Anda di halaman 1dari 8

Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (66-73)

Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/

Implementasi pendidikan karakter di Era 4.0 melalui pendidikan jasmani dan olahraga
di Sekolah

Lilik Indri Harta


UPN “Veteran” Yogyakarta
Email: liliktrail@gmail.com

Abstrak
Pada abad ke-21 ini dunia pendidikan sedang mengalami perubahan paradigma
pendidikan yang menempatkan manusia sebagai sumberdaya yang utuh, memberikan arah
kebijakan dalam meletakkan kerangka bagi pembangunan pendidikan di era revolusi industri
ke-4. Proses pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah suatu proses yang dapat
mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu, kerena itu dalam
proses pembelajaran, materi yang diajarkan harus mampu mengaktualisasi upaya membentuk
karakter siswa melalui pengembangan kepribadian. Pendidikan karakter akan membentuk
generasi muda yang memiliki jati diri. Namun demikian agar pembentukan jati diri melalui
pendidikan karakter di kalangan pelajar dapat terlaksana secara maksimal maka harus
dipersiapkan strategi khusus. Salah satu strategi melalui mata pelajaran di sekolah yang
mengena ketika mengajarkan pendidikan karakter adalah pelajaran olahraga. Dan yang
paling fundamental arah pendidikan harus dapat membekali peserta didik dengan kompetensi
pada kemampuan komunikasi, berorganisasi, kepemimpinan, memecahkan masalah,
kemandirian, kerjasama dan etika.

Kata Kunci: pendidikan karakter; pendidikan olahraga; pendidikan sekolah.

Abstract
In the 21th century the world of education is undergoing a change in the educational
paradigm that places humans as a whole resource, provides a policy direction in laying the
framework for educational development in the era of the 4th industrial revolution. The
learning process that is expected to occur is a process that can develop the potential of
students as a whole and integrated, because it is in the learning process, the material taught
must be able to actualize efforts to shape the character of students through personality
development. Character education will shape the young generation who have identity.
However, so that the formation of identity through character education among students can
be carried out optimally, a special strategy must be prepared. One strategy through subjects
in schools that hit when teaching character education is sports lessons. And the most
fundamental direction of education must be able to equip students with competence in
communication skills, organization, leadership, problem solving, independence, cooperation
and ethics

Keywords: character education; sports education; school education

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 66


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (66-73)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Lilik Indri Harta

How To Cite : Harta, I. L. (2019). Implementasi pendidikan karakter di Era 4.0 melalui
to APA Style pendidikan jasmani dan olahraga di Sekolah. Prosiding SENFIKS
(Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1), 66-73.

