Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Supply Chain Management (SCM)


2.1.1 Pengertian Supply Chain
Supply chain menurut Rusell (2000:372) adalah Suatu Rantai pasokan
yang terbentuk dari Organisasi, Sumber dan proses yang saling berhubungan yang
membentuk dan mengirimkan produk dan jasa kepada konsumen akhir. Dimana
rantai pasokan ini meliputi semua fasilitas, fungsi dan aktivitas yang berhubungan
dengan produksi dan pengiriman produk atau jasa, dari Supplier kepada
konsumen.
Supply Chain menurut Lu (2011:9) adalah sebuah kelompok dari
partisipasi perusahaan yang saling terkait yang menambahakan nilai pada aliran
dari perubahan input dari Sumber asal mereka ke produk akhir atau jasa yang
dituntut dari konsumen akhir yang dituju. supply chain dibentuk dan hanya dapat
dibentuk apabila adanya lebih dari satu perusahaan yang berpartisipasi.
Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Supply Chain adalah
suatu kelompok atau rantai pasokan yang saling membentuk dari perubahan input
dan mengirimkan produk hingga ke konsumen akhir yang dituju. Yang
digambarkan pada gambar berikut ini:

Sumber: Dawei Lu (2011:10)


Gambar 2.1 - Basic Supply Chain Model

8
Dawei Lu (2011:10) mengungkapkan adanya 4 dasar aliran dalam Supply
Chain, yaitu:
1. Material Flow
Yaitu Semua pabrik memiliki rantai pasokan dari bahan baku sebagai awal
dari rantai pasokan untuk menjadi barang jadi pada akhir dari rantai pasokan.
2. Information Flow
Yaitu Semua rantai pasokan memiliki dan menggunakan aliran informasi.
meskipun pada rantai pasokna tertadap banyak aliran informasi seperti
informasi mengenai permintaan, informasi mengenai peramalan, informasi
mengenai produksi dan penjadwalan serta design.
3. Finance Flow
Yaitu Semua rantai pasokan memiliki aliran keuangan. Dan sudah secara
umum, bahwa aliran uang seperti aliran darah dalam sebuah rantai pasokan.
Tanpa aliran keuangan sudah pasti rantai pasokan tidak akan berjalan.
4. Commercial Flow
Yaitu bahwa aliran material yang melewati rantai pasokan dapat berupak
kepemilikannya dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dari Supplier kepada
pembeli. Dimana,transaksi aliran komersial ini hanya akan dapat diambil dari
rantai pasokan apabila terdapat lebih dari satu perusahaan.

2.1.2 Pengertian Supply Chain Management


Menurut Rusell (2000:372) Supply Chain management adalah
Pengkoordinasiaan dari setiap kegiatan sehingga kebutuhan konsumen
dapat disediakan dengan cepat dan servis yang dapat dipercayakan dari
produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang murah. Dimana,
fasilitas yang mencakup supply chain termasuk para pekerja, gudang,
Pusat distribusi,pusat pelayanan dan Retail.

Menurut Pujawan (2005:22) Supply Chain Management adalah suatu


metode atau pendekatan secara integrative dalam pengelolaan aliran produk,
informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak dari hulu ke
hilir yang terdiri atas para Supplier, pabrik serta jaringan distribusi dan jasa
logistik.

9
Menurut Said (2006:6) Supply Chain Management adalah pengelolaan
informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen
paling akhir dengan menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan
tujuan yang sama.
Definisi Supply Chain management menurut Heizer dan Render
(2011:452) adalah integrasi aktivitas untuk mendapatkan material dan servis,
mengubahnya menjadi barang setengah jadi dan barang jadi , dan
mengirimkannya kepada konsumen. Aktivitas ini termasuk juga aktivitas
pembelian, aktivitas outsourching yang ditambah dengan fungsi lain yang penting
untuk hubungan antara Supplier dan distributor.
Dari beberapa definisi Supply Chain Management diatas, maka dapat
disimpulkan Supply Chain Management adalah Suatu metode yang
mengintegrasikan pengelolaan aliran informasi, produk, barang dan jasa dalam
fungsi supply chain dengan pendekatan yang terintegrasi.
Dari Dalam Supply Chain Management bisa meliputi penetapan: 1.
Pengangkutan, 2. Pentransferan kredit dan tunai, 3. Pemasok (Supplier), 4.
Distributor dan Bank, 5. Utang dan Piutang, 6. Pergudangan, 7. Pemenuhan
pesanan dan 8. Pembagian informasi mengenai peramalan pada permintaan,
produksi dan kegiatan pada pengendalian persediaan. Dimana, penetapan diatas
membuat sebuah rantai pasokan yang berfokus pada memaksimalkan nilai kepada
konsemn yang dituju.
Dalam Supply Chain Management, banyak peluang yang tersedia untuk
meningkatkan nilai produk dengan biaya yang rendah. Di pihak pemasok, teknik
seperti JIT (Just In Time) dan kerja sama pemasok yang dapat membantu dalam
distribusi. Dan di sisi distribusi, terdapat juga teknik yang biasa digunakan seperti
Drop Ship yang berarti pemasok akan langsung mengirimkan produknya ke
konsumen pemakai dan bukan kepada penjual, agar dapat menghemat waktu dan
biaya pengangkutan ulang. Dimana, kunci dari sebuah Supply Chain Management
yang efektif adalah penyeimbangan pada arus produksi dengan permintaan
konsumen yang selalu berubah-ubah.

10
Supply Chain Management yang efektif membuat para Supplier sebagai
partner dalam strategi perusahaan untuk memuaskan kondisi pasar yang berubah-
ubah. Dimana, keunggulan kompetitif dapat bergantung pada hubungan yang
dekat melalui strategi hubungan kerja sama jangka panjang dengan beberapa
Supplier. Bagi banyak perusahaan, biaya dan mutu produk pastinya meliputi
sebagian besar dari perusahaan manufaktur, restoran, pedagang besar dan juga
eceran. Sehingga, dengan diterapkannya Supply Chain Management yang baik
memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk mengembangkan keunggulan
kompetitifnya. Supply Chain Management bukan hanya merupakan pendekatan
pengelolaan pemasok yang mencakup pembelian saja, tetapi juga pendekatan
dalam mengembangkan nilai maksimum dari rantai pasokan.
Secara singkat, Supply Chain Management dapat diartikan sebagi
pengeloaan informasi pada barang maupun jasa yang dimulai dari pemasok awal
hingga konsumen akhir dengan tujuan untuk memperoleh sebuah keunggulan
kompetitif baik pada biaya maupun kualitas dari barang yang akan diberikan pada
konsumen akhir.

2.1.3 Strategi-Strategi pembelian dalam Supply Chain Management


Sebuah perusahaan dalam mencukupi dan membeli kebutuhan akan
produk-produk penjualannya harus memutuskan Strategi rantai pasokannya.
Menurut Render dan Heizer (2014:471-473) terdapat 6 strategi pembelian di
dalam Supply Chain Management, yaitu:
1. Many Suppliers (Banyak Pemasok)
Memainkan antara pemasok satu dengan yang lainnya dan membebankan
pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Dalam strategi ini, meskipun
banyak pendekatan negosiasi yang digunakan, hubungan jangka panjang
bukan merupakan tujuan. Strategi ini lebih membebankan pada tanggung
jawab para pemasok agar mempertahankan teknologi, keahlian dan
kemampuan ramalam yang diperlukan ditambah dengan biaya, kualitas dan
kemampuan pengiriman.

11
2. Few Suppliers (Beberapa Pemasok)
Bertujuan untuk membentuk sebuah hubungan jangka panjang dengan
pemasok yang berkomitmen. Karena pemasok jangka panjang pasti akan
cenderung lebih memahami saran-saran luas dari perusahaan dan konsumen
akhir. Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai dengan
memungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva yang
menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah. Dalam
strategi ini, faktor yang terpenting adalah kepercayaan yang ditimbulkan dari
budaya perusahaan yang serasi.
3. Vertical Integration (Integrasi Vertikal)
Strategi vertical integration diartikan bahwa pengembangan kemampuan
memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-
benar membeli pemasok atau distributornya tersebut. Dalam integrasi vertikal
ini juga terdapat 2 bentuk intergrasinya yaitu:
a. Integrasi Ke belakang
Intergrasi ke belakang mengusulkan bahwa perusahaan membeli para
pemasoknya.
b. Integrasi Ke depan
Integrasi ke depan mengusulkan bahwa perusahaan membuat barang jadi.
4. Keiretsu Network (Jaringan Keiretsu)
Perusahaan membuat sebuah hubungan jangka panjang dengan mendukung
pemasok secara finansial melalui kepemilikan atau pinjaman. Oleh sebab itu,
pemasok yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra,
menularkan kelahlian teknis dan mutu produksi yang stabil kepada
perusahaan.
5. Virtual Companies (perusahaan Virtual)
Perusahaan mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan
pelayanan pada saat diperlukan. Dan dalam perusahaan maya ini batasan
organisasinya tidak tetap dan bergerak sehingga dengan adanya hubungan ini
dapat memberikan berbagai pelayanan jasa meliputi pembayaran gaji,
pengangkatan pegawai, perancangan produk atau pendistribusian produk.

12
6. Joint Ventures (Perusahaan Patungan)
Perusahaan melakukan penggabungan untuk menambahkan kemampuan dan
keterampilan dalam bidang teknologi ataupun strategi perusahaan patungan
dilakukan untuk menjaga persediaan atau mengurangi biaya. Contohnya
seperti perusahaan Daimler dan BMW yang melakukan strategi ini dengan
tujuan untuk meningkatkan dan mempuan standar dari komponan otomotif.

2.1.4 Hubungan Supply Chain Dengan Performa Bisnis


Menurut Shah (2009:37), ada beberapa dampak yang penerapan Supply
Chain Management yang dapat berpengaruh pada biaya dan keuntungan
perusahaan, antara lain:
1. Cost Redusction yang dicapai dengan:
a. Pengurangan persediaan
b. Pengurangan biaya logistik
c. Pengurangan biaya material langsung
d. Pengurangan biaya material tidak langsung
2. Meningkatkan pendapatan dan profabilitas dengan:
a. Menjual produk dengan margin yang lebih tinggi
b. Mendapatkan pangsa pasar yang lebih tinggi
c. Mengurangi Backorder dan Lost Sales
d. Mengurangi waktu pengiriman ke pasar
3. Meningkatkan efisiensi operasional dengan:
a. Mengurangi biaya pembelian
b. Meningkatkan pemanfaatan asset
c. Menunda pengeluaran modal
4. Mengurangi modal kerja dengan:
a. Mengurangi inventory
b. Mengurangi piutang dagang

13
2.1.5 Penggerak Supply Chain Management
Menurut Bhatnagar (2009:10-14), setiap perusahaan pastinya harus
mengambil keputusan untuk penggerak penggerak Supply Chain mereka
berdasarkan pada 5 area, yaitu :
1. Production
Area ini merupakan aktifitas yang menyangkut kreasi untuk membuat rencana
produksi yang termasuk perhitungan kapasitas pabrik, keseimbangan pada
beban pekerjaan, kontrol kualitas dan pemeliharaan peralatan. Produksi
mengacu pada kapasitas dari rantai pasokan yang akan dibuat dan dijual.
Fasilitas dari produksi adalah Factories (pabrik) dan Warehouse (gudang), dan
Fasilitas dimana sebagian atau hampir seluruh kapasitas yang digunakan tidak
mencukupi untuk merespon apabila adanya peningkatan pada permintaan.
Pabrik dapat dibuat untuk mengakomodasi satu dari 2 pendekatan untuk
produksi, yaitu:
a. Product Focus
Pabrik yang membuat produk yang berfokus pada operasi yang berbeda
uang diperlukan untuk membuat produk line yang biasa dari Pembuatan
bagian produk yang berbeda untuk pemasangan produk tersebut.
b. Functional Focus
Pendekatan fungsional berkonsentrasi pada produksi hanya pada beberapa
operasi seperti hanya membuat beberapa bagian dari produk atau hanya
melakukan pemasangan. Fungsi tersebut dapat digunakan untuk membuat
banyak jenis yang berbeda dari produk. Dan seperti pabrik, gudang dapat
dibuat untuk mengakomodasi pendekatan berbeda. Dan terdapat 3
pendekatan yang digunakan dalam gudang, yaitu :
c. Stock Keeping Unit (SKU) Storage
Pada pendekatan tradisional ini, semua dari tipe produk yang biasa
tersimpan bersamaan. Ini merupakan cara penyimpanan produk yang
efisien dan mudah untuk dimengerti.

14
d. Job Lot Storage
Pada pendekatan ini, semua produk berbeda yang berhubungan pada
kebutuhan dari tipe konsumen tertentu atau berhubungan dengan
kebutuhan dari pekerjaan tertentu disimpan secara bersamaan. Sehingga
membuat pemilihan dan pengepakan dapat menjadi lebih efisien akan
tetapi umumnya membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan
dengan pendekatan menggunakan SKU.
e. Cross Docking
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pada rantai
pasokan. Dengan pendekatan ini, produk tidak secara nyata disimpan pada
fasilitas perusahaan. melainkan fasilitas gudang perusahaan digunakan
dimana hanya untuk memproses truck dari pemasok dan membongkar
kuantitas yang besar dari produk berbeda. Sehingga, dengan menggunakan
pendekatan ini tidak diperlukan tempat yang luas dan barang-barang hanya
diletakkan diatas palet.
2. Inventory
Tujuan utama dari area ini adalah untuk bertindak sebagai penyangga terhadap
ketidakpastian dalam rantai pasokan. Meskipun, menyimpan persediaan dapat
menjadi mahal, jadi harus ditentukan Level persediaan yang optimal dan
jumlah pemesanan kembali. Terdapat 3 keputusan pokok untuk dibuat
mengenai penciptaan dan penyimpanan persediaan, yaitu :
a. Cycle Inventory
Merupakan jumlah persediaan yang dibutuhkan untuk mencukupi
permintaan produk pada periode pembelian dari produk. Perusahaan
cenderung untuk memproduksi dan membeli dalam jumlah yang banyak
dengan tujuan untuk mencapai keuntungan pada biaya yang dikeluarkan.
Karena manager harus memperhitungkan Carrying Cost dan Ordering
Cost yang dikeluarkan berdasarkan jumlah pemesanannya.
b. Safety Inventory
Persediaan ini dibuat untuk menyangga terhadap ketidakpastian. Apabila
peramalam permintaan dapat dilakukan dengan akurat maka persediaan

15
yang dibutuhkan hanyalah Cycle Inventory. akan tetapi karena peramalan
memiliki presentase dari ketidakpastian maka pendekatan ini digunakan
untuk menutupi ketidakpastian tersebut agar dapat mencukupi permintaan
yang terjadi. Dengan pendekatan ini lebih memberikan biaya lebih pada
persediaan daripada kerugian dari penjualan karena ketidakcukupan
persediaan.
c. Seasonal Inventory
Persediaan ini dibuat untuk mengantisipasi peningkatan dari permintaan
yang dapat diprediksi yang terjadi beberapa kali dalam setahun. Dan
dalam pendekatan ini perusahaan harus mengorbankan antara biaya untuk
menyimpan persediaan musiman dan biaya untuk memilki kemampuan
untuk produksi yang flexibel. Contohnya: seperti pada saat hari raya
pastinya permintaan akan produk minuman akan meningkat. Sehingga,
biasanya perusahaan harus mengambil keputusan antara membuat
produksi dan persediaan sebelum terjadinya lonjakan pada permintaan atau
membuat perluasan pada pabrik agar dapat memenuhi lonjakan permintaan
tersebut.
3. Location
Pada area ini, harus ditentukan dimana tempat untuk produksi dan
penyimpanan persediaan harus diletakkan dan juga dimana lokasi untuk
produksi dan penyimpanan persediaan yang dapat membuat biaya yang paling
effisien. Dan pada area ini lebih mengacu pada pengaturan geografi dari
fasilitas rantai pasokan. Dan dalam pengambilan keputusan manager harus
mengambil pilihan antara menjadi responsif atau melakukan pengorbanan
(Trade-off), dimana keputusan yang dibuat apakah memusatkan aktifitas pada
sedikit lokasi untuk mencapai skala ekonomi dan efisiensi, atau untuk
mendesentralisasikan aktifitas ke beberapa lokasi untuk konsumen dan
pemasok dengan tujuan agar operasi menjadi lebih responsif.
4. Transportation
Pada area ini, perusahaan melakukan pertimbangan untuk pergerakan rantai
pasokan. Karena mengacu pada semua pergerakan dari bahan baku hingga

16
barang jadi. Model transportasi yang cepat seperti pesawat sangat responsive
tetapi biayanya lebih besar. Mode yang lambat seperti kapal dan kereta api
lebih efisien pada biaya tapi tidak responsive. sehinggan pengambilan
keputusan pada area ini sangatlah penting. Dan terdapat 6 cara umum dalam
transportasi yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu:
a. Ship
Kapal memilik efisiensi pada biaya yang besar. Tetapi juga merupakan
cara yang paling lambat dalam pengiriman. Dan juga adanya keterbatasan
pada pada penggunaan antara lokasi dan fasilitas seperti pelabuhan.
b. Rail
Kereta api juga memiliki efisien pada biaya. akan tetapi juga lambat. Dan
juga cara ini juga dibatasi pada lokasi yang menyediakan rel kereta api.
c. Pipeline
Pipa saluran dapat menjadi efisien tapi hanya terbatas pada komoditas
yang cair seperti air, minyak dan gas alam.
d. Truck
Truk pada umumnya relatif lebih cepat dan cara transportasi yang flexibel.
Karena dapat pergi hampir kemana saja. Akan tetapi biayanya berubah-
ubah tergantung pada harga dari Bahan bakar dan juga variasi dari kondisi
jalan.
e. Airplanes
Pesawat merupakan model transportasi yang cepat dan juga sangat
responsif. Dan juga merupakan cara yang paling mahal dalam pengiriman
barang dan juga dibatasi pada ketersediaan fasilitas bandara.
f. Elcectronic Transport
Merupakan model transportasi yang paling cepat, fleksibel dan sangat
efisiens pada biaya. akan tetapi hanya dapat digunakan pada pergerakan
pada tipe produk tertentu seperti energi listrik, data.
5. Information
pada area ini, waktu dan akurasi informasi memegang jaminan untuk
koordinasi yang baik dan pengambilan keputusan yang baik. Karena dengan

17
informasi yang baik, maka dapat membuat keputusan yang efektif mengenai
apa yang akan diproduksi dan berapa banyak, mengenai dimana tempat untuk
meletakkan persediaan dan seberapa baik untuk mengirimkan produk tersebut.
Dan informasi digunakan untuk 2 tujuan dalam rantai pasokan yaitu:
a. Coordinating Daily Activities
Berhubungan dengan fungsinya pada produksi, persediaan, lokasi dan
transportasi. Perusahaan di rantai pasokan menggunakan data yang
tersedia pada persediaan dan permintaan produk untuk memutuskan
penjadwalan produksi mingguan, level persediaan, rute transportasi dan
lokasi penyimpanan.
b. Forecasting and planning
Dibuat untuk mengantisipasi permintaan masa depan. Informasi yang
tersedia digunakan untuk membuat peramalam taktis untuk mengarahkan
pada pengaturan produksi bulanan dan penjadwalan. Dan informasi juga
digunakan untuk permalan strategi untuk mengarahkan keputusan
mengenai kapan untuk membangun fasilitas baru, memasuki pasar baru,
atau keluar dari pasar yang telah ada.

2.1.6 Ciri Khusus Dari Supply Chain Management


Menurut Bhatnagar (2009:8) terdapat beberapa kunci khusus dalam Supply
Chain Management Yaitu :
1. Rantai pasokan secara umunya meliputi integrasi pada proses bisnis;
2. Rantai pasokan memapankan hubungan dengan pemasok, konsumen dan
dalam rantai nilai pada unit bisnis;
3. Rantai pasokan meliputi semua aktifitas yang berhubungan dengan aliran dan
perubahan barang dari proses bahan material hingga produk jadi yang terkait
dengan aliran informasi, aliran kas dan aliran produk di dalam organisasi;
4. Rantai pasokan dikelola melalui hubungan dengan pemasok dan konsumen
untuk disampaikan kepada konsumen yang loyal dengan biaya kemungkinan
yang terkecil.

18
2.1.7 Sasaran Supply Chain Management
Menurut Bhatnagar (2009:9), terdapat sasaran yang akan dicapai dari
penerapan Supply Chain Management yaitu:
1. untuk menghasilkan aliran material dan pelayanan yang tidak dapat diganggu;
2. untuk menjaga investasi pada persediaan pada level yang minimum;
3. untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas;
4. untuk mencari dan mengembangkan pemasok yang kompeten;
5. untuk membeli barang yang dibuthkan dan jasa dengan kemungkinan biaya
terkecil;
6. untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan;
7. untuk menyelesaikan sasaran pembelian dan pemasaran dengan kemungkinan
level biaya yang paling rendah;

2.1.8 Komponan Dasar Supply Chain Management


Menurut Bhatnagar (2009:15) terdapat 5 komponen dasar untuk
mendukung jalannya Supply Chain Management yaitu:
1. Plan
Merupakan bagian strategi dari Supply Chain Management untuk memonitor
rantai pasokan sehingga menjadi efisien, pengurangan pada biaya dan
menyampaikan kualitas tinggi dan nilai kepada konsumen dengan cara paling
efisien.
2. Source
Mengembangkan pengaturan pada harga, proses pembayaran pengiriman
dengan pemasok untuk memonitor dan meningkatkan hubungan
3. Make
Meliputi pembuatan penjadwalan untuk aktifitas yang diperlukan dalam
produksi, pencobaan, pengepakan dan persipan untuk pengiriman.
4. Deliver
Meliputi koordinasi pemesanan dari konsumen, mengembangkan jaringan
penyimpanan, memilih operator untuk mendapatkan produk ke konsumen dan
sistem faktur untuk menerima pembayaran.

19
5. Return / reverse Flow
Mengacu pada membalikkan aliran barang dari konsumen ke pabrik dan
meliputi pembuatan jaringan untuk menerima Kecacatan dan kelebihan
pengembalian produk dari konsumen dan mendukung konsumen yang
memiliki permaslahan dengan pengiriman barang.

2.1.9 Penggerak dalam Supply Chain


Menurut Bhatnagar (2009:17-19), terdapat kelompok dasar yang berperan
dalam menciptakan Supply Chain yang masing-masing berjalan dengan fungsinya
yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut :
1. Producers
Producer adalah organisasi yang membuat produk. Meliputi perusahaan yang
memproduksi bahan baku dan perusahaan yang memproduksi barang jadi.
2. Distributors
Distributor adalah perusahaan yang mengambil persediaan dalam jumlah besar
dari produsen dan mengirimkan pengabungan lini produk yang berhubungan
kepada konsumen. Distributor biasanya dikenal dengan Wholesalers yang
biasanya menjual produk yang diambil kepada pebisnis lain dengan kuantitas
yang bersar daripada konsumen individual yang biasa membeli.
3. Retailers
Retailer adalah perusahaan yang menyimpan persediaan dalam jumlah kecil untuk
masyarakat umum. Perusahaan ini, juga melacak mengenai keinginan dan
permintaan dari konsumen sebelum akan menjual produk-produknya. Retailer
juga biasanya mengunakan kombinasi dari harga, produk tertentu, jasa dan
kepuasan sebagai alat utama untuk menarik konsumen.
4. Customers
Konsumen adalah kelompok yang membeli dan menggunakan produk. Konsumen
terbagi atas 2 jenis yaitu yang membeli produk dengan tujuan untuk
menggabungkan produk tersebut dengan produk lain yang akan mereka jual
kembali kepada konsumen lain. atau konsumen yang merupakan pengguna akhir
dari produk yang membeli produk untuk dikonsumsi.

20
2.1.10 Hubungan Strategi Perusahaan Terhadap Keputusan Supply Chain
Management
Menurut Render dan Heizer (2014:470) bahwa sebuah perusahaan perlu
untuk menentukan bagaimana strategi untuk merancang rantai pasokan. Yang
dijelaskan dalam Tabel berikut ini:
Tabel 2.1 - Dampak Strategy Perusahaan Pada Rantai Pasokan
Low Cost Strategy Response Strategy Differentiation
Strategy
Pemasok Biaya Kapasitas Kemampuan dalam
Utama Kecepatan pengembangan
Kriteria Fleksibilitas produk untuk
Pemilihan membagi
informasi
dan pengembangan
produk
Rantai Meminimalkan Menggunakan Meminimlkan
Pasokan persediaan untuk persediaan persediaan untuk
Persediaan memperkecil pengaman untuk menghindari
Biaya meningkatkan kerusakan produk
kecepatan
pasokan
Jaringan Transportasi Transportasi cepat Menggabungkan
Distribusi murah Memberikan Dan
Menjual melalui pelayanan mengkomunikasi
potongan pelanggan terbaik kan data penelitian
distributor pasar
atau retailer Staff penjualan
yang
berpengetahuan
luas
Rancangan Memaksimalkan Waktu pemesanan Design Terbaru
produk performa yang cepat untuk membantu
Karakteristik Meminimalkan Kecepatan diferensiasi produk
Biaya produksi
Sumber : Barry render & Jay Heizer (2014:470)

2.1.11 Risiko Dalam Supply Chain Management Dan Cara Mengatasinya


Semua perusahaan perlu untuk berfokus tidak hanya pada cara untuk
mengurangi masalah yang potensial, akan tetapi juga pada bagaimana cara untuk
bersiap dalam merespon sebuah kejadian yang tidak terduga. Menurut Render dan

21
Heizer (2014:474) dalam Supply Chain Management terdapat beberapa kategori
dari resiko dan cara untuk menghadapinya, yaitu :
Tabel 2.2 - Taktik dan Risiko Rantai pasokan
Risiko Taktik untuk mengurangi risiko
Pemasok Tidak Menggunakan Banyak pemasok, Menggunakan kontrak
dapat mengirim yang efektif dengan memberikan pinalti, Subkontraktor
dengan upah, Perencanaan ulang
Kegagalan kualitas Memilih pemasok dengan hati-hati, Pelatihan, Sertifikasi
pemasok dan monitoring
Keterlambatan atau Mode transportasi dan gudang yang banyak, Pengemasan
kerusakan logistik yang aman, kontrak yang efektif dengan dikenakan
pinalti
Distribusi Pemilihan dengan hati-hati, monitoring dan kontrak yang
efektif dengan memberikan pinalti
Kehilangan Penyimpanan data yang banyak, Mengamankan sistem
informasi atau IT, Melatih partner dalam rantai pasokan untuk
penyimpangan penafsiran yang tepat dan penggunaan informasi
Politik Jaminan risiko politik, Diversifikasi lintas
daerah, Franchising dan licencing
Ekonomi Melindungi nilai untuk melawan risiko nilai tukar,
membeli kontrak yang menujukan fluktuasi harga
Bencana Alam Asuransi, Sumber alternatif, Diversifikasi lintas negara
Pencurian, Asuransi, Perlindungan hak cipta, Kemanan pada
Perusakan tindakan meliputi RFID (Radio Frequency Identification)
dan terorisme dan GPS (Global Positioning System), Diversifikasi
Sumber : Barry render & Jay Heizer (2014:474)

2.1.12 Masalah Dalam Melaksanakan Supply Chain Management


Terintegrasi
Menurut Render dan Heizer (2014:475) terdapat tiga permasalahan yang
mempersulit pengembangan pada effisiensi dan rantai pasokan yang terintegrasi,
yaitu:
1. Local Optimization (Optimasi Lokal)
Anggota dalam rantai pasokan cenderung untuk berfokus pada
memaksimalkan pendapatan lokal atau segera melakukan minimalisasi pada
biaya berdasarkan pada pengetahuan mereka yang terbatas. Sedikit
peningkatan pada permintaan maka akan bermasalah karena tidak ada yang
mau rugi. Dan juga kebalikannya, apabila terjadinya kemunduran pada

22
permintaan maka juga akan bermasalah karena tidak ada yang mau
menyimpan persediaan secara berlebihan
2. Incentive
Incentive ini dapat berupa incentive pada penjualan, Pemotongan kuantitas,
kuota dan promosi. Dan masalah dari incentive ini mendorong barang
dagangan dan mengembangkan terjadinya fluktuasi yang sangat mahal kepada
semua anggota dalam rantai.
3. Large Lots
Selalu terjadinya banyak prasangka pada large lots, karena cenderung untuk
mengurangi biaya unit.Manager logistik ingin melakukan pengiriman dalam
jumlah banyak, lebih baik apabila memenuhi truk, dan manager produksi
menginginkan produksi panjang berjalan. Dan kedua aksi tersebut
menurunkan pengiriman unit dan biaya produksi, akan tetapi mereka
meningkatkan biaya penyimpanan dan gagal dalam Memenuhi penjualan
sebenarnya.

2.1.13 Peluang Dalam Melaksanakan Supply Chain Terintegrasi


Menurut Render dan Heizer (2014:476) terdapat beberapa peluang dalam
Management supply chain yang efektif, yaitu:
1. Accurate "Pull" Data
Menarik data yang akurat dihasilkan dengan berbagi (1) informasi point-
ofsales (POS) sehingga setiap anggota dalam rantai pasokan dapat
Merencanakan dengan lebih efektif (2) Computer Assisted Ordering (CAO).
Ini berarti dengan menggunakan sistem POS yang mengumpulkan data
penjualan dan menyesuaikan data untuk faktor pasar, persediaan di tangan dan
pemesanan yang belum terselesaikan. Sehingga, permintaan bersih terkirim
secara langsung kepada Supplier yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan persediaan akhir. Dan pada sistem ini menggunakan data
penjualan yang melakukan transaksi untuk menarik produk ke dalam rantai
pasokan

23
2. Lot Size Reduction
Pengurangan jumlah penyimpanan berkurang melalui management yang
agresif. Hal ini termasuk (1) Mengembangkan pengiriman yang ekonomis
lebih sedikit daripada muatan truk (2) Menyediakan basis diskon pada volume
total tahunan daripada ukuran dari pengiriman individual (3) mengurangi
biaya pengiriman menggunakan teknik seperti pesanan tetap dan bermacam-
macam bentuk pembelian secara elektronik
3. Single Stage Control Of replenishment
Adalah menunjuk anggota dalam rantai pasokan untuk bertangung jawab pada
monitoring dan mengontrol inventory dalam rantai pasokan berdasarkan
Penarikan dari pengguna akhir. Pendekatan ini menghapus perubahan
informasi dan banyak bagian peramalan yang membuat terjadinya "Bullwhip
Effects". Bullwhip Effects adalah suatu fenomena dimana satu lonjakan kecil
di level konsumen akan mengakibatkan lonjakan yang sangat tajam di level
yang jauh dari konsumen.
4. Vendor-Managed Inventory
Adalah penggunaan Supplier lokal untuk mengatur persediaan pada
manufaktur dan retail. Apabila pemasok dapat mepertahankan stok persediaan
untuk keberagaman konsumen yang menggunakan produk yang sama atau
yang memiliki perbedaan yang kecil seperti pada tahap pengemasan, maka
harus adanya penyimpanan bersih. Dan sistem VIM adalah dimana Supplier
mempertahankan material untuk pembeli, Dan dikirim secara langsung kepada
pembeli melalui departemen.
5. Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment (CPFR)
Dengan CPFR, anggota dalam rantai pasokan membagi perencanaan,
permintaan, peramalan dan informasi persediaan. Mitra dalam CPFR ini
dimulai dengan kolaborasi pada definisi produk dan menggabungkan rencana
penjualan. Promosi, iklan, peramalan, menggabungkan komitmen pemesanan
dan waktu untuk pengiriman termasuk dalam rencana untuk mendorong
terjadinya pengurangan pada persediaan dan biaya terkait.

24
6. Blanket Orders
Adalah pemesanan yang tidak terpenuhi dengan vendor yang biasa disebut
"Pembukaan pemesanan" atau "Pemesanan yang tidak terselesaikan". Dan
merupakan kontrak untuk pembelian barang tertentu melalui vendor.
Pengiriman hanya dibuat pada tanda terima pada dokumen persetujuan, pada
daftar permintaan pengiriman atau pelepasan pengiriman
7. Standarization
Adalah Departemen pembelian harus membuat pengusahaan khusus untuk
meningkatkan level standarisasi. daripada mendapatkan variasi dari
komponen yang sama dengan pelabelan,pewarnaan,pengepakan atau mungkin
sedikit perbedaan pada teknik spesifikasi, agen pembelian harus mencoba
untuk memiliki komponen tersebut terstandarisasi.
8. Postponement
Adalah Menghambat modifikasi apapun atau kostumisasi pada produk selama
mungkin dalam proses produksi. Konsepnya adalah untuk meminimalkan
variasi internal saat memaksimalkan varietas eksternal.
9. Electronic Ordering and Funds Transfer
Pemesanan elektronik dan pengiriman uang merupakan pendekatan tradisional
untuk mempercepat transaksi dan mengurangi pekerjaan tulis menulis.
Transaksi diantara perusahaan sering menggunakan Electronic Data
Interchange (EDI). EDI juga memberikan penggunaan Advenced Shipping
Noticed (ASN), yang memberitahukan kepada pembeli bahwa vendor bersedia
untuk mengirim. Karena dengan mengunakan teknik ini mudah untuk
digunakan dan dapat mengurangi biaya.
10. Drop Shipping and Special Packaging
Adalah pemasok akan mengiurimkan secara langsung kepada konsumen akhir,
daripada kepada penjual karena dapat menghemat waktu dan biaya pengiriman
ulang. Penghematan biaya lainnya termasuk penggunaan pengemasan khusus,
label dan pengoptimalan peletakan label dan barcode di kontainer.

25
2.1.14 Strategi Utama Dalam Supply Chain Management
Menurut Cohen dan Roussel (2005:24) terdapat emptar strategi Supply
Chain Management yang utama, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.3 - Supply Chain Management Key Strategy
Strategi Utama Sumber Basis Kompetisi
Kunci
Keunggulan Keberhasilan
Biaya Efisiensi biayaHarga termurah di Efisien
kelasnya infrastruktur dan
moda
Inovasi Unit teknologi Produk Inovasi Ketepatan
Pelayanan Pelayanan Prima Sesuai dengan Rancangan SCM
keinginan khusus secara khusus
konsumen
Strategi Utama Sumber Basis Kompetisi Kunci
Keunggulan Keberhasilan
Mutu Kemanan dan Produk dan dapat Pengendalian
kendalan produk diandalkan mutu dalam SCM
Sumber : Couhen & Roussel (2005:24)

2.2 Daya Saing


2.2.1 Pengertian Daya Saing
Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh
pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan, dan
tidak unggul berarti tidak ada alasan bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di
dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya saing berhubungan dengan
bagaimana efektivitas suatu organisasi di pasar persaingan, dibandingkan dengan
organisasi lainnya yang menawarkan produk atau jasa-jasa yang sama atau
sejenis. Perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan produk atau jasa yang
berkualitas baik adalah perusahaan yang efektif dalam arti akan mampu bersaing.
Porter (1995:5) mengatakan : “ competition is at the core of the success or
failure of firms. Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan
perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan, yaitu sisi
kesuksesan karena mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih dinamis dan
bersaing dalam menghasilkan produk serta memberikan layanan terbaik bagi
pasarnya, sehingga persaingan dianggapnya sebagai peluang yang memotivasi.

26
Sedangkan sisi lainnya adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan-
perusahaan yang bersifat statis, takut akan persaingan dan tidak mampu
menghasilkan produk-produk yang berkualitas, sehingga persaingan merupakan
ancaman bagi perusahaannya.
Menurut Muhardi (2007:39) Daya saing operasi merupakan fungsi operasi
yang tidak saja berorientasi ke dalam (internal) tetapi juga keluar (eksternal),
yakni merespon pasar sasaran usahanya dengan proaktif.

2.2.2 Dimensi dan Indikator Daya Saing


Dimensi daya saing suatu perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh
Muhardi (2007:40) dengan mengutip Ward et al. (1998:1036-1037) adalah terdiri
dari biaya (cost), kualitas (quality), waktu penyampaian (delivery), dan
fleksibilitas (flexibility). Keempat dimensi tersebut lebih lanjut diterangkan oleh
Muhardi (2007:41) lengkap dengan indikatornya sebagai berikut :
1. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator yaitu
biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan
persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya merupakan modal yang
mutlak dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan
produksinya, produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi
perusahaan dan adanya cadangan produksi (persediaan) yang sewaktu-waktu
dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan
tersebut.
2. Kualitas seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi adalah merupakan dimensi
daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator
diantaranya tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan
produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen, dan kesesuaian produk
terhadap spesifikasi desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain
produk atau layanannya, tampilan produk yang baik adalah yang memiliki
desain sederhana namun mempunyai nilai yang tinggi. Jangka waktu
penerimaan produk dimaksudkan dengan lamanya umur produk dapat diterima
oleh pasar, semakin lama umur produk di pasar menunjukkan kualitas produk

27
tersebut semakin baik. Adapun daya tahan produk dapat diukur dari umur
ekonomis penggunaan produk.
3. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai
indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu
produksi, dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga indikator tersebut
berkaitan, ketepatan waktu penyampaian produk dapat dipengaruhi oleh
ketepatan waktu produksi dan lamanya waktu tunggu produksi.
4. Adapun fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi
berbagai indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan
menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing adalah :
1. Lokasi
Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan pembeli dan
menjadi faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha yang strategis
akan menarik perhatian pembeli. Menurut Frans (2003:439) : letak atau lokasi
akan menjadi sangat penting untuk memenuhi kemudahan pelanggan dalam
berkunjung, konsumen tentu akan mencari jarak tempuh terpendek. Walau
tidak menutup kemungkinan konsumen dari jarak jauh juga akan membeli,
tapi persentasenya kecil.
2. Harga
Menurut Sunarto (2004:206) Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang
ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk
atau jasa tersebut. Harga menentukan apakah sebuah supermarket,
minimarket, atau swalayan banyak dikunjungi konsumen atau tidak. Faktor
harga juga berpengaruh pada seorang pembeli untuk mengambil keputusan.
Harga juga berhubungan dengan diskon, pemberian kupon berhadiah, dan
kebijakan penjualan.
Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah
uang. Demi mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya seorang

28
konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Bagi pelangggan yang sensitif
biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka
akan mendapatkan value for money yang tinggi (Irawan, 2008:38).
3. Pelayanan
Program pelayanan / service seringkali menjadi pokok pemikiran pertama
seorang pengelola supermarket/minimarket. Pelayanan melalui produk berarti
konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk yang ada, produk
yang bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih mengacu kepada
kenyamanan peralatan (trolley atau keranjang belanja), tempat parkir yang
nyaman, penerangan ruangan yang baik, juga keramahan dari karyawan.
4. Mutu atau kualitas
Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat ditentukan oleh
kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Berkenaan dengan kualitas
produk, Muhardi dalam bukunya Strategi Operasi Untuk Keunggulan
Bersaing mengutip pendapat Adam dan Ebert yang menyatakan : “product
quality is the appropriateness of design specifications to function and use as
well as the degree to which the product conforms to the design
specifications”. Kualitas produk ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi
desain dengan fungsi atau kegunaan produk itu sendiri, dan juga kesesuaian
produk dengan spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya
saing apabila perusahaan itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti
sesuai dengan kebutuhan pasarnya.
5. Promosi
Semakin sering suatu supermarket/swalayan melakukan promosi, semakin
banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi bisa dilakukan
melalui berbagai iklan baik di media cetak, elektronik, maupun media lain.
Sunarto (2004:298) mengatakan bahwa promosi penjualan terdiri dari
insentif jangka pendek untuk mendorong pembelanjaan atau penjualan produk
atau jasa, yang mana promosi penjualan ini mencakup suatu variasi yang luas
dari alat-alat promosi yang didesain untuk merangsang respons pasar yang
lebih cepat, atau yang lebih kuat.

29
2.2.4 Identifikasi Pesaing
Ada 4 (empat) tingkat persaingan, berdasarkan tingkat subtitusi produk
menurut Kotler (2001), yaitu:
1. Persaingan Merek, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan atau jasa
serupa pada pelanggan yang sama dengan harga yang sama
2. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas produk
yang sama.
3. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang
memberikan jasa yang sama.
4. Persaingan Generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan
rupiah konsumen yang sama.

2.2.5 Strategi Peningkatan Daya Saing


Dalam usaha untuk memperoleh keunggulan bersaing menurut Kotler
(2001:295) yaitu dengan membangun hubungan pelanggan yang didasarkan pada :
1. Nilai pelanggan
Nilai bagi pelanggan merupakan perbedaan antara nilai total bagi pelanggan
dan biaya total pelanggan terhadap penawaran pemasaran (‘laba’ bagi
pelanggan)
2. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja yang diberikan oleh sebuah
produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk kurang dari
yang diharapkan, maka pembelinya tidak puas. Kepuasan pelanggan terhadap
pembelian tergantung pada kinerja nyata sebuah produk, relatif terhadap
harapan pembeli.

30
2.2.6 Strategi Pemasaran Bersaing
Menurut Kotler (2001:319) ada lima strategi pemasaran bersaing yang luas
yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu :
1. Strategi bersaing dasar
Michael porter (1980: 61-78) menyebutkan tiga strategi kedudukan bersaing
dasar, mencakup :
a. Kepemimpinan biaya keseluruhan : perusahaan bekerja keras untuk
mencapai biaya produksi dan distribusi terendah sehingga perusahaan itu
dapat membuat harga lebih rendah daripada pesaing dan memenangkan
pangsa pasar.
b. Pembedaan (differensiasi) : perusahaan berusaha berkonsentrasi untuk
menciptakan lini produk dan program pemasaran yang sangat berbeda,
sehingga perusahaan ini dapat menjadi pemimpin kelas dalam industry
yang bersangkutan.
c. Fokus : perusahaan berusaha berfokus pada upayanya dalam melayani
beberapa segmen pasar secara lebih baik dan bukan memburu seluruh
pasar.
2. Strategi pemimpin pasar
Strategi pemimpin pasar adalah strategi dimana perusahaan dalam suatu
industri dengan pangsa pasar terbesar, perusahaan ini biasanya memimpin
perusahaan lain dalam perubahan harga, pengenalan produk baru, cakupan
penyaluran, dan pengeluaran promosi.
3. Strategi penantang pasar
Strategi penantang pasar adalah strategi dimana perusahaan peringkat kedua
dalam suatu industri yang sedang berjuang keras untuk meningkatkan pangsa
pasarnya
4. Strategi pengikut pasar
Strategi pengikut pasar adalah strategi dimana perusahaan peringkat kedua
dalam suatu industri yang ingin mempertahankan pangsa pasarnya tanpa
menggangu keseimbangan.

31
5. Strategi perelung pasar
Strategi perelung pasar adalah strategi perusahaan dalam suatu industri yang
melayani segmen kecil yang dilupakan atau diabaikan perusahaan lain.

2.1.7 Manfaat Peningkatan Daya Saing


Dalam lingkungan persaingan yang semakin kompetitif dan adanya situasi
pasar yang dinamis, maka setiap perusahaan tidak mungkin lagi untuk
menghindari persaingan, tetapi yang harus dilakukan adalah menghadapi tingkat
persaingan tersebut dengan cara yang sebaik-baiknya. Sebaik-baiknya disini
diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara optimal dan berkesinambungan
untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi di masa yang akan
datang (Muhardi 2007:53).

32

Anda mungkin juga menyukai