Anda di halaman 1dari 23

TUGAS UNDANG-UNDANG DAN ETIKA KEFARMASIAN

PERBANDINGAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

DISUSUN OLEH :

Iip Miftah Fauzi (18344128)

Nurhasanah (18344131)

Enung Ratnengsih (18344138)

Wildan Ramdani (18344150)

Deliana Senia (18344156)

Kelompok B

Kelas D

PROGRAM PROFESI APOTEKER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

TAHUN 2019
PERBANDINGAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SECARA HIRARKI

UU NO. 36 TAHUN 2009 TERKAIT KESEHATAN

UU NO. 44 TAHUN 2004 TERKAIT RUMAH SAKIT

PP NO. 72 TAHUN 1998 TERKAIT PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALKES

PP NO. 51 TAHUN 2009 TERKAIT PEKERJAAN KEFARMASIAN

PMK NO. 75 TAHUN 2014 TERKAIT PUSKESMAS

PMK NO. 44 TAHUN 2016 TERKAIT PEDOMAN MANJEMEN PUSKESMAS

PMK NO. 72 TAHUN 2016 TERKAIT STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI


RUMAH SAKIT

PMK NO. 74 TAHUN 2016 TERKAIT STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI


PUSKESMAS

PMK NO. 26 TAHUN 2018 TERKAIT PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA


TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK SEKTOR KESEHATAN
MATRIK PERBANDINGAN RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

No. Aspek RS Puskesmas


1. Definisi
a. Umum UU No.44 Tahun 2009 tentang PMK No. 74 Tahun 2016
Rumah Sakit Pasal 1 ayat 1 Tentang
Standar Pelayanan
Rumah Sakit adalah institusi Kefarmasian di Puskesmas
pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan Pusat kesehatan masyarakat
kesehatan perorangan secara yang selanjutnya disebut
paripurna yang menyediakan puskesmas adalah unit
pelayanan rawat inap, rawat jalan, pelaksana teknis dinas
dan gawat darurat kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab
menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja.

b. Instalasi PMK 72 2016 pasal 1 ayat 9


Farmasi
Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegitan pelayanan kefarmasian di
rumah sakit

c. Pelayanan PP 51 2009
Kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

PMK No. 72 Tahun 2016 pasal PMK No. 74 Tahun 2016


1 ayat 3 Tentang Standar pasal 1 ayat 3 Tentang
Pelayanan Kefarmasian di RS Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan Pelayanan kefarmasian
bertanggung jawab kepada pasien adalah suatu pelayanan
yang berkaitan dengan sediaan langsung dan bertanggung
farmasi dengan maksud mencapai jawab kepada pasien yang
hasil yang pasti untuk berkaitan dengan sediaan
meningkatkan mutu kehidupan farmasi dengan maksud
pasien. mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

d.Standar pelayana PMK 72 2016/ PMK 74 2016


kefarmasian
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

D Tujuan PMK No. 72 Tahun 2016 Permekes No.74 Tahun


pelayanan Tentang Standar Pelayanan 2016 Tentang pelayanan
kefarmasiam Kefarmasian di RS kefarmasian di Puskesmas

Pengaturan Standar Pelayanan Pengaturan Standar


Kefarmasian di Rumah Sakit Pelayanan Kefarmasian di
bertujuan untuk: Puskesmas bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan a. meningkatkan mutu
Kefarmasian; pelayanan kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum b. menjamin kepastian
bagi tenaga kefarmasian; dan hukum bagi tenaga
c. melindungi pasien dan kefarmasian; dan
masyarakat dari penggunaan Obat
yang tidak rasional dalam rangka c. melindungi pasien dan
keselamatan pasien (patient masyarakat dari penggunaan
safety). Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety).

d.Definisi istilah Sistem Satu pintu UU no.36 tahun 2009 ttg


yang ada UU no 44 tahun 2009 ttg kesehatan
Rumah Sakit pasal 16 Pasal 46

Pengelolaan alat kesehatan, Untuk mewujudkan derajat


sediaan farmasi, dan bahan habis kesehatan yang setinggi-
pakai di Rumah Sakit harus tingginya bagi masyarakat,
dilakukan oleh Instalasi farmasi diselenggarakan upaya
sistem satu pintu. kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam bentuk
upaya kesehatan
perseorangan dan upaya
kesehatan asyarakat

pasal 47
Upaya kesehatan
diselenggarakan dalam
bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh,
dan berkesinambungan.
Permenkes No 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas
Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4,
Puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan UKM
tingkat pertama di wilayah
kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP
tingkat pertama di wilayah
kerjanya.

Upaya Kesehatan
Masyarakat yang
selanjutnya disingkat UKM
adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan
meningkatkan kesehatan
serta
mencegah dan
menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat.

Upaya Kesehatan
Perseorangan yang
selanjutnya disingkat UKP
adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan
akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan
perseorangan.

2. Standar yang
dipakai
(termasuk
standar
pelayanan)
a. Standar PMK No 72 Tahun 2016 pasal 3 PMK No. 74 Tahun 2016
Pelayanan Tentang Standar Pelayanan pasal 3 Tentang Standar
Kefarmasian Kefarmasian di RS Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
1. Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit (1) Standar pelayanan
meliputi standar: kefarmasian di puskemas
a. Pengelolaan Sediaan meliputi :
Farmasi, Alat Kesehatan, a. Pengelolaan sediaan
dan Bahan Medis Habis farmasi dan Bahan
Pakai; dan Medis Habis Pakai dan
b. Pelayanan farmasi klinik
b. Pelayanan farmasi klinik
2. Pengelolaan Sediaan Farmasi,
(2) Pengelolaan sediaan
Alat Kesehatan, dan Bahan
farmasi dan bahan medis
Medis Habis Pakai
habis pakai sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (1) huruf
ayat (1) huruf a meliputi:
a meliputi :
a. Pemilihan;
a. Perencanaan
b. Perencanaan kebutuhan;
kebutuhan
c. Pengadaan;
b. Permintaan
d. Penerimaan;
c. Penerimaan
e. Penyimpanan;
d. Pendistribusian
f. Pendistribusian;
e. Pengendalian
g. Pemusnahan dan Penarikan;
f. Pencatatan,
h. Pengendalian; dan
pelaporan, dan
i. Administrasi.
pengarsipan; dan
g. Pemantauan dan
3. Pelayanan farmasi klinik evaluasi pengobatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi: (3) Pelayanan farmasi klinik
a. Pengkajian dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
Resep; ayat (1) huruf b, meliputi :
b. Penelusuran riwayat a. Pengkajian resep,
penggunaan Obat; penyerahan obat, dan
c. Rekonsiliasi Obat; pemberian informasi obat
d. Pelayanan Informasi Obat b. Pelayanan informasi
(PIO); obat (PIO)
e. Konseling; c. Konseling
f. Visite; d. Ronde/visite pasein(
g. Pemantauan Terapi Obat khusus puskesmas
(PTO); rawat inap)
h. Monitoring Efek Samping e. Pemantauan dan
Obat (MESO); pelaporan efek samping
i. Evaluasi Penggunaan Obat obat
(EPO); f. Pemantauan terapi
j. Dispensing sediaan steril; obat;dan
dan g. Evaluasi penggunaan
k. Pemantauan Kadar Obat obat
dalam Darah (PKOD).
4.Ketentuan lebih lanjut
mengenai pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan pelayanan
farmasi klinik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

b. Standar Profesi PP No. 51 Tahun 2009 pasal 35 PMK No. 74 Tahun 2016
Tentang Pekerjaan Pasal 7 Tentang Standar
Kefarmasian Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
Ayat 1 : Tenaga kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Setiap Apoteker dan/atau
pasal 33 harus memiliki keahlian Tenaga Teknis Kefarmasian
dan kewenangan dalam yang menyelenggarakan
melaksanakan pekerjaan Pelayanan Kefarmasian di
kefarmasian. Puskesmas wajib mengikuti
Standar Pelayanan
Ayat 2 : Keahlian dan Kefarmasian sebagaimana
kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan
dimaksud pada ayat 1 harus Mentri ini.
dilaksanakan dengan menerapkan
stadar profesi

Ayat 3 : Dalam melaksanakan


kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 harus
didasarkan pada standar
kefarmasian, dan standar prosedur
operasional yang berlaku sesuai
fasilitas kesehatan dimana
pekerjaan kefarmasian dilakukan

c. Standar SPO PP 51 2009 pasal 23 ayat 1 & 2 PP 51 2009 pasal 23 ayat


1&2
Ayat 1 : Dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian Apoteker Ayat 1 : Dalam melakukan
sebagaimana dimaksud dalam pekerjaan kefarmasian
pasal 20 harus menetapkan Apoteker sebagaimana
Standar Prosedur Operasional. dimaksud dalam pasal 20
harus menetapkan Standar
Ayat 2 : Standar Prosedur Prosedur Operasional.
Operasional harus dibuat secara
tertulis dan diperbaharui secara Ayat 2 : Standar Prosedur
terus menerus sesuai Operasional harus dibuat
perkembangan ilmu pengetahuan secara tertulis dan
dan teknologi dibidang farmasi diperbaharui secara terus
dan ketentuan perundang- menerus sesuai
undangan. perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
PMK No. 72 Tahun 2016 pasal dibidang farmasi dan
4 ayat 4 Tentang Standar ketentuan perundang-
Pelayanan Kefarmasian di RS undangan.

Standar prosedur operasional PMK No. 74 Tahun 2016


sebagaimana dimaksud pada ayat BAB II Tentang Standar
(1) ditetapkan oleh pimpinan Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit sesuai dengan Puskesmas
ketentuan peraturan
perundangundangan. Setiap kegiatan pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai, harus
dilaksanakan sesuai standar
prosedur operasional. Standar
Prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas.

d. Standar Produk PP No. 72 Tahun 1998 pasal 2 PP No. 72 Tahun 1998


Tentang Pengamanan Sediaan pasal 2 Tentang
Farmasi dan Alkes Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alkes
Ayat 1 : Sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang diproduksi dan/ Ayat 1 : Sediaan farmasi dan
diedarkan harus memenuhi alat kesehatan yang
persyaratan mutu, keamanan dan diproduksi dan/ diedarkan
kemanfaatan. harus memenuhi persyaratan
Ayat 2 : persyaratan mutu, mutu, keamanan dan
keamanan dan kemanfaatan kemanfaatan.
sebagaimana dimaksud dalam Ayat 2 : persyaratan mutu,
ayat 1 untuk : keamanan dan kemanfaatan
a. Sediaan farmasi yang sebagaimana dimaksud
berupa bahan obat dan dalam ayat 1 untuk :
obat sesuai dengan a. Sediaan farmasi yang
persyaratan dalam buku berupa bahan obat
Farmakope Indonesia dan obat sesuai
atau buku standar dengan persyaratan
lainnya yang ditetapkan dalam buku
oleh mentri. Farmakope
b. Sediaan farmasi yang Indonesia atau buku
berupa obat tradisional standar lainnya yang
sesuai dengan persyaratan ditetapkan oleh
dalam buku Materia mentri.
Medika Indonesia yag b. Sediaan farmasi yang
ditetapkan oleh Mentri. berupa obat
c. Sediaan farmasi yang tradisional sesuai
berupa kosmetika sesuai dengan persyaratan
dengan persyaratan dalam dalam buku Materia
buku Kodeks Kosmetika Medika Indonesia
Indonesia yang ditetapkan yag ditetapkan oleh
oleh mentri Mentri.
d. Alat kesehatan sesuai c. Sediaan farmasi yang
dengan persyaratan yang berupa kosmetika
ditetapkan oleh mentri. sesuai dengan
persyaratan dalam
buku Kodeks
Kosmetika Indonesia
yang ditetapkan oleh
mentri
d. Alat kesehatan sesuai
dengan persyaratan
yang ditetapkan oleh
mentri.

e. Standar Proses PP 72 1998 pasal 5 ayat 1


Tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alkes

Produksi sediaan farmasi dan alat


kesehatan harus dilakukan dengan
cara produksi yang baik

PP 51 2009 pasal 15 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian

Pekerjaan kefarmasian dalam


fasilitas distribusi atau penyaluran
sediaan farmasi yang diperlukan
dalam pasal 14 harus memenuhi
ketentuan cara distribusi yang
baik yang ditetapkan oleh Menteri

3. Sumber Daya
yang sebaiknya
ada (termasuk
sarana /
prasarana)
a. Man UU No. 44 Tahun 2019 pasal 14 PMK No. 74 Tahun 2016
Tentang RS pasal 4 ayat 2 Tentang
Standar Pelayanan
Persyaratan sumber daya manusia Kefarmasian di Puskesmas
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) yaitu Rumah
Sakit harus memiliki tenaga tetap Sumber daya kefarmasian
yang meliputi tenaga medis dan sebagaimana dimaksud pada
penunjang medis, tenaga ayat (1) meliputi :
keperawatan, tenaga kefarmasian, a. sumber daya
tenaga manajemen Rumah Sakit, manusia;dan
dan tenaga nonkesehatan. b. sarana dan prasarana

Lampiran PMK No. 72 Tahun PMK No. 74 Tahun 2016


2016 – Bab IV Tentang Standar BAB IV Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di RS Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
1. Kualifikasi SDM
Untuk Pekerjaan Kefarmasian a. Sumber daya manusia
a) Apoteker Penyelenggaraan pelayanan
b) Tenaga Teknis Kefarmasian kefarmasian di Puskesmas
Untuk Pekerjaan Penunjang minimal harus dilaksanakan
a) Operator Komputer/Teknisi oleh 1 (satu) orang tenaga
yang memahami kefarmasian Apoteker sebagai
b) Tenaga Administrasi penanggung jawab, yang
Prakarya/Pembantu Pelaksana dapat dibantu oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian.
2. Persyaratan SDM Jumlah kebutuhan Apoteker
Pelayanan Kefarmasian harus di Puskesmas dihitung
dilakukan oleh Apoteker dan berdasarkan rasio kunjungan
Tenaga Teknis Kefarmasian. TTK pasien, baik rawat inap
yang melakukan pelayanan maupun rawat. Rasio untuk
Kefarmasian harus dibawah menentukan jumlah Apoteker
supervisi Apoteker. di Puskesmas bila
Instalasi Farmasi harus dikepalai memungkinkan diupayakan 1
oleh seorang Apoteker yang (satu) Apoteker untuk 50
merupakan Apoteker penanggung pasien perhari.
jawab seluruh Pelayanan Semua tenaga kefarmasian
Kefarmasian di Rumah Sakit, harus memiliki surat tanda
diutamakan telah memiliki registrasi dan surat izin
pengalaman bekerja di Instalasi praktik untuk melaksanakan
Farmasi minimal 3 (tiga) tahun. Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.

PMK No. 74 Tahun 2016


pasal 12 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas

Pada saat Peraturan Menteri ini


mulai berlaku, bagi Puskesmas
yang belum memiliki Apoteker
sebagai penanggung jawab,
penyelenggaraan Pelayanan
Kefarmasian secara terbatas
dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian atau tenaga
kesehatan lain yang ditugaskan
oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.

a. Money PMK No. 72 Tahun 2016 BAB PMK No. 75 Tahun 2014
II bagian A Tentang Standar pasal 42 ayat 1 Tentang
Pelayanan Kefarmasian di RS Puskesmas
Administrasi keuangan
Apabila instalasi farmasi harus Pendanaan di Puskesmas
mengelola keuangan maka perlu bersumber dari:
menyelenggarakan administrasi a. Anggaran Pendapatan dan
keuangan. Administrasi keuangan Belanja Daerah (APBD);
merupakan pengaturan anggaran, b. Anggaran Pendapatan dan
pengendalian dan analisa biaya, Belanja Negara (APBN);
pengumpulan informasi sumber-sumber lain yang sah
keuangan, penyiapan laporan, dan tidak mengikat.
penggunaan laporan yang
berkaitan dengan semua kegiatan
pelayanan kefarmasian secara
rutin atau tidak dalam periode
bulanan, triwulan, semesteran
atau tahunan

b. Method PMK No. 72 Tahun 2016 BAB


II bagian A Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di RS

Ayat 2 : Perencanaan dilakukan


untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggung
jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah
ditentukan anta lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi
disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia

Ayat 5 penyimpanan
Metode penyimpanan dapat
dilakukan berdasarkan kelas
terapi, bentuk sediaan dan jenis
sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai dan
disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsio First Expire
First out dan First in First Out
c. Sarana PMK No. 72 Tahun 2016 BAB PMK No. 74 Tahun 2016
IV Tentang Standar Pelayanan BAB IV Tentang Standar
Kefarmasian di RS Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
a. Fasilitas utama dalam
kegiatan pelayanan Sarana dan Prasarana
instalasi farmasi, terdiri Sarana yang diperlukan
dari : untuk menunjang pelayanan
1. Ruang kefarmasian di Puskesmas
kantor/administrasi dari meliputi sarana yang meiliki
: fungsi :
A. Ruang pimpinan 1. Ruang penerimaan resep
B. Ruang staf 2. Ruang pelayanan resep
C. Ruang dan peracikan ( produksi
kerja/administrasi sediaan secara terbatas )
tata usaha 3. Ruang penyerahan obat
D. Ruang pertemuan 4. Ruang konseling
2. Ruang penyimpanan 5. Ruang penyimpanan obat
sediaan farmasi, alat dan bahan medis habis pakai
kesehatan dan bahan 6. Ruang arsip
medis habis pakai
3. Ruang distribusi
sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan
medis habis pakai
4. Ruang
konsultasi/konseling
obat
5. Ruang pelayanan
informasi obat
6. Ruang produksi
7. Ruang aseptic
dispensing
8. Laboratorium farmasi

d. Prasarana PMK No. 72 Tahun 2016 BAB PMK No. 75 Tahun 2014
IV Tentang Standar Pelayanan Pasal 13 ayat 1 Tentang
Kefarmasian di RS Puskesmas
Fasilitas penunjang dalam
kegiatan pelayanan di instalasi Puskesmas harus memiliki
farmasi prasarana yang berfungsi
1. Ruang tunggu pasien paling sedikit terdiri atas:
2. Ruang penyimpanan a. sistem penghawaan
dokumen/arsip resep dan (ventilasi);
sediaan farmasi, alat b. sistem pencahayaan;
kesehatan dan bahan c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
medis habis pakai yang e.sistem komunikasi;
rusak f.sistem gas medik;
3. Tempat penyimpanan g.sistem proteksi petir;
obat diruang perawatan h.sistem proteksi
4. Fasilitas toilet, kamar kebakaran;
mandi untuk staf i. sistem pengendalian
kebisingan;
j. sistem transportasi
vertikal untuk
bangunan lebih dari 1
(satu) lantai;
k. kendaraan Puskesmas
keliling; dan
kendaraan ambulans.

4. Persyaratan PMK No. 26 Tahun 2018 PMK No. 75 Tahun 2014


Untuk Perizinan Tentang Pelayanan Perizinan Pasal 9 Tentang Puskesmas
Berusaha ataerintegrasi Secara
Elektronik Sektor Kesehatan 1. Puskesmas harus didirikan
Pasal 32 : pada setiap kecamatan.
2. Dalam kondisi tertentu,
(1) Rumah Sakit hanya dapat pada 1 (satu) kecamatan
didirikan oleh badan hukum yang dapat didirikan lebih dari
kegiatan usahanya hanya 1 (satu) Puskesmas.
bergerak di bidang 3. Kondisi tertentu
perumahsakitan. sebagaimana dimaksud
(2) Badan hukum sebagaimana pada ayat (2) ditetapkan
dimaksud pada ayat (1) berupa : berdasarkan pertimbangan
a. badan hukum yang bersifat kebutuhan pelayanan,
nirlaba; dan jumlah penduduk dan
b. badan hukum dengan tujuan aksesibilitas.
profit yang berbentuk perseroan 4. Pendirian Puskesmas
terbatas atau persero, sesuai harus memenuhi
dengan ketentuan perundang- persyaratan lokasi,
undangan. bangunan, prasarana,
c. Ketentuan sebagaimana peralatan kesehatan,
dimaksud pada ayat (1) dan ayat ketenagaan, kefarmasian
(2) dikecualikan bagi pendirian dan laboratorium.
Rumah Sakit milik Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. PMK No. 75 Tahun 2014
Pasal 10 Tentang
Pasal 33 : Persyaratan untuk Puskesmas
memperoleh izin mendirikan
Rumah Sakit sebagaimana 1. Lokasi pendirian
dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) Puskesmas harus
huruf z terdiri atas : memenuhi persyaratan:
a. dokumen kajian dan a. geografis;
perencanaan bangunan yang b. aksesibilitas untuk jalur
terdiri dari Feasibility Study (FS), transportasi;
c. kontur tanah;
Detail Engineering Design dan d. fasilitas parkir;
master plan; dan e. fasilitas keamanan;
b. pemenuhan pelayanan alat f. ketersediaan utilitas
kesehatan publik;
g. pengelolaan kesehatan
lingkungan; dan
h. kondisi lainnya.
2. Selain persyaratan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pendirian
Puskesmas harus
memperhatikan ketentuan
teknis pembangunan
bangunan gedung negara.

PMK No. 75 Tahun 2014


Pasal 11 ayat 1 Tentang
Puskesmas

1. Bangunan Puskesmas
harus memenuhi
persyaratan yang meliputi:
a. persyaratan
administratif,
persyaratan
keselamatan dan
kesehatan kerja, serta
persyaratan teknis
bangunan sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan;
b. bersifat permanen dan
terpisah dengan
bangunan lain; dan
c. menyediakan fungsi,
keamanan,
kenyamanan,
perlindungan
keselamatan dan
kesehatan serta
kemudahan dalam
memberi pelayanan
bagi semua orang
termasuk yang
berkebutuhan khusus,
anak-anak dan lanjut
usia.
PMK No. 75 Tahun 2014
Pasal 12 Tentang
Puskesmas

1. Selain bangunan
Puskesmas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11,
setiap Puskesmas harus
memiliki bangunan rumah
dinas Tenaga Kesehatan.
Bangunan rumah dinas
Tenaga Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didirikan dengan
mempertimbangkan
aksesibilitas tenaga
kesehatan dalam memberikan
pelayanan.

Persyaratan Permenkes No.56 Tahun 2014


Tenaga Pasal 32 Ayat 3
Kefarmasian
Persyaratan Jumlah Tenaga
Kefarmasian
a) 1 Apoteker Kepala IFRS
b) 4 Apoteker di Rawat Jalan
dibantu minimal 8 orang
tenaga teknis kefarmasian.
c) 4 Apoteker di Rawat Inap
dibantu minimal 8 orang
tenaga teknis kefarmasian.
d) 1 Apoteker di UGD dibantu
minimal 2 orang tenaga teknis
kefarmasian.
e) 1 Apoteker di ICU dibantu
minimal 2 orang tenaga teknis
kefarmasian.
f) 1 Apoteker koordinator
penerimaan dan distribusi
yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi
klinik di Rawat Jalan dan
Rawat Inap.
g) 1 Apoteker koordinator
produksi yang dapat
merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di
Rawat Jalan dan Rawat Inap.
Persyaratan Administrasi
1. Apoteker
Ijazah, STRA, Sertifikat
Kompetensi, Surat Sumpah,
Surat Keterangan Sehat, Surat
Rekomendasi dari organisasi
profesi dan SIPA
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
STRTTK, Surat Keterangan
Sehat, Surat Rekomendasi tentang
kemampuan Apoker yang sudah
memiliki STRA atau pimpinan
institusi pendidikan atau
organisasi yang menghimpun
TTK dan SIKTTK
Persyaratan Permenkes No. 72 Tahun 2016
Lokasi, Pasal 4 ayat 5
Bangunan dan
Sarana/Prasarana 1. Lokasi harusmenyatu dengan
sistem pelayanan Rumah Sakit,
dipisahkan antarafasilitas
untuk penyelenggaraan
manajemen, pelayanan
langsungkepada pasien,
peracikan, produksi dan
laboratorium mutu
yangdilengkapi penanganan
limbah.
Fasilitas ruang harus memadai
dalam hal kualitas dankuantitas
agar dapat menunjang fungsi dan
proses
PelayananKefarmasian,menjamin
lingkungan kerja yang aman
untukpetugas, dan memudahkan
sistem komunikasi Rumah Sakit.
Persyaratan Permenkes No. 72 Tahun
Peralatan 2016 Pasal 4 ayat 5
1. Peralatan yang memerlukan
ketepatan pengukuran
harusdilakukan kalibrasi alat
dan peneraan secara berkala
oleh balaipengujian kesehatan
dan/atau institusi yang
berwenang
2. Fasilitas peralatan harus
dijamin sensitif pada
pengukurandan memenuhi
persyaratan, peneraan dan
kalibrasi untuk peralatan
tertentu setiap tahun.
3. Peralatan yang paling sedikit
harus tersedia:
a) Peralatan untuk
penyimpanan, peracikan
dan pembuatan Obat baik
steril dan nonsteril
maupun aseptik/steril;
b) Peralatan kantor untuk
administrasi dan arsip;
c) Kepustakaan yang
memadai untuk
melaksanakan Pelayanan
Informasi Obat;
d) Lemari penyimpanan
khusus untuk narkotika;
e) Lemari pendingin dan
pendingin ruangan untuk
Obat yang termolabil;
f) Penerangan, sarana air,
ventilasi dan sistem
pembuangan limbah yang
baik;
g) Alarm.
5. Proses Perizinan PMK No. 26 Tahun 2018 pasal
34 Tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha
ataerintegrasi Secara
Elektronik Sektor Kesehatan

(1) Persyaratan untuk


memperoleh izin operasional
Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
huruf aa terdiri atas :
a. notifikasi kementrian kesehatan
dan/atau dinas kesehatan sesuai
dengan klasifikasi Rumah Sakit;
b. profil Rumah Sakit paling
sedikit meliputi visi dan misi,
lingkup kegiatan, rencana
strategi, dan struktrur organisasi;
c. isian instrument self assessment
sesuai klasifikasi Rumah Sakit
yang meliputi pelayanan, sumber
daya manusia, peralatan,
bangunan dan prasarana, dan
administrasi manajemen;
d. surat keterangan atau sertifikasi
izin kelayakan atau pemanfaatan
dan kalibrasi alat kesehatan;
e. sertifikasi akreditasi; dan
f. batas paling sedikit pemenuhan
jumlah tempat tidur untuk Rumah
Sakit penanaman modal asing
sesuai dengan kesepakatan atau
kerja sama internasional.

(2) Isian instrument self


assessment sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c
dipenuhi berdasarkan standar
rumah sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) Sertifikat akreditasi


sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e dipenuhi untuk
perpanjangab izin operasional
Rumah Sakit

6. Kegiatan / proses PMK No. 72 Tahun 2016 BAB 2 UU no.36 tahun 2009 ttg
yang dilakukan bagian A Tentang Standar kesehatan
Pelayanan Kefarmasian di RS Pasal 46
Untuk mewujudkan derajat
Kegiatan pengelolaan sediaan kesehatan yang setinggi-
farmasi, alat kesehatan, dan bahan tingginya bagi masyarakat,
medis habis pakai meliputi : diselenggarakan upaya
1. Pemilihan kesehatan yang terpadu dan
2. Perencanaan kebutuhan menyeluruh dalam bentuk
3. Pengadaan upaya kesehatan
4. Penerimaan perseorangan dan upaya
5. Penyimpanan kesehatan asyarakat
6. Pendistribusian pasal 47
7. Pemusnahan dan Upaya kesehatan
penarikan diselenggarakan dalam
8. Pengendalian bentuk kegiatan dengan
9. Administrasi pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan
BAB III bagian A rehabilitatif yang
Pelayanan farmasi klinik : dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh,
1. Pengkajian dan pelayanan dan berkesinambungan.
resep
SISTEM INFORMASI
2. Penelusuran riwat PMK No. 75 Tahun 2014
penggunaan obat Pasal 43 Tentang
3. Rekonsiliasi obat Puskesmas
4. Konseling
5. Visite 1. Setiap Puskesmas wajib
6. Pemantauan terapi obat melakukan kegiatan sistem
7. Monitoring efek samping informasi Puskesmas.
obat 2. Sistem Informasi
8. Evaluasi penggunaan obat Puskesmas sebagaimana
9. Dispensing sediaan dimaksud pada ayat (1)
steril;dan dapat diselenggarakan
10. Pemantauan kadar obat secara eletronik atau non
dalam darah elektronik.
3. Sistem informasi
Puskesmas paling sedikit
mencakup:
a. pencatatan dan
pelaporan kegiatan
Puskesmas dan
jaringannya;
b. survei lapangan;
c. laporan lintas sektor
terkait; dan
d. laporan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya

7. Proses Jaminan / PMK No. 72 Tahun 2016 Pasal PMK No. 74 Tahun 2016
Pengawasan 5 Tentang Standar Pelayanan pasal 5 Tentang Standar
Mutu Kefarmasian di RS Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
1. Untuk menjamin mutu
Pelayanan Kefarmasian di (1) Untuk menjamin mutu
Rumah Sakit, harus dilakukan Pelayanan Kefarmasian di
Pengendalian Mutu Puskesmas, harus dilakukan
Pelayananan Kefarmasian yang pengendalian mutu
meliputi: Pelayanan Kefarmasian
a. monitoring; dan meliputi :
b. evaluasi a. monitoring; dan
b. evaluasi

Lampiran PMK 72 2016 – BAB PMK No. 74 Tahun 2016


VI Tentang Standar Pelayanan BAB V Tentang Standar
Kefarmasian di RS Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
Kegiatan pengendalian mutu
Pelayanan Kefarmasian meliputi :
a. Perencanaan
Menyusun rencana kerja dan Kegiatan pengendalian mutu
cara monitoring & evaluasi Pelayanan Kefarmasian
untuk peningkatan mutu sesuai meliputi :
target yang ditetapkan.
b. Pelaksanaan : 1. Perencanaan, yaitu
1. Monitoring & evaluasi menyusun rencana kerja dan
capaian pelaksanaan rencana cara monitoring & evaluasi
kerja (membandingkan untuk peningkatan mutu
capaian dengan rencana sesuai standar.
kerja) 2. Pelaksanaan, yaitu
2. Memberikan umpan balik a. Monitoring dan evaluasi
terhadap hasil capaian capaian pelaksanaan rencana
c. Tindakan hasil monitoring dan kerja (membandingkan
evaluasi : antara capaian dengan
1. Melakukan perbaikan rencana kerja); dan
kualitas pelayanan sesuai b. Memberikan umpan balik
target yang ditetapkan; terhadao hasil capaian.
2. Meningkatkan kualitas 3. Tindakan hasil monitoring
pelayanan jika capaian dan evaluasi, yaitu :
sudah memuaskan. a. melakukan perbaikan
kualitas pelayanan sesuai
PMK No. 72 Tahun 2016 standar; dan
Tentang Standar Pelayanan b. meningkatkan kualitas
Kefarmasian di RS pelayanan jika capaian sudah
memuaskan.
Pasal 9
(1) Pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan Peraturan PMK No. 44 Tahun 2016
Menteri ini dilakukan oleh pasal 4 Tentang Pedoman
Menteri, kepala dinas kesehatan Manajemen Puskesmas
provinsi, dan kepala dinas
kesehatan kab/kota sesuai dengan (1) Pembinaan dan
tugas dan fungsi masing-masing. pengawasan dalam
(2) Pelaksanaan pembinaan dan pelaksanaan peraturan
pengawasan sebagaimana Menteri ini dilaksanakan oleh
dimaksud pada ayat (1) dapat Kemenkes, Dinkes Provinsi,
melibatkan organisasi profesi. Dinkes Kab/Kota sesuai
tugas dan fungsi masing-
Pasal 10 masing.
(1) Pengawasan selain (2) Pembinaan dan
dilaksanakan oleh Menteri, kepala pengawasan sebagaimana
dinas kesehatan provinsi dan dimaksud pada ayat (1)
kepala dinas kesehatan diarahkan untuk
kabupaten/kota sebagaimana meningkatkan mutu
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1), pelayanan kesehatan dan
khusus terkait dengan kinerja Puskesmas yang
pengawasan sediaan farmasi berkualitas secara optimal.
dalam pengelolaan sediaan
farmasi sebagaimana dimaksud PMK No. 74 Tahun 2016
dalam pasal 3 ayat (1) huruf a Tentang Standar
dilakukan juga oleh Kepala Pelayanan Kefarmasian di
BPOM sesuai dengan tugas dan Puskesmas
fungsi masing-masing.
(2) Selain pengawasan Pasal 8
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pembinaan dan
(1), Kepala BPOM dapat pengawasan dalam
melakukan pemantauan, pelaksanaan peraturan
pemberian bimbingan, dan Menteri ini dilaksanakan oleh
pembinaan terhadap pengelolaan Kemenkes, Dinkes Provinsi,
sediaan farmasi di instansi Dinkes Kab/Kota sesuai
pemerintah dan masyarakat di tugas dan fungsi masing-
bidang pengawasan sediaan masing.
farmasi. (2) Pelaksanaan pembinaan
dan pengawasan
Pasal 11 sebagaimana dimaksud pada
(1) Pengawasan yang dilakukan ayat (1) dapat melibatkan
oleh dinas kesehatan provinsi dan organisasi profesi.
dinas kesehatan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
pasal 9 dan pengawasan yang (1) Pengawasan selain
dilakukan oleh Kepala BPOM dilaksanakan oleh Menteri,
sebagaimana dimaksud dalam kepala dinas kesehatan
pasal 10 ayat (1) dilaporkan provinsi dan kepala dinas
secara berkala kepada Menteri. kesehatan kabupaten/kota
(2) Laporan sebagaimana sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) dalam pasal 8 ayat (1),
disampaikan paling sedikit 1 khusus terkait dengan
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun. pengawasan sediaan farmasi
dalam pengelolaan sediaan
farmasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 ayat
(1) huruf a dilakukan juga
oleh Kepala BPOM sesuai
dengan tugas dan fungsi
masing-masing.
(2) Selain pengawasan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala BPOM dapat
melakukan pemantauan,
Pemberian bimbingan, dan
pembinaan terhadap
pengelolaan sediaan farmasi
di instansi pemerintah dan
masyarakat di bidang
pengawasan obat.

Pasal 10
(1) Pengawasan yang
dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud
dalam pasal dan
pengawasan yang dilakukan
oleh Kepala BPOM
dilaporkan secara berkala
kepada Menteri.
(2) Laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.

8. Pencatatan & PMK No. 72 Tahun 2016 BAB PMK No. 74 Tahun 2016
Pelaporan yang II bagian B Tentang Standar BAB II Tentang Standar
harus ada Pelayanan Kefarmasian di RS Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan
terhadap kegiatan pengelolaan A. Perencanaan : Proses
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Perencanaan kebutuhan
dan Bahan Medis Habis Pakai sediaan farmasi per tahun
yang meliputi perencanaan dilakukan secara berjenjang
kebutuhan, pengadaan, (bottom-up). Puskesmas
penerimaan, pendistribusian, diminta menyediakan data
pengendalian persediaan, pemakaian obat dengan
pengembalian, pemusnahan dan menggunakan Laporan
penarikan Sediaan Farmasi, Alat Pemakaian dan Lembar
Kesehatan, dan Bahan Medis Permintaan Obat (LPLPO).
Habis Pakai. Pelaporan dibuat c. Penerimaan : Tenaga
secara periodik yang dilakukan Kefarmasian wajib
Instalasi Farmasi dalam periode melakukan pengecekan
waktu tertentu (bulanan, terhadap sediaan farmasi dan
triwulanan, semester atau bahan medis habis pakai
pertahun). yang diserahkan, mencakup
jumlah kemasan/peti, jenis
BAB III bagian A dan jumlah sediaan farmasi,
1. Penelusuran Riwayat bentuk sediaan farmasi sesuai
Penggunaan Obat denga nisi dokumen LPLPO
Penelusuran riwayat ditandatangani oleh Tenaga
penggunaan Obat merupakan Kefarmasian, dan diketahui
proses untuk mendapatkan oleh Kepala Puskesmas. Bila
informasi mengenai seluruh tidak memenuhi syarat, maka
Obat/Sediaan Farmasi lain Tenaga Kefarmasian dapat
yang pernah dan sedang mengajukan keberatan.
digunakan, riwayat h. Administrasi meliputi
pengobatan dapat diperoleh Pencatatan dan pelaporan
dari wawancara atau data terhadap seluruh rangkaian
rekam medik/pencatatan kegiatan dalam pengelolaan
penggunaan Obat pasien. Sediaan Farmasi dan Bahan
2. Pencatatan penggunaan obat Medis Habis Pakai yang
3. Sumbangan/Dropping/Hibah diterima, disimpan,
Instalasi Farmasi harus didistribusikan dan
melakukan pencatatan dan digunakan di Puskesmas atau
pelaporan terhadap unit pelayanan lainnya
penerimaan dan penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
sumbangan/dropping/ hibah.

9. Sanksi PMK No. 72 Tahun 2016 pasal PMK No. 74 Tahun 2016
12 Tentang Standar Pelayanan pasal 11 Tentang Standar
Kefarmasian di RS Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
Pelanggaran terhadap ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini dapat Pelanggaran terhadap
dikenai sanksi administratif ketentuan dalam Peraturan
sesuai dengan ketentuan Menteri ini dapat dikenai
peraturan perundang-undangan. sanksi administratif sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai