Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Infeksi Jantung
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Infeksi Jantung
JANTUNG
PENDAHULUAN
Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri daripada tiga lapisan. Lapisan luar (epicardium), lapisan tengah
(myocardium), dan lapisan terdalam (endocardium). Myokardium adalah lapisan yang paling
tebal dan terdiri dari otot jantung. Endokardium merupakan lapisan terdalam.
a. Endokardium
Menutupi seluruh permukaan dalam jantung. Permukaan dilapisi endotel ; dibawah endotel,
subendotel terdiri dari lapisan tipis yang mengandung serat elastis dan otot polos. Lapisan
subendokardial, lapisan yang menyatu dengan miokardium dibawahnya, terdiri dari jaringan
ikat longgar. Lapisan ini banyak mengandung buluh darah, saraf dan cabang system hantar
rangsang jantung.
b. Miokardium
Miokardium atau otot jantung, bersifat lurik dan involenter, berkosentrasi secara ritmis dan
automatis, hanya terdapat pada miokard dan pada dinding pembuluh darah besar yang
langsung berhubungan dengan jantung. Dibawah mikroskop cahaya otot jantung terlihat
(serat otot jantung) sebagai satu satuan linier yang terdiri atas jumlah sel otot jantung yang
terikat ujung ke ujung pada daerah ikatan khusus yang disebut diskus interkalaria. Setiap sel
otot jantung mempunya panjang sekitar 100 um garis tengah 15 um, ujungnya sering terbelah
dua atau lebih, masing-masing cabang melekat pada sel-sel yang berdekatan.
c. Perikardium
Perikardium terbagi menjadi dua, yaitu :
- Perikardium Viseralis: pembungkus jantung yang melekat pada jaringan jantung
- Perikardium Parietalis: pembungkus jantung yang terletak disebelah luar perikardium
parietalis.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsung oleh demam rematik,suatu
penyakity sistemis yang disebabkan oleh infeksi streptokokus. Demam rematik
mempengaruhi semua persendian, menyebabkan poliartriris. Jantung juga merupakan organ
sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.
Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi,artinya jaringan tersebut tidak
mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organisme tersebut,namun hal ini
merupakan fenomena sensitifitas atau reaksi,yang terjadi sebagai respon terhadap
streptokokus hemolitikus.leukosit darah akan tertimbun pada jaringan yang terkena dan
membentuk nodul,yang kemudian akan diganti dengan jaringan parut.
Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasika dengan adanya tumbuhan kecil
yang transparan,yang menyerupai manik-manik dengan ukuran sebesar kepala jarum
pentul,tersusun dalam deretan sepanjang tepi bilah katup. Manik-manik kecil tadi tidak
tampak berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah katup,namun yang lebih sering
mereka menumbulkan efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang secara
bertahap menebalkan bilah-bilah katup,menyebabkannya menjadi memendek dan menebal
dibanding dengan bilah katup yang normal,sehingga tak dapat menutup dengan sempurna.
Sebagai akibatnya terjadilah kebocoran,keadaan ini disebut regurgitasi katup. Tempat yang
paling sering mengalami regurgitasi katup adalah katup mitral.
Pada klien lain,tepi bilah katup yang meradang menjadi lengket satu sama lain,
mengakibatkan stenosis katup,yaitu penyempitan lumen katup. Sebagian kecil klien dengan
demam rematik menjadi sakit berat dengan gagal jantung yang berat,disritmia serius,dan
pnemonia rematik.
Kebanyakan klien dapat sembuh dengan segera dan biasanya sempurna. Namun
meskipun klien telah bebas dari gejala,masih ada beberapa efek residual permanen yang tetap
tinggal yang sering menimbulkan deformitas katup progresif.
Beratnya kerusakan jantung atau bahkan keberadaanya,mungkin tidak tampak pada
pemeriksaan fisik selama fase akut penyakit ini. Namun,kemudian,bising jantung yang khas
untuk stenosis katup,regurgitasi,atau keduanya dapat terdengar pada auskultasi dan pada
beberapa klien bahkan dapat terdeteksi adanya thrill pada saat palpasi. Miookardium biasanya
dapat mengompensasi defek katup tersebut dengan baik sampai dengan beberapa waktu
tertentu. Selama miokardium masih bisa mengompensasi,klien masih dalam keadaan sehat
tanpa gejala dan keluhan.
FAKTOR PENCETUS
Faktor predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa
penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik, penyakit jantung
sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung, miokardiopati hipertrof obstruksi.
Endokarditi infeksi sering timbul pada penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal
jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang
terkena endokarditis adalah penyakit jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas
katub dan tetralogi fallop. Bila ada kelainan organik pada jantung, maka sebagai faktor
predisposisi endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imunosupresif atau sitostatik,
hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis militus, penyakit paru obstruktif
menahun, penyakit ginjal, lupus eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik
intravena.
Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi
dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran
pernapasan.
PENGKAJIAN
KeluhanUtama
Pada fase awal,keluhan utama biasanya sesak nafas dan nyeri tenggorokan. Sesuai
progresifitas penyakit endokarditis yang menggangu katup jantung,keluhan sesak nafas dan
kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
RiwayatPenyakitSaatIni
Pengkajian riwayat kesehatan ini meliputi:
Apakah terdapat penurunan respon imunologis terhadap infeksi seperti pada klien HIV /
AIDS
Apakah klien mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan
Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik infasif secara intrafena
Apakah klien mendapat pengobatan yang bersifat imunosupresif
Apakah klien pernah mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang
RiwayatPenyakitDahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dilakukan dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi tenggorokan atau infeksi sinus akut.
Riwayat minum obat,catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Juga pengkajian
adanya riwayat alergi obat,dan tnyakan reaksi alergi apa yuang timbul. Perlu dicermati,sering
kali klien,mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
RiwayatKeluarga
Perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,serta
apabila ada anggota keluarga yang meninggal,maka penyebab kematian juga ditanyakan.
PemeriksaanFisik
Breathing
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung biasanya klien terlihat
sesak,frekuensi nafas melebihi normal. Sesak nafas ini terjadi akibat pengeluaran tenaga yang
berlebihan dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik dari fentrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan
peningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak
bila sudah parah dapat timbul pada saat istirahat. Klien biasanya mengalami batuk.
Blood
Inspeksi
Inspeksi dilakukan terhadap adanya parut. Keluhan lokasi nyeri biasanya berada di
daerah substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada dan klien
sering mengalami ketidakmampuan menggerakkan bahu bdan tangan.
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah,panas tinngi(38,9-400C ) disertai menggigil.
Perkusi
Batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala sistemis
yang terjadi sesuai virulensi organisme yang menyerang. Bila ditemukan mur-mur poada
seseorang yang menderita infeksi sistemis,maka harus dicurigai adanya infeksi endokarditis.
Perkembangan mur-mur yang prigresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan
menunjukkan adanya kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup. Pembesaran
jantung atau adanya bukti (tanda dan gejala) gagal jantung kongestif.
Brain
Kesadaran biasanya compos mentis,sakit tenggorokan,kemerahan pada tenggorokan
disertai eksudat (awitannya mendadak) dan nyeri sendi dan punggung. Sinusitis akut dan
otitis media akut(mungkin karena streptokokus) dapat pula terjadi. Manifestasi sistem saraf
pusat mencakup sakit kepala,iskemia serebral transien atau sementara,dan stroke,yang
mungkin diakibatkan oleh emboli pada arteri setrebral.
Bladder
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu
memonitor adanya oliguria pada klien dengan infark miokardium akut karena merupakan
tanda awal syok kardiogenik.
Bowel
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah,tidak nafsu makan, berat badan turun.
Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri abdomen (lebih sering pada anak).
Bone
Meliputi pengkajian terhadap aktifitas dengan gejala kelemahan,kelelahan,tidak dapat
tidur,pola hidup menetap,dan jadwal olah raga tak teratur. Tanda yang dapat dikenali adalah
takikardia dan dispnea pada saat istirahat atau aktifitas. Hiegiene: kesulitan melakukan tugas
perawatan diri.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium
Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat,
immunoglobulin serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik
komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Aktual atau resiko nyeri yang berhubungan denagan penurunan suplai darah ke area
meokardium akibat sekunder dari penurunan perfusi.
2. Aktual atau resiko tinggi tidak efektif perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
tromboemboli atau kerusakan sekunder katup katup pada endokarditis.
3. Aktual atau resiko tinggi intoleransi aktifitas yang berhubunagn dengan ketidak seimbangan
antara sumplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
4. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,penurunan status
kesehatan,situasi krisis,ancaman atau perubahan kesehatan.
5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakiut,gambaran diri
yang salah, perbahan peran.
6. Kurangnya pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit, cara pencegahan terjadinya komplikasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan interfensi keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah
kebutuhan dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal dan mengurangi dampak
kekambuhan dari endokarditis rematik sehingga komplikasi yang paling parah dari kerusakan
katup dapat dikurangi.
Diagnosa
Potensial gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan trombu emboli atau kerusakan
sekunder katub-katub pada endokarditis.
Kriteria evaluasi:
Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat sesuai dengan kebiasaan individu seperti
kebiasaan makan, tanda-tanda vital yang pasti, kehangatan, tekanan nadi perifer,
keseimbangan intake dan output.
Tindakan keperawatan Rasional
Independen: Indikasi adanya emboli sistemik keotak.
Evaluasi status mental. Catat adanya
hemiparalisis aphasia, muntah, peningkatan
tekanan darah.
Kaji nyeri dada, dispnea yang tiba-tiba ditandai Emboli arterial pada jantung atau organ
dengan takipnea, nyeripleuritis, cyanosis.
penting lain dapat terjadi sebagai akibat
penyakit jantung atau disritmia kronik.
Kongesti vena dapat menunjukan tempat
thrombus pada vena-vena yang dalam dan
emboli paru.
Observasi oedema pada ekstremitas. Catat Inaktifitas / bedrest yang lama dapat
kecendrungan / lokasi nyeri, tanda-tanda menimbulkan terjadinya kongesti vena dan
Homan positif. trombosis vena.
Observasi adanya hematuria yang ditandai oleh Indikasi adanya emboli ginjal
nyeri pinggang dan oliguria.
Catat keluhan nyeri perut kiri atas menjalar Indikasi emboli kandung empedu
kebahu, kelemahan lokal, abdominalngiditas
Meningkatkan/mempertahankan bedrest sesuai Untuk membantu mencegah peyebaran atau
dengan anjuran perpindahan emboli pada pasien dengan
endokarditis. Pada bedrest yang lama (sering
dilakukan oleh pasien dengan endokarditis
dan miokarditis) beresiko untk mengalami
trombo emboli.
Kolaborasi Menggunakan sirkulasi perifer dan arus
balik vena dan mengurangi resiko thrombus
Gunakan stoking antiemboli sesuai indikasi
pada vena superfisial/vena yang lebih
dalam.
Berikan antikoagulan seperti heparin, warfarin Heparin dapat digunakan secara propilaksi
(coumadin) pada pasien dengan bedrest yang lama
seperti sepsis atau CHF dan sebelum atau
sesudah operasi penggantian katub. Catatan
heparin merupakan kontradiksi pada
perikarditis dan cardiac tamponade.
Coumadin adalah pengobatan jangka
panjang yang digunakan untuk setelah
penggatian katub atau pada emboli perifer.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN PERIKARDITIS
PATOFISIOLOGI
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan
memberikan respon sebagai berikut.
1. Terjadinya fasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium.
2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen atau
fibrin, di dalam cairan akan meningkat.
3. Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
4. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan disertai kalsifikasi lapisan perikardium viseral maupun parietal yang
menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat
pengembangan volume jantung pada fase diastolik. Salah satu komlikasi perikarditis paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat adalah tamponade. Tamponade jantung merupakan
akibat peninggian tekanan intraperikardium dan restriksi progresif pengisian ventrikel.
Etiologi Perikarditis
1. Penyebab idiopatik atau nonspesifik
2. Infeksi
a. Bakteri : streptokokus, stapilokokus, meningokokus, gonokokus
b. Virus : coxsakie, influenza
c. Jamur : riketsia, parasit
3. Kelainan jaringan ikat-sistemik lupus eritematosus, demam rematik, atritis rematik,
poliarteritis.
4. Keadaan hipersensitivitas-reaksi imun, reaksi obat, serum sicknes
5. Penyakit struktur disekitarnya-infark miokardium, aneurisma dissecting, penyakit pleura dan
paru (pneumonia)
6. Penyakit neoplasia
sekunder akibat metastasis dari kanker paru dan kanker payudara
leukemia
primer (mesotelioma)
7. Terapi radiasi
8. Trauma-cedera dada, pembedahan jantung, pemasangan pacemaker
9. Gagal ginjal dan uremia
10. Tuberkulosis
Komplikasi
1. Efusi pericardium
2. Tamponade jantung
Salah satu reaksi radang pada perikarditis adalah penumpukan cairan (eksudasi)
didalam rongga perikard yang disebut dengan efusi pericard.
Efusi perikard ditentukan oleh jumlah dan kecepatan pembentukan cairan perikard.
Efusi yang banyak atau timbul cepat akan menghambat pengisian ventrikel, penurunan
volume akhir diastolic sehingga curah jantung sekuncup dan semenit berkurang. Kompensasi
nya adalah takhikardia, tetapi pada tahap berat atau kritis akan menyebabkan gangguan
sirkulasi dengan penurunan tekanan darah serta gangguan perfusi organ dengan segala
akibatnya yang disebut tamponade jantung.
Bila reaksi radang ini berlanjut terus, perikard mengalami fibrosis jaringan parut luas,
penebalan, kalsifikasi dan juga terisi eksudat yang akan menghambat proses diastolic
ventrikel, mengurangi isi sekuncup dan semenit serta mengakibatkan kongesti sistemin
(perikarditis konstriktiva).
Tamponade Jantung
Penyebab tamponade paling sering adalah perdarahan ke dalam rongga perikardium
setelah suatu operasi jantung atau trauma, termasuk yang diakibatkan oleh perforasi selama
prosedur diagnostik : TBC dan tumor, yang kebanyakan adalah karsinoma paru dan payudara,
serta limfoma.
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 1000 cc bila pengumpulan cairan
tersebut berlangsung lambat, karena perikardium mempunyai kesempatan untuk meregang
dan menyesuiakan diri dengan volume cairan yang bertambah tersebut. Jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan tamponade bervariasi tergantung dari tebalnya miokardium
ventrikel, dan kebalikannya dengan tebalnya perikardium parietal. Lebih sering terjadi adalah
tamponade berlangsung lebih perlahan dan gejala klinisnya menyerupai gagal jantung,
termasuk dispnea, ortopnea, bendungan hati, dan hipertensi vena jugularis.
PENGKAJIAN
Keluhan Utama
Keluhan utama pada perikarditis adalah nyeri dada, pada efusi perikardium adalah
cepat lelah dalam beraktivitas.
Pemeriksaan Fisik
Bunyi gesekan perikardium adalah gejala fisik yang paling penting dan dapat
terdengar sampai 3 komponen pada tiap siklus denyut jantung. Kadang-kadang dapat
didengar lebih baik hanya dengan menekankan diafragma stetoskop lebih keras ke dinding
dada.
Tanda-tanda tamponade jantung, tekanan vena meningkat, hepatomegali dan edema
kaki juga dapat ditemukan. Bunyi jantung lemah, tapi dapat juga normal bila efusi perikard
berada dibelakang. Ewart’s sign yaitu perkusi pekak di bawah angulus skapula kiri bila efusi
perikard banyak.
Manifestasi klinis efusi kontriktif berupa lelah (fatique), dyspnea, d’effort, dan
perasaan berat prekordial. Gejalanya meliputi peningkatan tekanan vena, tekanan nadi normal
atau sedikit menurun, pulsus paradoksus. Foto Rongten toraks menunjukkan adanya
pembesaran bayangan jantung sedang EKG sama seperti perikarditis konstriktif.
Manifestasi klinis perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada berat,
distribusi, dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis konstruktif menurut
urutan, yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut, gangguan abdominal, lelah, ortopnea,
palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea. Gejala perikarditis menurut
urutan yang paling sering adalah peninggian tekanan vena jugularis, hepatomegali, asites,
edema, pulsus paradoksus, pericardial knock, sianosis, splenomegali, dan pericardial friction
rub.
Pemeriksaan Diagnostik
Foto Rontgen torak bisa normal bila efusi perikardium hanya sedikit, tetapi dapat
tampak bayangan jantung membesar seperti water-bottle dengan vaskularisasi paru normal
dan adanya efusi perikardium yang banyak.
Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan resprokal,
voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal atau hanya terdapat
gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa kronis idiopatik
dapat diobati dengan menggunakan indometasin atau kortikosol. Bila efusi perikardium
kronis tetap menimbulkan gejala keluhan maka perlu dipertimbangkan perikardiektomi.
Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera mungkin dapat
menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang cepat dan tepat untuk
menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya. Pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti
pemeriksaan katetarisasi jantung harus dilaksanakan.
Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, kien biasanya tanpa gejala,
atau mengeluh sesak dan kelemahan badan yang ringan dan dalam hal ini diagnosis
ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamik dan gejala klinis segera membaik
setelah dilakukan perikardiosentesis.
Perikardiosentesis
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi perikardium atau fungsi
perikardium. Fungsi perikardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan mencari etiologi
efusi sebagai penegakkan diagnosis dan tindakan invasif untuk pengobatan.
Intervensi Keperawatan
Ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru akibat sekunder dari
perubahan membran kapiler alveoli.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respons
sesak nafas.
Kriteria evaluasi : secara subjektif klien menyatakan oenurunan sesak nafas, secara ibjektif
didapatkan tanda vital dalam batas normal ( RR 16-20 x/menit ), tidak ada penggunaan otot
bantu nafas, analisa gas darah dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Berikan tambahn oksigen 6 lt/menit Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen
pada proses pertukaran gas.
Pantau saturasi (oksimetri ) pH, BE, HCO3 Untuk mengetahui tingkat oksigenasdi pada
dengan analisa gas darah ( AGD ) arteri. jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya
proses pertukaran gas.
Koreksi kesimbangan asam basa Mencegah asidosis yang dapat memperbberat
fungsi pemansan
Cegah aktelektasi dengan melatih batuk Kongesti yang berat akan memperburuk
efektif dan napas dalam proses pertukaran gas sehingga berdampak
pada timbulnya hipoksia
Kolaborasi : Meningkatnya kontraktilitas otot jantung
- RL 500 cc/24 jam sehingga dapat mengurangi timbulnya edema
- Digoxin 1-0-0 sehingga mencegah gangguan pertukaran gas.
Furosemide 2-1-0 Membantu mencegah terjadinya retensi
cairan dengan menghambat ADH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN MIOKARDIIS
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya
miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi,tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksin bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat
disebabkan infeksi,reaksi alergi,dan reaksi toksik.
Pada miokarditis,kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil
miosit. Toksin akan menghambat sintesis protein dan secaramikrokopis akan didapatkan
miosit dengan infiltrasi lemak,serat otot mengalami nekrosit hialin.
Beberapa organisme dapat menyerang dinding arteri kecil,terutama arteri korona
intramuscular yang akan memberikan reaksi radang perivaskular miokardium. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan kandida.
Sebagian kecil mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium yang
menyebabkan reaksi radang. Hal ini dapat terjadi pada toksoplasmosis gondii. Pada
trikinosis,sel-sel radang yang ditemukan terutama eosinofil.
PATOFISIOLOGI
Kerusakan miokardium oleh kuman-kuman infeksius ini dapat melalui tiga mekanisme
dasar sebagai berikut.
1. Invasi langsung ke miokardium.
2. Proses imunologis terhadap miokardium.
3. Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokardium viral ada dua tahap,fase pertama (akut) berlangsung kira-kira 1 minggu
(pada tikus) dimana terjadi invasi virus ke miokardium,replikasi virus dan lisis sel. Kemudian
terbentuk neutralizing antibody dan virus kan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan
bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system imun akan diaktifkan
antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokardium,akibat perubahan permukaan
sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapaaa bulan
dan diikuti kerusakan miokrdium dan yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusak sel-sel endotel dan
terbentuknyaantibodi endotel,diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskular. Walaupun
etiology kelainan mikrovaskular belum pasti,tetapi sangat mungkin berasal dari respin imun
atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi pda dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang antar
obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutannya matriks miokardium dan habisnya
otot jantung secara fokal menyebabkan rontokny serabut otot,dilatasi jantung,dan hipertrofi
miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan
biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung.
Manisfestasi klinis
a. Dipengaruhi jenis infeksi
b. Gejala ringan / tidak sama sekali
c. Hanya mengalami kesalahan dan dipsnea, bedebar-debar, tidak nyaman di dada dan perut
atas
d. Pemeriksaan klinis memperhatikan pembesaran jantung, suara jantung
Faktor resiko
Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur. Ada yang menduga miokarditis
terjadi 5-15% dari pasien dengan penyakit infeksi.(FKUI,1996). Demam reumatik sebagai
penyebab miokarditis sering terdapat di negara-negara berkembang.
Faktor predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa
penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik, penyakit jantung
sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung, miokardiopati hipertrof obstruksi.
Komplikasi
a. Kardiomiopati kongestif/dilated.
b. Payah jantung kongestif
c. Efusi perikardial.
d. AV block total.
e. Trombi Kardiak
Penatalaksanaan
Menurut (FKUI, 1999):
a. Perawatan untuk tindakan observasi.
b. Tirah baring/pembatasan aktivitas.
c. Antibiotik atau kemoterapeutik.
d. Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik
Pengobatan
a. Semua pasien dengan miokarditis akut sebaiknya dirawat untuk diobservasi.
b. Dianjurkan tirah baring untuk pembatasan aktifitas.
c. Pengobatan biasanya suportif dan ditujukan pada penyakit infeksi sistemik.
d. Terapi spesifik dapat diberikan antibodi atau kemoterapeutik yang sesuai dngan
penyebabnya.
e. Aritmia diobati dengan anti aritmia. Kadang-kadang diperlukan pemasangan pacu jantung.
f. Anti imflamasi nonsteroid, salisilat, ibuprofen, dan indometasin merupakan kontraindikasi
pada fase akut (2 minggu pertama), tetapi cukup aman bila di kosumsi pada fase-dase lanjut.
(FKUI,1996).
Pencegahan
Dapat dilakukan dengan imunisasi yang tepat dan penanganan awal sangat penting dalam
menurunkan isidensis miokarditis.setelah mengalami suatu episode biasanya masih tersisah
pembesaran jantung.aktifitas fisik harus di tingkatkan dengan perlahan dan tepat
PENGKAJIAN FOKUS.
Manifestasi klinis miokrditis sangat bervariasi dari yang tanpa keluhan sampai bentuk
bert berupa payah jantung kongestif yang fatal. Pada miokarditis viral,variasi keadaan ini
diduga sehubungan dengan kerentana secara genetic yang berbeda pada klien.
Sebagaian besar keluhan klien tidak khas,mungkin didapatkan rasa lemah,berdebar-
debar, sesak napas, dan rasa tidak enak didada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai
perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pectoris. Gejala
yang paling sering ditemukan adalah takikardia yng tidk sesuai dengn kenaikan suhu.
Jantung bisanya membesar,terutama bila sudah terjadi jantung kongesif atau dalam
keadan krdiomiopati kongestif/dilatasi
Tekana vena jugukaris meningkat dan pada auskultasi didapatkan bunyi yang melemah
,kadang-kadang ditemukan aritmia dn irama derap ventricular atau trial sert sistolik di apek.
Bentuk iniumumnya sembuh dengan sendirinya,tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk
kardiomiopati dn jug yng menjadikn penyebab aritmia,gangguan konduksi atau payah
jantung yang secar structural dianggap normal
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Pemeriksaan laboratorium.
Dijumpai leokositosis polimorfonuklear atau lomfosit yang dominan, bergantung pada
penyebabnya. Pada infeksi parasit ditemukan eossinofilia. Laju endap darah bisanya
meningkat, enzim jantung, keratin kinase atau laktat dehidrogenase (LDH) dapat juga
meningkatkan tergntungan lusnya nekrosis miokrduim.
Pemeriksan elektrokardiografi.
Kelainan yang didapat bersifat sememtara dan lebih sering ditemukan disbanding
kelainan klinis jantungnya. Yang paling sering adalah sinus takikardia,perubahan segmen ST
dan/atau gelombang T serta low voltge. Kadang-kadang ditemukan aritmia atrial atau
ventricular,blok AV,infrventrikular cunductoin defect,dan QT memanjang
Pada penyakit chaga serring didpatkan right bundle branch blok yang komplit. Blok AV
total sifatnya sementara dan hilang tanpa bekas,tetapi kadang-kadang dapat sebagai penyebab
kematian mendadak pada miokarditis.
Pemeriksaan ekokardiografi.
Sering didapatkan hipokinesis kedua ventrikel walaupun kadang bersifat regional
terutama di apeks. Dapat juga ditemukan dinding ventrikel,thrombus ventrikel kiri,pengisian
diastolic yang abnormal atau efusi perikrdinal.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Nyeri akut sehubungan dengan peradangan miokardium atau perikardium, efek sistemik dari
infeksi, dan iskemi jaringan.(miokardium). Ditandai dengan :
DAFTAR PUSTAKA
http://meetabied.blogspot.com/2010/03/askep-pada-penyakit-infeksi-jantung.html
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.
Jakarta: Salemba Medika
Notes, Lecture. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta: EMS