Anda di halaman 1dari 10

James Augsburger; MD & Taylor Asbury, MD

Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan uni- gelap) dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera
lateral pada anak dan dewasa muda; kelompok usia ini di permukaan tarsal palpebra dan segmen anterior.
mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya
muda - terutama pria - merupakan kelompok yang paling benda asing, luka, dan abrasi. Inspeksi konjungtiva bulba-
mungkin mengalami trauma tembus mata. Kecelakaan di ris dilakukan untuk mencari adanya perdarahary benda
rumah, kekerasary ledakan aki, cedera yang berhubungan asing, atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan bilik mata
dengan olah raga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan depan dicatat. Ukuran dan bentuk pupil, serta reaksi pupil
keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma terhadap cahaya harus dibandingkan dengan mata yang
mata. Selain itu, semakin banyak trauma mata yang terjadi Iain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil a-fe-
akibat kecelakaan oleh tali bungee atau senapan angin ren di mata yang cedera. Mata yang lembek, visus senilai
paintball Pemakaian sabuk pengaman mobil mengurangi lambaian tangan (atau lebih buruk), defek pupil aferen,
insidens cedera akibat kaca yang berasal dari pecahan ka- atau perdarahan vitreus mengisyaratkan adanya ruptur
ca mobil bagian depan. Masih belum jelas apakah kantong bola mata. Bila bola mata tidak rusak, palpebra, konjung-
udara (air bag) meningkatkan atau menurunkan insidens tiva palpebralis, dan forniks dapat diperiksa secara lebih
cedera pada mata. Trauma mata yang berat dapat me- teliti, termasuk inspeksi dengan eversi palpebra superior.
nyebabkan cedera multipel pada palpebrae, bola mata, dan Oftalmoskop direk dan indirek digunakan untuk meng-
jaringan lunak orbita (Gambar 19-1). amati lensa, vitreus, diskus optikus, dan retina. Doku-
mentasi dengan foto bermanfaat untuk kepentingan medi-
PEMERIKSAAN AWAL PADA TRAUMA kolegal pada semua kasus trauma eksternal. Pada semua
kasus trauma mata, mata yang tampak tidak cedera juga
MATA
harus diperiksa dengan teliti.
Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman peng-
lihatan sebelum dan sesaat setelah cedera. Harus diper- Penanganan Segera pada Trauma Mata
hatikan apakah gangguan penglihatan yang ada bersifat Bila jelas terjadi ruptur bola mata, manipulasi lebih lanjut
progresif lambat atau memiliki onset mendadak. Harus harus dihindari sampai perbaikan secara bedah dalam
dicurigai adanya benda asing intraokular bila terdapat ri- kondisi steril dapat dilakukan; biasanya dengan anestesi
wayat memalu, mengasafu atau ledakan; pemeriksaan pen- umum (Gambar 19-2). Obat sikloplegik atau antibiotik to-
citraan yang tepat harus dilakukan pada kondisi-kondisi pikal tidak boleh diberikan sebelum pembedahan karena
tersebut (lihat berikut). Cedera pada anak dengan riwayat potensi toksisitas pada jaringan intraokular yang terpa-
yang tidak sesuai dengan cedera yang diderita harus me- jan. Pakaikan pelindung For (atau sepertiga bagian bawah
nimbulkan'kecurigaan adanya penganiayaan anak (lihat gelas kertas) pada mata, dan mulailah pemberian anti-
Bab17). biotik sistemik spektrum luas (mis., ciprofloxacin oral, 500
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan mg dua kali sehari). Analgetik, antiemetik, dan antitoksin
pencatatan ketajaman penglihatan. Bila gangguan peng- tetanus diberikan sesuai kebutuhan. Induksi anestesia
lihatannya paratr, diperiksa proyeksi cahaya, diskriminasi umum tidak boleh menggunakan obat-obat penghambat
dua-titik, dan adanya defek pupil aJeren. Periksa motili- depolarisasi neuromuskular karena obat-obat ini dapat
tas mata dan sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi meningkatkan tekanan di dalam bola mata secara transien
untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita. Pada sehingga meningkatkan kecenderungan herniasi isi intra-
pemeriksaan bedside, adanya enoftalmos dapat ditentukan okular. Anak kecil sebaiknya sejak awal diperiksa dengan
dengan melihat profil kornea dari atas alis. Bila tidak ter- bantuan anestetik umum yang bekerja singkat.
sedia slitlamp di ruang gawat darurat, senter, kaca pem- Pada cedera.yang berat, orangyang bukan ahli oftal-
besar, atau oftalmoskop yang dipasang pada +10 (nomor mologi harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya

372
TRAUMA N/IATA & ORBITA / 373

AB
Gambar 19'1, Laserasi palpebra yang disertai dengan trauma tembus bola mata. A: Laserasi palpebra berbentuk-V yang tampak
tidak berbahaya yang melibatkan palpebra superior dan inferior serta kulit kantus medialis. B: Hifema merah tua total dan ke-
mosis hemoragik tampak jelas saat palpebra dibuka. Perhatikan juga laserasi yang meluas ke kedua kanalikulus lakrimalis. Lihat
lampiran berwarna.

kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu jahitan ini jangan dikencangkan sampai tarsus diperbaiki
sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan mata lengkap. dengan jahitan interrupted memakai benang o.bsorbsble 5-0
. Perhatian: Anestetik topikal, zat warna, dan obat iain (Gambar 19-3C). Akhirnya, kulit ditutup dengan jahitan ir-
yang diberikan ke mata yang cedera harus steril. Baik te- terrupted menggunakan nylon, zticryl, atar silk 6-0 (Garnbar
trakain maupun fluoresein tersedia dalam unit-unit dosis 19-3D). Kemudian dioleskan salep antibiotik pada jaringan
individual yang steril. palpebra yang telah diperbaiki tersebut.
Bila perbaikan primer tidak dilakukan dalam 24 jam,
ABRASI & LASERASI PALPEBRAE terjadinya edema mengharuskan penutupan clitunda.
Benda berbentuk partikel harus dikeluarkan dari palpe- Luka harus dibersihkan secara cermat dan diberikan anti-
brae yang mengalami abrasi untuk mengurangi risiko biotik. Setelah bengkak mereda, dapat dilakukan perbaik-
pembentukan tato (tattooing) pada kulit. Luka kemudian an. Debridement harus dilakukan seminimal mungkiry ter-

diirigasi dengan saline dan ditutup dengan salep antibio- utama bila kulitnya tidak longgar.
tik dan kasa steril. Jaringan yang terlepas dibersihkan dan Laserasi di dekat kantus internus sering kali mengenai
dilekatkan kembali. Karena vaskularitas palpebra sangat kanalikulus. Perbaikan disarankan untuk dilakukan sejak
baik, besar kemungkinan tidak terjadi nekrosis iskemik. dini karena jaringan menjadi sernakin sulit diidentifikasi
Laserasi partial-thickness di palpebrae yang tidak me-
ngenai tepi palpebra dapat diperbaiki secara bedah sama
seperti laserasi kulit lainnya. Namun, laserasi full-tltickness
palpebra yang mengenai batas palpebra harus diperbaiki
secara hati-hati untuk mencegah penonjolan tepi palpebra
dan trikiasis (Gambar 19-3).
Perbaikan palpebra mata yang benar memerlukan
aproksimasi tepi palpebra, lempeng tarsal, dan kulit yang
teriaserasi dengan tepat (Gambar 19-3.4). Hal ini diawali
dengan menempatkan jahitan nonabsorbahle (silk ataw
nylon) 6-0 dengan dua jarum (double-armed) menggunakan
teknik matras melewati tepi lempeng tarsal. Pertama-tama
jarum dimasukkan melalui tepi-tepi lempeng tarsal yang
bersesuaian sebelum keluar melalui orifisium kelenjar mei-
bom di sisi yang berseberangan. Jarum yang lain (dengan Gambar 19-2. Cedera mata kanan akibat peluru senapan
silk 6-0) lalu dimasukkan dengan cara serupa dengan jarak yang menyebabkan ruptur bola mata. Perhatikan kemosis he-
moragik masif, bentuk kornea yang iregular, pupil yang meng-
3-4 mm (Gambar 19-3B). Jahitan nonabsorbable 6-0 yang ke- alami distorsi, dan jaringan (iris) coklat tua yang mengalami
dua ditempatkan melalui folikel-folikel brrlu mata, yang inkarserasi pada bibir luka di limbus temporalis. Lihat lampiran
berjarak sama-2 mm, pada tiap sisi laserasi. Jahitan- berwarna.
374 / BAB 19

.rf*"^j

Gambar 19-3. Perbaikan laserasi palpebra full-thickness. A: Defek diperlihat-


kan. B: Jahitan matras vertikal awal yang melalui lempeng tarsal. C: Penutupan
lempeng tarsal dengan jahitan interrupted. D: Penutupan kulit dengan jahit-
an interrupted. (Dibuat kembali dengan izin dari Phelps C: Manual of Common
Ophthalmic Surgical Procedures. Churchill Livingstone, 1986.)