PENDAHULUAN yang justru sangat diperlukan untuk


kesuksesan karier peserta didik dalam
Dunia pendidikan saat ini sedang
kehidupan bermasyarakat kelak. (M.
mengalami satu perubahan. Banyak
Adnan Latief: 2009).
digembar-gemborkan bahwa di era internet
Karakter bangsa mengacu pada
of things, yaitu suatu kondisi yang serba
karakteristik dan pola kepribadian yang
terbuka tanpa mengenal jarak dan waktu,
relatif fungsional dan merupakan prototipe
sehingga sebuah negara harus melakukan
antara anggota masyarakat dewasa.
perubahan disegala bidang. Departemen
Banyak anak yang memiliki potensi
Pendidikan Nasional telah menetapkan
kecerdasan tapi kurang bisa berkembang
berbagai kebijakan dan upaya, dengan
maksimal, begitu pula banyak anak yang
terus-menerus mengusahakan pemerataan
memiliki kecerdasan tetapi perilakunya
akses terhadap pendidikan, peningkatan
belum mencerminkan pribadi yang luhur.
mutu serta mengembangkan manajemen
Sebuah buku yang berjudul Emotional
pendidikan, mengembangkan kurikulum
Intelligence and School Success (Ginanjar
pendidikan yang berbasis kompetensi,
Agustian, Ary, 2003) mengkompilasikan
serta mengarahkan sistem pendidikan
berbagai hasil penelitian tentang pengaruh
diberbagai jalur, jenis dan jenjang
positif kecerdasan emosi anak terhadap
pendidikan untuk memberdayakan
keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa
manusia Indonesia menjadi manusia yang
ada sederet faktor-faktor resiko penyebab
berkualitas sehingga mampu menjawab
kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor
tantangan zaman yang selalu berubah.
resiko yang disebutkan ternyata bukan
Pencerdasan bangsa tersebut juga
terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada
digariskan dalam Undang-Undang
karakter, yaitu rasa percaya diri,
Pendidikan Nasional Tahun 2003 Tentang
kemampuan bekerja sama, kemampuan
Sistim Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1
bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa
Ayat 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan
empati, dan kemampuan berkomunikasi.
terencana untuk mewujudkan suasana
Pendidikan karakter untuk membentuk jati
belajar dan proses pembelajaran agar
diri pada siswa dapat dilakukan melalui
peserta didik secara aktif mengembangkan
olahraga. Olahraga dapat membangun
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
karakter seseorang sebagaimana jargon
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
olahraga dan kesehatan di seluruh dunia
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
“mens sana in corpore sano”, bahwa
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
kesehatan fisik, mental, dan moral berjalan
masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan
dalam waktu yang bersamaan. Hal ini
kata lain, pasal-pasal pada UU Sisdiknas
kemudian menjadi kepercayaan dasar
tersebut mengamanatkan kepada semua
dalam masyarakat, dalam impementasinya
kegiatan pendidikan di negeri ini untuk
olahraga tetap merupakan sarana ampuh
diarahkan pada upaya mengembangkan
yang tak lekang jaman untuk membangun
kesadaran diri agar pengembangan potensi
karakter siswa.
kecerdasan diri dapat berhasil. Potensi
kecerdasan diri yang harus dikembangkan PEMBAHASAN
secara aktif oleh peserta didik dengan Karakter
bimbingan para pendidik tidak hanya
terkonsentrasi pada kecerdasan intelektual Dalam kamus besar bahasa
akademis tetapi juga kecerdasan karakter Indonesia, “karakter” diartikan sebagai
akhlak, atau budi pekerti. Dalam kamus
67 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)
Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (66-73)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Lilik Indri Harta

Inggris-Indonesia character adalah watak, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


karakter atau sifat (Echols, 1996: 107). menguraikan definisi pendidikan
Menurut Lumpkin (2008) dalam sebagaimana berikut, “Pendidikan dalam
pendidikan jasmani dan olahraga, karakter konteks resmi dapat diartikan sebagai
antara lain digambarkan dalam suatu suatu usaha sadar dan terencana untuk
bentuk perilaku sportivitas, menghargai mewujudkan suasana belajar dan proses
orang lain, kemauan dan tanggung jawab. pembelajaran agar peserta didik secara
Presiden RI pertama, Ir. Soekarno aktif mengembangkan potensi diri untuk
mengemukakan bahwa kegiatan olahraga memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
merupakan bagian yang strategis dalam pengendalian diri, kepribadian,
perubahan bangsa. Ungkapan tersebut kecerdasan, akhlak mulia, serta
dikemukakan dalam Toho Cholik M keterampilan yang diperlukan dirinya dan
(2002: 8) bahwa: “…… character and masyarakat.
national building penting sekali karena Penerapan pendidikan karakter dapat
merupakan dasar dari segala kehidupan menjadi upaya untuk mendukung
bangsa Indonesia. The founding father perwujudan cita-cita sebagaimana
(para pendiri bangsa) sepakat bahwa diamanatkan dalam Pancasila dan
membangun karakter memerlukan waktu Pembukaan UUD 1945. Strategi
yang lama sehingga harus dilaksanakan pelaksanaan pendidikan karakter
secara berkesinambungan. Oleh sebab itu merupakan suatu kesatuan dari program
pendidikan jasmani dan olahraga memiliki manajemen peningkatan mutu pendidikan
peran penting sebagai alat pendidikan dan yang terimplementasi dalam
sebagai wahana penanaman nilai-nilai pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi
yang tidak terpengaruh oleh perubahan oleh setiap lembaga pendidikan. Dewey
jaman. (1998: 80) menyatakan bahwa “pendidikan
Karakter merupakan konsep moral merupakan metode fundamental dari
yang tergabung dari sejumlah karateristik kemajuan dan pembaruan sosial”. Melalui
yang dapat dibentuk atau diajarkan melalui pendidikan, terjadi proses pembentukan
pendidikan jasmani dan olahraga maupun kecakapan-kecakapan fundamental secara
ketika beraktivitas fisik. Beberapa nilai intelektual dan emosional. Pendidikan
yang dapat dibentuk melalui aktivitas adalah alat yang dapat digunakan dalam
jasmani, diantaranya adalah: compassion pembangunan moral manusia (Veugelers,
(rasa terharu), fairness (berkeadilan), 2010: 1). Nilai-nilai moral yang
sport-personship (sikap sportif), dan diaplikasikan melalui pendidikan
Integrity (integritas) dalam Weinberg dan kemudian dibangun melalui tingkat sistem
Could (2003: 527). Nilai-nilai tersebut pendidikan. Dalam pelaksanaanya,
tertanam melalui peraturan-peraturan pendidikan sendiri membedakan antara
dalam permainan baik ketika berlatih nilai-nilai moral, tujuan pedagogis, dan
maupun saat pertandingan. Meskipun praktik yang dapat dilakukan pada proses
demikian, pendidikan jasmani bukan pendidikan.
merupakan satu-satuanya agen perubahan, Lebih lanjut, Albertus (2007: 3-4)
tetapi bila pendidikan jasmani dan mengungkapkan pengertian pendidikan
olahraga diselenggarakan dengan baik karakter sebagaimana berikut.
pasti akan memberi dampak yang positif. “Pendidikan karakter merupakan
Pendidikan merupakan investasi keseluruhan dinamika relasional
dalam pengembangan sumber daya antarpribadi dengan berbagai macam
manusia, dimana peningkatan kecakapan dimensi, baik dari dalam maupun
dan kemampuan diyakini sebagai faktor dari luar dirinya, agar pribadi itu
pendukung upaya manusia dalam semakin dapat menghayati
mengarungi segala sisi kehidupan. kebebasannya, sehingga ia dapat

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 68


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (66-73)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Lilik Indri Harta

semakin bertanggung jawab atas sikap dan tata laku seseorang atau
pertumbuhan dirinya sendiri sebagai kelompok orang dalam usaha
pribadi dan perkembangan orang lain mendewasakan manusia melalui upaya
dalam hidup mereka.” pengajaran dan latihan, proses perbuatan,
Berdasarkan uraian di atas, dapat cara mendidik. Pendidikan dalam bahasa
dikatakan bahwa pendidikan karakter Yunani berasal dari kata padegogik yaitu
merupakan suatu upaya sosial agar ilmu menuntun anak. Orang Romawi
individu dapat tumbuh dengan menghayati melihat pendidikan sebagai educare, yaitu
kebebasannya dalam hidup berdampingan mengeluarkan dan menuntun, tindakan
dengan individu lain. Pendidikan karakter merealisasikan potensi anak yang dibawa
dapat dilakukan dengan tujuan untuk waktu dilahirkan di dunia. Dalam bahasa
meningkatkan kualitas moral sumber daya Jawa, pendidikan berarti panggulawentah,
manusia, sehingga tercapai keseimbangan mengolah, mengubah kejiwaan,
antara pendidikan intelektual dan mematangkan perasaan, pikiran, kemauan
pendidikan watak dan kepribadian. dan watak, mengubah kepribadian sang
Lickona (1993: 1) berpendapat bahwa anak.
“pendidikan karakter telah berjalan selama Selama ini betapa pendidikan telah
pendidikan ada”. Sepanjang sejarah, diredusir sebagai proses untuk UNAS atau
pendidikan memiliki dua tujuan besar, SBMPTN tetapi tidak diarahkan kepada
yaitu untuk membantu orang menjadi membentuk masyarakat yang bermoral dan
cerdas dan untuk membantu orang menjadi beradab. Sesuai dengan UUD 1945,
baik pendidikan seharusnya mencerdaskan
Dengan pengertian tersebut, tentunya kehidupan bangsa. Hal ini berarti
terdapat karakter standar universal yang pendidikan adalah usaha untuk
berlaku secara universal pula yang terkait memberdayakan manusia. Manusia yang
dengan syarat keberhasilan, seperti halnya berdaya adalah manusia yang dapat
kepercayaan, kejujuran, keadilan, berfikir kreatif, mandiri, dan yang dapat
tanggung jawab, keterbukaan, dan lain membangun dirinya dan masyarakatnya.
sebagainya. Hal inilah yang kemudian Dalam konteks pendidikan Indonesia,
dikenal sebagai nilai-nilai karakter yang kemerosotan nilai-nilai moral, kedisiplinan
harus ditanamkan dalam pendidikan dan kejujuran telah menjadi semacam
karakter. Pendidikan karakter adalah suatu lampu merah yang mendesak semua pihak
sistem penanaman nilai-nilai karakter untuk segera memandang bahwa
kepada pembelajar yang meliputi pendidikan di sekolah bukan cuma
komponen pengetahuan, kesadaran atau difokuskan kepada kemampuan koknitif
kemauan, dan tindakan untuk tetapi juga dibekali pendidikan yang lebih
melaksanakan nilai-nilai karakter. Dalam bersifat kemampuan interaksi sosial agar
konteks tersebut dapat dipahami bahwa siswa berkembang menjadi individu yang
pendidikan merupakan proses yang utuh. Oleh karena itu pendidikan nasional
berlangsung secara terus menerus memegang peranan strategis dalam usaha
sepanjang kehidupan manusia.. membangun masyarakat Indonesia yang
kuat dan bersatu. Reformasi dalam bidang
Pendidikan
pendidikan ini sangat penting bagi
Dalam Kamus Besar Bahasa terwujudnya masyarakat Indonesia yang
Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari mandiri dan berdaya saing tinggi.
kata dasar didik (mendidik), yaitu: Masa remaja adalah masa
memelihara dan memberi latihan (ajaran, membentuk dan mengembangkan
pimpinan) mengenai akhlak dan kepribadian. Perkembangan anak menuju
kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan kedewasaan tidaklah berjalan lancar,
mempunyai pengertian proses pengubahan tentunya banyak kerikil tajam yang

69 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (66-73)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Lilik Indri Harta

merintangi. Pendampingan orang tua dan memperhalus keterampilan gerak,


guru sangat mempengaruhi perkembangan meningkatkan kebugaran jasmani dan
anak, sehingga anak tidak akan bertingkah memelihara kesehatan, memiliki
laku kasar, berkelahi, berbohong, suka pengetahuan tentang aktivitas fisik dan
mencontek, dan sebagainya. Sehingga latihan, menanamkan sikap yang positif
dalam hidup bermasyarakat yang bahwa aktivitas jasmani dapat
didampingi orang tua mereka harus meningkatkan kinerja peserta didik. Untuk
mampu menyesuaikan diri dengan aturan, itu, penjasor sebagai bagian dari proses
budaya, dan nilai-nilai yang ada, pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
mengingat usia remaja pada umumnya jasmani harus direncanakan secara
belum siap untuk bermasyarakat. sistematik untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara
Pendidikan Jasmani Olahraga
neuromuskuler, organik, perseptual,
Pada dasamya pendidikan jasmani kognitif, sosial, dan emosional dalam
dan olahraga (penjasor) merupakan bagian kerangka sistem pendidikan nasional
integral dari sistem pendidikan secara (Depdiknas, 2003: 6).
keseluruhan. lstilah penjasor mengandung Tujuan penjasor di sekolah untuk
dua makna, pertama, pendidikan untuk meletakkan dan mengembangkan: 1)
jasmani, kedua, pendidikan melalui landasan karakter melalui internalisasi
aktivitas jasmani (Wuest and Bucher, nilai, 2) dan dasan kcpribadian (cinta
1995: 125). Pendidikan untuk jasmani damai, sosial, toleransi dalam
lebih fokus pada pengembangan fisik dan kemajemukan budaya etnis dan agama), 3)
keterampilan peserta didik dengan berpikir kritis, 4) sikap sportif, jujur,
memakai sarana cabang-cabang olahraga disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,
untuk mencapai tujuan penjas. Penjasor percaya diri, dan demokratis, 5)
merupakan salah satu proses pendidikan keterampilan gerak, teknik, strategi
yang bertujuan untuk meningkatkan berbagai permainan dan olahraga, senam,
kinerja dan mengembangkan kemampuan aktivitas ritmik, akuatik dan pendidikan
peserta didik melalui aktivitas jasmani luar kelas, 6) keterampilan pengelolaan
yang dipilihnya Fungsi olahraga sebagai diri, pemeliharaan kebugaran jasmani dan
salah satu sarana yang dipakai untuk pola hidup sehat, 7) keterampilan menjaga
melaksanakan proses penjasor dan keselamatan diri sendiri dan orang lain, 8)
berfungsi sebagai sarana untuk 1) konsep aktivitas jasmani untuk mencapai
penyaluran emosi, 2) penguatan identitas, kesehatan, kebugaran dan pola hidup
3) kontrol sosial, 4) sosialisasi, 5) agen sehat, serta 9) mengisi waktu luang yang
perubahan, 6) penyaluran kata hati, dan 7) bersifat rekreatif (Depdiknas, 2003: 6-7).
mencapai keberhasilan (Wuest and Selain itu, penjas-or mampu
Bucher, 1995: 248-249). mengembangkan pola hidup yang sehat
Dengan demikian, penjasor dan aman, serta memiliki peran penting
merupakan proses pendidikan melalui dalam mempengaruhi aktivitas dan
aktivitas jasmani dan olahraga sebagai kesehatan individu dan masyarakat.
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan
Sebagai bagian integral dari proses
secara umum. Pendidikan melalui aktivitas
pendidikan secara umum, hendaknya
jasmani bermakna bahvva dalam mencapai
penjasor dapat memberikan kesempatan
tujuan pendidikan sarna yang dipakai
kepada peserta didik untuk terlibat
melalui aktivitas jasmani. Secara konsisten
langsung dalam berbagai pengalaman
penjasor memberikan efek yang
belajar melalui aktivitas jasmani, bermain
menguntungkan pada kesehatan jasmani
clan olahraga yang dilakukan secara
dan rohani pelakunya. Aktivitas jasmani
sistematis. Pengalaman belajar tersebut
diharapkan dapat meningkatkan dan

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 70


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (66-73)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Lilik Indri Harta

akan membina dan membentuk gaya hidup olahraga dan mengolahragaka masyarakat”
sehat dan aktif sepanjang hayat, yang pada (Lutan dan Sumardianto, 2000: 6).
akhirnya peserta didik akan memiliki Menurut Toho dan Lutan (2001: 64),
pemahaman tentang: 1) dirinya dan orang olahraga adalah proses sistematik yang
lain untuk terus mengembangkan diri dan berupa segala kegiatan atau usaha yang
berhubungan dengan orang lain, 2) nilai- dapat mendorong mengembangkan, dan
nilai sosial dan keteram-pilan agar efcktif membina potensi-potensi jasmaniah dan
dalam partisipasi, 3) budaya dan mampu rohaniah seseorang sebagai perorangan
menilai, 4) peran dan terampil atau anggota masyarakat dalam bentuk
berkornunikasi, 5) dunia sekitar dan cara permainan, perlombaan/pertandingan, dan
beradaptasi, serta 6) peran keindahan prestasi puncak dalam pembentukan
dalam kehidupan dan mampu manusia Indonesia seutuhnya yang
mengekspresikan melalui aktivitas jasmani berkualitas berdasarkan Pancasila.
dan olahraga (Wuest and Bucher, 1995: Olahraga harus bergerak dari konsep
62-63). bermain, games, dan sport. Ruang lingkup
bermain mempunyai karakteristik antara
Pendidikan Karakter Melalui Olahraga
lain terpisah dari rutinitas, bebas, tidak
Pelaksanaan pendidikan karakter produktif, menggunakan peraturan yang
secara berkelanjutan melalui olahraga tidak baku, ada kompetisi, dan hasil
diharapkan dapat membuat nilai-nilai ditentukan oleh keterampilan fisik,
moral yang telah tertanam tidak hanya strategi, kesempatan. Kegiatan olahraga ini
terlaksana sekedar dalam permainan dapat diaplikasikan dalam bentuk
olahraga, akan tetapi juga muncul dalam pembelajaran, pelatihan, dan kompetisi.
kehidupan sehari-hari termasuk di Kegiatan olahraga ini kemudian
lingkungan keluarga dan masyarakat. diimlementasikan untuk menanamkan
Olahraga adalah aktivitas jasmani yang sikap, perilaku, dan kepribadian
dilakukan dengan tujuan untuk memelihara mahasiswa sehigga membentuk jati diri.
kesehatan dan memperkuat otot-otot Pembentukan jati diri mahasiswa akan
tubuh. Kegiatan ini dapat dilakukan turut meningkatkan kualitas karakter
sebagai kegiatan yang menghibur, bangsa
menyenangkan atau juga dilakukan dengan Melakukan olahraga secara teratur
tujuan untuk meningkatkan prestasi. dan rutin sangat besar manfaatnya bagi
Makna olahraga adalah gerak badan yang setiap orang. Olahraga memungkinkan
dilakukan oleh satu orang atau lebih yang pengembangan potensi peserta didik dapat
merupakan regu atau rombongan menyeluruh yaitu baik fisik, mental, sosial,
(Depdiknas, 2008: 239). intelektual, emosional, maupun spiritual
Olahraga dapat dipahami sebagai (Anarino, Cowell, dan Hazelton, 1980:
aktivitas fisik untuk mendapatkan 189; Lumpkin, 1998: 246). Pendidikan
kesenangan, dan aktivitas khusus seperti jasmani yang dilaksanakan di sekolahan
berburu atau dalam olahraga pertandingan. dapat digunakan sebagai alat untuk
“UNESCO mendefinisikan olahraga membantu meningkatkan keterampilan
sebagai setiap aktivitas fisik berupa motorik, kesehatan, kebugaran, pembentuk
permainan yang berisikan perjuangan watak, kepribadian, kedisiplinan dan
melawan unsur-unsur alam, orang lain, penanaman nilai-nilai kejujuran, kerja
ataupun diri sendiri. Sedangkan Dewan sama, tanggung jawab dan kedisiplinan
Eropa merumuskan olahraga sebagai (Baley dan Field, 1976: 179).
aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan Ada banyak nilai karakter yang dapat
dalam waktu luang yang merupakan cikal diajarkan dan ditumbuhkan melalui
bakal panji olahraga di dunia “Sport for kegiatan olahraga. Adapun beberapa nilai
All” dan di Indonesia “memasyarakatkan dan karakter tersebut antara lain sebagai

71 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (66-73)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Lilik Indri Harta

berikut: 1) bekerja sama dengan rekan satu perkembangan gerak sangat


tim, 2) menunjukkan keberanian, 3). mempengaruhi perkembangan secara fisik,
bermain secara adil, 4) setia kepada teman intelektual, sosial, dan emosional. Anak
tim, 5) mengembangkan disiplin diri dan yang melakukan aktivitas fisik atau
mempraktikkan pengendalian diri, 6) bermain dalam sehari-hari, akan
menghormati peraturan, 7) berpengaruh positif terhadap kekuatan,
mengungkapkan kasih sayang, 8) kelentukan, bahkan daya tahan otot dan
menumbuhkan kedamaian, 9) daya tahan cardio vaskulair. Melalui
menunjukkan sportivitas, 10) menjaga olahraga seseorang akan memiliki
integritas, 11) jujur dan sopan, 12) tanggungjawab, rasa hormat, dan memiliki
bersikap agresif, 13) menjadi kompetitif, kepedulian dengan sesama. Ketika
14) tekun, 15) mampu bekerjasama dalam memasuki masa pubertas, setiap anak telah
kelompok, 16) melatih jiwa mempunyai sistem kepribadian yang
kepemimpinan, 17) terlibat dan memimpin merupakan pembentukan dari
perlawanan, 18) merasa empati, 19) perkembangan selama ini. Di luar sistem
mengerti etika, 20) menghormati kepribadian anak seperti perkembangan
lingkungan, 21) memahami tim sebagai ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh
komunitas moral, 22) mengembangkan media massa, keluarga, sekolah, teman
perspektif, 23) berani pada tingkat yang sebaya, budaya, agama, nilai dan norma
lebih matang secara moral, 24) menjadi masyarakat tidak dapat diabaikan dalam
perhatian dan memberi perhatian, 25) prosAes pembentukan kepribadian
latihan berpikir kritis, 26) merasakan dan tersebut.
membela harga diri. Beberapa butir nilai di Olahraga juga berkaitan dengan
atas merupakan nilai intrinsik dalam kemauan dan kreativitas yang dicerminkan
partisipasi seseorang terhadap olahraga. dalam kepedulian. Membangun jati diri
Seseorang yang terlibat dalam permainan melalui pendidikan karakter yang baik
olahraga dengan merangkul nilai-nilai ditujukan pada karakter individu, namun
dasar dalam olahraga pada awalnya pada gilirannya akan meningkatkan
memerlukan banyak usaha dari dirinya, karakter bangsa.
namun demikian nilai-nilai ini akan
DAFTAR PUSTAKA
terlatih sehingga dapat tumbuh di dalam
diri seseorang tersebut. Albertus, D. K. (2007). Pendidikan
Karakter, Strategi Mendidikan Anak
KESIMPULAN di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Banyak nilai-nilai karakter dalam
olahraga yang dapat diimplementasikan Annarino, A. A, Cowell, Ch. C &
dalam praktik nyata pada kehidupan Hazelton, H.W. (1980). Curriculum
sehari-hari. Melalui olahraga, nilai Theory and Design in Physical
karakter dapat ditanamkan dalam diri Education. St. Louis: The CV
sehingga mampu menjadi teladan bagi Mosby Company.
orang lain. Pendidikan karakter harus
dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa Baley, J. A. & Field, D. A. (1976).
henti untuk menjamin terciptanya karakter Physical Education and Physical
bangsa. Pencapaian terhadap karakter Educator. Boston: Allyn and Bacon
bangsa sesuai target yang diharapkan harus Inc.
dilaksanakan secara terus menerus melalui
berbagai jenjang pendidikan. Depdiknas BSNP. (2003). Undang-
Gerak memegang peranan yang Undang Nomor 20, Tahun 2003,
sangat vital dalam kehidupan manusia. tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sejak bayi, kanak-kanak hingga dewasa,

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 72


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (66-73)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Lilik Indri Harta

Dewey. J, Z, A. R. (1998). Budaya dan Wuest, D. A. & Lombardo, B. J.


Kebebasan. Jakarta: Yayasan Obor (1994). Curriculum and
Indonesia. instruction: the secondary school
physical education experience.
Ginanjar, A. A. (2003). ESQ. Jakarta: St.Louis: Mosby-Year Book Inc.
Arga.
Wuest, D. A., & Bucher, C. A. (1995).
Lickona, T. (1993). The Return of Foundations of physical education
Character Education. Journal of and sport. New York: McGraw Hill.
Educational Leadership, 51, 3, 6-11.

Kemendiknas. (2008). Panduan program


kegiatan pengembangan soft skills
bagi mahasiswa. Jakarta:
Direktorat Kelembagaan. Ditjen
Dikti.

Lumpkin, A. (1998). Physical Education


and Sport: A Contemporary
Introduction. Columbus, OH:
WCB/McGraw-Hill.

Lutan, R. & Sumardianto. (2000). Filsafat


Olahraga. Jakarta: Depdiknas.

Lutan, R. (2001). Olahraga dan Etika Fair


Flay. Direktorat Pemberdayaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Olahraga, Direktorat Olahraga
Depdiknas: Jakarta

Latief, M. A. (2007). Pengembangan soft


skill melalui pembelajaran bahasa
inggris berbasis konteks. Pidato
Pengukuhan Guru Besar. Malang:
Universitas Negeri Malang

Mutohir, T. C. (2002). Gagasan-gagasan


tentang Pendidikan Jasmani dan
Olahraga. Surabaya: Unesa
University Press.

Toho, C. M. & Lutan, R. (2001).


Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Veugelers, W. (2010). Education and


Humanism: Linking Autonomy and
Humanity. Switzerland: Sense
Publishers.

73 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)

Anda mungkin juga menyukai