Latar Belakang
yang berbeda-beda. Ada yang memenuhi kebutuhannya secara wajar dan ada juga
mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika membeli barang atau jasa tanpa
kebutuhan. Hal ini disebabkan karena manusia pada dasarnya merupakan makhluk
yang memiliki begitu banyak keinginan dan cenderung untuk memuaskan semua
khususnya budaya populer biasanya tanpa sadar akan sulit membedakan apa
konsumsi tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak
terencana (Chita, dkk, 2015:298). Perilaku konsumtif dapat terjadi pada hampir
masih berada dalam proses pembentukan jati diri dan sangat sensitif terhadap
pengaruh dari luar. Menurut Monks, dkk (dalam Fitriyani, dkk, 2013:56) Remaja
adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian
menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah 15-
18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Dari pernyataan tersebut maka
mahasiswa dapat dikategorikan sebagai bagian dari masa remaja akhir. Pada masa
ini mahasiswa masih berlangsung tahap pencarian jati diri dan sedang
menggunakan uang yang dimiliki tanpa adanya pengawasan langsung dari orang
tua. Hal tersebutlah yang seringkali membuat mahasiswa untuk mulai mencoba-
kebutuhan utama sampai tanpa disadari turut untuk memenuhi kebutuhan yang
didasari akan hasrat dan kepuasan yang tiada henti. Membeli tidak lagi dilakukan
karena memang dibutuhkan, namun karena adanya alasan lain seperti pembelian
yang terjadi akibat dari pengaruh iklan yang menarik minatnya, serta pembelian
barang-barang bermerk sebagai ajang untuk pamer dan gengsi agar mereka
dianggap tidak ketinggalan zaman dan sebagai upaya untuk tidak dikucilkan dari
konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang
tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan
dirinya.
bahwa perilaku konsumtif mahasiswa yang didasari usaha untuk membuat dirinya
atas apa yang digunakannya dikarenakan mahasiswa tersebut memiliki konsep diri
negatif. Mereka memandang dirinya dari perspektif negatif. Padahal bisa saja
untuk tidak terpengaruh akan hal tersebut apabila pada diri mahasiswa tersebut
didukung dengan konsep diri positif. Menurut Aunurrahman (2012: 13) jika
seseorang mampu membentuk citra diri atau konsep diri postif maka secara