dan diperbaiki saat membengkak. ManJaat perbaikan resan vertikal di kornea mengisyaratkan adanya benda
langsung laserasi kanalikulus masih diperdebatkan. Apo- asing terbenam di permukaan konjungtiva tarsalis pal-
sisi sederhana ujung-ujung laserasi sering kali sudah pebra superior. Pemakaian lensa kontak yang berlebihan
cukup memadai. Penggunaan stent atau intubasi dapat menimbulkan edema kornea.
memperberat derajat kerusakan kanalikulus, dan dengan Defek epitel kornea yang ringan diterapi dengan salep
demikian meningkatkan risiko stenosis; bahkan dapat me- antibiotik dan balut tekan Qtressure patch) untuk meng-
nyebabkan kerusakan bagian-bagian lain sistem kanaliku- imobilisasi palpebrae. Pada pengeluaran benda asing,
lar selama manipulasi bedah. Namury laserasi tajam me- dapat diberikan anestetik topikal dan digunakan sebuah
lalui kanalikulus distal dapat diperbaiki dengan Veirs rod spud (alat pengorek) atau jarum berukuran kecil untuk
atau stent bentuk lain. Dernikian puia avulsi atau laserasi mengeluarkan benda asing sewaktu pemeriksaan slitlamp.
kanalikulus proksimal kemungkinan memerlukan intuba- Jangan menggunakan aplikator berujung kapas karena
si nasokanalikuiar silikon dengan Quickert probe. Terdapat alat ini menggosok permukaan epitel secara luas, sering
berbagai metode untuk melakukan intubasi pada suatu tanpa mengeluarkan benda asingnya. Cincin logam yang
kanalikulus tunggal yang ditujukan untuk menghindari mengelilingi fragmen besi atau tembaga (Gambar 19-4)
penggunaan pigtnil probe yang berisiko dan traumatik; dapat dikeiuarkan dengan bor baterai berujung logam.
probeini cenderung merusak bagian-bagian lain dari sistem Bahan inert yang tertanam dalarn (mis., kaca, karbon) dapat
kanalikular. dibiarkan berada di dalam kornea. Bila fragmen yang terta-
nam dalam perlu dikeluarkan atau bila terjadi kebocoran
aqueous yang memerlukan jahitan atau perekat siano-
BENDA ASING DI PERMUKAAN MATA &
akrilat, prosedurnya harus dilakukan dengan teknik bedah
ABRASI KORNEA mikro dalam kamar operasi, tempat pembentukan ulang
Abrasi dan benda asing di kornea menyebabkan nyeri dan bilik mata depan dapat diiakukan (bila perlu), dengan atau
iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan palpebra tanpa viskoelastik dalam kondisi steril.
digerakkan; defek epitel kornea dapat menimbulkan sen- Setelah benda asing dikeluarkan, mata harus diberi-
sasi serupa. Fluoresein akan mewarnai membran basal kan salep antibiotik dan ditutup. Luka harus diperiksa
epitel yang defek dan dapat memperjelas kebocoran aque- setiap hari untuk mencari tanda-tanda infeksi sampai luka
ous akibat luka tembus (uji Seidei positif). Poia tanda go- sembuh sempurna.
TRAUMA MATA & ORBITA I 375
menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan penglihatan.
Tanda-tanda lainnya adalah kemosis hemoragik, laserasi
konjungtiva, bilik mata depan dangkal dengan atau tanpa
dilatasi pupil yang eksentrik, hifema, atau perdarahan
vitreus. Tekanan intraokular mungkin rendah, normal,
atau sedikit meninggi (jarang).
Selain ruptur dinding sklera, gaya kontusif pada bola
mata dapat menimbulkan gangguan motilitas, perdarah-
an subkonjungtiva, edema kornea, iritis, hifema, glauko-
ma sudut sempit, midriasis traumatik, ruptur sfingter iris,
iridodialisis, paralisis akomodasi, dislokasi lensa, dan ka-
tarak. Cedera yang dialami struktur-struktur posterior ada-
Gambar 19-4. Benda asing logam di kornea (noktah hitam di
lah perdarahan vitreus dan retina, edema retina (komosio
ujung panah) dengan cincin karat berwarna coklat yang me-
ngelilinginya. Lihat lampiran berwarna. retina, atau edema Berlin), lubang pada retina, avulsi basis
vitreus, ablasio retina, ruptur koroid. dan kontusio atau
avulsi nervus opticus (Gambar 19-5 danl9-6).
Banyak cedera di atas yang tidak dapat dilihat melalui
langan pernah memberi larutan anestetik topikal kepada
pemeriksaan eksternal. Sebagian, misalnya katarak, mung-
pasien untuk dipakai ulang setelah cedera kornea karena hal ini
kin belum terbentuk sampai beberapa hari atau minggu
memperlambat penyembuhary menutupi kerusakan lebih
setelah cedera. Pada visualisasi yang terbatas akibat ke-
lanjut, dan' dapat menyebabkan pembentukan jaringan
keruhan media optik, penggunaan biomikroskopi ultra-
parut kornea yang permanen, yang secara klinis menye-
sonik belakangan ini membantu diagnosis penyempitan
rupai tampilan ulkus infeksi. Pemakaian steroid harus di-
sudut bilik mata, iridodialisis, subluksasi lensa, dan benda
hindari bila masih ada defek epitel. Karena abrasi kornea
asing intraokular.
sering menjadi komplikasi anestesia umum, harus dilaku-
kan tindakan-tindakan pencegahan untuk menghindari Tatalaksana
cedera ini sewaktu induksi dan selama tindakan dengan
menutup mata (dengan plester) atau memberikan salep Dengan pengecualian pada cedera yang menyebabkan
pelumas mata di forniks konjungtiva. Kadang-kadang ruptur bola mata itu sendiri, sebagian besar efek kon-
terjadi erosi epitel rekuren setelah cedera kornea dan hal tusio mata tidak memerlukan terapi pembedahan segera.
ini diatasi dengan penutupan, bandage contact lens, mik-ro- Namun, setiap cedera yang cukup parah untuk menye-
pungsi kornea, atas excimer laser phototherapeutic keratec- babkan perdarahan intraokular meningkatkan risiko per-
tomy (PIK).

TRAUMA TEMBUS & KONTUSIO


BOIA MATA
Ruptur bola mata dapat terjadi akibat trauma tembus tajam
atau gayakontusif tumpul. Trauma tumpul menyebabkan
peningkatan tekanan dalam orbita dan intraokular disertai
deformasi bofa mata. Terjadi dekompresi cepat sewaktu
dinding mata robek atau saat isi orbita keluar ke sinus-
sinus di sekitarnya (fraktur blowout; lihat bawah). Limbus
superonasal adalah lokasi tersering ruptur bola mata (efek
contrecoup -kuadran temporal bawah merupakan bagian
yang paling sering terkena trauma). Cedera traumatik
tumpul umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk
daripada trauma tembr+s karena meningkatnya insidens
ablatio retinae juga avulsi dan herniasi jaringan intra-
okular.
Sebagian besar trauma tembus menyebabkan penu-
runan penglihatan yang mencolok, tetapi cedera akibat Gambar 19-5. Lubang makula pascatrauma (panah yang lebih
partikel kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh besar) dengan cairan subretina serosa yang mengelilinginya
tindakan menggerinda atau memalu mungkin hanya (panah yang lebih kecil). Lihat lampiran berwarna.
376 / BAB 19

Prognosis ablatio retinae akibat trauma buruk kare-


na adanya cedera makula, robekan besar pada retina, dan
pembentukan membran fibrovaskular intravitreal yang
terjadi pada trauma tembus. Membran-membran intra-
vitreal tersebut menghasilkan gaya kontraktil yang cukup
besar untuk menimbulkan ablatio retinae. Vitrektomi me-
rupakan tindakan terapi yang efektif, tetapi masih diper-
debatkan kapan sebaiknya tindakan ini dilakukan. Vi-
trektomi dini dengan antibiotik intravitreal diindikasikan
pada endoftalmitis. Pada kasus-kasus non-infeksi, penun-
daan pembedahan selama 10-14 hari dapat menurunkan
risiko perdarahan intraoperasi dan memungkinkan ter-
jadinya pelepasan vitreus posterior sehingga teknik bedah
menjadi lebih mudah.
Bedah vitreoretina pada luka kornea yang besar dapat
dilakukan melalui keratoprostesis Landers-Fouiks tempo-
Gambar 19-6. Ruptur koroid. (Foto oleh Diane Beeston.)
rer sebelum melakukan tandur kornea (corneal grafting).
Enukleasi atau eviserasi primer dipertimbangkan hanya
bila bola mata mengalami kerusakan total. Mata sebelah-
nya rentan terhadap oftalmia simpatika bila terjadi trau-
ma tembus mata, terutama bila ada kerusakan di jaringan
darahan sekunder yang timbul belakangan dan berpotensi
uvea; untungnya, komplikasi ini sangat jarang terjadi.
menyebabkan glaukoma yang sulit diatasi dan kerusakan
permanen bola mata. Penatalaksanaan lebih lanjut pada
BENDA ASING INTRAOKULAR
kasus-kasus ini dijelaskan dalam bagian berikutnya, hi-
(Gambar 19-7 dan 19-8)
fema.
Pada penutupan luka segmen anterior, sebaiknya di- Keluhan rasa tidak enak atau penglihatan kabur pada
gunakan teknik-teknik bedah mikro. Laserasi kornea di- satu mata dengan riwayat benturan antara logam dengan
perbaiki dengan jahitan nylon L0-0 untuk menghasiikan logam, ledakary atau cedera proyektil berkecepatan-
penutupan yang kedap air. Iris atau corpus ciliare yang tinggi seharusnya memberikan kecurigaan adanya benda
mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari, 24 jam asing intraokular. Bagian anterior mata harus diinspeksi
dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelas- dengan kaca pembesar atau slitlamp sebagai usaha untuk
tik atau dengan memasukkan suatu spatula siklodialisis menentukan lokasi tempat masuknya luka. Upaya visua-
melalui insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan dari lisasi benda asing intraokular harus dilakukan dengan
bibir luka. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, bila jaringan oftalmoskopi langsung atau tidak langsung. CT scan atau
telah terpajan lebih dari 24 jam, atau bila jaringan tersebut pemeriksaan sinar-X jaringan lunak orbita harus dilaku-
mengalami iskemia dan kerusakan berat, jaringan yang kan untuk mengidentifikasi adanya benda asing radioopak
prolaps harus dieksisi setinggi bibir luka. Sampel untuk juga untuk alasan-alasan medikolegal. Lokalisasi benda
kultur diambil bila terdapat kecurigaan adanya superin-
feksi bakteri atau jamur, contohnya yang terjadi (terutama)
pada benda asing organik dan cedera pada pekerja perke-
bunan. Benda asing logam berkecepatan-tinggi biasanya
steril. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan dengan aspi-
rasi dan irigasi mekanis atau dengan peralatan vitrektomi.
Pembentukan kembali bilik mata depan selama tindakan
perbaikan dicapai dengan cairan intraokular fisiologik,
udara, atau viskoelastik.
Luka di sklera ditutup dengan jahitaninterruptedmeng-
gunakan benang nonabsorbable 8-0 atau 9-0. Setiap upaya
dilakukan untuk mengidentifikasi dan menutup perluas-
an luka sklera ke posterior. Untuk sementara waktu, otot-
otot rektus mungkin perlu dilepaskan dari insersinya agar Gambar 19-7. Gambaran oftalmoskopik suatu benda asing
tindakan lebih mudah dilakukan. logam (besi) intraokular di vitreus.
TRAUMA MATA & ORBITA / 377

Gambar 19-8. Trauma tembus bola mata posterior sekunder akibat benda asing logam. A: Luka masuk benda asing melalui sklera
(transscleral) (di ujung anak panah). B: Benda asing setelah dikeluarkan dari bola mata.

