Pengertian
Menurut FI III : 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi
dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang
tidak saling bercampur. Sebagian besar dari emulsi konvensional dalam farmasi memiliki
ukuran partikel terdispersi dalam diameter dari 0,1 sampai 100 mm.
Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2
cairan yang tidak saling bercampur.
Emulsi adalah suatu sistem polifase dari 2 campuran yang tidak saling bercampur. Salah
satunya tersuspensi dengan bantuan emulgator keseluruh partikel lainnya. Ukuran diameter
partikelnya 0.2 – 50 m.
Menurut FI IV : 6
Emulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil.
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2 cairan yang
tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai globul.
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat
cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur.
Umumnya digambarkan sebagai sistem heterogen, terdiri dari dua cairan yang tidak
bercampur. Satu diantaranya didispersikan secara seragam sebagai tetesan kecil dalam cairan
lain.
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi;
yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya; umumnya
dimantapkan dengan zat pengemulsi.
Emulsi adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan yang tidak
tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan di mana
diameternya kira-kira 0,1 mm atau dapat diartikan sebagai dua fase yang terdiri dari satu
cairan yang terdispersi dalam cairan lainnya yang tidak tercampurkan.
Kesimpulan :
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri
dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi
dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang
distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang ertinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih.
Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan
air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai
protein yang terdapat dalam bij tersebut.
Pada pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis memperkenalkan pembuatan emulsi
dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom
arab, tragacanth dan kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari
luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.
B. Komponen Emulsi
Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari :
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari
emulsi tersebut.
3. Emulgator
Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Komponen Tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet),
antoksidant.
Preservatif yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam
sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.
Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat,
propil gallat dan asam gallat.
C. Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka
emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai
fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua
cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang melihat proses
terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teoi tersebut ialah :
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut dengan
daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak
sejenis yang disebut dengan daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi
pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua
cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut
dinamakan tegangan bidang batas.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua
zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah
dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun.
Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan dan
menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua
zat cair tersebut akan mudah bercampur.
Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka pada air.
Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka pada minyak.
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,
sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk
bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai
adalah :
Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan
partikel dengan segera.
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan
permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan bermuatan
yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut
akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan
menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel
minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak
menolak dan stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh
salah satu dari ketiga cara dibawah ini.
Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
a. Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi
yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
- Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil
sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
- Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
- Balsam-balsam.
b. Tragacanth
c. Agar-agar
d. Chondrus
e. Emulgator lain
a. Kuning telur
b. Adeps lanae
b. Bentonit
Emulgator buatan
1. Sabun
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi, untuk pembuatan emulsi yang baik.
I. Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat
reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak
bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
3. Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. UI Press :
Jakarta
4. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen kesehatan RI:
Jakarta
5. Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen kesehatan RI:
Jakarta
6. Gennaro, Alfonso R., (2000), Remington: The Science and Practice of Pharmacy
20th edition, Philadelphia College of Pharmacy and Science: Philadelphia
7. Jenkins, Glenn L., (1957), Scoville’s the Art of Compounding Nineth edition, The
McGraw-Hill Book Company, Inc: USA