Oleh
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Abu Bakar, M.Med Ed
selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
ABSTRAK
PENGANTAR
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Etiologi Contoh
Trauma Akut atau kronik
Virus Minor, mayor herpetiform herpetik
gingivostomatitis, herpangina.
Mukocutanneus/ Imunologi RAU, Liken planus, Pempigus, Pempigoid
Neoplasia Squamos Sel Karsinoma
Iskemia Nekrosis Sialometaplasia
ETIOLOGI
Agen infeksi diduga selama ini menjadi penyebab dalam periode yang
sangat panjang. Pengetahuan saat ini menunjukan tidak ada komponen bakteri
yang berperan dalam terjadinya Recurent Apthous Ulceration (RAU) meskipun
Streptococus khususnya menerima banyak perhatian sekitar 30 tahun yang lalu.
Jika ada etiologi infeksi yang tetap maka belum dapat dikonfirmasi dan bukti-
bukti yang menunjukan etiologi dari virus yang memberikan respon positif pada
beberapa pasien dengan pengobatan antiviral9-10. Penulis merasakan tidak ada
etiologi dari infeksi berdasarkan pengetahuan saat ini keberhasilan penggunaan
agen kortikosteroid topikal yang akan akan menyebabkan reaksi negatif dengan
adanya agen infeksi11-12.
PRESENTASI KLINIK
Bentuk dari aphthae didasarkan pada tiga parameter dimulai dari ukuran
lesi, durasi dan adanya sisa jaringan parut. Namun, setiap lesi cendrung mengikuti
presentasi yang sama, meskipun dengan variasi dalam durasi dan ukuran lesi.
Secara klinis, pasien dan dokter seringkali mampu memetakan urutan presentasi
melalui revolusi pada tahap berikut: (1) prodromal- gejalanya ada tapi tanpa ada
tanda-tanda klinis yang terlihat; (2) pra-colitis – presentasi awal, biasanya eritema
dan mengembung; (3) colitis – jaringan epitel yang rusak; (4) penyembuhan –
gejala pengurangan dan penyembuhan progresif; (5) remisi – tidak ada bukti lesi.
Tahap remisi merupakan periode ulkus yang bebas. Hal ini dapat di
perpanjang atau di perpendek, teratur atau tidak teratur dalam tahap
perkembangan ke tahap preulcerative atau dipicu oleh sebuah peristiwa yang
dapat diprediksi misalnya, disebakan oleh faktor makanan atau fase pra
menstruasi1.
Pada umunya MaAU sering terlihat pada bagian langit-langit lunak, lidah,
mukosa bukal serta labial. Ulser sering ganda dan asimetris. Menimbulkan daerah
sisa/parut yang dalam. Sama halnya seperti MiAU, ulser ini cendrung memilih
daerah kreatin secara umum serta nantinya meninggalkan margin yang tidak
teratur. Pasien biasanya mengalami sakit yang parah dan terkait dengan
limfadenopati (Gambar 2).
Gambar 2. Apthous ulserasi berulang mayor. Lesi berdiameter lebih besar dari 1 cm sering
melibatkan lapisan serta jaringan yang lebih dalam
Gambar 3. Apthous ulserasi berulang herpetiform. Lesi non-vaskuler dengan diameter 2-3
mm.
PEDOMAN PENGELOLAAN PASIEN RAU (Recurent Apthous Ulseration)
PENGOBATAN LAIN
KESIMPULAN
PENGAKUAN