Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) KEMATIAN KARENA DIARE

DI WILAYAH PUSKESMAS WONOMULYO

KECAMATAN WONOMULYO

TGL 22 DES 2016 S/D 08 JAN 2017

OLEH :

KELOMPOK 1

RAHMATILLA/20170409036

FAHRUNNISA HASBI/20170409032

NOVA ARYANTI/20170409041

ST. AISYAH AR/20170409030

A. SA’UNAH AMIDA HAERAH/20170409047

SRI ALMUNA MAWARNI PUTRI/20170409037

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR


A. Pendahuluan

Berdasarkan laporan petugas Puskesmas Wonomulyo, bahwa pada Kec.


Wonomulyo Desa Sidomulyo terjadi KLB Diare sejak tanggal 22 Desember 2016
sampai dengan 08 Januari 2017 sebanyak 181 kasus. rawat inap/ rujuk 2,
selebihnya rawat jalan. Pasien rata-rata masih balita. Wilayah yang terkena seperti
desa sumberjo, tumpiling,sugihwaras,dan kebanyakan dari kelurahan sidodadi.
(Kecamatan Wonomulyo, “ujar kepala puskesmas wonomulyo, Arfah Rahman).

Menurut Nawawi, penyakit diare disebabkan pola hidup yang tidak sehat serta
faktor makanan yang kurang bersih. Penyakit diare ini disebabkan makanan yang
dikonsumsi tidak higienis atau mungkin terlambat dikonsumsi terus dimasak
ulang. Selain itu juga karena air yang sudah tercemar bakteri atau faktor jamban
keluarga tidak sehat.

Kasus diare ini merupakan suatu kasus atau penyakit yang mempunyai gejala
klinis antara lain: demam,muntah-muntah,mulas,mual,dehidrasi,d-lender,d-
encer,d-darah,sampai terjadinya diare yang menimbulkan kesakitan dan kematian
pada penderita. Penularan diare yang sangat cepat biasanya kandungan bakteri
yang telah mencapai konsentrasi tinggi tidak ditanggulangi akan mengalami
penyebaran kasus yang lebih luas dengan tingkat kematian yang tinggi, akibatnya
KLB sering terjadi

Penyakit diare merupakan penyakitt yang mudah menular dan sering


menimbulkan wabah/KLB penyakit terutama pada awal musim penghujan.
Menurut Laporan Puskesmas Wonomulyo menyebutkan pada tahun 2016 tercatat
jumlah penderita diare sebanyak 141 kasus dan meninggal 2 orang.

Di tahun 2017 kasus diare mengalami penurunan yang ditemukan kasus


sebanyak 40 penderita, dan meninggal sebanyak 1 orang.
B. Tujuan Penyelidikan KLB
1. Menjelaskan kepastian adanya KLB Diare
2. Menjelaskan penegakan etiologi KLB Diare
3. Menjelaskan besarnya masalah KLB pada saat penyelidikan dilakukan
C. Metode Penyelidikan KLB
a. Desain
1. Mengadakan survey kasus di lokasi KLB untuk mengetahui kebenaran
laporan kasus kejadian luar biasa (KLB) diare disetiap desa yang
terkena penyakit tersebut
2. Mengadakan wawancara langsung terhadap penderita dan keluarga
penderita
3. Observasi dan pengambilan sampel sumber air minum, untuk diperiksa
di laboratorium.
b. Populasi dan Sampel
a) Populasi

Populasi dari kejadian klb diare ini adalah semua penduduk yang terkena
penyakit diare di wilayah kecamatan wonomulyo sebanyak 181 penduduk.

b) Sampel

Untuk data sampel kejadian klb diare ini diambil dari sebagian penduduk yang
mewakili penduduk yang terkena penyakit diare. Dimana besar sampel yang
diambil adalah sebanyak 20 sampel, 6 positif mengandung baktei ecoly.

c. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil kesimpulan hasil wawancara


informan dan data-data kasus diare yang ada di puskesmas wonomulyo.

Data diolah kedalam bentuk microoft exel dan spss dan kemudian dianaliss
membentuk sebuah laporan
d. Cara Melaksanakan Analisis

Analisis dilakukan dengan cara data yang diperoleh kemudian


diinterpretasikan untuk melihat bagaimana perkembangan kasus diare di daerah
tersebut dari tahun 2016 ke tahun 2017 serta faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan perkembangan kasus diare seperti umur, jenis kelamin serta tempat.
Kesimpulan ditarik dari hasil wawancara, observasi lapangan dan interpretasi
data, yang kemudian digunakan untuk menyatakan sebab utama dari kasus diare
di wonomulyo serta bagaimana solusi dari masalah tersebut.

