Anda di halaman 1dari 9

Interpretasi Citra

Kawasan Permukiman dan Nonpermukiman

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membedakan kawasan dan nonpermukiman.
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan citra kawasan dalam sebuah peta.

B. Alat dan Bahan


1. Peta citra Quick Bird 2006 yang telah mengalami tahap image pre-processing dan
telah di cropping.
2. Laptop yang telah terinstal ArcGIS.

C. Kajian Praktikum
1. ArcGIS
ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI
(Environment Science & Research Institute) yang merupakan kompilasi fungsi-
fungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop,
server, dan GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI pada tahun
2000. Produk utama dari ArcGIS adalah ArcGIS desktop, dimana arcGIS desktop
merupakan software GIS professional yang komprehensif dan dikelompokkan atas
tiga komponen yaitu : ArcView (komponen yang fokus ke penggunaan data yang
komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data
spasial) dan ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS
termasuk untuk keperluan analisis geoprosesing) (Tim SIG PT Geomatik
Konsultan, 2010).
2. Interpretasi Citra
Interpretasi citra adalah pembuatan mengkaji foto citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Di dalam
pengenalan objek yang tergamabar pada citra, ada tiga rangkaian kegiatan yang
diperlukan yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas
adanya objek, identifikasi ialah upaya untuk mencirikan objek yang telah
dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup, sedangkan analisis ialah
tahap mengumpulkan keterangan lebih lanjut (Somantri, 2010).
3. Permukiman
Menurut UU Nomor 1 Tahun 2011 kawasan permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.

D. Langkah Kerja

1
1. Menampilkan Citra Quick Bird di layar ArcGIS
 Membuka aplikasi ArcGIS.

 Memasukkan peta citra Quick Bird dengan cara pilih ikon add data →cari
folder data citra disimpan→pilih add.

 Peta Citra QuickBird akan muncul pada layar.

2. Mengatur Sistem Koordinat


 Klik kanan pada layer → properties → Coordinate System →pilih WGS 1984
UTM 49S.

2
3. Membuat Shapefile Baru
 Memilih ArcCatalog→ cari folder tempat menyimpan file citra→ klik kanan
pada daerah kosong →new→shapefile.

 Setelah muncul kotak dialog Create New Shapefile maka memberi nama dan
tipe pada shapefile yang akan dibuat. Setelah itu, mengedit Spatial Reference.
Setelah muncul kotak dialog Spatial Reference Properties, maka pilih select
untuk menentukan WGS 1984, SUTM 49 kemudian OK.

 Shapefile di drag ke layer atau dengan cara add data.

4. Membuat Attribute Table


 Klik kanan pada shapefile yang telah dibuat yaitu TGL kemudian pilih Open
Attribute table.
 Pilih options→Add Field→muncul kotak dialog Add Field. Menuliskan nama
tabel dan jenis tabel yang akan dibuat.

3
5. Delineasi Peta Citra
 Membuat garis persegi empat menggunakan Create New Feature. Caranya
adalah Pilih Editor pada toolbar→memastikan bahwa task-nya adalah create
new feature dan targetnya adalah TGL. Setelah itu klik ikon pensil atau
disebut sketch tool untuk mulai mendelineasi membentuk Kecamatan
Banyumanik.

 Mengganti transparasi menjadi 100% dengan cara klik kanan pada


TGL→properties→display→OK. Hal tersebut dilakukan agar peta citranya
dapat terlihat karena berada dibawah layer shp TGL.

 Setelah itu, memulai mendigitasi dengan teknik potongan kue yaitu pada
toolbar, pilih start editing→ pada task pilih cut polygon features, pada target
pilih TGL. Pilih bagian mana yang akan dipotong. Mulai memotong dari
bagian luar bagian lain. Membagi kawasan menjadi 3 kawasan yaitu
permukiman teratur, permukiman tidak teratur, dan nonpermukiman.

4
 Setelah itu membuka atribut dengan cara yang sama seperti sebelumnya dan
mulai mengisi tabel atribut. Setelah selesai maka, klik stop editing→ save.

6. Pemberian Warna dan Batas Administrasi


 Setelah selesai mendelineasi dan mengisi atribut maka langkah selanjutnya
adalah member warna pada hasil delineasi.
 Caranya adalah klik kanan pada TGL→ properties→ simbology→ category→
pada value field pilih keterangan, pilih add all values, mengganti warna sesuai
standar → OK.

 Setelah itu, mengembalikan transparasi menjadi 0% dan kemudian


menghilangkan centang pada layer peta Quick Bird.
 Memasukan shapefile batas kecamatan untuk pemberian batas administrasi.
 Pada layer batas kecamatan, klik kanan pilih properties kemudian label.

 Memberi label pada kecamatan agar pada peta batas kecamatan tersebut
dilengkapi nama kecamatannya.

5
 Hasilnya sebagai berikut

7. Pembuatan ITP
 Merubah dari data view ke layout view.

 Merubah layout kertas dari portrait ke landscape dengan cara pilih file→print
and page setup→ kertas A4 dan landscape →OK.

 Menampilkan grid dengan cara klik kanan pada peta.

6
 Membuat kotak ITP sesuai standar yang telah ditentukan. Menu yang dapat
digunakan adalah menu insert.

E. Hasil
1. Peta Tematik Kawasan Permukiman Teratur, Permukiman Tidak Teratur, dan
Nonpemukiman Kecamatan Banyumanik Kota Semarang (terlampir).

F. Pembahasan
Kecamatan Banyumanik memiliki kawasan permukiman dan nonpermukiman.
Kecamatan Banyumanik memiliki kawasan permukiman yang luas. Kawasan
permukiman tidak teratur lebih mendominasi daripada kawasan permukiman teratur.
Kawasan permukiman tidak teratur cenderung memusat sedangkan kawasan teratur
menyebar. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa sebagian besar kelurahan di
Banyumanik adalah kawasan permukiman tidak teratur sedangkan kawasan
permukiman teratur sebagian besar diidentifikasi sebagai perumahan yang dibangun
perblok sehingga terkesan teratur.

G. Kesimpulan
1. Kawasan permukiman dan nonpermukiman terdapat di Kecamatan Banyumanik.
2. Kawasan permukiman di Kecamatan Banyumanik dapat dibagi menjadi dua yaitu
kawasan permukiman teratur dan tidak teratur.
3. Kawasan permukiman tidak teratur lebih mendominasi daripada kawasan
permukiman teratur.

7
Daftar Pustaka

Puewadhi, S. H. (2001). Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Grasindo.

Somantri, L. (2010). Pengantar Pendidikan Geografi. Retrieved April 2014, from Universitas
Pendidikan Indonesia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541-
LILI_SOMANTRI/makalah_Guru.pdf

Tim SIG PT Geomatik Konsultan. (2010). Modul Pelatihan SIG ArcGIS. Makasar: PT
Geomatik Konsultan.

8
9

Anda mungkin juga menyukai