asing intraokular dapat dicapai dengan ultrasonografi diterapi dengan diatermi, fotokoagulasi, atau koagulasi
atau CT scan rnultiplanar. Penggunaan MRI merupakan endolaser untuk mencegah ablatio retinae.
kontraindikasi absolut dalam mengidentifikasi dan melo-
kalisasi benda asing intraokular karena medan magnet HIFEMA
yang dihasilkan selama scanning dapat menyebabkan Gaya-gaya kontusif sering merobek pembuluh-pembu-
benda asing tersebut berubah menjadi proyektil intraoku- luh darah di iris dan merusak sudut bilik mata depan.
lar berkecepatan tinggi yang menimbulkan efek katastrofik Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan
pada mata. yang dapat terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi bila
Benda asing yang telah diidentifikasi dan diketahui anyaman trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila
lokasinya di dalam mata harus dikeluarkan kapan pun pembentukan bekuan darah menimbulkan blokade pupil.
memungkinkan. Partikel-partikel besi atau tembaga harus
dikeluarkan untuk mencegah disorganisasi jaringan mata Tatalaksana
Ianjut akibat perubahan-perubahan degeneratif toksik Pasien dengan hifema yang tampak mengisi lebih dari
(siderosis karena besi dan kalkosis karena tembaga). Se- 5% bilik mata depan sebaiknya diistirahatkan. Pemberian
bagian dari campuran-campuran logam (alloy) baru ber- steroid tetes harus segera dimulai. Aspirin dan antiin-
sifat lebih inert dan mungkin dapat ditoleransi. Jenis par- flamasi nonsteroid harus dihindari. Dilatasi pupil dapat
tikel lairu misalnya kaca atau porselen, mungkin dapat meningkatkan risiko perdarahan kembali sehingga
ditoleransi seumur hidup dan biasanya dibiarkan saja; mungkin ditunda sampai hifema reda dengan penyerapan
demikian juga dengan benda asing anorganik di jaringan spontan. Oleh karena itu, pemeriksaan dini untuk men-
lunak intraorbita. Benda asing organik di orbita umumnya cari kerusakan segmen posterior mungkin memerlukan
menimbulkan peradangan orbita dan pembentukan abses pemeriksaan ultrasonografi. Mata sebaiknya diperiksa se-
sehingga harus,diangkat. cara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder,
glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmen
Tatalaksana besi. Perdarahan ulang terjadi pada 16-20% kasus dalam
Bila terletak di sebelah anterior zonula lensa, benda asing 2-3 hari. Komplikasi ini memiliki risiko tinggi menimbul-
harus dikeluarkan melalui insisi limbus dari bilik mata kan glaukoma dan pewarnaan kornea. Beberapa penelitian
depan. Bila benda asing terletak di belakang lensa dan di mengisyaratkan bahwa penggunaan asam aminokaproat
sebelah anterior ekuator, pengeluaran dilakukan melalui oral (100 rng/kg setiap 4 jam sampai maksimum 30 g/tu
area pars plana yang paling dekat dengan benda tersebut selama 5 hari) untuk menstabilkan pembentukan bekuan
supaya kerusakan retina lebih sedikit. Bila terletak di se- darah sehingga menurunkan risiko perdarahan ulang.
belah posterior ekuator, benda asing sebaiknya dikeluar- Tatalaksana glaukoma meliputi terapi topikal dengan
kan dengan vifrektomi pars plana dan pin'set intraokular. penyekat-B (mis., timolol 0,25% dua kali sehari), analog
Tersedia pinset-pinset khusus untuk memegang pil dan prostaglandin (mis., latanoprost 0,005% malam hari), dor-
magnet berbentuk sferis untuk membantu pengeluaran zolamide 2% dua atau tiga kali sehari, atau apraclonidine
benda asing intraokular magnetik. Retina yang rusak harus 0,5% tlga kali sehari. Terapi oral dengan acetazolamide,
374 / BAB 19

250 mg per oral empat kali sehari, dan obat hiperosmotik edema jaringan lunak di saluran pernaPasan atas. pH per-
(manitol, gliserol, dan sorbitol) dapat pula digunakan mukaan mata diperiksa dengan meletakkan secarik ker-
bila terapi topikal tidak efektif. Bedah drainase glaukoma tas indikator di fornikp; ulangi irigasi bila nilai pH tidak
mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang sangat berat. terletak di antara 7 ,3 dan 7 ,7 . Setelah pembilasan, berikan
Hifema harus dievakuasi secara bedah bila tekanan salep antibiotik dan balutan tekan.
intraokular tetap tinggi (> 35 mm Hg selama 7 hari alau Karena basa'(alkali) cepat menembus jaringan mata
50 mm Hg selama 5 hari) untuk menghindari kerusakan dan akan terus menimbulkan kerusakan lama setelah ce-
nervus opticus dan pewarnaan kornea, tetapi terdapat dera terhenti, diperlukan bilasan jangka panjang dan pe-
risiko terjadinya perdarahan kembali. Jika pasien meng- meriksaan pH secara berkala. Asam membentuk suatu
idap hemoglobinopati, besar kemungkinan terjadi atrofi sawar presipitat jaringan nekrotik yang cenderung mem-
optik glaukomatosa, dan pengeluaran bekuan darah seca- batasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. Luka bakar
ra bedah harus dipertimbangkan lebih awal' Instrumen- alkalis menyebabkan peningkatan tekanari intraokular
instrumen vitrektomi digunakan untuk mengeluarkan dengan segera karena terjadi kontraksi sklera dan keru-
bekuan di sentral dan membilas (laaage) bilik mata depan' sakan anyaman trabekular. Peningkatan tekanan sekunder
Dimasukkan alat irigasi dan probe mekanis di sebelah (2-4 jarr. kemudian) terjadi akibat pelepasan prostaglan-
anterior limbus melalui bagian kornea yang jernih untuk din, yang berpotensi menimbulkan uveitis berat. Hal ini
menghindari kerusakan iris dan lensa. Jangan mencoba sulit dipantau melalui kornea yang opak. Pengobatannya
mengeluarkan bekuan yang terdapat di sudut bilik mata adalah dengan steroid topikal, obat-obat antiglaukoma,
depan atau di jaringan iris. Di sini, dilakukan iridektomi dan sikloplegik selama 2 minggu pertama. Setelah 2
perifer. Cara lain untuli membersihkan bilik mata depan minggu, pemakaian steroid harus berhati-hati karena obat
adalah dengan evakuasi viskoelastik' Dibuat sebuah insisi ini menghambat reepitelisasi. Kemudian dapat terjadi per-
kecil di limbus untuk menyuntikkan bahan viskoelastik, lunakan kornea dan kemungkinan perforasi akibat berlan-
dan sebuah insisi yang lebih besar berjarak 180 derajat jutnya aktivitas kolagenase. Tetes mata askorbat (vitamin
(dari insisi pertama) untuk memungkinkan hifema di- C) dan sitrat bermanfaat untuk luka bakar alkalis derajat
sedang, tetapi efeknya hanya minimal dalam mencegah
dorong keluar.
Glaukoma onset lambat dapat timbul setelah bebera- perlunakan kornea pada pasien dengan luka bakar berat
pa bulan atau tahun, terutama bila terdapat penyempitan atau defek epitel komea persisten. Suatu percobaan dengan
sudut bilik mata depan lebih dari satu kuadran. Pada se- inhibitor kolagenase (asetilsistein) mungkin bermanfaat.
jumlah kasus yang jarang, bercak darah di kornea meng- Terpajannya kornea dan adanya defek epitel yang mene-
tap diterapi dengan air mata buatary tarsorafi, alaubandage
hilang secara perlahan-lahan dalam jangkq waktu hingga
contact lens.
satu tahun.
Komplikasi jangka panjang luka bakar kimia adalah
glaukoma, pembentukan jaringan parut kornea, simble-
LUKA BAKAR PADA MATA faron, entropion, dan keratitis sika. Kompetensi pembu-
Luka Bakar Kimia luh darah sklera dan konjungtiva terbukti memiliki nilai
Semua luka bakar akibat bahan kimia harus diterapi se- prognostik. Semakin banyak jaringan epitel perilimbus
bagai kedaruratan mata. Pembilasan dengan air keran serta pembuluh darah sklera dan konjungtiva yang rusak
harus segera dilakukan di lokasi cedera sebelum pasien mengindikasikan prognosis yang semakin buruk. Trans-
dikirim. Apabila mungkin, semua benda asing yang plantasi epitel limbus dari mata donor atau mata sebelah-
tampak jelas juga harus diirigasi. Di ruang gawat darurat, nya serta tandur (graft) rnembran amnion mungkin ber-
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan singkat sebelum manfaat pada kasus-kasus berat untuk membantu epite-
peimukaan mata, termasuk forniks konjungtiva, diirigasi lisasi kornea, terutama bila akan dilakukan tandur kornea
dengan cairan yang sangat banyak. Saline isotonik steril (corneal grafting).
(beberapa liter untuk satu mata yang cedera) diberikan
melalui selang intravena standar, Mungkin diperlukan Luka Bakar Termal
spekulum palpebra mata dan infiltrasi anestetik lokal Luka bakar termal pada palpebra diterapi dengan anti-
untuk mengatasi blefarospasme. Analgesik dan anestetik biotik topikal dan balutan steril. Pada kerusakan kornea
topikal serta sikloplegik hampir selalu diberikan. Gunakan yang berkepanjangaru edema palpebra yang ekstensif
aplikator berujung kapas yang dibasahi dan pinset ahli- awalnya membuat tindakan balut tekan tidak berguna.
