Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rentang akan kekurangan gizi
karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan janin yang dikandungnya. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa
efek terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan
yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin. Salah satu masalah
gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia.
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia. Angka anemia
pada ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan
kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001,
anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1%
(Amirudidin, 2007).
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia
dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu hamil, angka premature, BBLR dan
angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu
harus memengetahui gejala anemia pada ibu hamil seperti cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan menurun (anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan mual nutah pada kehamilan
muda.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisienasi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Saifussin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada uumnya adalah sebagai berikut :
1. Kurang gizi (malnutrisi).
2. Kurang zat besi dalam diit.
3. Malabsorbsi.
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.
Dari uraian diatas penyusun merasa tertarik untuk mengambil kasus anemia
pada ibu hamil ini, karena mengingat masih tinggiya angka anemia pada ibu hamil di
Indonesia, dan dengan mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
anemia ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dari profesi keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep keluarga itu?
2. Bagaimana konsep ibu hamil itu?
3. Bagaimana konsep anemia pada ibu hamil?
4. Bagaimanakah contoh kasus dan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ibu Hamil
dengan anemia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penuisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui konsep medis ibu hamil
dengan anemia dan suhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengn anemia.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui konsep keluarga
2. Untuk mengetahui konsep ibu hamil
3. Untuk mengetahui konsep anemia pada ibu hamil
4. Untuk mengetahui contoh kasus dan asuhan keperawatan keluarga pada
ibu hamil dengan anemia.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Keluarga


1. Pengertian
Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang
atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Ali (2010), keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling bergantung.
Ali (2010) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah
tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan ikatan perkawinan,
kelahiran atau adopsi yang tinggal di satu tempat/ rumah, saling berinteraksi satu
sama lain, mempunyai peran masing-masing dan mempertahankan suatu
kebudayaan.

2. Ciri-ciri keluarga
a. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi,

2008)

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan


hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)

termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak.

5. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah

tangga.

b. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong royong.

2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.

3. Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan

dilakukan secara musyawarah.

3. Struktur Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Tipe Keluarga
a. Keluarga Inti (The nuclear family)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau
angkat).
b. Keluarga luas/besar (The extended family)
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
c. Single parent
Suatu rumah tangga yang terdiri satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak
(kandung/angkat). Kondisi ini disebabkan oleh perceraian.
d. Single adult
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti : seorang yang telah dewasa tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah.
e. Keluarga asal (The family of origin)
Merupakan suatu unit keluarga yang tempat asal seseorang tersebut dilahirkan.
f. Keluarga berantai (The social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari 1x dan
merupakan suatu keluarga inti.
g. Composite family
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
h. Cohabitation family
Dua orang yang menjadi 1 keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau
tidak.
i. Incest family
Sering dengan masuknya nila-nilai global dan pegaruh informasi yang sangat
dahyat , dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya nak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan
tirinya. Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis (laki-laki) hidup satu
rumah tangga.
j. Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
5. Peran Keluarga
a. Peran dasar yang membentuk posisi social sebagai suami-ayah dan istri-ibu
antara lain sebagai berikut :
1. Peran sebagai provider atau penyedia.
2. Sebagai pengatur rumah tangga.
3. Perawatan anak baik yang sehat maupun yang sakit.
4. Sosialisasi anak.
5. Rekreasi.
6. Persaudaraan (lainship), memelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal.
7. Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan).
8. Peran seksual.

b. Peran informal keluarga


1. Pendorong
2. Pengaharmonis
3. Inisiator-kontributor
4. Pendamai
5. Pencari nafkah
6. Perawatan keluarga
7. Penghubung keluarga
8. Pionir keluarga
9. Sahabat, penghibur, dan coordinator.

6. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Reproduksi (The Reproduction of Function)
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Sosialisasi (The Socialization of Function)
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
3. Fungsi Ekonomi (The Economic of Function)
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
4. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan (The Health Care Function)
Merupakan pertimbanagan vital dalam pengkajian keluarga yang memerlukan
penyediaan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti : makanan, pakaian, tempat
tinggal dan perawatan kesehatan. Jika dilihat dari perspektif masyarakat,
keluaraga merupakan sistem dasar , dimana perilaku sehat dan perawatan
kesehatan diatur, dilaksanakan dan diamankan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :


a. Keluarga mampu mengenali masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan .
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan
d. Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana
rumah yang sehat.
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasiitas pelayanan kesehatan yang tepat.

7. Peran perawat dalam perawatan kesehatan keluarga


a. Educator
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan
keluarga.
b. Coordinator
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan
keluarga. Misalnya klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan
yang kelanjutan dirumah, maka perlu koordinasi lanjutan asuhan keperawatan
dirumah.
c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah , klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung
atau mengawasi keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarga
yang sakit.
d. Pengawas kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur ubtuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan dan penasehat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasi masalah
kesehatan.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan lainnya untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal.
g. Advokasi
Perawat sebagai advokat klien harus dapat melindungi hak dan kewajiban
klien.
h. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga didalam menghadapi kendala
untuk meningkatkan deraj kesehatannya.
i. Penemu kasus
Perawat berperan mengdentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga
tidak terjadi penyakit yang mewabah.
j. Modifikasi lingkungan
Perawat juga harus berperan dalam memodifikasi lingkungan, baik lingkungan
rumah maupun lingkunga masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang
sehat.

8. Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap 1 Keluarga Baru (Pasangan Baru)
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
2. Membina hubungan dengan keluarga yang lain, teman, kelompok social.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Tahap 2 Keluarga Anak Pertama (Child-Bearing)
1. Persiapan menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi, hubungan
seksual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan.
c. Tahap 3 Keluarga dengan Anak Prasekolah
1. Memnuhi kebutuhan anggota keluarag seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dan baik didalam mupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingungan sekitar).
5. Pembagian waktu untuk iindividu, pasangan dan anak (yang paling repot).
6. Pembagian tanggung jawab anggot keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk timuasi tumbuh dan kembang anak.
d. Tahap 4 Keluarga dengan Anak Sekolah
1. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kebutuhan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e. Tahap 5 Keluarga dengan Anak Remaja
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mngingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, permusuhan dan kecurigaan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
f. Tahap 6 Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
1. Memperluas keluarga inti menjadi kelaurga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua suami/istri yangsedng sakit dan memasuki masa tua.
4. Membantu untuk mandiri dimasyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap 7 Keluarga dengan Usia Pertengahan
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Tahap 8 Keluarga dengan Usia Lanjut
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat.
5. Melakukan life review.

2.2. Konsep Ibu Hamil


a. Pengertian
Ibu hamil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami
kehamilan. Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan
sebuah sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang terpisah, tetapi ada
suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah
pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan
gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika peristiwa ini berlangsung baik,
maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai (Bobak, 2005, p. 74).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh
wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan
diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan
fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan
(Cunningham, 2006).

b. Tanda Kehamilan
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah
dikenali dan merupakan petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan
kehamilan. Ada tiga tanda yang menunjukkan telah terjadinya suatu kehamilan,
yang pertama tanda persumtif adalah tanda dugaan seorang wanita mengalami
kehamilan, yang termasuk tanda persumtif ini antara lain adanya mual dengan
atau tanpa muntah, terjadi gangguan berkemih, fatigue (rasa mudah lelah) dan
persepsi adanya gerakan janin. Kedua adalah tanda kemungkinan hamil yang
ditandai dengan terhentinya menstruasi, perubahan pada payudara, adanya
perubahan pada mukosa vagina, selain itu terjadinya peningkatan pigmentasi kulit
dan timbulnya strie abdomen. Ketiga adalah tanda positif hamil yaitu terjadi
pembesaran abdomen, perubahan ukuran, bentuk dan konsistensi uterus, terjadi
perubahan pada serviks, serta adanya kontraksi braxtonhiks dan terakhir tanda
pasti kehamilan yang mana akan dapat diidentifikasi kerja jantung janin,
adanyagerakan janin aktif, dan deteksi kehamilan secara ultrasonografi
(Cunningham, 2006).

