Anda di halaman 1dari 1

Laudya Chintya Bella

Membuka Diri
Di film terbarunya, Bukan Bintang Biasa, dia tak cuma berakting, tapi juga menyanyi. Bersama Chelsea Olivia,
Ayushita, Raffi Ahmad, dan Dimas Beck yang tergabung dalam grup vokal Bukan Bintang Biasa, dia juga membuat
album soundtrack.
Kembali Bella mendapat cibiran karena dianggap tak memiliki dasar sebagai penyanyi profesional. ”Ada yang
bilang aji mumpung, jualan tampang, vokal paspasan, bahkan fals. Saya tak peduli, yang penting maju terus dan
berkarya,” tekad artis yang juga membintangi film horor Lentera Malam ini.
Jika menuruti kata hati, berhenti di tengah jalan ketika menghadapi
tantangan, dia pasti tak akan merengkuh kesuksesan. Semuanya untuk
terus berkarya tak hanya berbuah popularitas. Gadis kelahiran 24 Februari
1988 ini bahkan berhasil meraih berbagai penghargaan bergengsi atas
perannya sebagai Biyan dalam Virgin.
April 2005, Bella merebut gelar Aktris Terpuji Festival Film
Bandung (FFB), mengalahkan Marcella Zalianty dan Lidya Kandouw. Dia
juga dinobatkan sebagai ”Rising Star” di ajang MTV Movie Award 2005.
Pada tahun yang sama, dia menjadi nomine pemeran utama terbaik wanita
di Festival Film Indonesia (FFI).
Sebelum terjun ke film, Bella lebih dikenal sebagai pemain sinetron.
Sejak tahun 2002, bungsu dari tiga bersaudara ini sudah main sinetron,
antara lain, Senandung Masa Puber, Cinta Hilang Cinta Kembali, Juragan
Jengkol, Virgin, Seminggu Tujuh Cinta, dan Apanya Dong. Dia juga
mendukung variety show Extravaganza ABG di Trans TV.
Merasa modal aktingnya cukup, Bella mencoba ikut kasting Virgin.
Saat itu dia masih duduk di bangku kelas III SMA Harapan Bunda. Dia
masuk 10 besar. ”Ternyata saya beruntung diterima sebagai pemeran
utama,” katanya. Bella sadar, dunia akting cukup menjanjikan. Maka dia
serius. Dia berguru pada Eka D Sitorus, pengasuh Sakti Acting School
Jakarta. Sebelum berguru akting, dia hanya berbekal rasa percaya diri dan
dukungan ibunda.
Bella bukan berasal dari keluarga seni. ”Nggak tahu, turunan darah siapa. Malah waktu kecil, saya pemalu.
Saya nggak berani memulai obrolan dengan orang baru. Pokoknya parah deh. Semua berubah setelah saya remaja,”
cerita Bella. Untung saja dia punya saudara sepupu yang jadi bintang iklan. Dia sering diajak menemani pemotretan.
Lambat laun, dia mengenal pergaulan lebih luas dan berani membuka diri. Sampai akhirnya, kehidupan berubah sejak
sang mama diam-diam mengirimkan foto Bella ke majalan Kawanku. ”Saya jadi juara II pemilihan model,” kata bintang
iklan sandal dan obat jerawat ini.
Sejak itu, dia mulai jadi bintang iklan. Tawaran sinetron pun datang, tapi dia tolak karena tinggal dan bersekolah
di Bandung. ”Susah kalau harus tiap hari bolak balik Bandung-Jakarta,” cerita Bella yang pindah sekolah ke Jakarta
setelah lulus SMP.
Selama bermain sinetron dan film, dia selalu mendapatkan peran protagonis. ”Jadi cewek baik hati, polos,
dimarahi-marahi terus. Saya ingin peran antagonis. Tapi sampai sekarang belum pernah dapat.”
Bella juga sangat peduli perkembangan film Indonesia. Dia mengatakan, masyarakat adalah bagian yang turut
menentukan mati-hidup perfilman. ”Saya pikir, film-film nasional tak kalah bagus dari film luar negeri,” ujar Bella.
Kemajuan film Indonesia, imbuhnya, juga ditentukan seberapa besar apresiasi masyarakat terhadap film-film karya
anak negeri. ”Sehebat-hebat film, tanpa mendapat apresiasi dari masyarakat, tidak berarti apa-apa.”
Maka dia mengajak segenap masyarakat untuk terus menonton film Indonesia. ”Saya berharap film Indonesia
bisa dibanggakan dan menjadi lahan berkreasi anak bangsa.”

1. Identitas Tokoh 2. Keistimewaan tokoh 3. Prestasi Tokoh


a. Nama tokoh a. Kebiasaan hidup a. Bidang yang ditekuni
b. Alamat b. Sikap hidup b. Hasil maksimal yang telah dicapai
c. Tempat lahir c. Cita-cita hidup c. Rencana pengembangan4ews4e pretasi
d. Tanggal lahir
e. Pendidikan
f. Hobi
g. Moto
h. Cita-cita
i. Prestasi
j. Bacaan favorit

Anda mungkin juga menyukai