Anda di halaman 1dari 10

Makalah Hasil Penyuluhan

“Gizi Pada Jama’ah Haji”

DISUSUN OLEH :

DHELA NINGRUM ARYANTI (20170302056)


JIHAN MEIZHAHRAH AZVIA (20170302108)

NOVILIANY (20170302031)

NUR DEWI RACHMAWATI (20160302045)

NUR FITRIANA (20170302049)

RIRI MELINDA (201432063)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN

ILMU GIZI

2017/2018
Daftar Isi
Daftar isi
Bab I : Pendahuluan………………………………………………………….
1.1 latar belakang ……………………………………………………………
1.2 rumusan masalah ………………………………………………………...
1.3 tujuan
Bab II : pembahasan
2.1 pengertian haji
2.2 Menghitung Kebutuhan Gizi

2.3 Menyiasati kebutuhan gizi di tanah suci

2.4 Kondisi jamaah calon haji dengan penyakit penyerta

Bab III : penutup


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Haji merupakan suatu ibadah wajib bagi seorang muslim dewasa yang dianggap mampu.
Ibadah ini banyak menuntut kegiatan fisik dan didukung oleh faktor perubahan cuaca yang
ekstrim misalnya musim dingin atau musim panas, sehingga menjadikan haji merupakan
aktivitas yang cukup berat. Kesiapan fisik, mental dan pemahaman akan kesehatan diperlukan
untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal. Salah satu cara untuk mencapai kondisi tersebut
melalui makanan bergizi. Kebutuhan nutrisi dan cairan selama di tanah suci harus
diperhitungkan dengan baik. Musim dingin dengan kelembaban rendah dapat menyebabkan
dehidrasi bila tidak diiringi dengan pemenuhan cairan yang cukup. Nutrisi disesuaikan dengan
ada tidaknya penyakit penyerta pada jamaah calon haji, misalnya diabetes mellitus, hipertensi,
gastritis, atau sirosis hati. Pada akhirnya, melalui pemenuhan nutrisi dan cairan yang optimal,
didapatkan kesehatan yang optimal pula, sehingga kerinduan untuk mencapai haji mabrur tentu
lebih mudah terlaksana.

1.2 Rumusan Masalah


Pengertian haji ?
Menghitung kebutuhan gizi jamaah haji ?
Contoh menu sehari makanan jamaah haji ?
Menyiasati kebutuhan gizi di tanah suci ?

1.3 Tujuan
Dapat mengetahui pengertian haji
Dapat mengetahui kebutuhan gizi jamaah haji
Dapat meberi tahu makanan yg sesui kebutuhan gizi
Dapat memberi tahu kebutuhan gizi jamaah haji selama ditanah suci
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian haji
Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan paling tidak sekali seumur hidup bagi setiap
muslim dewasa yang mampu, baik dari sisi ilmu, kesehatan fisik dan ataupun keuangan. lbadah
haji sejatinya adalah suatu ibadah fisik spiritual yang terencana dan terprogram. Kesiapan mental
dan pemahaman akan kesehatan perlu untuk menjamin kelancaran ibadah haji. Dengan kesehatan
yang optimal, kerinduan untuk mencapai haji mabrur tentu lebih mudah terlaksana.

Kesehatan, bagaimanapun adalah modal yang tidak dapat ditawar, dalam perjalanan ibadah
haji. Kegiatan jamaah calon haji di Arab Saudi termasuk kegiatan fisik yng berat. Untuk itulah,
kondisi tubuh yang optimal harus dipenuhi oleh setiap jemaah haji. Untuk mencapai kondisi
tersebut, tentunya makanan bergizi dalam jumlah yang cukup harus dikonsumsi agar para jamaah
calon haji mampu memenuhi kebutuhan tenaga yang dikeluarkan.

Kebutuhan gizi harus dihitung cermat dengan menyesuaikan terhadap aktivitas dan kondisi
perubahan suhu. Namun perlu diingat juga, kebutuhan gizi juga perlu disesuaikan dengan kondisi
jamaah calon haji itu sendiri, apakah disertai penyakit penyerta atau tidak. Penyakit penyerta
misalnya diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, sirosis, ataupun penyakit lambung.
Diperlukan komunikasi dan kerja sama yang baik di antara dokter, jamaah calon haji, dan ahli
gizi dalam menentukan kebutuhan gizi dan bagaimana manajemen gizi yang sebaiknya
diterapkan. Tulisan berikut mencoba memaparkan bagaimana menyiasati kebutuhan gizi para
jamaah calon haji, baik dengan atau tanpa penyakit penyerta, khususnya selama di tanah suci.

2.2 Menghitung Kebutuhan Gizi

Idealnya, sebelum jamaah calon haji berangkat ke tanah suci, pemenuhan akan gizi yang
seimbang sudah dapat dilakukan. Makanan bergizi dapat membantu para jamaah calon haji
dalam mempertahankan kondisi tubuh agar tetap sehat dan prima. Setiap zat gizi mempunyai
fungsi yang khusus dalam tubuh. OIeh karena itu, sebaiknya semua zat gizi harus terdapat dalam
makanan sehari-hari. Pada prinsipnya, untuk menghitung kebutuhan kalori harian tiap individu,
dapat dimulai dengan menghitung kebutuhan kalori basal. Besarnya kebutuhan kalori basal
adalah 30 kalori per kilogram berat badan ideal untuk laki-laki, dan 25 kalori per kilogram berat
badan ideal untuk perempuan. Selanjutnya, dari kalori basal ini akan ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa faktor seperti usia, aktivitas, berat badan, dan lainnya, seperti terlihat
dalam tabel 1.
Perhitungan berat badan ideal didapatkan dengan menggunakan rumus Broca yakni dengan
mengurangi tinggi badan (dalam cm) dengan 100, kemudian dari nilai ini dikalikan 90%. Untuk
lelaki dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan perempuan di bawah 150 cm, tidak perlu lagi
dikalikan 90%.

Berat Badan Ideal = 90% x (Tinggi Badan dalam cm – 100) x 1 kg.

Table 1. Faktor Koreksi Kebutuhan Kalori

No. Parameter Keterangan


1 Usia Usia 40 – 59 tahun (-) 5%
Usia 60 – 69 tahun (-) 10%
Usia di atas 70 tahun (-) 20%
2 Aktivitas Fisik Kondisi istirahat (+) 10%
Aktivitas ringan (+) 20%
Aktivitas sedang (+) 30%
Aktivitas sangat berat (+) 50%
Kegiatan ibadah haji, dapat kita masukkan kategori
berat – sangat berat.
3 Berat badan (berdasarkan Jika kegemukan (-) 20 hingga 30%
IMT) Jika kurus (+) 20 hingga 30%
(TB dalam meter)
BB kurang < 18,5
BB normal 18,5 – 22,9
BB lebih > 23
4 Suhu tubuh (+) 10% setiap kenaikan suhu 1 C

Kebutuhan karbohidrat berkisar 45% - 65% total asupan kalori. Kebutuhan protein harian
sebesar 1,2 gram per kilogram atau dapat dihitung yakni sebesar 10% – 20% total asupan energi.
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20% – 25% kebutuhan kalori. Sedangkan untuk kebutuhan
cairan, umumnya dibutuhkan 30 – 40 ml per kilogram berat badan atau 1 – 1,5 ml per kilokalori
dari kalori yang diberikan setiap hari. Kita ambil sebuah contoh, seorang jamaah calon haji laki-
laki usia 50 tahun, tidak disertai penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit
jantung, penyakit hati atau lainnya. Dari pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat, diketahui
berat badan 60 kg dan tinggi badan 170 cm. Perhitungan kebutuhan kalori pasien ini diringkas
dalam tabel dua berikut.
Tabel 2. Simulasi Perhitungan Kebutuhan Kalori: Lelaki usia 50 tahun dengan berat
badan 60 kg.

No. Faktor Koreksi


1 Berat badan ideal 90% x (170 – 100) x 1 kg = (90% x 70)kg = 63 kg
2 Indeks Massa Tubuh 60 kg = 20,7 → BB normal
(1,7 m)²
3 Kebutuhan kalori basal Laki‐laki → 30kkal x 63 kg = 1890 kkal
4 Faktor koreksi Usia 50 tahun → (-) 50%
Aktivitas berat → (+) 40%
IMT Normal → 0
Total koreksi (+) 35% → 35%x1890 kkal = 661,5 kkal
5 Total kebutuhan kalori (1890 + 661,5) kkal = 2551,5 kkal → dibulatkan menjadi
2500
kkal per hari.
Karbohidrat → 60% x 2500 kkal = 1500 kkal
Protein → 20% x 2500 kkal = 500 kkal
Lemak → 20% x 2500 kkal = 500 kkal
6 Kebutuhan cairan ml per kilokalori yang diberikan = 1 x 2500 = 2500 ml per
hari

Langkah selanjutnya adalah menerapkan kebutuhan kalori tersebut menjadi bentuk menu
dengan menggunakan daftar padanan bahan makanan. Pilihan daftar menu ada baiknya
dikonsultasikan bersama dengan ahli gizi. Tabel tiga akan menunjukkan contoh pilihan menu
harian untuk jamaah calon haji.

Table 3. Contoh Menu Harian Jama’ah Calon Haji

No. Waktu Menu Keterangan


1 Makan Pagi o Nasi
(07.00 – 08.00) o Telur dadar -
o Urap
2 Selingan Pagi o Juice buah Sebelom ke masjid
(10.00 – 10.30) o Biskuit / buah segar
3 Makan Siang o Nasi biryani
(12.00 – 12.30) o Donner kebab (ayam/sapi) Setelah sholat zhuhur
o Pecel sayur
o Buah segar
4 Selingan Sore o Kue donat Setelah sholat ashar
( 16.00 – 16.30)
5 Makan Malam o Nasi / kentang goreng
(19.00 – 19.30) o Ayam panggang turki Setelah sholat magrib / isha
o Mentimun
o Sambel & kerupuk
o Buah segar

2.3 MENYIASATI KEBUTUHAN GIZI DI TANAH SUCI

Umumnya para jamaah calon haji, selama di Makkah dan Madinah membeli makanan
berupa makanan sudah jadi atau makanan siap santap. Meski sebagian ada juga yang memilih
memasak makanan sendiri. Kemungkinan besar jamaah haji akan mengalami perbedaan
kebiasaan makan termasuk mengenal berbagai jenis hidangan atau bahan makanan baru yang
terdapat di Arab Saudi, namun pada prinsipnya, tidak jauh berbeda dari pilihan makanan yang
biasa dikonsumsi di Indonesia. Penting diketahui, bahwa akan terdapat beberapa perbedaan
kondisi yang akan dihadapi jamaah calon haji. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dokter,
khususnya dalam penentuan kebutuhan gizi termasuk kebutuhan cairan jamaah calon haji
tersebut. Beberapa kondisi khusus tersebut antara lain aktivitas fisik yang cukup berat, kondisi
cuaca atau perubahan suhu, dan kondisi-kondisi dimana terdapat penyakit penyerta pada diri
jamaah calon haji.

AKTIVITAS FISIK

Aktivitas fisik yang cukup berat selama menjalani prosesi ibadah haji, harus menjadi
perhatian dalam menentukan kebutuhan gizi. Seperti telah diuraikan sebelumnya, perlu ada
penambahan kebutuhan kalori yang disesuaikan dengan derajat aktivitas, dimana dalam hal ini,
ibadah haji dapat kita golongkan sebagai aktivitas kategori berat. Untuk itu, penambahan koreksi
sebesar 30%–50% dari kebutuhan kalori basal penting diperhatikan. Selain kebutuhan kalori,
kebutuhan cairan jangan dilupakan. Dengan aktivitas sik yang berat, tentunya akan banyak
pengeluaran cairan tubuh lewat keringat. Disarankan, minimal 2–3 liter air selama tidak ada
kontraindikasi. Untuk memudahkan, sebaiknya kepada jamaah calon haji, kita sarankan untuk
minum minimal 1 gelas tiap jam meskipun tidak terasa haus.

KONDISI CUACA

Di Mekkah dan Medinah, perbedaan suhu antara siang hari dan malam hari dapat
sedemikian ekstrim. Saat ini di Mekah, tengah menghadapi musim panas yang mencapai
puncaknya pada bulan Juli dan Agustus. Bulan Oktober, umumnya merupakan masa peralihan
dari musim panas ke musim dingin.

• Musim Dingin

Pada musim dingin, diperkirakan suhu di Mekkah dan Jeddah dapat mencapai 14 C, bahkan
di bisa mencapai 2 C. Dalam kondisi udara dingin, umumnya orang mengurangi minum karena
khawatir harus sering ke kamar mandi. Justru kecenderungan ini kurang tepat. Mengapa? Udara
dingin dan kelembaban yang rendah justru akan meningkatkan proses penguapan tubuh. Tanpa
asupan cairan yang cukup, tubuh akan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan sehingga
tubuh rentan mengalami gangguan kesehatan. Untuk itu, kepada jemaah calon haji harus
dianjurkan untuk banyak mengonsumsi air minum dan buah-buahan segar yang banyak
mengandung air. Perlu diingat, bahwa orang kerap mengonsumsi kopi sebagai upaya penahan
dingin. Padahal, kopi justru meningkatkan diuresis, yaitu pengeluaran air kemih, yang justru
mendorong terjadinya dehidrasi. Untuk itu, sebaiknya kopi tidak dianjurkan banyak diminum
saat musim dingin.

• Musim Panas

Musim panas umumnya berlangsung mulai bulan Mei dan mencapai puncak pada bulan
Juli–Agustus. Suhu siang hari dapat mencapai 55 C. Dengan suhu tinggi, kelembaban udara yang
rendah, ditambah dengan aktivitas fisik, tentunya akan banyak merangsang pengeluaran cairan
melalui keringat. Oleh karena itu, sangat dianjurkan tetap banyak minum, minimal satu gelas tiap
jam.