c. Perkembangan / perubahan fisik kehamilan


a. Perubahan Kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu.
Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga
menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola
mamae dan puting susu, daerah yang bewarna hitam di sekitar puting susu
akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna
hitam. Hal ini di sebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan
mrmbesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis
hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam
dibandingkan sebelumnya , muncul garis baru yang memanjang ditengah atas
pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum
yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria
livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini
terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lubus hipofisis
anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
b. Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria.
Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c. Perubahan Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya
persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok
untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah sebagai
berikut :
1) Payudara membesar, tegang dan sakit
2) Vena dibawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
3) Hiperpigmentasi mamae dan puting susu serta mucul areola mamae
4) Kelenjar montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar montgomery mengeluarkan lebih banyak
cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi
tempat berkembang baik bakteri
5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang
sangat encer. Dari kelahiran 32 minggu sampai anak lahir, cairn yang
dikeluarkan lebih kental, berkawan kuning, dan banyak mengandung lemak.
Cairan ini disebut kolostrum.
d. Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin membesar. Biasanya
hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah
kehamilan 5 bulan perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut
menjadi tegang dan pusat menonjol keluar. Timbul stria gravidarum dan
hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
e. Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah
yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda
Chadwick.
f. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus
yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan dan kiri.
g. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar
h. Perkembangan/perubahan psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada :
1) Trimestri I meliputi : ambilvalen , takut,fantasi,dan khawatir.
2) Trimestri II meliputi : perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin mengingkat. Kadang tmpak
egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimestri III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert,
dan merefleksikan pengalaman masa lalu.
i. Masalah yang sering terjadi
1) Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dannyata. Selama trimestri I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan
pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh
tubunya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini
semakin kuat seirong bertambahnya usia kehamilan. Secra bertahap terjadi
kehilangan batasan-batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan
diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman. Sikap wanita terhadap
tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakininya dan sifat
pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap
positif terhadap tubuh Biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring
kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada
kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka
dalam keadmaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan
perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.
2) Ambivalensi selama kehamilan
Ambivalensi di definisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti
cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan.
Ambivelensi adalah respon normal yang dialami individu yang
mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki
sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia
dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap
bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang
kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang
kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan
pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan
bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat
memicu perasaan tersebut. Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai
trimestri III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum
diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat,
kenangan akan perasaab ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang
lahir cacat, seorang wanita kemunhkinan akat mengingat kembali saat-saat
ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa
penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa
perasaan ambivalennya telah menyebabkab anak cacat.

3) Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa
pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan
yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda-beda ini
dipengaruhi oleh faktor-faktir fisik, emosi dan interaksi, termasuk takhayul
tentang seks wanita. Dengan berlanjutan kehamilan, perubahan bentuk
tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua
belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I
seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa
mual,letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara
perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat
meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada
trimester III peningkatan keluah somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat
menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun.
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan
seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap
yang laindan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan
seksual mereka. Kombinasi antara pasangan merupakan hal yang penting.
Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang
terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat
melihat perikaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan-
perubahan yang mereka amali, pasangan dapat mendefinisikan masalah
mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat
memperlancar kominikasi antar pasangan dengan berbicara kepada
pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami
wanita selama masa hamil.
4) Kekhawatiran tenang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda-beda selama
masa hamil. Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja
tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode
ini berlaku. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan
adanya gerakan dan denyut jantung, kecemasan orang tua yang terutama
ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan
membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusha untuk
memperoleh kepastianbahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap
lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin
melemah.