D. Hasil Penyelidikan KLB


a. Memastikan adanya KLB dibanding dengan Kriteria KLB

Kasus diare yang terjadi di kecamatan wonomulyo adalah kejadian luar biasa
(KLB). Hal ini didasarkan pada laporan mingguan dari puskesmas wonomulyo
bahwa kasus diare sebelumnya tidak pernah menimbulkan kematian peningkatan
kasus secara cepat pada bulan desember 2016 sd bulan januari 2017. Kasus yang
ditemukan di kecamatan wonomulyo di 14 desa berdasarkan hasil investigasi
adalah berjumlah 181 kasus serta 2 kasus meninggal dunia. Sampai bulan januari
terjadi penurunan jumlah kasus diare di kecamatan wonomulyo yaitu berjumlah
40 kasus.

b. Gambaran klinis dan distribusi gejala diantara kasus-kasus yang


dicurigai

Sumber dan cara penularan diare kemungkinan besar melalui sumber air
minum yang digunakan/dikonsumsi masyarakat karena terkontaminasi oleh
kuman/bakteri.

Kasus diare ini merupakan suatu kasus atau penyakit yang mempunyai gejala
klinis antara lain: demam,muntah-muntah,mulas,mual,dehidrasi,d-lender,d-
encer,d-darah,sampai terjadinya diare yang menimbulkan kesakitan dan kematian
pada penderita.
Tabel Distribusi Gejala dari Diare

No Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %


1 Dehidrsai 17 9,4 %
2 Mual 6 3,3 %
3 Mulas 6 3,3 %
4 Muntah 110 60,8 %
5 Demam 92 50,8 %
6 D Lendir 64 35,4 %
7 D Darah 2 1,1 %
8 D Encer 0 0%
Diare
9 Berdasarkan data diatas, gejala yang paling banyak
177 dialami oleh penderita
97,8 %
adalah
10 diare sebanyak 180 kasus (99,4 %), diikuti 180 gejala d encer sebanyak
99,4 177
%
kasus (97,8 %)dan terendah gejala d lendir sebanyak 2 kasus (1,1 %).
c. Hasil pemeriksaan lab
Berdasarkan diagnosis klinis dan etiologi kejadian luar biasa (KLB) yang
dihubungkan dengan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap 20 sampel air galon
6 positif mengandung bakteri Escherichia Coli.
d. Kurva epidemic
60

50

40

30

20

10
0
e. Gambaran Epidemi Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Gambaran epidemic berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin seperti


terlihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel

Distribusi Kasus Diare Berdasarkan Golongan Umur Dan Jenis Kelamin

Di Wilayah Kecamatan Wonomulyo

TGL 22 DES 2016 S/D 08 JAN 2017

No Klasifikasi Umur Jenis Kelamin Jumlah


Lk Pr
1 <1 thn 28 13 41
2 1-4 thn 40 48 88
3 5-14 thn 14 6 20
4 15-44 thn 10 7 17
5 45 64 thn 7 5 12
6 >65 thn 1 2 3
Total 100 81 181
Berdasarkan data di atas umur yang paling banyak terkena penyakit diare
adalah umur dibawah lima tahun sebanyak 88 orang mengikut umur dibawah satu
tahun sebanyak 41 orang dan yang paling terendah pada umur 65 tahun ke atas
sebanyak 3 orang. Sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang paling banyak
terserang penyakit diare sebanyak 100 orang dan perempuan sebanyak 81 orang.

f. Gambaran Epidemi Menurut Tempat (Pemetaan Kasus)

Gambaran epidemic berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk


populasi yang rentan hubungannya dengan tempat tinggal. Gambaran epidemi
berdasarkan tempat dibuat berdasarkan lokasi desa yang terjangkit penyakit
diare.Kasus diare ini hampir terjadi di desa-desa kecamatan Wonomulyo dengan
kasus tertinggi di desa Sidodadi sebanyak 56 kasus (30,9%) disusul desa
Campurjo sebanyak 32 kasus (17,7%), dan kasus terendah terjadi di desa Arjosari,
Buttu Dakka,Sumbejo, dan Ujung Baru dengan masing-masing desa terdapat 1
kasus (0,6%)

Gambar 1 Peta Lokasi Wilayah KLB Diare

Ket. Tempat terjadinya KLB Diare

Gambar 2 Distribusi Frekuensi KLB Diare di 14 Desa Kecamatan Wonomulyo.


E. Pembahasan
Diare adalah perubahan frekuensi dan kondisi tinja . WHO pada tahun1984
mendefenisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam
(24 jam). Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya ( biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari) (Depkes RI 2000). Berikut adalah data kasus diare yang ada di Puskesmas
Wonomulyo.

Tanggal 2016 2017 Kasus Max Kasus Min Total


Mulai Diare P/M P/M
19/12/2016 1 0 1 0 1
21/12/2016 1 0 1 0 1
24/12/2016 9 0 9 0 9
25/12/2016 9 0 9 0 9
26/12/2016 59 0 59 0 59
28/12/2016 23 0 23 0 23
29/12/2016 38 0 38 0 38
31/12/2016 6 0 6 0 6
01/01/2017 0 5 5 0 5
02/01/2017 0 6 6 0 6
03/01/2017 0 6 6 0 6
04/01/2017 0 9 9 0 9
06/01/2017 0 5 5 0 5
07/01/2017 0 2 2 0 2
08/01/2017 0 2 2 0 2
Jumlah 146 35 181 0

Dari tabel di ats angka kasus diare paling tinggi terjadi bulan Desember 2016
dan yang paling rendah pada bulan maret tahun 2017. Sedangkan dari jumlah total
per tahun angk kasus tertinggi adalah 146 tahu 2016 dan terendah adalah 35 tahun
2017. Dapat kita simpulkan bahwa jumlah penyakit diare tiap tahun cenderung
menurun dan perbandingannya jauh lebih kecil dari angka maksimal. Hal ini
diduga karena salah satunya pemahaman masyarakat mengenai sanitasi dan
penggunaan air bersih.

Kasus diare ini hampir terjadi di desa-desa kecamatan Wonomulyo yaitu desa
Sugiwaras, Tumpiling, Campurjo, Sidodadi, Sumberjo, Arjosari, Sidorejo, Banua
Baru, Ujung baru, Kuningan, Kediri, Buttu Dakka,galeso, dengan kasus tertinggi
di desa Sidodadi sebanyak 56 kasus (30,9%) disusul desa Campurjo sebanyak 32
kasus (17,7%), dan kasus terendah terjadi di desa Arjosari, Buttu Dakka,Sumbejo,
dan Ujung Baru dengan masing-masing desa terdapat 1 kasus (0,6%)

Sejak meningkatnya penderita diare dan ditemukannya kematian diare di Kec.


Wonomulyo Kab.PolMan,Prov.Sul-Bar dari minggu ke-2 bulan Desember 2016
sampai dengan awal Januari 2017 Puskesmas Kec.Wonomulyo mengalami
kesulitan dalam mencari bentuk intervensi yang akan dilakukan karena belum
diketahui penyebab atau etiologinya

Akhirnya pada minggu ke-2 Januari 2017 berdasarkan diagnose klinis dan
etiologi kejadian luar biasa (KLB) yang dihubungkan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap sampel muntahan dan tinja pasien diare serta 20 sampel air
galon dilokasi kejadian disebabkan oleh 6 bakteri ekoli.

Ternyata penyebab peningkatan kasus (kesakitan dan kematian) diare di Kec.


Wonomulyo adalah bakteri ekoli tersebut dan beberapa faktor resiko yang dapat
penulis jelaskan sebagai berikut :

1. Bakteri Escherichia Coli


Bakteri Escherichie coli yang singkron dengan 6 tanda dan gejala dari 3
kematian diare. Tanda-tanda dan gejala dari penderita yang terinfeksi
E.Coli ini adalah kejang perut yang amat sangat (kadang-kadang
berdarah), mual muntah,demam, dan gejala lainnya yang menyertai.
Masa masuknya bakteri E. Coli ini ke tubuh penderita sampai
menimbulakn tanda dan gejala rata-rata 10-20 jam. Penularannya melalui
makanan dan minuman oleh individu terinfeksi.
Faktor yang berkontribusi terjadinya KLB adalah orang terinfeksi
menangani makanan pendingin yang tidak tepat atau suasana dingin ketika
turun hujan, pemasakan yang tidak mencukupi, pembersihan dan sanitasi
peralatan yang tidak tepat dan lain-lain.
2. Sumber air minum
Individu (rumah tangga) rata-rata mengkonsumsi air minum dari sumur
dan galon,ada juga dari PDAM . namun yang lebih berisiko terkena diare
adalah masyarakat yang mengkonsumsi air minum dari galon dan sumur.
3. Sumber air bersih
Individu (rumah tangga) rata-rata menggunakan sumur sebagai air berish
dan sedikit yang menggunakan air bersih dari PDAM.
4. Jamban
Individu (rumah tangga) yang tidak memiliki jamban dilokasi terjadi
kejadian luar biasa (KLB) diare 10 kali beresiko untuk menderita diare dan
menyebabkan kematian
5. Tempat sampah
Individu (rumah tangga) masih banyak yang belum mempunyai tempat
sampah,adapun yang tidak memiliki tempah sampah, sampahnya
dikumpul lalu dibakar.
6. Cuci tangan pakai sabun
Masih sedikit kesadaran dari masyarakat untuk mencuci tangan pakai
sabun sebelum makan, hal ini berisiko menyeabkan diare karena kuman
bakteri dari tangan.
7. Kandang Ternak
Individu (rumah tangga) yang memiliki kandang ternak di bawah kolom
rumah dilokasi terjadi kejadian luar biasa adalah 8 kali beresiko untuk
menderita diare yang menyebabkan kematian.
8. Pengolahn air minum
9. ASI / Formula
Tindakan yang telah dilakukan

Upaya yang telah dilakukan oleh tim penyelidikan sebagai tindakan


penanggulangan kasus diare dan pencegahan meluasnya kasus yang terjadi di 13
desa wilayah kerja Puskesmas Wonomulyo adalah sebagai berikut

1. Penanganan kasus diare di posko KLB

Puskesmas Kec. Wonomulyo yaitu menghimbau masyarakat agar menjaga


kebersihan, melakukan pemeriksaan kesehatan dan juga bersama dinas kesehatan
untuk memberikan bubuk kaporin di setiap sumur masyarakat yang sudah terkena
kasus KLB diare.

2. Pengadaan obat di posko KLB


3. Kerja sama lintas sector dan lintas program untuk penanggulangan kasus
KLB diare dengan melibatkan tokoh masyarakat, aparatur desa dan
kecamatan melalui penyuluhan bersama dan membuat kesepakatan
komitmen untuk penanngulangan kasus kasus diare di kecamatan
wonomulyo.
4. Pengambilan sampel air yang dilakukan oleh Puskesmas Kec. Wonomulyo
bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar.

Demikian akhir penyebab kasus kesakitan dan kematian diare di Kec.


Wonomulyo terungkap pada 181 penderita diare dan 3 kematian diare yang
dimulai pada minggu ke-3 bulan Desember 2016 sampai dengan minggu pertama
bulan Januari 2017.
F. Kesimpulan
Berdasarkan laporan penyelidikan KLB di wilayah Puskesmas Kec.
Wonomulyo dapat kami simpulkan bahwa :
1. informasi dari petugas puskesmas wonomulyo bahwa telah terjadi kasus
diare di beberapa desa yang ada di wilayah kerja peskesmas wonomulyo.
Wilayah yang terkena seperti desa sumberjo, tumpiling,sugihwaras,dan
kebanyakan dari kelurahan sidodadi.Jumlah penderita keseluruhan 181,
yang rawat inap/ rujuk 2, selebihnya rawat jalan. Pasien rata-rata masih
balita..
2. kasus diare yang terjadi di Kec. Wonomulyo terjadi karena kurangnya
pemahaman masyarakat akan air bersih dan sumber air yang digunakan
masyarakat. Selain itu cuaca juga dapat mempengaruhi kasus diare.
Berdasarkan data yang diperoleh angka diare tertinggi terjadi pada bulan
Desember sebanyak 141 kasus yang dimana pada bulan tersebut
merupakan musim hujan berada pada puncaknya namun minimnya
kesadaran warga akan kebersihan lingkungan. Umur merupakan salah satu
faktor penting dari kasus diare karena berdasarkan data survey anak-anak
lebih rentan dan pola piker yang masih minim mengenai pentingnya
memperhatikan dan menjaga kebersihan diri agar terhindar dari
terjangkitnya penyakit
3. DariLaporan Puskesmas Wonomulyo menyebutkan pada tahun 2016
tercatat jumlah penderita diare sebanyak 141 kasus dan meninggal 2 orang
serta di tahun 2017 ditemukan kasus sebanyak 40 penderita, meninggal
sebanyak 1 orang.
G. Rekomendasi

1. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Tempat Pengolahan


Makanan (TPM) termasuk pemeriksaan sampel makanan dan air secara
berkala.
2. Melakukan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya
tentang sanitasi dan hygiene pengolahan makanan bagi TPM dan masyarakat
secara umum.
3. Disarankan kepada setiap 3 bulan melaksanakan pemeriksaan DAMIUNG
(depot air minum isi ulang)
4. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk melakukan
pemantauan penyakit atau masalah kesehatan yang potensial Kejadian Luar
Biasa.
5. Setiap penyelidikan KLB, sebaiknya digunakan sebagai sarana mendapatkan
informasi untuk perbaikan program kesehatan pada umunnya dan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan sistim surveilans pada
khususnya.

Anda mungkin juga menyukai