perhiasan untuk mengeluarkan benda-benda berbentuk Setelah 2-3 hari, mulai terjadi ektropion dan retraksi pal-
partikel dari forniks, yang terutama terjadi pAda cedera pebra. Tarsorafi dan moisture chamber yang dibuat dari
yang berhuliungan dengan plaster bangunan atau semen' plastik dapat melindungi kornea. Tandur kulit/z ll-thickness
Perhatikan kemungkinan gangguan pernapasan akibat ditunda sampai kontraksi kulit tidak lagi berlanjut.
TRAUMA MATA & ORBITA / 379
Iradiasi ultraviotlet, bahkan dalam dosis sedang, sering
menyebabkan keratitis superfisialis yang nyeri. Nyeri
sedng mulai 6-12 jam setelah pajanan. Keratitis jenis ini
timbul setelah terpajan bunga api las tanpa perlindungan
suatu filter, korsleting pada kabel tegangan tinggi, atau
terpajan pantulan cahaya dari salju tanpa kacamata pe-
Iindung (" snozn blindness" ).
Pada kasus-kasus "flash burn" yang parah, mungkin
diperlukan penetesan anestetik topikal steril untuk peme-
riksaan. Terapinya berupa balut tekan disertai salep an-
tibiotik. Bila terdapat iritis, diberikan midriatik.
Pajanan sinar inframerah jarang menimbulkan reaksi
mata. (Katarak Glassblower jarang ditemukan saat ini, te-
tapi dahulu sering pada pekerja yang diminta mengawasi
perubahan warna pada kaca yang lumer di dalam tungku Gambar 19-9. Fraktur blow-out orbita kanan saat melirik ke
tanpa filter yang sesuai.) Energi radiasi dari menatap atas.
matahari atau gerhana matahari tanpa filter yang sesuai
dapat menimbulkan luka bakar serius pada makula se-
rriengenai orbita. Fraktur teleskopik pada processus fron-
hingga terjadi gangguan penglihatan yang permanen.
Pajanan radiasi (sinar-X) yang berlebihan menimbul-
talis maxilla serta os lacrimaie dan ethmoidale menim-
kan katarak yang mungkin belum muncul beberapa bulan
bulkan deformitas hidung pelana-kuda (saddle-nose)
dengan telekantus dan obstruksi sistem lakrimalis.
setelah pajanan. Risiko serupa juga dijumpai pada pajanan
radiasi nuklir.
Bila pintu masuk orbita menerima suatu pukulan,
gaya-gaya penekan dapat menyebabkan fraktur dinding-
dinding inferior dan medial yang tipis, disertai prolaps
CEDERA YANG MENGENAI ORBITA &
dan kemungkinan terperangkapnya jaringan lunak. Mung-
ISINYA
kin terdapat cedera intraokular terkait, seperti hifema, pe-
Fraktur Orbita (Gambar 19-9) nyempitan sudut, dan ablatio retinae. Jika te4adi blowout
Fraktur orbita sering terjadi pada trauma wajah. Fraktur hebat, dapat timbul enoftalmos dengan segera. Enoftalmos
maksila diklasifikasikan berdasarkan sistem Le Fort: tipe dapat terjadi belakangan setelah pembengkakan mereda
I di bawah dasar orbita; tipe II melewati os nasale dan os dan terjadi atrofi atau pembentukan parut jaringan lunak.
lacrimale selain juga ke maxilla yang membentuk dasar or- Diplopia dapat disebabkan oleh kerusakan neuro-
bita medial; dan tipe III yang mengenai dinding medial muskular langsung atau pembengkakan isi orbita. Hal
dan lateral dan dasar orbita, disertai dengan pemisahan ini harus dibedakan dari penjepitan otot rektus in{erior
rangka wajah dari kranium. Fraktur atap orbita jarang dan obliquus atau jaringan di sekitarnya dalam lokasi
terjadi dan biasanya disebabkan oleh trauma tembus. fraktur. Jika terjadi penjepitan, penggerakan mata secara
Neuropati optik dapat te{adi akibat cedera langsung oleh pasif oleh pinset (forcepg duction tusf.) menjadi terbatas. Di-
suatu fragmen tulang-biasanya pada fraktur sinus eth- perlukan cukup.banyak waktu untuk perbaikan spontan
moid dengan atau tanpa keterlibatan kanalis optikus, atau gerakan mata seiring dengan resolusi pembengkakan.
akibat cedera tidak langsung oleh transmisi gaya-gaya ke Sensasi diperiksa sesuai distribusi nervus infraorbitalis.
kanalis optikus. Bila terjadi perburukan penurunan pengli- Pada fraktur dasar orbita, terjadi hipestesia. CT scan
hatan, mungkin diperlukan tindakan dekompresi kanalis dengan pandangan aksial dan koronal paling baik dalam
optikus dan pemberian steroid, tetapi hanya terdapat se- memberikan penilaian trauma orbita. Foto polos sinar-X
dikit bukti mengenai manfaatnya. Bila penurunan pengli- mungkin bermafaat untuk identifikasi awal adanya cedera
hatan bersifat mendadak dan total, kemungkinan terjadi- pada tulang.
nya pemulihan kecil. Namury terdapat beberapa laporan Indikasi tindakan perbaikan secara bedah pada fraktur
kasus dengan visus persepsi cahaya yang penglihatannya blozuout adalah diplopia persisten pada posisi 30 derajat
pulih. Fistula sinug kavernosa-arteri karotis berkaitan dari posisi primer pandangan disertai bukti adanya pen-
dengiin fraktur apeks orbita sehingga harus dilakukan fepitan jaringan lunak atau suatu fraktur yang besar (se-
auskultasi orbita untuk mendengar adany a bruit. paruh dari dasar orbita), yang nantinya cenderung me-
. Fraktur tripod pada zigoma mengenai dasar orbita, nimbulkan enoftalmos. Penundaan tindakan bedah selama
tetapi bila tidak ada dislokasi, mungkin tidak memerlukan L-2 minggu membantu dokter bedah menilai apakah di-
perbaikan secara bedah. Fraktur arkus zigomatikus tidak plopianya akan menghilang tanpa intervensi. Penundaan
380 / BAB 19