j. Tugas perkembangan
a. Menerima kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialahmenerima
ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita
tersebut. Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapam wanita dan
respons emosionalnya dalam menerima kehamilan
b. Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan
bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama
pasangan. Namun, merencarakan suatu kehamilan tidak selalu berarti
menerima kehamilan. Wanita lai memandang kehamilan sebagai suatu
hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak
diinginkan, bergantung pada keadaan. Wanita yang siap menerima suatu
kehamilan akan dipicu gejala-gejala awal untuk mencari validasu medis
tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perawsaan kuat,
seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan ”tidak yakin,” mungkin
menunda mencari pengawasan dan perawatan. Namun, beberapa wanita
menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu,
atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandangi sebagai suatu
peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi
yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon“ suatu hari nanti, tetapi tidak
sekarang.” Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai
kehendak alam. Banyak wanita mula-mula terkejut ketika mendapatkan diri
mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap
kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak
menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang
wanita mungkin tidak menyukai kenyataa dirinya hamil, tetapi agar anak
itu dilahirkan.
c. Respon emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilan sering memandang
hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari
rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung
percaya diri akan hasil akhir untik dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk
anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaab mereka baik,
namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat
untuk dijumpai pada wanita hamil. Perubahan mood yang cepat dan
peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calonibu
dan orang-orang disekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata
dan kemerahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa
muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi sama sekali. Perubahan
hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan,
dapat menjadi penyebab berubahan mood, hampir sama seperti saat akan
menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual
atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan
timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. Seiring kemajuan kehamilan,
wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia
bersedia membicarakan hal-hal yang tidak pernah dibahas atau yang
dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran-pikiran dan
gejala-gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang
dianggap protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar,
meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan
meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif
dan terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diinginkan, sara tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan
untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasany membawa keberhasilan.
Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan
perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa
tudak nyaman ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya
mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk
mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih
lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan.
d. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan
seorang wanita, yakini melalui memori-memori ketika ia,sebagai seorang
anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran
fiminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita
karir, menikah atau tidakmenikah, dan mandiri dari pada interdependen.
Peran-peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi,
dan merawat adik-adik, dapat meningkatkan pmahaman tentang arti
menjadi seorang ibu. Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi,
menyukai anak-anak dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka
sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi
penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terdapat adaptasi
prenatal dan adaptasi menjadi orang tua. Wanita yang lain tidak
mempertimbangkan dengan terinci arti menjadu seoranf ibu bagi mereka
sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan
dan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan karir dan anak harus
diselesaikan.
e. Hubungan ibu dan anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni
ketika wanita mulai membayangkan dengan melamunkan dirinya menjadi
ibu. Mereka mulai berpikir seakan-akan dirinya adalah seoranf ibu dan
membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang
sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat,
penuh cinta,dan dekat dengananaknya. Mereka mencoba untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
kehidupannya akibat kehadiransang anak dan membayangkan apaka
mereka bisa bertahan terhadap kebisingan, ke,acauan, kurangnya
kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan mereka
mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada
anak yang belum dilahirkan ini. Menemukan bahwa wanita “menerapkan “
dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri
atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau
berperan sebagai sumber informasi dn pengalaman. Hubungan ibu-anak
terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses
perkembangan.
f. Hubungan dengan pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah
ayah dari sang anak, karena semakin banyaj bukti menunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil
akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit
komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama
masa nifas. Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama ia hamil
:
1. Kebutuhan pertama ialah menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai.
2. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya
terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut kedalam keluarga.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu bertambahnya
seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama-lamanya.
g. Kesiapan kelahiran
Menjelang akhir trimestri III, wanita akan menglmi kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga menggaanggu tidur ibu. Nyeri
pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan
timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa
canggung mengganggu kemampuannyamelakukan pekerjaan rumag tangga
rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjanani
persakinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campur keduang.
Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera
menyelesaikan membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

2.3. Konsep Anemia pada Ibu Hamil


1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin darah kurang dari
normal, yang berbeda untuk kelompok umur dan jens kelamin. Secara klinis,
anemia berupa hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah persentil 10.
Anemia merupakan suatu kondisi pada ibu hamil dimana kadar hemoglobin
(Hb) yang lebih rendah dari 11g/dL pada trisemester pertama dan ketiga, dan
kurang dari 10,5 g/dL pada trisemester kedua (Cunningham, 2009). Berdasarkan
WHO batas normal hemoglobin untuk ibu hamil adalah 11gr%. Anemia adalah
konsentrasi hemoglobin kurang dari 12gr/dL pada wanita yang tidak hamil dan
kurang dari 10gr/dL pada wanita hamil dan nifas.
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) di bawah normal (Brunner & Suddart, 2002 : 22).
2. Etiologi
a. Sementara itu menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya
adalah :
1. Pendarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12 dan asam folat
3. Penyakit kronik seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema,
dll.
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggguapan sum-sum tulang belakang membentuk sel-sel darah.
6. Malabsorpsi
b. Penyebab anemia pada kehamilan
1. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil.
2. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
3. Pada wanita terjadi kehilangan besi yang berlebihan karena pendarahan
akibat persalinan sebelumnya atau mestruasi.
4. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan.

3. Manifestasi Klinis
Gejala anemia pada kehamilan diantaranya yaitu :
1. Ibu mengeluh cepat lelah.
2. Sering pusing
3. Mata berkunang-kunang,
4. Malaise,
5. Lidah dan bibir pucat,
6. Nafsu makan turun (anoreksia),
7. Konsentrasi hilang,
8. Keluhan mual muntah pada hamil muda,
9. Palpitasi.

4. Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang maikn meningkat terhadap plasenta dari pertumbuuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trisemster ke 2
kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000
ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah
partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta,
yang menyebabkan peningkatan ekresi aldesteron.

5. Klasifikasi
Pemeriksaan hemoglobin pada ibu hamil secara rutin harus dilakukan minimal 2
kali yaitu pada trisemester I dan trisemseter III (Dep. Kes RI, 2003).
Klasifikasi anemia menurut DepKes RI :
a) Normal : kadar Hb dalam darah >11gr%
b) Anemia Ringan : kadar Hb dalam darah 8-<8gr%
c) Anemia Berat : kadar Hb dalam darah <8gr%.
Klasifikasi menurut WHO :
a) Normal : kadar Hb >11gr%
b) Anemia ringan : kadar Hb 8gr%
c) Anemia berat : kadar Hb <8gr%

Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :


a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya
unsur zat besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari badan,
misalnya perdarahan. Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan,
terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah
dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat besi, lebih-lebih
pada kehamilan kembar. Pemberian suplemen zat besi selama kehamilan
sangat dianjurkan untuk menstransfer zat besi dari ibu ke janin yang diatur
oleh plasenta. Zat besi ditransfer ke janin setelah 30 minggu usia kehamilan
dimana puncak efisiensi zat besi ibu. Ketika status zat besi ibu menurun,
jumlah reseptor transferin plasenta meningkat sehingga lebih banyak zat besi
diambil oleh plasenta (Allen, L. H. 2000).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan
asam folik (Pteroylglutamic acid), jarang sekali karena kekurangan vitamin
B12 (cyanocobalamin).
Pengobatannya :
a. Asam folik 15-30 mg/hari
b. Vitamin B12 3x1 tablet/hari
c. Sulfas ferosus 3x1 tablet/hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfuse darah.
e. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan karena gangguan sum-
sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
f. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
Gejalan utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,
kelelahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

6. Komplikasi
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai.
a. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan :
abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.
b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ
rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
c. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun
sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan
yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat
menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah
terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnose anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamilmuda. Pada pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachi dilakukan 2
kali selama kehamilan yaitu trisemsester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb denga
sachli dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Hb 11 gr% : tidak anemia
b. Hb 9-10gr% : anemia ringan
c. Hb 7-8 gr5 : anemia sedang
d. Hb < 7gr% : anemia berat

8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan dan penanggulangan anemia antara lain :
1. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat hewani seperti
hati, ikan, daging dan usmber nabati seperti : sayuran hijau, tempe, tahu dan
buah buahan yang berwarna.
2. Hindarkan pantangan terhadap makanan yang keliru yang dapat merugikan
kesehatan ibu seperti ikan , telur, buah buahan tertentu.
3. Bila nafsu makan ibu berkurang , makanlah makanan yang segar seperti
buah, sayur bening, sayur segar lainnya.
4. Selama hamil makanlah beraneka ragam setiap harinya dalam jumlah cukup
dan makanan yang aman bagi kesehatan.
5. Ibu hamil harus makan dan minum lebih banyak dari pada saat tidak hamil.
6. Selsma hamil sebaiknyya tidak melakukan pekerjaan yang berat.
b. Pemberiaan tablet Fe.
1. Ketentuan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil yaitu :
a) Sehari 1 tablet selama minimal 90 tablet.
b) Dimulai pada waktu pertama kali pemeriksaan hamil.
c) Diberikn tanpa Hb.
d) Bila bumil telah melahirkan tapi Fe yang dimakan belum mencukupi 90
tablet, maka harus diteruskan sampai selesai.
2. Efek samping
Menimbulkan gejala antara lain : mual muntah kadang diare /sulit BAB.
Tinja akan berwarna kehitaman (tapi tidak berbahaya).
3. Cara makan obat :
a) Minum tablet tambah darah setelah makan malam / menghindari gejala
efek samping.
b) Dianjurkan untuk tidak minum bersama dengan susu, the, kopi dan tablet
kalk.
c. Memodifikasi lingkungan untuk perbaikan gizi.
d. Mendapat perhatian dari lingkungan.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang
atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Anemia merupakan suatu kondisi pada ibu hamil dimana kadar hemoglobin
(Hb) yang lebih rendah dari 11g/dL pada trisemester pertama dan ketiga, dan kurang
dari 10,5 g/dL pada trisemester kedua (Cunningham, 2009).
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia
dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka
kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus
mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi
hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat
pada kehamilan muda.

4.2. Saran
Makalah ini ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa
keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada keluarga ibu hamil dengan anemia.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai