Delvis Patrik
110110170286
Dosen :
Dr. Nia Kurniati, S.H., M.H.
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
seluas 8,83 M2 (delapan koma delapan puluh tiga meter persegi), berdasarkan
Putusan Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh Nomor: 67/1992 tanggal 11 Mei
1993 dan Berita Acara Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Nomor: 67/1992 tanggal
18 Januari 1996, yang terletak di Kampung Bale Atu Kecamatan Lut Tawar
Kabupaten Aceh Tengah, dengan batas-batasnya:
asal mula dan dasar PENGGUGAT memperoleh hak atas objek sengketa adalah
berdasarkan warisan dan sebagai harta peninggalan dari almarhum orang tua
PENGGUGAT, yaitu: HL. Kalam;
setelah almarhum HL. Kalam meninggal dunia, maka secara serta merta
kemudian oleh seluruh ahli waris melakukan pembagian harta warisan di
Pengadilan Agama Takengon dan Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh sesuai
dengan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh Nomor: 67/1992 tanggal
11 Mei 1993 dan Berita Acara Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Nomor: 67/1992
tanggal 18 Januari 1996, dimana objek sengketa jatuh dan menjadi hak bagian dari
PENGGUGAT;
setahu bagaimana dengan serta merta tanpa persetujuan dan tanpa
sepengetahuan PENGGUGAT, oleh almarhum Abu Bakar (orang tua TERGUGAT
I dan TERGUGAT II) telah mengalihnamakan objek sengketa kepada dirinya
sendiri melalui TURUT TERGUGAT berdasarkan Sertifikat Hak Milik Nomor: 340
Tahun 2003 tanggal 04 September 2003 atas nama Abu Bakar, untuk itu mohon
diperintahkan TURUT TERGUGAT untuk mengeluarkan objek sengketa dari
Sertifikat Hak Milik Nomor: 340 Tahun 2003 tanggal 04 September 2003 atas nama
Abu Bakar;
oleh karena itu jelas dan terang TERGUGAT I, TERGUGAT II dan TURUT
TERGUGAT telah melakukan perbuatan licik (doll praesentis) dan telah
memutarbalikan fakta agar segala akibat hukum yang lahir atas objek sengketa
dengan dilakukannya pembuatan sertifikat hak milik terhadap objek sengketa dan
secara tanpa hak, dan melawan hukum telah menduduki dan menguasai objek
sengketa hak milik Penggugat, sehingga tidak sesuai dengan norma hukum, serta
melanggar asas kepatutan dan asas kepantasan, hal mana tindakan dan perbuatan
TERGUGAT I, TERGUGAT II dan TURUT TERGUGAT dapat dikwalifisir sebagai
perbuatan melawan hukum (onrecht matigedaad);
I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hak Milik
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Hak Sewa
Hak Membuka Tanah
Hak Memungut Hasil Hutan
Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang
ditetapkan oleh undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
sebagaimana disebutkan dalam pasal 53.
I
Hak gadai,
Hak usaha bagi hasil,
Hak menumpang,
Hak sewa untuk usaha pertanian.
Hak milik adalah hak untuk menikmati sesuatu kebendaan dengan leluasa dan
untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal
tidak bertentangan dengan UU, ketertiban umum, dan tidak menganggu hak
orang lain(pasal 570 KUHper). Pengertian hak milik dalam pasal 570 itu masih
dalam arti luas dari benda, yang dapat menjadi objek hak milik, tidak hanya benda
tidak bergerak tetapi juga benda bergerak, lain halnya dengan rumusan yang
tercantum dalam pasal 20 UU nomor 5 tahun 1960, dimana dalam rumusannya itu
hanya mengenai benda tidak bergerak, khususnya atas tanah. Yang berbunyi:
“hak milik adalah turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan yang tercantum dalam pasal 6
UUPA”. Hak kepemilikan adalah hak terkuat dan terpenuh atas suatu benda
(berwujud dan tidak berwujud yang dapat dijadikan objek hak).
Dari ketentuan pasal 570 KUHper dapat diuraikan pengertian sebagai berikut:
a) Hak milik adalah hak paling utama, karena pemilik dapat menikmati
sepenuhnya dan menguasai sebebas-bebasnya.
I
b) Dapat menikmati sepenuhnya, artinya pemilik dapat memanfaatkan
semaksimal mungkin , dan dapat memetik hasil sebanyak-banyaknya.
d) Hak milik tidak dapat diganggu gugat, baik oleh orang lain maupun oleh
penguas, kecuali dengan syarat-syarat dan menurut ketentuan UU.
Pengunaan dan penegasan hak milik dibatasi oleh kepentingan orang lain,
bagaimanapun juga menurut system hukum Indonesia, hak milik memiliki
fondasi sosial, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan
hak milik, harus me,perhatikan 4 hal berikut ini:
2. Ketertiban umum.
3. Hak-hak orang lain, seperti hak jasa pekarangan, hak guna usaha, hipotek
dan lain-lain.
4. Fungsi sosial.
Hak milik adalah hak utama, induk dari semua hak kebendaan, Soeten Malikul
Adil (1962:17), menyebut hak milik itu sebagai hak pangkal (original rech), karena
dengan adanya hak ini, maka dapat terjadi hak lain. Tanpa ada hak milik terlebih
dahulu tidak mungkin ada hak kebendaan yang diatas sesuatu benda, hak milik
1
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti. 2000, Bandung, hal.
144
I
tidak terdapat sedangkan hak-hak kebendaan lain terbatas, hak milik itu tidak
terbatas penggunaanya oleh pemiliknya.
Hak milik secara utuh dan lengkap melekat diatas benda hak milik sebgai satu
kesatuan , hak milik yang melekat pada rumah itu sebagai keseluruhannya, tidak
ada hak milik atas semua kamar saja dalam suatu rumah, dengan demikian tidak
mungkin dilakukan pemindah tangganan atas sebuah kamar kepada pihak lain
sebagai hak milik, tidak mungkin ada hak milik di dalam hak milik.
Hak milik sifatnya tetap, tidak lengkap oleh hak kebendaan lain . hak milik adalah
hak utama, induk, pangkal, tidak mungkin lengkap oleh hak-hak kebadaan lain.
Hak milik hanya lenyap apabila berpindah tangan kepada orang yang berhak
menguasai setelah tenggang waktu tertenggang waktu tertentu, sebaiknya hak
kebendaan lain dapat lenyap apabila menghadapi hak milik.2
Pendapat lain menyatakan ada 4 ciri hak milik berdasarkan pasal 570 KUHper
yaitu:
3) Tidak mengganggu hak orang lain (hinder), jika perlu dicabut untuk
kepentingan umum dengan memberikan ganti rugi.
Cara untuk memperoleh hak milik yang dijelaskan dalam UUPA pasal
22,26 yaitu sebagai berikut:
2
Ibid, Hal. 151.
3
Mariam Darus Badrudaman, Mencari Sumber Hukum Benda Nasional, hal. 46
I
2. Penetapan pemerintah menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
3. Ketentuan undang-undang.
Seluruh cara penyerahan hak milik harus dengan memenuhi syarat pengawasan
oleh pemerintah, sedangkan menurut pasal 584 KUHper ditentukan lima cara
untuk memperoleh hak milik sebagai berikut:
2. Perlekatan (Nat Rekking) yaitu suatu cara untuk memperoleh hak milik
dimana benda itu tambah besar atau berlipat ganda karena alam. Contoh: tanah
bertambah besar akibat gempa bumi, kuda beranak, pohon berbuah, dan lain-lain.
3. Daluarsa (verjaring) yaitu suatu cara untuk memperoleh hak milik atau
membebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan
atas syarat-syarat yang telah ditentukan dalam UU tahun 1945 KUHper, ada dua
macam daluarsa:
d) Bezit itu telah berusia 20 tahun atau 30 tahun (Tahun 1963 KUHper)
4. Pewarisan yaitu suatu proses peralihan hak milik tau warisan dari pewaris
pada ahli warisnya. Pewaris dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu karena
UU dan wasiat.
I
5. Penyerahan yaitu perbuatan hukum yang bertujuan untuk memindahkan
hak milik pada pihak yang lainnya.4
Hoge raad berpendapat bahwa cara-cara memperoleh hak milik tersebut tidak
lengkap dan tidak terlalu sistematis. Dikatakan tidak lengkap karena di dalam
pasal 584 KUHper tidak disebutkan cara-cara lain, padahal cara memperoleh hak
memperoleh hak milik tidak hanya ada pada kelima cara itu, tetapi juga dikenal
cara-cara lain, seperti pencabutan hak, pembebasan hak, hibah, wasiat dan
pencampuran harta kekayaan pada saat bersamaan, dikatakan tidak terlalu
sistematis, karena segala jenis perolehan hak milik terdapat campur aduk,
terutama pada nomor d dan e, seharusnya yang lebih dahulu adalah nomor e, baru
kemudian karena warisan.
Penggunaan hak milik tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap orang lain
dan hak-hak orang. Misalnya pemilik pabrik yang membuang limba pabriknya
kesungai, sehingga menganggu kesehatan dan kebersihan masyarakat sekitanya.
4
Sudikno Merto, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), hal. 103
I
Kerugian akibat gangguan (hinder) dapat digiugat melalui pasal 1365 KUHper
tentang onrechtmatinge daad (perbuatan melawan hukum)
Berbuat semaunya termasuk menyakah gunakan hak itu, penggunaan hak milik
itu dibatasi oleh kepentingan orang lain, penggunaan hak milik harus secara wajar.
Walaupun orang mempunyai hak milik, tidaklah berarti ia boleh berbuat
seenaknya, penyalahgunaan hak adalah menggunakan hak milik sedemikian rupa
sehingga kerugian orang lain lebih besar jika dibandingkan dengan manfaat yang
diperoleh akibat dari penngunaan hak tersebut.
Hak milik bersama dapat terjadi karena perjanjian atau Karena undang-undang,
dikatakan hak milik bersama (medeeigendom) karena terdapat beberapa orang
pemilik atas suatu benda yang sama, setiap pemilik peserta memiliki bagian yang
tidak dapat dipisahka dari benda itu, pemilikan bersama itu bisa berupa:
I
a. Pemilikan terhadap benda tertentu, seperti rumah susun.
Menurut ketentuan pasal 573 berbunyi “pembagian benda yang menjadi milik
lebih dari satu orang harus dilakukan menurut aturan-aturan mengenai
pemisahan dan pembagian harta peninggalan diatur dalam pasal 1066 sampai
dengan 1125 bab 17 buku 11 KUHper mengenai hak milik bersama dengan
warisan”. Hak milik bersama ada dua macam:
Hak milik ini terjadi karena perjanjian antara berapa pemilik bersama atas suatu
benda, para pemilik bersama dapat meminta pemisahan dan pembagian terhadap
benda bersama itu. Setiap pemiliki bersama memiliki bagian sebagi harta
kekayaan yang berdiri sendiridan berhak menguasai bagiannya itu dan berbuat
apa saja tehadap bendanya, tanpa perlu izin dari pemilik bersama lainnya.
Hak milik ini terjadi karena ketentuan dan sebagai akibat hubungan hukum yang
sudah ada lebih dahulu, dalam hak milik bersanma yang terikat terhadap
kesatuan mengenai benda bersama dan pembagian tidak mungkin dilakukan, tipa
pemilik bersama tidak dimungkinkan berbuat apa saja tanpa izin dari pemilik
bersama lainnya.
Sertifikat hak atas tanah adalah merupakan produk dari suatu instansi yakni
Kantor Pertanahan Seksi Pendaftaran Tanah. Menilik dari proses pembuatan dan
penerbitannya maka sudah sangat mungkin untuk terbitnya suatu sertifikat hak
atas tanah yang ganda, mengingat bahwa kegiatan administrasi pertanahan yang
belum sempurna atau mungkin tidak akan bisa sempurna, selain itu juga
kemungkinan terjadinya kelalaian dari petugas Badan Pertanahan Nasional
mengingat para petugasnya juga manusia biasa yang setiap saat bisa lalai. Apalagi
mengingat bahwa hukum pertanahan kita adalah merupakan peninggalan
kolonial di mana dahulu terdapat berbagai alasan yang bermacam-macam,
I
sebagai akibat sistem hukum Belanda yang pluralistik. Sertifikat ganda juga ada
beberapa kemungkinan, misalnya obyeknya sama tetapi alas haknya berbeda atau
obyeknya sama tetapi namanya, nomornya, alas haknya berbeda, bisa juga
obyeknya sama, lokasinya sama tetapi bisa sama sebagian, bisa sama seluruhnya.
Dalam hal tertentu bisa saja terjadi pemalsuan baik sengaja maupun tidak sengaja
dalam penerbitan sertifikat hak atas tanah. Dalam hal sertifikat hak atas tanah
palsu ada 2 (dua) kemungkinan yakni sertifikat tersebut memang benar-benar
palsu misalnya: cap, tanda tangan ataupun blankonya yang palsu, atau sertifikat
tersebut asli tetapi palsu maksudnya bahwa sertifikat tersebut sengaja yang oleh
mempunyai dipalsukan. Misalnya seorang pemilik sertifikat memalsukan
sertifikatnya sendiri sehingga sertifikat manjadi ganda dengan tujuan untuk
memperkaya diri. Tetapi tidak jarang juga bahwa terjadinya sertifikat ganda
karena kesengajaan atau pemalsuan, sehingga dalam hal ini ada unsur pidana.
Sertifikat tanah selain berfungsi untuk melindungi hak pemilik, sertifikat tanah
juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa
haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya. Keharusan
mendaftarkan tanahnya dimaksud agar menjadikan kepastian hukum bagi
mereka dalam arti demi kepastian hukum bagi pemegang hak dalam sertifikat.
Pendaftaran tanah yang ada akan memberikan kepastian agar tidak terjadinya
sertifikat ganda dan memberikan kepastian akan hak kepada seseorang untuk
memiliki tanah, dengan pendaftaran tersebut dapat dijadikan bukti untuk
membantah klaim dari pihak lain, mengelakkan suatu sengketa perbatasan karena
dengan sertifikat yang diperoleh dari pendaftaran tanah mengandung surat ukur
yang telah diteliti dan cermat dan juga telah terdaftar dalam penetapan
perpajakan. Sehingga dengan demikian pendaftaran tanah semakin memberikan
kekuatan status kepemilikan tanah bagi pemegang haknya.
I
BAB III
PEMBAHASAN
Analisis kasus
Dari kasus diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa tergugat I dan tergugat II
menempati dengan mendirikan bangunan rumah sehingga perbuatan tergugat I
dan tergugat II menguasai tanah objek perkara merupakan perbuatan melawan
hukum sebagaimana dalam pasal 1365 KUHPerdata yang memuat unsur-unsur
Perbuatan Melawan hukum, ada 4 unsur Perbuatan Melawan Hukum:
Menggunakan tanah yang bukan hak miliknya dalah pelanggaran hukum, maka
Tergugat I dikaitkan dengan Pasal 1365 KUHPerdata yang berbunyi “Tiap
perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
3. Adanya kerugian;
I
Yaitu kerugian yang timbul karena PMH. Tiap PMH tidak hanya dapat
mengakibatkan kerugian uang saja, tetapi juga dapat menyebabkan
kerugian moril atau idiil, yakni ketakutan, terkejut, sakit dan kehilangan
kesenangan hidup.
I
BAB IV
PENUTUP
I
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti. 2000,
Bandung.
Mariam Darus Badrudaman, Mencari Sumber Hukum Benda Nasional.
Sudikno Merto, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW).