Disusun Oleh :
NPM : 18340194
Kelas : B (Reguler)
1. Manajemen Mutu
Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar
sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan
risiko yang membahayakan penggunaannya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak efektif. Manajemen Mutu bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan ini melalui suatu “kebijakan mutu” yang
memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di
dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi cara
pembuatan obat yang baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen
Risiko mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor
efektifitasnya. Unsur dasar Manajemen Mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk atau jasa
pelayanan yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian
Mutu.
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem Pemastian Mutu yang memuaskan dan pembuatan
obat yang benar. Oleh sebab itu, Industri Farmasi bertanggung jawab
untuk menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personel hendaklah
memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh
personel hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai
higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Industri Farmasi hendaklah memiliki personel yang
terkualifikasi dan berpengalaman praktris dalam jumlah yang
memadai. Tiap personel hendaklah tidak dibebani tanggung jawab
yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat.
Suatu Industri Farmasi harus memiliki struktur organisasi yang
menguraikan tugas dan kewenangan masing-masing personel sesuai
dengan posisinya. Tugas tersebut boleh didelegasikan kepada wakil
yang ditunjuk dengan syarat wakil tersebut memiliki tingkat kualifikasi
yang memadai. Personel kunci yang harus ada di suatu industri
farmasi, mencakup Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian
Pengawasan Mutu, dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu). Tugas spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi
penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis
sebagai berikut:
1. Personel Kunci
a. Personel Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala
bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen
Mutu.
b. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen
Mutu/kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen
satu dengan yang lain.
2. Organisasi, Kualifikasi dan tanggung jawab
a. Pada struktur organisasi perusahaan, bagian Produksi dan
Pengawasan Mutu harus dipimpin oleh seorang Apoteker
yang berbeda, yang tidak saling bertanggung jawab satu
terhadap yang lain. Keduanya tidak boleh mempunyai
kepentingan di luar organisasi perusahaan, yang dapat
menghambat atau membatasi tanggung jawabnya.
b. Manajer produksi harus seorang apoteker yang terlatih serta
memiliki pengalaman praktis yang memadai, diberikan
wewenang dan tanggung jawab penuh mengelola produksi
obat.
c. Manajer Pengawasan Mutu harus seorang Apoteker yang
handal, terlatih dan memiliki pengalaman praktis yang
memadai, memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh
dalam penyusunan, verifikasi dan pelaksanaan seluruh
prosedur Pengawasan Mutu.
d. Manajer Produksi dan Pengawasan Mutu bersama-sama
bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengesahan
prosedur-prosedur tertulis, pemantauan dan pengawasan
lingkungan pembuatan obat, kebersihan pabrik dan validasi
proses produksi, kalibrasi alat-alat pengukur, latihan
personel, pemberian Universitas Sumatera Utara persetujuan
terhadap pemasok bahan dan kontraktor, pengamanan
produk dan bahan terhadap kerusakan serta kemunduran
mutu serta penyimpanan dokumen-dokumen.
e. Tersedia tenaga yang terampil dalam jumlah yang memadai
untuk melaksanakan supervisi langsung di bagian Produksi
dan Pengawasan Mutu. Setiap supervisor tersebut harus
terlatih dan memiliki keterampilan teknis, pengalaman
praktis dan bertanggung jawab kepada manajer Produksi dan
Pengawasan Mutu.
f. Tersedia tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan
Pengawasan Mutu sesuai prosedur dan spesifikasi yang telah
ditentukan.
g. Tanggung jawab yang diberikan pada setiap personel harus
tidak terlalu berlebihan sehingga dapat menimbulkan resiko
terhadap mutu obat.
h. Tugas dan tanggung jawab harus diberikan dengan jelas
serta dapat dipahami dengan baik oleh setiap personel.
3. Pelatihan
a. Seluruh personel yang terlibat dalam kegiatan pembuatan
obat, harus dilatih mengenai kegiatan yang sesuai dengan
tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB.
b. Pelatihan harus diberikan oleh orang yang ahli. Perhatian
khusus diberikan bagi mereka yang bekerja di daerah steril
dan daerah bersih atau yang bekerja dengan bahan yang
mempunyai resiko tinggi, atau yang menimbulkan
sensitisasi.
c. Pelatihan mengenai CPOB dilakukan secara
berkesinambungan dengan frekuensi yang memadai untuk
menjamin agar personel terbiasa dengan persyaratan CPOB.
d. Pelatihan CPOB dilaksanakan menurut program tertulis
yang disetujui oleh manajer Produksi dan Pengawasan Mutu.
e. Catatan pelatihan mengenai CPOB kepada personel harus
disimpan dan efektivitas program pelatihan dan prestasi
personel harus dinilai secara berkala untuk menentukan
apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai
untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
3. Bangunan dan fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah
memiliki desain, konstruksi, letak yang memadai, serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil terjadi risiko kekeliruan,
pencemaran silang dan kesalahan lain serta memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran
silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat. Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang
berasal dari lingkungan dan sarana maka perlu:
1. Disiapkan ruang terpisah yang dirancang khusus untuk menghindari
kontaminasi.
2. Kelas A atau kelas 100, berada di bawah aliran udara laminer dan
memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar 99.995%.
Universitas Sumatera Utara
3. Kelas B atau kelas 100, merupakan ruangan steril, kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona kelas A dan memiliki
efisiensi saringan udara akhir sebesar 99.995%.
4. Kelas C atau kelas 10.000, merupakan ruang bersih, memiliki
efisiensi saringan udara sebesar 99.95 %.
5. Kelas D atau kelas 100.000, adalah ruangan bersih, memiliki
efisiensi saringan udara sebesar 99.95 % bila menggunakan sistem
resirkulasi ditambah make-up air (10-20 % fresh air) .
6. Kelas E adalah ruangan umum dan ruangan khusus, memiliki
efisiensi saringan udara sebesar 99.95% bila menggunakan sistem
resirkulasi ditambah make-up air (10-20 % fresh air).
7. Kelas F adalah ruangan pengemasan sekunder.
8. Kelas G adalah ruang gudang. Bangunan suatu industri farmasi
permukaan bagian dalam ruangan seperti dinding, lantai dan langit-
langit hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka
serta mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi. Lantai
di daerah pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,
permukaan yang rata dan memungkinkan pembersihan secara cepat
dan efisien. Dinding juga hendaklah kedap air dan memiliki
permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut antara dinding, lantai
dan langit-langit dalam daerah-daerah kritis hendaklah berbentuk
lengkungan.
4. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah
memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai,
serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat yang
dihasilkan dapat terjamin, seragam dari bets ke bets, dan memudahkan
pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
a. Desain dan konstruksi
1) Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,
produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absorpsi yang dapat mempengaruhi
identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang
ditentukan.
2) Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan
rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan
pengawasan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah diperiksa
ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur
yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi
hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik.
b. Pemasangan dan penempatan
1) Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar
bahan di area yang sama. Peralatan hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk menghindari risiko kekeliruan atau
pencemaran.
2) Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain
hendaklah dipasang sedemikian rupa agar mudah diakses pada
tiap tahap proses. Pipa hendaklah diberi penandaan yang jelas
untuk menunjukkan isi dan arah aliran.
c. Perawatan
1) Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah
malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas,
mutu atau kemurnian produk.
2) Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan
dipatuhi.
3) Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan dan
bila perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah
kontaminasi.
4) Bila peralatan digunakan untuk produksi produk dan produk
antara yang sama secara berurutan atau secara kampanye,
peralatan hendaklah dibersihkan dalam tenggat waktu yang
sesuai untuk mencegah penumpukan dan sisa kontaminan (misal:
hasil urai atau tingkat mikroba yang melebihi batas).
5) Peralatan hendaknya diidentifikasi isi dan status kebersihannya.
6) Buku log hendaknya dibuat untuk pencatatan validasi
pembersihan dan pembersihan yang telah dilakukan termasuk
tanggal dan personel yang melakukan kegiatan tersebut.
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu
serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
a. Produksi sebaiknya dilakukan dan diawasi oleh personel yang
kompeten.
b. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan
karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,
penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah
dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila
perlu dicatat.
c. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak
merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan
dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu.
d. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi
seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara
teratur untuk memudahkan segragasi antar bets dan rotasi stok.
e. Produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran
mikroba atau pencemaran lain pada tiap tahap pengolahan.
f.Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan
atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai
hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan
yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila
perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahapan proses
produksi.
g. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin
dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada
persetujuan tertulis dari kepala bagian Pemastian Mutu dan bila
perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
h. Sistem penomoran bets/lot Untuk memastikan bahwa tiap bets/lot
produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi.
Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap pengolahan
dan tahap pengemasan hendaklah saling berkaitan. Sistem
penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot
yang sama tidak dipakai secara berulang. Alokasi nomor bets/lot
hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan tersebut
hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk
dan ukuran bets/lot yang bersangkutan.
7. Pengawasan mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari
CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada
semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai
dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,
pengujian, serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah
dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dijual, sampai mutunya
telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan
laboratorium, tetapi juga mencakup semua keputusan yang
berhubungan dengan mutu produk, yaitu uji stabilitas, program
pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka
validasi, penanganan sampel pertinggal, penyusunan dan perbaharuan
spesifikasi bahan dan produk, serta metode pengujiannya.
Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian
Pengawasan Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di
bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan
pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa
laboratorium. Selain itu harus didukung dengan sarana yang memadai.
Tugas pokok bagian Pengawasan Mutu, yaitu:
a. Membuat dan merevisi prosedur pengawasan dan spesifikasi.
b. Menyiapkan prosedur tertulis yang rinci untuk melakukan
seluruh pemeriksaan, pengujian dan analisis.
c. Menyusun program dan prosedur pengambilan sampel secara
tertulis.
d. Memastikan pemberian label yang benar pada wadah bahan dan
produk.
e. Menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk.
f. Meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk antara,
produk ruahan atau produk jadi.
g. Melakukan evaluasi stabilitas semua produk jadi secara
berkelanjutan dan bahan awal jika diperlukan, serta menetapkan
kondisi penyimpanan bahan dan produk berdasarkan data
stabilitasnya.
h. Menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi
berdasarkan data stabilitas serta kondisi penyimpanannya.
i. Berperan atau membantu pelaksanaan program validasi.
Universitas Sumatera Utara
j. Menyiapkan baku pembanding sekunder sesuai dengan prosedur
pengujian yang berlaku dan menyimpan baku pembanding
tersebut pada kondisi yang tepat.
k. Menyimpan catatan analitis dari hasil pengujian semua sampel
yang diambil.
l. Melakukan evaluasi produk jadi kembalian dan menetapkan
apakah produk tersebut dapat diluluskan atau diolah ulang atau
harus dimusnahkan.
m. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama dengan bagian
lain dari perusahaan.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi
manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang
esensial dari Pemastian Mutu. Dokumentasi yang jelas adalah
fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko
terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya
mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan
dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Dokumen hendaklah
didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan dengan cermat. Bagian
dokumen pembuatan dan hendaklah sesuai dengan dokumen
persetujuan izin edar yang relevan. Dokumen hendaklah disetujui,
ditandatangani dan diberi tanggal oleh personel yang sesuai dan diberi
wewenang.
Dokumen yang diperlukan sesuai CPOB 2012 adalah sebagai
berikut:
1. Spesifikasi bahan awal
2. Spesifikasi bahan pengemas
3. Spesifikasi produk antara dan produk ruahan
4. Spesifikasi produk jadi
5. Dokumen produksi induk Universitas Sumatera Utara
6. Prosedur Pengolahan Induk
7. Prosedur Pengemasan Induk
8. Catatan Pengolahan Bets
9. Catatan Pengemasan Bets