Anda di halaman 1dari 13

HASIL PENELITIAN

“FAKTOR PEMBEGALAN DIDAERAH TANGGUMUS”


KABUPATEN LAMPUNG

TUGAS PENELITIAN AKHIR SEKOLAH SOSIOLOGI


YANG DISUSUN OLEH:

 AULIA NURRAHMAN

YANG DIBIMIBING OLEH:

 BAPAK NODIVEL YATMI S.pd

MAN 20 Jakarta

Jl. Dr. KRT. Radjiman WD. Kp. Rawa Badung Rt 011/007

Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Jakarta Timur

2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Kabupaten Tanggamus adalah salah satu kabupaten di Propinsi


Lampung, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Agung Pusat.
Kabupaten Tanggamus diresmikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1997, tanggal 21 Maret 1997. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.731,61 km²
dan berpenduduk sebanyak 536.613 jiwa dengan kepadatan penduduk 178
jiwa/km².Nama Kabupaten Tanggamus diambil dari nama Gunung
Tanggamusyang berdiri tegak tepat di jantung Kabupaten Tanggamus.
Sejarah perkembangan wilayah Tanggamus, menurut catatan yang ada pada
tahun 1889 pada saat Belanda mulai masuk di Wilayah Kota Agung, yang ada
pada saat itu pemerintahannya dipimpin oleh seorang Kontroller yang
memerintah di Kota Agung. Pada waktu itu pemerintahan telah dilaksanakan
oleh Pemerintah Adat yang terdiri dari 5 (lima) Marga yaitu:

1. Marga Gunung Alip (Talang Padang),


2. Marga Benawang;
3. Marga Belunguh;
4. Marga Pematang Sawa;
5. Marga Ngarip.
Masing-masing marga tersebut dipimpin oleh seorang Pasirah yang membawahi
beberapa Kampung.
Perkembangan selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
114/ 1979 tanggal 30 Juni 1979 dalam rangka mengatasi rentang kendati dan
sekaligus merupakan persiapan pembentukan Pembantu Bupati Lampung
Selatan untuk Wilayah Kota Agung yang berkedudukan di Kota Agung serta
terdiri dari 10 Kecamatan dan 7 Perwakilan Kecamatan dengan 300 Pekon dan 3
Kelurahan serta 4 Pekon Persiapan. Pada akhirnya Kabupaten Tanggamus
terbentuk dan menjadi salah satu dari 10 Kabupaten/ Kota yang ada di Propinsi
Lampung. Kabupaten Tanggamus dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 2
Tahun 1997 yang diundangkan pada tanggal 3 Januari 1997 dan diresmikan
menjadi Kabupaten pada tanggal 21 Maret 1997.
Sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat adat di Kabupaten
Tanggamus, pada tanggal 12 januari 2004 Kepala Adat Saibatin Marga Benawang
merestui tegak berdirinya Marga Negara Batin, yang sebelumnya merupakan
satu kesatuan adat dengan Marga Benawang. Pada tanggal 10 Maret 2004 di
Pekon Negara Batin dinobatkan kepala adat Marga Negara Batin dengan gelar
Suntan Batin Kamarullah Pemuka Raja Semaka V.
Dengan berdirinya Marga Negara Batin tersebut, masyarakat adat pada tahun
1889 terdiri dari 5 marga, saat ini menjadi 6 marga, yaitu : Marga Gunung Alip
(Talang Padang), Marga Benawang, Marga Belunguh, Marga Pematang Sawa,
Marga Ngarip, Marga Negara Batin.
Secara geografis Kabupaten tanggamus terletak pada posisi 104°18’ - 105°12’
Bujur Timur dan 5°05’ - 5°56’ Lintang Selatan. Luas wilayah 3.356,61 km2 yang
meliputi wilayah daratan maupun perairan. Satu dari dua teluk besar yang ada di
Propinsi Lampung terdapat di Kabupaten Tanggamus yaitu teluk Semaka dengan
panjang daerah pantai 200 km dan sebagai tempat bermuaranya 2 (dua) sungai
besar yaitu Way Sekampung dan Way Semaka. Selain itu Wilayah Kabupaten
tanggamus dipengaruhi oleh udara tropical pantai dan dataran pegunungan
dengan temperatur udara yang sejuk dengan rata-rata 28 °C.
Secara geografis Wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104°18’ –
105°12’ Bujur Timur dan antara 5° 05’ – 5°56’ Lintang Selatan. Kabupaten
Tanggamus bagian barat semakin ke utara condong mengikuti lereng Bukit
Barisan. Bagian Selatan meruncing dan mempunyai sebuah teluk yang besar
yaitu Teluk Semangka. Di Teluk Semangka terdapat sebuah pelabuhan yang
merupakan pelabuhan antar pulau dan terdapat tempat pendaratan ikan.
Batas-batas Wilayah administratif Kabupaten Tanggamus adalah sebagai
berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat dan


Kabupaten Lampung Tengah.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pringsewu
Kabupaten Tanggamus mempunyai luas Wilayah 2.855,46 Km² untuk luas
daratan ditambah dengan daerah laut seluas 1,799,50 Km² dengan luas
keseluruhan 4, 654,98 Km², dengan topografi wilayah bervariasi antara dataran
rendah dan dataran tinggi, yang sebagian merupakan daerah berbukit sampai
bergunung, yakni sekitar 40% dari seluruh wilayah dengan ketinggian dari
permukaan laut antara 0 sampai dengan 2.115 meter.  Potensi sumber daya alam
yang dimiliki Kabupaten Tanggamus sebagian besar dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian. Selain itu masih terdapat beberapa sumber daya alam lain
yang potensial untuk dikembangkan antara lain; pertambangan emas, bahan
galian seperti granit dan batu pualam atau marmer. Disamping itu juga terdapat
sumber air panas dan panas bumi yang memungkinkan untuk dikembangkan
menjadi pembangkit energi listrik alternatif.
Dalam hal ini saya membuat penelitian ini berdasarkan data yang saya
peroleh,dalam penelitian “FAKTOR PERILAKU BEGAL DI DAERAH
TANGGAMUS”yang sering terjadi didaerah tersebut yang membuat masyarakat
tidak nyaman.
1.2Latar Belakang

Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan


sejak lahir,warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku
kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria dapat
berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa
dilakukan secara tidak sadar, yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada
satu maksud tertentu secara sadar benar.

Masyarakat modern yang sangat kompleks itu menumbuhkan aspirasi materil


tinggi, dan sering disertai oleh ambisi sosial yang tidak sehat. Dambaan
pemenuhan kebutuhan materil yang melimpah, misalnya untuk memiliki harta
kekayaan dan barang mewah, tanpa mempunyai kemampuan untuk
mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk melakukan tindak
kriminal.

Dengan kata lain bisa dinyatakan: jika terdapat diskrepansi (ketidaksesuaian,


pertentangan) antara ambisi dengan kemampuan pribadi, maka peristiwa
sedemikian ini mendorong orang untuk melakukan tindak kriminal. Atau, jika
terdapat diskrepansi antara aspirasi dengan potensi  personal, maka akan terjadi
“maladjustment” ekonomis (ketidakmampuan menyesuaikan diri secara
ekonomis), yang mendorong orang untuk bertindak jahat atau melakukan tindak
pidana.

Pembegalan atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan


sejak lahir,warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku
pembegalan itu bisa dilakukan oleh siapapun juga. Dan peristiwa pembegalan
juga bisa dialami oleh siapa saja dan dimana saja, mau itu di pinggir jalan atau
pun di daerah sekitar rumah. Tindakan pembegalan bisa dilakukan secara
bersamaan, dalam arti dilakukan oleh sekelompok orang.Namun juga bisa
dilakukan oleh beberapa orang saja.

1.3RumusanMasalah

1. Apa kira-kira motif yang melatarbelakangi pelaku begal?


2. Bagaimana solusi mengatasi pembegalan tersebut?

1.4Tujuan:

 Memberikaninformasikepadamasyarakatmengenai pembegalan yang


terjadi di setiap wilayah Tanggamus.
 Memberikaninformasikepadamasyarakatmengatasi pembegalan dalam
aktivitas sehari-hari.
1.5 Manfaat Penelitian

A. Tujuan:
 Memberikaninformasikepadamasyarakatmengenaidampakpengangguran
bagikesejahteraan masyarakat.
 Memberikaninformasikepadamasyarakatmengenaicaramenanggulangipen
ganggurandemi kesejahteraanbangsa umumnya dan khususnya
Kotamadya Jakarta Timur.

B. Manfaat:
 Dapatmemberikansumbanganpemikiranbagipengembanganilmubagikehid
upan sosialdanekonomi.
 Dapatmemberikaninformasisebagailandasanbagimasyarakat.
BAB II

TEORI
2.1 Pengertian Begal

Menurut kamus bahasa indonesia, begal adalah penyamun. Membegal sendiri


memiliki dua makna; merampas di jalan dan menyamun. Proses, cara perbuatan
membegal; perampasan di jalan; penyamunan: disebut pembegalan.

 Pengangguran Menurut Para Ahli


1. England and West of Theft Act
Seseorang dinyatakan melakukan pembegalan ketika ia melakukan
pencurian atau perampasan dengan paksaan, demi membuat korban
tersebut takut.
2. Louise E. Porter mengenai Roberry
Pembegalan itu bisa ditujukan untuk mendapatkan barang komersil
(biasanya lebih terencana dan dalam jumlah besar) serta bisa pula
untuk barang personal.
3. Porter
Pelaku begal yang tujuannya untuk barang personal cenderung lebih
‘kejam’ atau hostile.
4. Porter dan Alison
Bahwa perilaku begal cenderung menunjukkan pola perilaku yang
bisa tergambarkan dalam empat dimensi: Dominance vs. Submission
serta Cooperation vs. Hostility. Pelaku dengan pola pertama, yakni
Dominance akan membuat korbannya benar-benar tidak berdaya.

BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum membahas rumusan masalah, adapun jenis-jenis dan macam-
macam dan pembahasan lainnya.

Jenis-jenis pembegalan:

 Berpura memberi tahu kepada target sasaran


 Berpura -pura sebagai seorang  teman dekat anda 

Macam-macam begal dan hukumnya menurut islam:

 apa bila begal itu membunuh tanpa mengambil harta maka hukumannya
dibunuh.
 apabila begal itu membunuh dan mengambil harta, maka hukumannya di
bunuh dan disalib .
 apabila begal itu hanya mengambil harta (tidak membunuh) maka
hukumannya dipotong tangan atau kaki secara bersilangan (tangan kanan
dan kaki kiri untuk pembegalan pertama, dan tangan kiri kaki kanan untuk
pembegalan kedua
 apabila begal itu hanya menakut-nakuti orang yang lewat tidak mengambil
harta dan membunuh maka hukumannya adalah dipenjara dan dita’zir.[6]

Tentunya permasalahan ini akan membawa dampak yang buruk Dampak-


dampak negatif lainnya, diantaranya
a. Mengakibatkan kerugian materi
b. Mengakibatkan luka fisik, baik luka berat maupun ringan.
c. Terjadinya trauma mendalam pada para korban.
d. Menjadi takut untuk berpergian atau pulang larut malam jika
sendirian.
e. Kehilangan harta bahkan dapat merenggut nyawa seseorang

Apa kira-kira motif yang melatarbelakangi pelaku begal?

 Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke remaja mengenai nilai-nilai moral


dan sosial.
 Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap
perilaku dan nilai-nilai anti- sosial.
 Kurangnya pengawasan terhadap remaja (baik aktivitas, pertemanan di
sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
 Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada remaja.
 Rendahnya kualitas hubungan orangtua-remaja.
 Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan
keluarga.
 Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
 Remaja tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur
otoritas lain.
 Perbedaan budaya tempat tinggal remaja, misalnya pindah ke kota lain
atau lingkungan baru.
 Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang
atau melakukan kenakalan remaja.

Bagaimana solusi mengatasi pembegalan tersebut?


1. Jika ingin berpergian jauh, kenali medan yang akan dilalui. Kalau masih
awam, lewat jalan utama yang cukup ramai atau ambil jalur paling dekat tapi
sudah paham kondisi di jalur yang dilewati.
2. Hindari melewati jalan sepi sekalipun dalam keadaan terpaksa. Apalagi
jika dilakukan malam hari, hal tersebut menjadi makin rawan kejahatan.
3. Bekali diri Anda dengan berbagai atribut keselamatan bekendara seperti
helm, jaket, hingga body protector. Berpakaian ala klub motor mungkin bisa
mengurungkan niat pelaku begal untuk melakukan aksi. Jika perlu, bawa alat
strum kejut untuk menjaga diri saat ada serangan yang tidak diharapkan.
4. Tidak dianjurkan keluar malam mulai dari pukul 23.00 hingga 04.00 pagi.
Ini adalah waktu rawan aksi pembegalan.
5. Dalam keadaan mencurigakan atau pelaku begal menghimpit kendaraan
Anda, jangan langsung berhenti mendadak. Pakai kaki Anda yang mendorong
motor pelaku sekuat mungkin, lalu kabur dengan keadaan motor tetap
terkendali. Segera cari tempat ramai atau nyalakan klakson untuk memancing
perhatian warga setempat.
6. Kalau pelaku memawa pistol atau senjata tajam, mungkin perlu pikirkan
keselamatan Anda. Boleh jadi memberikan harta yang Anda punyai saat itu
menjadi solusi. Tapi Anda mesti aktif dengan mengenali ciri-ciri pelaku, termasuk
nomor polisi kendaraannya, untuk nantinya Anda laporkan kepada polisi.

BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Pembegalan adalah  proses, cara, perbuatan perampasan di jalan. Pelaku – pelaku


pembegalan motor rata – rata usianya masih muda, bahkan pelaku pembegalan
motor ada yang masih bersekolah.

Akibat dari pembegalan motor :


o Mengakibatkan kerugian materi
o Mengakibatkan luka fisik, baik luka berat maupun ringan.
o Terjadinya trauma mendalam pada para korban.
o Menjadi takut untuk berpergian atau pulang larut malam jika
sendirian.
o Kehilangan harta bahkan dapat merenggut nyawa seseorang.

Cara menghindari aksi pembegalan motor yakni :


o Hindari Area Rawan
o Hindari berkendara sendiri
o Waspada
o Membawa Pengaman
o Tidak Panik

4.2  Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah agar selalu waspada dan
berhati – hati terhadap lingkungan di sekitar anda. Jangan mudah percaya
terhadap orang baru dikenal. Karena di zaman yang serba modern ini banyak
orang yang merasa kekurangan terhadap kebutuhan materil sehingga
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kebutuhan tersebut.

Apalagi pada saat ini pabrik motor sedang gencar-gencarnya berinovasi terhadap
produknya yang membuat kuota kendaraan terus bertambah. Persaingan terus
berlanjut, produk demi produk mereka kembangkan agar mengikat minat dari
banyak konsumen.

Oleh karena itu kita mesti sadar betul akan keselamatan diri kita dan orang lain,
berhati-hatilah dalam berkendara saling mengingatkan dan keep safety riding.
Agar kita dapat meminimalisir tindak kriminal.

Bukti gambar
Daftar Pustaka

http://kbbi.web.id/begal

http://news.okezone.com/read/2015/03/14/340/1118598/jaringan-begal-
rekrut-pelajar-jadi-anggota

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-
nasional/15/02/02/nj4pzc-himpitan-ekonomi-jadi-motif-utama-pembegalan

http://www.beritasatu.com/hukum/255472-psikolog-duga-pembegalan-
hanya-aksi-kriminal-perantara.html

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. IV; Jakarta: Balai


Pustaka, 1978). Zaiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia (Cet. IV;
Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985). Sidik Doedireja,  Kriminalitas (Bogor: Pelita, 1955)

Buku sosiologi.menurut para ahli sosiologi

Anda mungkin juga menyukai