M.J. Josoprawiro
Pendahuluan
Penutupan fistula urogenitalis pada beberapa kasus dapat terjadi spontan yaitu
pada fistula yang sangat kecil, bersih dan tidak terinfeksi, serta keadaan umum penderita
yang cukup baik. Akan tetapi, kebanyakan kasus harus diintervensi dengan suatu
tindakan operasi untuk melakukan reparasi penutupan fistula. Pendekatan yang
dilakukan dapat bervaginam, perabdominam, maupun kombinasi keduanya. Lee dan
kawan-kawan melaporkan dari 303 kasus, 80% dikerjakan trasvaginal tanpa
memandang ukuran, jumlah atau riwayat raparasi fistula terdahulu. Dibidang Obtetri
dan Ginekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tahun 1993
sampai dengan tahun dengan tahun 1998 telah dilakukan reparasi fistula urogenital
sebanyak 17 kasus, yang kesemuanya dioperasikan dengan pendekatan transvaginal.
Keberhasilan penanganan fistula uroginital dengan pendekatan transvaginai tidak hanya
bergantung kepada teknik operasi, tetapi juga sangat ditentukan oleh persiapan prabedah
maupun perawatan pasca bedah oleh unsur keperawatan di ruangan.
Prognosis
Pendekatan operasi untuk fistula uroginat pada prinsipnya ada 3 pilihan, yaitu:
1. Transvaginal
2. Transbdomunal (suprapublik)
3. Kombinasi transvaginal dan transbdominal
Bagai manapun juga para spesialis obstreti dan ginekologi yang sudh terlatih
dan terbiasa untuk menangani fistula urogenital lebih suka memilih pendekatan
trasvaginal sebab lebih mudah, tidak berbahaya, dan lebih banyak keberhasilannya
dibandingkan transbdominal. Untuk fistula yang lebih besar dan pinggirannya terfiksasi
oleh jaringan sikatriks pada simfisis pubis, maka operator akan memilih kombinasi
keduanya. Buli-buli dan utera akan dibebaskan melalui sayatan suprapublik, tetapi
penjahitan penutupan fistula dilakukan trasvaginal.
Sebelum memulai rencana operasi transvaginal, harus dilakukan seleksi
terhadap jenis fistula urogenital yang akan dioperasi setelah ditentukan diagnosis yang
pasti terhadap jenis fistula urogenital tersebut.
Penanganan fistula urogenital dengan pendekatan transvaginal hanya
dikerjakan pada jenis-jenis fistula uretovaginal, vesikovaginal, dan vesikoservikal,
tetapi tidak dilakukan pada fistula ureterovaginal yang sering terjadi sebagai komplikasi
operasi histerektomi.
2. Terhadap fistula urogenital yang terjadi akibat penyinaran pada terapi radiasi
terhadap proses keganasan, saat yang baik untuk melakukan operasi yaitu 1
tahun setelah terjadinya fistula.
Apabila waktu operasi Fisteplastik dilakukan lebih mundur dari waktu yang kami
sebutkan tadi, memang sesungguhnya untuk operator lebih baik karena jaringan dinding
fistula dan sekitarnya sudah lebih baik dan lebih baik untuk dilakukan operasi, tetapi
tidak baik buat pasien sebab penderitaan lahir batin akan lebih lama lag.
Persiapan Prabedah
3. sebelum melakukan operasi harus diketahui apakah terdapat infeksi saluran kemih.
Jika ada, harus diobati terlebih dahulu dengan pemeriksaan kultur urin dan tes
resistensi bakteri terhadap antibiotika. Dengan demikian, pasca bedah dapat
diberikan antibiotika yang tepat sebelum operasi karena adanya fistula tersebut
penderita senantiasa mengalami bakteriuri.
4. Terhadap peradangan pada vagina dan inkrustasi pada pinggiran fistula diperlakukan
perawatan khusus, yaitu melakukan pembilasan vagina dengan mempergunakan
larutan asam laktat konsentrat satu sendok the yang dilarutkan kedalam satu liter air
hangat 1-2 kali sehari, sedangkan pembilasan pada buli -buli dipergunakan
Boorwater.
6. Terhadap kulit genitalia eksterna dan sekitarnya yang mengalami dermatitis akibat
pengaruh urin yang terus-menerus setiap saat membasahinya, terlebih dahulu diobati
dengan salep antibiotika dan setelah peradangannya sembuh kulit tersebut diberi
perlindungan dengan pasta zinczi.
7. Saat yang tepat untuk melaksanakan operasi Fisteplastik adalah apabila pinggiran
fistula benar-benar sudah bersih. Inkrustasi oleh urin telah teratasi, peradangan telah
disembuhkan, dan jaringan sekitar fistel sudah layak untuk dioperasi, semua hal ini
memerlukan waktu selama3-4 bulan.
Perawatan Pascabedah
1. Luka operasi penutupan fistula pada dinding vagina dilindungi dengan sofratule
selama 24 jam pasca bedah untuk mencegah infeksi.
3. Disarankan agar buli-buli setiap hari dibilas dua kali dengan 50 ml larutan Boorwater
3% dan kemudian dilanjutkan dengan instilasi larutan antibiotika misalnya
Uronebacetin sebanyak 10 ml selama 30 menit jadi selama ini dauer-kateter diklem
untuk sementara. Duer-kateter dihungkan dengan kantong penempung urin yang
steril dan kantong ini setiap 24 jam diganti dengan yang baru.
4. Kapankah penderita mulai mobilisasi? Mulai kapan penderita boleh mobilisasi sangat
bergantung pada derajat kesulitan operasi Fisteplastik tersebut. Kami menyarankan
paling cepat 7 hari pasca bedah bedrest total, sesudah itu mobilisasi di tempat tidur
yaitu miring ke kiri dan ke kanan, dan setelah 12-14 hari boleh turun dari tempat
tidur dan jalan.
5. Pada hari ke-10 pasca bedah kateter diklem setiap 20 menit dan berikutnya diklem
bertahap lebih lama dan maksimal 2 jam sekali, kemudian pada hari ke-14 pasca
bedah kateter tersebut dicepot. Apabila penderita dapat menahan kencing, pada hari-
1 penderita disuruh berkemih mengosongkan buli-buli setiap 1 jam kemudian
bertahap setiap 2-3 jam. Selain itu. Rest urin diukur setiap setelah miksi spontan.
6. Proses penyembuhan luka operasi dapat dipacu dengan pemberian suntikan intra
muskulkus 5 mg Follikelhormon seminggu sekali.
7. Apabila setelah kateter ternyata kencing tidak bocor lagi selama pengamatan 2-3
hari, penderita dapat dipulangkan dan disarankan untuk kontrol kembali 6 minggu
kemudian.
1. Persiapan operasi :
a. Penderita terlarang di atas meja operasi dalam posisi litomi dan sebelumnya telah
diklisma adekuat.
b. Lampu penerangan yang baik, instrumen yang halus dan panjang, serta jarum yanga
atraumatik merupakan persyaratan yang harus dipersiapkan untuk operasi
Fisteplastik.
c. Preparasi dan mobilisasi jaringan sekitar fistula dengan cara yang sangat berhati-
hati adalah hal yang sangat penting. Operator yang kurang hati-hati serta terlalu
antusias dan ambisi, akan menyebabkan terjadinya kegagalan. Sebab, setiap
kerusakan jaringan karena ketidak hati-hatian operator akan menambah luasnya
defek jaringan yang ada.
d. Apabila vagina sempit dan mengkerut disarankan untuk dilakukan episiotomi atau
inisi Schuchardt untuk memperluas lapangan operasi sehingga memudahkan
tindakan.
e. Pada fistula yang oleh jaringan sikatrik terfiksasi erat pada simfisis pubis atau
tulang panggul, maka buli-buli harus dimobilisasi dengan membuka rongga
paravesikal disisi kanan dan kiri.
2. teknik operasi :
a. Dipasang 4 buah jahitan tegel 2 cm dari pinggir fistula secara simetris pada dinding
depan vagina. Dengan tegel ini fistula dapat ditampilkan lebih ke depan dan dinding
vagina dapat ditegakkan untuk memudahkan sirkulasi.
b. Dilakukan insisi sirkuler 1 cm dari pinggir fistula, sayatan dimulai dari belakang
dan dilanjutkan ke depan.
c. Dinding vagina yang diinsisi sirkuler dimobilisasi secukupnya ke segala arah
dengan melakukan prepasi yang luas dari mulut fistula dengan sangat hati-hati.
d. Dengan cara menjempit dan menarik potio ke bawah dengan tenakulum, maka pol
belakang buli-buli dapat lebih mudah dipreparasi dari dinding depan serviks hingga
mendekati plika vesiko uterina. Dengan demikian, di daerah belakang sirkumsisi
didapatkan permukaan buli-buli yang bebas dan luas sehingga memudahkan
melakukan jahitan penutupan fistula lapis demi lapis.
e. Rangkaian pertama adalah jahitan melintang satu-satu dengan jarum atraumatik dan
benang halus tetapi lama diabsorbsi (Vicryl/Dexon No. 00) untuk melipatkan mulut
fistula ke arah buli-buli dan menutupnya. Awas, tusukan jarum tidak boleh
menembus dinding fistula. Segera sesudah rangkaian jahitan pertama ini selesai
harus dilakukan tes dengan larutan biru metilen 100 ml dimasukkan kedalam buli-
buli untuk menguji apakah sudah kedap urin sehingga tidak bocor.
f. Rangkaian jahitan kedua juga melintang dengan cara dan benang yang sama seperti
rangkaian jahitan pertama. Jahitan kedua ini harus cukup jauh kelateral dan
melewati jauh dari rangkaian pertama dengan demikian diharapkan sudut-sudut dari
rangkaian jahitan pertama ditutupi dengan baik oleh jahitan kedua.
g. Semua jahitan tersebut, seperti juga pada rangkaian pertama, dipasang dahulu
seluruhnya baru disimpulkan satu-satu.
h. Terakhir adalah rangkaian jahitan ketiga pada mukosa vagina dijahit memanjang
dengan jahitan satu-satu memakai benang yang lebih besar yaitu Vicryl/Dexon
No.0.
Cara inidapat dipakai pada kasus fistula vesikovaginal dengan defek dinding
vagina yang luas sehingga pinggir-pinggir dinding vagina tersebut tidak dapat bertemu
karena jaraknya terlalu jauh. Maka, dilakukan penambahan defek dinding vagina tadi
dengan mempergunakan kulit perivula.
Teknik Operasi
1. Fistula vesiko-vagina direparasi seperti pada Fisteplastik cara Futh sampai dengan
penutupan fistula dengan 2 rangkaian jahitan pada fascia buli-buli.
2. dibuat sayatan pulau kulit perivulva dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan
besarnya defek pada dinding vagina minimal 4x 2 cm.
3. Dimulai dengan insisi longitudinal a lateral sepanjang 1/3 distal labium majus
kemudian m. bulbokavernosus dibebaskan ke kaudal sampai sebatas perinium.
Untuk menjaga vaskularisasi terhadap kulit yang akan dijadikan tambalan,
preparasi bolbukavernosus tadi langsung dilapisan bawah kulit lambium majus,
jangan terlalu dalam. Pada ujung kranial lempengan kulit tadi dipasang jahitan tegel
benang monofil.
4. Dibuat terowongan subkutan dari luka labia ke vagina yang defek dengan yang
menarik tegel tadi. Perdarahan harus dirawat sebaik mungkin sebab transportasi
lempeng kulit tadi melalui terowongan tersebut harus hati-hati sekali, jika tidak
akan banyak menimbulkan pendarahan.
5. Kemudian lempengan pulau kulit tadi pinggiran dijahit satu-satu pada dinding
vagina memakai benang monofil yang diabsorbsi yaitu No. 3-0 atau 4 -0.
6. Setelah dilakukan hemostasis yang cukup baik, luka kulit perivulva ditutup dengan
jahitan satu-satu memakai benang monofil no. 3-0 atau 4 -0. Subkutis tidak dijahit,
tetapi dipasang drain selama 3-4 hari.
Teknik Opersi
1. Dipasang 4 buah jahitan tegel dengan benang sutra pada dinding vagina di sekitar
lubang fistula dalam jarak simetri yaitu 2 buah tegel pada dinding depan dan 2 buah
tegel lagi pada dinding belakang vagina. Dengan tarikan keempat benang tegel
tersebut, fistula dapat lebih ditarik ke depan dan dinding vagina menjadi tegang dan
tidak berlipat sehingga memudahkan sayatan sirkuler melingkari lubang fistula.
2. Dilakukan sayatan sirkuler yang dangkal sejauh 2 cm dari pinggir fistula dengan
mempergunakan pisau yang kecil dan tajam serta bergagang panjang. Kedalaman
sayatan tersebut hanya sampai epitel vagina saja tidak sampai ke lapisan fascia
vagina. Kemungkinan figur sayatan tersebut dibagi dalam 4 sektor dengan insisi
silang sehingga 2 sektor terdapat pada dinding depan dan 2 sektor lagi pada dinding
belakang vagina.
3. Epitel vagina dalam figur sayatan tersebut dengan sangat hati–hati dipreparasi.
Secara teknis lebih mudah dimulai preparasi epitel vagina pada 2 sektor dinding
belakang vagina dari luar menuju lubang fistula.
4. setelah semua epitel vagina pada sayatan figur tersebut terbuan, sekarang dilakukan
penutupan fistula tersebut. Dipasang jahitan satu-satu pada fascia vaginalis dalam
rangkaian melintang mempunyai benang Vircyl/Dexon no. 00 atau 000 dengan
jarum atraumatis. Setelah jahitan benang tersebut disusun dengan baik dari sudut
kesudut, barulah benang-benang tersebut disimpul. Rangkaian jahitan fascia
vaginalis ini sebaiknya dilakukan dua lapis dan kemudian dinding vagina dapan dan
belakang dijahit melintang juga. Dalam penutupan dinding vagina ini dijahit
tersebut meliputi epitel dan fascia vaginalis sebab kalau yang dijahit epitel vagina
saja akan robek dan luka dinding vagina terbuka.
2. Teknik operasi
a. Mula-mula dilakukan sondase utera ke buli-buli.
b. Dipasang balon kateter no. 24 dalam buli-buli untuk menarik fistula kedepan
dan menegangkan dinding vagina.
c. Dibuat insisi setelah lingkaran di depan fistula sejauh 1,5 cm dari
pinggirannya dan di lanjutkan kelateral kiri dan kanan. Dinding di preparasi
dan dibebaskan dari fascia buli-buli. Posisi balon kateter pada tahap ini ditarik
ke depan dan ke bawah.
d. Kemudian sayatan tidak dilanjutkan sirkuler pada dinding fistel bagian
belakang, melainkan insisi tersebut dilanjutkan ke belakang dalam bentuk lidah
sepatu sepanjang 7 cm. Dilakukan preparasi pembebasan dinding belakang
vagina yang berbentuk ligdah sepatu ini sampai 0.5 cm dari pinggir belakang
fistula. Posisi balon kateter pada tahapan ini ditarik ke depan dan keatas. Balon
kateter ini dilepas setelah selesai preparasi.
e. dinding belakang vagina yang berbentuk lidah sepatu tadi digulung dan diikat
agar tetap dalam gulungan dan digunakan untuk menutupi lubang fistula.
f. Penutupan fistula dimulai dengan memasang jahitan-jahitan sudut,kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan benang-benang jahitan pada fascia buli-buli
dari depan menembus gulingan polster dan dilanjutkan pada fascia buli-buli di
belakang fistula tertutup dengan sempurna.
g. Dilakukan tes dengan larutan biru metilen untuk menguji kekedapan jahitan.
Setelah terbukti tidak bocor, dilanjutkan dengan jahitan lapisan kedua.
h. Tahap berikut terlebih dahulu dilakukan jahitan memanjang pada dinding
vagina bekas pengambilan gulungan polster tadi dan terakhir jahitan melintang
sterhadap dinding vagina penutup fistula.
1. Kaser von O, ikle F A, Hirch HA. Atlas der gynaekologischen Operationen, unter
Berucksichtigung gynalogisch-urologischer Eingriff. 3. Neubearbeitete und
erweiterte Auflage. Stuttgart. Georg Thieme Verlag : 1973; 521 – 9
2. Reiffenstuhl G, plazer W, Knapstein PG. Die Vaginalen Operationen. Chirurgische
Anatomie und Operationslehre. 2. Neubearbeitete und erweirtete Auflage.
Munchen, Wien, Baltimore. Urban & schwarzenberg : 1994; 188 – 202.