2.4 KONDISI JAMAAH CALON HAJI DENGAN PENYAKIT PENYERTA

• Nutrisi untuk Jamaah Calon Haji dengan Hipertensi

Diet pada jamaah calon haji dengan hipertensi adalah membatasi atau menghindari makanan
yang banyak mengandung natrium misalnya makanan dengan kadar garam tinggi seperti
makanan berpengawet, makanan yang diasinkan, makanan dengan penyedap rasa ataupun
makanan yang diasapi. Untuk kasus hipertensi ringan, kadar natrium boleh diberikan berkisar
1000 – 1200 mg atau setara dengan satu sendok teh (4 gram) garam dapur.

• Nutrisi untuk Jamaah Calon Haji dengan Diabetes Mellitus

Diet pada penyandang diabetes mellitus, pada prinsipnya bertujuan untuk mempertahankan
kadar glukosa normal. Secara umum, serupa dengan perhitungan kebutuhan gizi yang telah
dijelaskan sebelumnya. Hanya saja, penyajian makanan sebaiknya dibagi dalam 3 porsi besar
yakni makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2–3 porsi makanan ringan (10%–
15%). Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman sebaiknya dihindari kecuali
penggunaan dalam jumlah sedikit sebagai bumbu. Jika kadar glukosa sudah terkendali, maka
diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan kalori total. Untuk pengganti
gula, dapat diberikan pemanis pengganti gula.
• Nutrisi untuk Jamaah Calon Haji dengan Sirosis Hati

Prinsip dalam pengelolaan diet pada penderita sirosis hati adalah menilai ada tidaknya
komplikasi ensefalopati hepatikum. Pada penderita sirosis hati tanpa ensefalopati hepatikum
Pada pasien sirosis tanpa ensefalopati, maka tidak diperlukan restriksi protein. Protein dapat
diberikan 1 – 1,2 gram per kilogram per hari. Karbohidrat sebaiknya diberikan dalam bentuk
karbohidrat kompleks tinggi kalori (30-35 kkal/kg/hari). Restriksi cairan umumnya tidak
dilakukan kecuali ada bukti terdapat hiponatremia.

• Nutrisi untuk Jamaah Calon Haji dengan Penyakit Jantung

Pada prinsipnya, pengelolaan nutrisi untuk jamaah dengan penyakit jantung adalah
pemberian makanan yang tidak memperberat kerja jantung. Misalnya dengan menerapkan diet
rendah natrium yang disesuaikan dengan berat tidaknya kondisi penderita. Asupan garam yang
diperbolehkan jika kondisi ringan adalah sekitar 2–3 gram per hari. Selain itu, perlu diperhatikan
pula pemberian cairan dan ada tidaknya kontraindikasi pemberian asupan cairan yang banyak.
Hal ini penting, mengingat aktivitas haji yang sarat kegiatan fisik membutuhkan banyak asupan
cairan untuk mencegah dehidrasi.

• Nutrisi untuk Jamaah Calon Haji dengan Gastritis

Pada prinsipnya, pengelolaan nutrisi untuk jamaah dengan gastritis adalah dengan
menghindari makanan yang merangsang sekresi asam lambung. Makanan yang sebaiknya
dihindari adalah makanan yang banyak mengandung gas (misal makanan berlemak, sawi, kol,
nangka, minuman bersoda), makanan yang merangsang sekresi asam lambung (kopi), dan
makanan yang mengandung cuka, pedas, dan bumbu yang merangsang karena dapat merusaka
dinding lambung secara langsung. Nutrisi bersifat individual, sebaiknya jamaah calon haji
dianjurkan untuk memakan makanan yang mereka mau dengan menghindari makanan yang
memberikan efek tidak nyaman pada lambung. Pemberian makan dengan porsi kecil dan sering,
ternyata sering tidak terbukti efektif dibandingkan makan tiga kali sehari.
BAB III

PENUTUP

Penyuluhan termasuk cara berkomunikasi atau kegiatan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
informasi yang kami sampaikan.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ibadah haji ternyata tidak hanya memerlukan kesiapan fisik, mental, ilmu, dan iman
semata. Seperti dijelaskan dalam kalimat pembuka ibadah haji bahwa haji adalah ibadah
yang terencana. Artinya, harus ada perencanaan yang matang, khususnya dalam masalah
kesehatan. Pembekalan informasi kesehatan yang cukup dapat menunjang pemahaman yang
baik akan kesehatan sehingga dapat tercapai kondisi kesehatan yang optimal. Pada akhirnya,
dengan kondisi kesehatan yang optimal, maka kerinduan untuk mencapai haji mabrur tentu
lebih mudah terlaksana.

(PDF) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan untuk Jemaah Haji. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/311810144_Kebutuhan_Nutrisi_dan_Cairan_untuk_Jemaah
_Haji [accessed Jul 11 2018].

Anda mungkin juga menyukai