yang lebih lama menurunkan kemungkinan keberhasilan risiko terkena pecahan fragmen lensa. Kacamata yang
perbaikan enoftalmos karena timbulnya jaringan parut paling efektif untuk mencegah cedera terdiri atas lensa
yang progresif, tetapi keberhasilan operasi strabismus polikarbonat dalam rangka poliamida dengan tepi pe-
tidak terpengaruh. Sesekaii diperlukan tindakan koreksi nahan di posterior. Sebaiknya digunakan bingkai padat
bedah dengan segera, yakni pada kondisi-kondisi refleks wraparound (bukan bingkai berengsel) karena lebih dapat
okulokardiak persisten, fraktur lipe "trapdoor" pada anak- menahan trauma dari samping. Pada atletik atau aktivitas
anak, dan enoftalmus atau hipoglobus (pergeseran bola rekreasi berisiko tinggi (mis., "perang-perangan" dengan
mata ke bawah) dini. senapan angin atau senapan berpeluru-cat), pelindung
Perbaikan secara bedah biasanya dilakukan melalui mata tanpa lensa tidak selalu melindungi mata secara ade-
rute infrasiliaris atau transkonjungtival walaupun dapat kuat. Perlindungan mata yang sesuai terutama diindikasi-
pula melalui pendekatan transantral dan in{raorbital. kan bagi mereka yang bermainracquetball (permainan yang
Periorbita diinsisi dan diangkat untuk memperlihatkan menggunakan raket), bola tangan, dan squash. Banyak ke-
tempal fraktur di dinding medial dan dasar orbita. Jaring- butaan yang terjadi akibat olah raga ini, terutama akibat
an yang mengalami herniasi dimasukkan kembali ke cedera kontusio pada mata yang tidak terlindung dengan
dalam orbita, dan defek ditutup oleh suatu implan alo- baik.
ptastik secara berhati-hati agar tidak merusak berkas neu-
rovaskular infraorbita. Komplikasi meliputi kebutaan, DAFTAR PUSTAKA
diplopia, ekstrusi implan, atau migrasi implan yang me- Ansari MIT: Blindness after facial fractures: A 19-year retrospective
nekan saccus lacrimalis serta menyebabkan sumbatan study. J Oral Maxillofac Surg 2005;63:229. [PMID: 15690293]
Brodovsky SC et al: Management of alkali burns: An 11.-year
dan dakriosistitis. Komplikasi lainnya adalah perdarahary
rekospective review. Ophthalmology 2000;107:1829. [PMID:
infeksi, retraksi palpebra inferior, dan anestesia infraorbita. 110131811
Mungkin diperlukan tindakan-tindakan selanjutnya untuk Burnstine MA: Clinical recommendations for repair of isoiated or-
strabismus dan ptosis. bitai floor fractures: An evidence-based analysis. Ophthalmol-
ogy 2002;109:1207. [PMID: 12093637]
Trauma Tertnbus pada Orbita Chang El et al: Management of complex eyelid lacerations. Int
Ophthalmol Chn 2002;42:187. [PMID: 12131595]
Trauma tembus pada jaringan orbita dapat disebabkan Damico FM et al: Sympathetic ophthalmia. Semin Ophthalmol
oleh proyektil berkecepatan tinggi atau benda tajam. 2005 ;2019L. IPMID : 1,62821,54]
Benda asing radioopak dapat ditentukan letaknya dengan Danis RP: Endophthalmiiis. Ophthalmol Clin North Am
2002;\5 :243. IPMID : 12229241,1
metode-metode yang sama dengan yang digunakan untuk
Fulcher TP et al: Orbital roof fractures: Management of ophthal-
menentukan lokasi benda asing intraokular di dalam mic complications. Ophthal Plast Reconstr Surg 2003;19:359.
mata, tetapi benda asing di jaringan orbita jarang yang [PMID:14506420]
memerlukan pengeluaran (lihat sebelumnya). Garcia TA et al; Ocular injuries in children after major trauma. J
Pediat Ophthalmol Strabismu s 2005;42:349. [PMID; 16382559]
Ghoraba H: Posterior segrnent glass intraocular foreign bodies fol-
Kontusio Orbita
lowing car accident or explosion. Graefes Arch Clin Exp Oph-
Cedera kontusio terhadap isi orbita dapat menyebabkan thalmol 2002240:524. [PMID: 12136280]
perdarahan atau atlofi jaringan yang terjadi kemudian, Goldenberg-Cohen N et al: Traumatic optic neuropathy in children
diserta.i enoftalmos. Kadang-kadang terjadi kelumpuhan and adolescents. J AAPOS 2004;8:20. [PMID: 14970795]
Greven CM et al: Visual results, prognostic indicators, and pos-
otot ekstraokular, tetapi biasanya hanya sementara.
terioi segment findings following surgery for cataract/lens
subiuxation-dislocation secondary to ocular contusion inju-
Eksoftalmos Berdenyut Setelah Cedera ries. Retina 200 2;22:57 5. IPMID : 124417 221
Kepala Hamiil MB: Corneal and scleral trauma. Ophthalmol Clin North
Am 2002;15:185. [PMID: 12229n5]
Eksoftalmos berdenyut kadang-kadang timbul setelah ce-
Harlan JB jr et al: Evaluation of patients with ocular trauma. Oph-
dera kepala berat, akibat pembentukan fistula sinus kaver- thalmol Clin North Am2002;'L5:153. [PMID: 1,2229n01
nosa-arteri karotis yang berasal dari robekan arteri karotis 'and
Hatton MP et al: Orbital adnexal trauma associated with
intrakavernosa. Kelainan ini jarang pulih secara spontan, openglobe injuries. Ophthal Plast Rcconstr Surg 2002;18:458.
dan biasanya pirau tersebut perlu ditutup (umumnya [PMID:12439061]
Hollander et al: Ocular bungee cord injuries. Curr Opin Ophthal-
dengan embolisasi balon).
mol 2002;13 :L67. [PMID : 1201 1685]
Ikeda N et al: Alkali burns of the eye: Effect of immediate copious
PENCEGAHAN TRAUMA PADA MATA irrigation with tap water on their severity. Ophthalmologica
(Lihat juga Bab 21) 200 6 ;220 :225. IPMID : L67 857 521
Lehto KS et al: Do motor vehicle airbags increase risk of ocular
Pengguna lensa baca dari kaca atau plastik yang bekerja injuries in adults? Ophthalmology 2003;110:1082. [PMID:
dalam industri atau melakukan aktivitas atletik memiliki 1279e2301
TRAUMA MATA & ORBITA / 381
Levine LM: Pediatric ocular trauma and shaken infant syndrome. 1980-2000. Otolaryngol Head Neck Su ry 2004;130:1.64. [PMID:
Pediatr Clin North Am 2003:50:137 [Pl|'lID 12712109] 14990911)
McGwin G jr et al: Risk factors for motor vehicle collision-related Sobaci G et al: Terror-related open-globe injuries: A 10-year re-
eye injuries. Arch Ophthalmol 2005;123:89. IPMID: 15642817) view. Am Ophthalmoi 2005:139:937. [PMID: 15860315]
J
McGwin G jr et .al: Incidence of emergency department-treated Steinsapir KD: Treatment of traumatic optic neuropathy with high-
eye injury in the United States. Arch Ophthalrnol2005:123:662. dose corticosteroid. j Neuroophthalmol 2006;26:65. IPMID:
[PMID:15883286] 1.65181711
Mester V et at: Intraocular foreign bodies. Ophthalmol Clin North Walton W et al: Malagement of traumatic hyphema. Surv Oph-
An 200215 :235. [PMID: 12229240] thalmol 2002;47 :297 . IPMID : 121612091
Pharmakakis NM et at: Corneal complications following abuse Yao YF et al: Autologous limbal grafting combined with deep
of topical anesthetics. Eur J Ophthalrnol 2002;'1,2:373. [PMID: lamellar keratoplasty in uniiateral eye with severe chemical
1,24749181 or thermal burn at late stage. Ophthalmology 2002;109:201L.
Scott IU et al: Local anesthesia with intravenous sedation for sur- IPMID:12414407]
gical repair of selected open globe injuries. Am J Ophthalmoi Yu Wai Man P et al: Surgery for traumatic optic neuropathy. Co-
2002;13 4:7 07 . IPMID : 12429247 I chrane Database Syst Rev 2005;4:CD005024. [PMID: L62353881
Shere JLet al: An anaiysis of 3599 midfacial and 1141'orbital
blowout fractures among 4426 United States Army Soldiers,

Anda mungkin juga menyukai