orang). Sedangkan penyebab kematian ibu lainnya
adalah gangguan metabolik (DM) yaitu sebanyak 1 (satu) orang. Sedangkan
target RPJMD adalah 100/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota
Palembang, 2017).
Angka Kematian Bayi (AKB) untuk Kota Palembang, berdasarkan
laporan program anak, jumlah kematian bayi di tahun 2017 sebanyak 29 kasus
kematian yang terdiri dari 20 bayi neonatus (0 s.d 28 hari) dan 9 bayi (29 s.d 11
bulan) dari 27.876 kelahiran hidup. Penyebab kematian antara lain adalah
diare, pneumonia, Asfiksia, BBLR, kelainan kongenital, dan lainnya (Dinkes
Kota Palembang, 2017).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit


yang menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan
merupakan infeksi virus. Penderita akan mengalami demam, batuk, dan pilek
berulang serta anoreksia. Di bagian tonsilitis dan otitis media akan
memperlihatkan adanya inflamasi pada tonsil atau telinga tengah dengan jelas.
Infeksi akut pada balita akan mengakibatkan berhentinya pernapasan sementara
atau apnea (Meadow, 2013).
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Menurut para
ahli, daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem
pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila dalam satu rumah anggota keluarga
terkena pilek, balita akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak yang
lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. Resiko ISPA
mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, akan tetapi
menyebabkan kecacatan seperti otitis media akuta (OMA) dan mastoiditis.
Bahkan dapat menyebabkan komplikasi fatal yakni pneumonia (Anonim,
2010).
Pertumbuhan balita yang tercermin pada status gizi dapat dipantau
melalui grafik pertumbuhan berdasarkan standar tertentu misalnya World
Health Organization-The National Center Health Statistics (WHO-NCHS).
Apabila terjadi perubahan grafik pertumbuhan, baik dalam pertumbuhanmassa
tubuh maupun pertumbuhan linier, yang keduanya menjurus ke arah penurunan
grafik bila dibandingkan dengan standar, maka dikatakan mengalami
goncangan pertumbuhan (growth faltering) (Satoto, 2010).
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran
pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran
pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis, dan
pneumonia yang dapat berlangsung selama 14 hari.Batas waktu 14 hari
diambiluntuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut.Saluran
pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta oragan
seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura (Depkes, 2012).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Angka mortalitas ISPA
mencapai 4,25 juta setiap tahun di dunia. ISPA juga merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%- 60%) dan rumah sakit
(15%-30%). Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang
lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan
menengah (WHO, 2017).
Salah satu negara berkembang dengan kasus ISPA yang tinggi adalah
Indonesia. Indonesia selalu menempati urutan pertama penyebab kematian
ISPA pada kelompok bayi dan balita .Di Indonesia, kejadian ISPA tertinggi
berada pada Provinsi Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh
(30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Sedangkan
di Provinsi Jawa Tengah masih tergolong tinggi dibandingkan dengan provinsi
lain, yaitu sebanyak 15,7% (Kemenkes RI, 2017).
Pada tahun 2017, situasi terkini Penyakit ISPA memang terdapat
peningkatan kasus ISPA sebesar 10%-20 % karena adanya kenaikan kunjungan
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas dengan
keluhan ISPA. Di provinsi Sumatera Selatan terdapat beberapa kab/kota yang
rawan terhadap kabut asap sehingga penanggulangannya lebih difokuskan
disana dikarenakan merupakan sumber kebakaran hutan dan lahan dan terdapat
titik api yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah lainnya, diantaranya
Kab Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Muara Enim,
dan Kota Palembang yang mendapatkan kiriman asap dari daerah tersebut. Di
Provinsi Sumatra Selatan jumlah kasus ISPA banyak diderita pada usia Balita
sebanyak 11.661 penderita ( 52 % ) (Profil Kesehatan Provinsi Sumatra
Selatan, 2017),
Jumlah kasus ISPA di Kota Palembang pada tahun 2017 terjadi
perubahan pada jumlah perkiraan penderita ISPA pada balita sebelumnya
ditahun 2016 penderita ISPA sebanyak 89.87% dan sekarang di tahun 2017
penderita ISPA pada balita yang ditemukan dan ditangani naik menjadi 91.02%
(Dinkes Kota Palembang, 2017).
ISPA disebabkan karena bakteri, virus, jamur dan rickettsia. Bakteri yang
dapat menyebabkan ISPA paling banyak ialah Haemophilus influenza dan
Streptoccocus pneumonia. Selain itu, terjadinya ISPA juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, gizi buruk; polusi udara dalam ruangan (indoor air
pollution); BBLR; kepadatan penduduk; kurangnya imunisasi campak; dan
kurangnya pemberian ASI eksklusif (Kemenkes RI, 2012).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis murumuskan masalah
yaitu “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada An “D” dengan ISPA di
Puskesmas OPI Palembang Tahun 2019?”
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada An
“D”dengan ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Puskesmas OPI
Palembang Tahun 2019menggunakan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengumpulan data subyektif pada An “D” dengan
ISPA di Puskesmas OPI Palembang Tahun 2019.
b. Mampu melaksanakan pengumpulan data obyektif pada An “D”dengan
ISPA di Puskesmas OPI Palembang Tahun 2019.
c. Mampu menganalisis dan menentukan diagnosa pada An “D”dengan
ISPA di Puskesmas OPI Palembang Tahun 2019.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada An
“D”dengan ISPA di Puskesmas OPI Palembang Tahun 2019.
e. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada
An“D”dengan ISPA di Puskesmas OPI Palembang Tahun 2019.

D. Manfaat Penulis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian
untuk meningkatkan pengetahuan pesertadidik dan dapat digunakan sebagai
bahanre frensi bagi maha siswa STIKes Muhammadiyah Palembang jurusan
Kebidanan dalam pembuatan laporan tentang ISPA.
2. Bagi Puskesmas OPI
Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan atau
masukan informasi mengenai pengetahuan mengenai gangguan system
pernapasan yaitu ISPA.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan dan menambah
pengetahuan penulis khususnya asuhan kebidananmengenaigangguan
sistempernapasan yaitu ISPA.

Anda mungkin juga menyukai