Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN FISTULA UROGENITAL

DENGAN PENDEKATAN TRANSVAGINA

M.J. Josoprawiro

Pendahuluan

Penutupan fistula urogenitalis pada beberapa kasus dapat terjadi spontan yaitu
pada fistula yang sangat kecil, bersih dan tidak terinfeksi, serta keadaan umum penderita
yang cukup baik. Akan tetapi, kebanyakan kasus harus diintervensi dengan suatu
tindakan operasi untuk melakukan reparasi penutupan fistula. Pendekatan yang
dilakukan dapat bervaginam, perabdominam, maupun kombinasi keduanya. Lee dan
kawan-kawan melaporkan dari 303 kasus, 80% dikerjakan trasvaginal tanpa
memandang ukuran, jumlah atau riwayat raparasi fistula terdahulu. Dibidang Obtetri
dan Ginekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tahun 1993
sampai dengan tahun dengan tahun 1998 telah dilakukan reparasi fistula urogenital
sebanyak 17 kasus, yang kesemuanya dioperasikan dengan pendekatan transvaginal.
Keberhasilan penanganan fistula uroginital dengan pendekatan transvaginai tidak hanya
bergantung kepada teknik operasi, tetapi juga sangat ditentukan oleh persiapan prabedah
maupun perawatan pasca bedah oleh unsur keperawatan di ruangan.

Prognosis

Prognosisnya tidak hanya ditentukan oleh besarnya fistula. kadang-kadang


fistula yang lebih besar lebih mudah di operasi dari pada fistula yang kecil tetapi
lokasinya tinggi dekat sekali dengan portio. Fistula dengan jaringan sekitarnya
terfiksasi pada portio atau pada periosyium dan juga dengan adanya jaringan sikatriks
yang luas di sekitar fistula, misalnya akibat peradangan yang berat atau bekas operasi
fistula yang gagal sebelumnya, akan lebih sulit dioperasi. Operasi parasi yang pertama
kalinya dilakukan pada kasus fistula urogenital, jika mungkin, harus berhasil dengan
baik sehingga tidak timbul residif. Sebab, setiap kali operasi yang berikutnya akan
mengalami kekurangan jaringan sikatrik yang lebih luas sebagai akibat operasi
sebelumnya sehingga kemungkinan kegagalan operasi yang berikutnya akan lebih besar
lagi.

Pemilihan Pendekatan Transvagina

Pendekatan operasi untuk fistula uroginat pada prinsipnya ada 3 pilihan, yaitu:
1. Transvaginal
2. Transbdomunal (suprapublik)
3. Kombinasi transvaginal dan transbdominal

Bagai manapun juga para spesialis obstreti dan ginekologi yang sudh terlatih
dan terbiasa untuk menangani fistula urogenital lebih suka memilih pendekatan
trasvaginal sebab lebih mudah, tidak berbahaya, dan lebih banyak keberhasilannya
dibandingkan transbdominal. Untuk fistula yang lebih besar dan pinggirannya terfiksasi
oleh jaringan sikatriks pada simfisis pubis, maka operator akan memilih kombinasi
keduanya. Buli-buli dan utera akan dibebaskan melalui sayatan suprapublik, tetapi
penjahitan penutupan fistula dilakukan trasvaginal.
Sebelum memulai rencana operasi transvaginal, harus dilakukan seleksi
terhadap jenis fistula urogenital yang akan dioperasi setelah ditentukan diagnosis yang
pasti terhadap jenis fistula urogenital tersebut.
Penanganan fistula urogenital dengan pendekatan transvaginal hanya
dikerjakan pada jenis-jenis fistula uretovaginal, vesikovaginal, dan vesikoservikal,
tetapi tidak dilakukan pada fistula ureterovaginal yang sering terjadi sebagai komplikasi
operasi histerektomi.

Jenis Teknik Reparasi Fistula Urogenital Pervaginam

Untuk penanganan fistula urogenital dengan pendekatan trasvaginal terdepat


beberapa teknik operasi Fiesteplastik antara lain adalah :
1. Operasi Fiesteplastik cara Futh
 Cara ini adalah dengan melipatkan dinding fistula ke dalam buli-buli
 Tekni ini dipakai pada operasi Fiesteplastik terhadap fistula yang kecil atau
sedang dan terletak tidak terlalu tinggi.
 Pemilihan teknik ini diberlakukan pada penderita fistula yang masih
mempunyai uterus.

2. Operasi Fiesteplastik cara martius (=Bulbokavernous-plastik)


 Teknik ini dipilih sebagai operasi Fiesteplastik pada fistula vesikovaginal
yang besar.
 Bulbokavernous dipakai sebagai tambahan bantalan atau polster untuk
melindungi jahitan fistula.

3. Operasi Fiesteplastik cara Symonds-knapstien (=Mykokutan Bulbokavernous)


 Teknik ini dilakukan sebagai operasi Fiesteplastik pada fistula vesikovaginal
yang besar sekali dimana dinding vagina depan hampir habis sehingga
harus ditambal dengan kulit.

4. Operasi Fiesteplastik cara Latzko (= Kolpokleisis Tinggi)


 Teknik ini dilakukan sebagai operasi Fiesteplastik pada fistula yang kecil
yang terletak tinggi pada puncak vagina di dinding depan.

5. Operasi Fiesteplastik cara g. Doederlein (= Plastik Gulungan)


 Teknik ini dilakukan sebagai operasi Fiesteplastik pada fistula yang besar
atau residif.
 Gulungan mukosa vagina dipakai sebagai bantalan atau polster untuk
melindungi jahitan fistula.
Penentuan Kapan Saatnya Dilakukan Opersi

Mengenai kapan saatnya waktu yang ideal untuk melakukan operasi


fisteplastik perlu di pertimbangkan beberapa faktor. Pada fistula yang kecil tidak jarang
terjadi penutupan spontan pada minggu-minggu pertama. Penyembuhan spontan ini
dapat dirangsang dengan pemberian Argentum nitrat 5% atau ticntura joddi memekai
kapas lidi pada pingir fistula, selain perawatan redam (Sitzbad) memakai larutan
Betadine, Kamillosan, atau permanganas Kalikus 2-3 kali sehari. Setiap penderita fistula
seharusnya dianggap sebagai manusia yang sangat menderita dan harus dikasihani . air
kencing yang terus menerus mengalir menimbulkan bau pesing dan genatalia eksterna
serta kulit disekitarnya mengalami dermatis. Penderita ini tidak dapat lagi berfungsi
sebagai seorang istri dan mengalami tekanan lahir batin, tersingkir dari lingkungannya,
bahkan sering penderita seperti ini ditinggal oleh suaminya. Oleh karena itu, pada
umumnya penderita menginginkan secepat mungkin penderitaanya diakhiri dengan
mengharapkan penanganan terhadap penyakitnya dapat dilakukan secepat mungkin.
Sebaliknya, keberhasilan operasi Fisteplastik sangat dipengaruhi beberapa faktor antara
lain peradangan pada pinggiran fistula, edema jaringan sekitarnya sehingga tidak dapat
dijahit, atau dinding vagina yang atrofi. Semua ini memerlukan persiapan prabedah
yang baik dan idea serta dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan jaringan
agar fistula tersebut xxxxxxlaik untuk direparsi
Untuk mendapatkan keberhasilan yang tinggi pada operasi Fisteplastik di mana
jaringan dinding fistula dan sekitarnya sudah xxxxxxlaik untuk dilakukan operasi, baik
dari pengalaman kami maupun berdasarkan kepustakaan, maka waktu atau saatnya
kapan dapat dilakukan operasi adalah sebagai berikut :

1. Terhadap fistula urogenital akibat partus lama yang menyebabkan nekrosis


jaringan sehingga menimbulkan fistula, ataupun akibat tindakan pembedahan
ginekologik atau akibat trauma lainnya, saat yang baik untuk melakukan
operasi yaitu 3 bulan setelah terjadinya fistula.

2. Terhadap fistula urogenital yang terjadi akibat penyinaran pada terapi radiasi
terhadap proses keganasan, saat yang baik untuk melakukan operasi yaitu 1
tahun setelah terjadinya fistula.

Apabila waktu operasi Fisteplastik dilakukan lebih mundur dari waktu yang kami
sebutkan tadi, memang sesungguhnya untuk operator lebih baik karena jaringan dinding
fistula dan sekitarnya sudah lebih baik dan lebih baik untuk dilakukan operasi, tetapi
tidak baik buat pasien sebab penderitaan lahir batin akan lebih lama lag.
Persiapan Prabedah

1. Sebelum merencanakan operasi Fisteplastik terhadap fistula uroginetal, harus


dilakukan pemeriksaan urogenikologi yang teliti dan benar, termasuk pemeriksaan
penunjang seperti sistokopi dan i.v. Pyelogram. Pemeriksaan sistokopi pada
penderita fistula vesikovaginal dengan terlebih dahulu memasang tampon vagina
yang dilabur dengan salep levertran dapat ditentukan letak atau lokasi fistula
tersebut terhadap ostium ureter serta keadaan jaringan di sekitar fistula tersebut.
Dengan pemeriksaan i.v. pyelogram dapat ditemukan juga kemungkinan adanya
fisyula ureterovaginal sebagai komplikasi operasi histeroktomi radikal pada
karsinoma seviks.

2. sebelum melakukan perencanaan penanganan fistula urogenital, sudah harus dapat


diidentifikasi dengan baik dan benar mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Keadaan organ urogenital
b. Tempat dan besarnya fistula
c. Jumlah fistel dan tempat muaranya
d. Jaringan sekitar fistula apakah dapat atau layak untuk penutupan fistula
e. Fungsi uretra dan leher buli-buli
Setelah hal-hal di atas dikenali dengan baik, barulah dapat ditentukan perencanaan
penanganan fistula urogenital tersebut.

3. sebelum melakukan operasi harus diketahui apakah terdapat infeksi saluran kemih.
Jika ada, harus diobati terlebih dahulu dengan pemeriksaan kultur urin dan tes
resistensi bakteri terhadap antibiotika. Dengan demikian, pasca bedah dapat
diberikan antibiotika yang tepat sebelum operasi karena adanya fistula tersebut
penderita senantiasa mengalami bakteriuri.
4. Terhadap peradangan pada vagina dan inkrustasi pada pinggiran fistula diperlakukan
perawatan khusus, yaitu melakukan pembilasan vagina dengan mempergunakan
larutan asam laktat konsentrat satu sendok the yang dilarutkan kedalam satu liter air
hangat 1-2 kali sehari, sedangkan pembilasan pada buli -buli dipergunakan
Boorwater.

5. Untuk meningkatkan pertmbuhan epitel vagina disarankan sebelum opersai diberikan


suntikan intramuskuler 1 mg estradiolbenzoat setiap hari selama 1-2 minggu dan
dilanjutkan 2 minggu pascabedah.

6. Terhadap kulit genitalia eksterna dan sekitarnya yang mengalami dermatitis akibat
pengaruh urin yang terus-menerus setiap saat membasahinya, terlebih dahulu diobati
dengan salep antibiotika dan setelah peradangannya sembuh kulit tersebut diberi
perlindungan dengan pasta zinczi.

7. Saat yang tepat untuk melaksanakan operasi Fisteplastik adalah apabila pinggiran
fistula benar-benar sudah bersih. Inkrustasi oleh urin telah teratasi, peradangan telah
disembuhkan, dan jaringan sekitar fistel sudah layak untuk dioperasi, semua hal ini
memerlukan waktu selama3-4 bulan.
Perawatan Pascabedah

1. Luka operasi penutupan fistula pada dinding vagina dilindungi dengan sofratule
selama 24 jam pasca bedah untuk mencegah infeksi.

2. Untuk mencegah regangan jahitan pada dinding buli-buli sipasang dauer-kateter


selama 2 minggu agar buli-buli tetap kosong. Yang terbaik adalah pemasangan
dauer-kateter-hisap agar buli-buli benar-benar kering sehingga luka jahitan operasi
tidak tergenangi oleh urin dan buli-buli tidak terenggang. Untuk ini di luar negeri
dauer-kateter tersebut dihubungkan dengan mesin penghisap. Akan tetapi, kami
Dibagian Obstetri dan Ginokologi FKUI/RSCM Jakarta memakai tekanan air
negatif untuk mengosongkan buli-buli tersebut.

3. Disarankan agar buli-buli setiap hari dibilas dua kali dengan 50 ml larutan Boorwater
3% dan kemudian dilanjutkan dengan instilasi larutan antibiotika misalnya
Uronebacetin sebanyak 10 ml selama 30 menit jadi selama ini dauer-kateter diklem
untuk sementara. Duer-kateter dihungkan dengan kantong penempung urin yang
steril dan kantong ini setiap 24 jam diganti dengan yang baru.

4. Kapankah penderita mulai mobilisasi? Mulai kapan penderita boleh mobilisasi sangat
bergantung pada derajat kesulitan operasi Fisteplastik tersebut. Kami menyarankan
paling cepat 7 hari pasca bedah bedrest total, sesudah itu mobilisasi di tempat tidur
yaitu miring ke kiri dan ke kanan, dan setelah 12-14 hari boleh turun dari tempat
tidur dan jalan.

5. Pada hari ke-10 pasca bedah kateter diklem setiap 20 menit dan berikutnya diklem
bertahap lebih lama dan maksimal 2 jam sekali, kemudian pada hari ke-14 pasca
bedah kateter tersebut dicepot. Apabila penderita dapat menahan kencing, pada hari-
1 penderita disuruh berkemih mengosongkan buli-buli setiap 1 jam kemudian
bertahap setiap 2-3 jam. Selain itu. Rest urin diukur setiap setelah miksi spontan.

6. Proses penyembuhan luka operasi dapat dipacu dengan pemberian suntikan intra
muskulkus 5 mg Follikelhormon seminggu sekali.

7. Apabila setelah kateter ternyata kencing tidak bocor lagi selama pengamatan 2-3
hari, penderita dapat dipulangkan dan disarankan untuk kontrol kembali 6 minggu
kemudian.

8. Penderita Pascabedah Fisteplastik dilarang melakukan koitus selama 10-12 minggu


setelah dipulangkan dari rumah sakit. Dari keputusan dilaporkan bahwa terjadinya
fistula residif disebabkan oleh koitus yang terlalu dini.
Jenis Operasi Fisteplastik Urogenital dengan Pendekatan Transvagina

A. Fisteplastik Cara Futh

1. Persiapan operasi :
a. Penderita terlarang di atas meja operasi dalam posisi litomi dan sebelumnya telah
diklisma adekuat.
b. Lampu penerangan yang baik, instrumen yang halus dan panjang, serta jarum yanga
atraumatik merupakan persyaratan yang harus dipersiapkan untuk operasi
Fisteplastik.
c. Preparasi dan mobilisasi jaringan sekitar fistula dengan cara yang sangat berhati-
hati adalah hal yang sangat penting. Operator yang kurang hati-hati serta terlalu
antusias dan ambisi, akan menyebabkan terjadinya kegagalan. Sebab, setiap
kerusakan jaringan karena ketidak hati-hatian operator akan menambah luasnya
defek jaringan yang ada.
d. Apabila vagina sempit dan mengkerut disarankan untuk dilakukan episiotomi atau
inisi Schuchardt untuk memperluas lapangan operasi sehingga memudahkan
tindakan.
e. Pada fistula yang oleh jaringan sikatrik terfiksasi erat pada simfisis pubis atau
tulang panggul, maka buli-buli harus dimobilisasi dengan membuka rongga
paravesikal disisi kanan dan kiri.

2. teknik operasi :
a. Dipasang 4 buah jahitan tegel 2 cm dari pinggir fistula secara simetris pada dinding
depan vagina. Dengan tegel ini fistula dapat ditampilkan lebih ke depan dan dinding
vagina dapat ditegakkan untuk memudahkan sirkulasi.
b. Dilakukan insisi sirkuler 1 cm dari pinggir fistula, sayatan dimulai dari belakang
dan dilanjutkan ke depan.
c. Dinding vagina yang diinsisi sirkuler dimobilisasi secukupnya ke segala arah
dengan melakukan prepasi yang luas dari mulut fistula dengan sangat hati-hati.
d. Dengan cara menjempit dan menarik potio ke bawah dengan tenakulum, maka pol
belakang buli-buli dapat lebih mudah dipreparasi dari dinding depan serviks hingga
mendekati plika vesiko uterina. Dengan demikian, di daerah belakang sirkumsisi
didapatkan permukaan buli-buli yang bebas dan luas sehingga memudahkan
melakukan jahitan penutupan fistula lapis demi lapis.
e. Rangkaian pertama adalah jahitan melintang satu-satu dengan jarum atraumatik dan
benang halus tetapi lama diabsorbsi (Vicryl/Dexon No. 00) untuk melipatkan mulut
fistula ke arah buli-buli dan menutupnya. Awas, tusukan jarum tidak boleh
menembus dinding fistula. Segera sesudah rangkaian jahitan pertama ini selesai
harus dilakukan tes dengan larutan biru metilen 100 ml dimasukkan kedalam buli-
buli untuk menguji apakah sudah kedap urin sehingga tidak bocor.
f. Rangkaian jahitan kedua juga melintang dengan cara dan benang yang sama seperti
rangkaian jahitan pertama. Jahitan kedua ini harus cukup jauh kelateral dan
melewati jauh dari rangkaian pertama dengan demikian diharapkan sudut-sudut dari
rangkaian jahitan pertama ditutupi dengan baik oleh jahitan kedua.
g. Semua jahitan tersebut, seperti juga pada rangkaian pertama, dipasang dahulu
seluruhnya baru disimpulkan satu-satu.
h. Terakhir adalah rangkaian jahitan ketiga pada mukosa vagina dijahit memanjang
dengan jahitan satu-satu memakai benang yang lebih besar yaitu Vicryl/Dexon
No.0.

3. Kesalahan Teknik Operasi


a. Sayatan sirkuler mlingkari pinggir fistula yang berantakan compang-camping tidak
rata, disebabkan pada waktu insisi dinding vagina tidak cukup ditegangkan dengan
cara menarik benang-benang tegel yang tidak adekuat oleh asisten operasi.
b. Apabila dinding vagina tidak adekuat dipreparasi dan dibebaskan dari buli –buli,
penjahitan dinding buli-buli tidak sempurna karena jahitan sangat tegang sehingga
jahitan yang 2 lapis tersebut dengan sangat susah payah dilakukan.
c. Pada preparasi buli-buli terjadi perdarahan sebab fascia buli-buli beserta pembuluh
darahnya terluka/tersayat. Fascia buli-buli harus ditinggalkan melekat pada dinding
buli-buli, jahitan penutup fistula yang 2 rangkaian tadi lebih baik pada fascia buli-
buli dari pada otot buli-buli.
d. Jika sewaktu preparasi pembebasan fistula dari buli-buli terlalu dalam, akan
menyebabkan cedera buli-buli sehingga menambah fistula lagi. Lebih baik sewaktu
preparasi pembebasan fistuladari buli-buli arahnya lebih kedinding vagina,
terutama sewaktu pembebasan kesamping kiri, kanan, dan kedepan.
e. Jahitan sudut kiri kanan tidak cukup kelateral sehingga fistula yang dilipatkan ke
arah buli-buli cukup terlindungi dan tidak adekuat tertutup oleh jahitan sudut
tersebut.
f. Jahitan-jahitan pada fascia buli-buli pada rangkaian kedua terlalu dekat satu sama
lain sehingga terdapat gangguan sirkulasi darah yang menyebabkan nekrosisi
jaringan dan terjadilah fistula baru.
g. Apabila jahitan dinding vagina arahnya melintang juga seperti pada arah jahitan
fascia buli-buli, hal ini akan menyebabkan dinding depan vagina menjadi lebih
pendek lagi (dalam keadaan normal dinding depan vagina 3 cm lebih pendek dari
dinding belakang). Jika jahitan tersebut arahnya memanjang, lumen vagina akan
menjadi agak sempit pada daerah operasi fistula tersebut. Tidak selalu jahitan
dinding vagina tersebut arahnyamemanjang.

B. Fisteplastik cara Martius (= Bulbokarvenous Plastik)

1. Fistula Visekovaginal dilipatkan kedalam buli-buli dan ditutup dengan 2


rangkaian jahitan pada fascia buli–buli seperti cara Futh. Pol bawah buli-buli
dibebaskan hingga mendekati plika vesiko uterina. Untuk melindungi dan
menutupi jahitan pad buli-buli tersebut diambil jaringan bulbukavernosus
sebagai bantalan.
2. Dilakukan insisi memanjang ± 8 cm pada kulit lambium majus kiri dengan
ujung kranial insisi seingtinggi klitoris. Pinggir sayatan tersebut dipegang dan
direntangkan satu sama lain dengan klem jaringan (Klem Allis) atau klem pean.
Lapisanotot-lemak bulbokavernosustersebut2/3 bagian kranial dilepaskan dari
fascia, pembuluh darah yang terbuka dihematosis denga ikatan. Pada ujung
kranial yang bebas tersebut dibuat 2 jahitan tegel dengan chromic catgut.
3. Dengan klem yang ujungnya tumpul dan agak besar dibuat terowongan dari
luka di labia ke arah vagina dan keluar di daerah operasi fistula sambil
menjepit membawa 2 benang tegel yang dijahit pada ujung bulbokavernosus
yang bebas tadi. Dengan menarik kedua tegel secara hati-hati jaringan
bulbokavernosus tadi di tarik ke vagina.
4. Luka pada labium majus ditutup dan ditinggalkan drain.
5. Jarigan bulbokavernosus dibentangkan sehingga menutupi seluruh luka operasi
dan dijahitkan pada fascia buli-buli dengan kedua benang tegel tadi.
6. Dinding vagina kemudian dijahit satu-satu arah memanjang dengan benanga
yang agak lama diabsorbsi Vicryl atau dexon no. 0.
7. Kesalahan teknik operasi :
Pembentukan terowongan terlalu sempit, sering terjadi sebab disitu dinding
vagina relatif terfiksasi dengan baik pada diafragma urogenitalis. Akibat
terowongan yang terlalu sempit tadi dapat terjadi nekrosis jaringan karena
penekanan.
C. Fiteplastik cara Symonds-Knapstien
{=Myokutan (batas kulit otot) – Bulbokavernosus –Plastik}

Cara inidapat dipakai pada kasus fistula vesikovaginal dengan defek dinding
vagina yang luas sehingga pinggir-pinggir dinding vagina tersebut tidak dapat bertemu
karena jaraknya terlalu jauh. Maka, dilakukan penambahan defek dinding vagina tadi
dengan mempergunakan kulit perivula.

Teknik Operasi

1. Fistula vesiko-vagina direparasi seperti pada Fisteplastik cara Futh sampai dengan
penutupan fistula dengan 2 rangkaian jahitan pada fascia buli-buli.
2. dibuat sayatan pulau kulit perivulva dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan
besarnya defek pada dinding vagina minimal 4x 2 cm.
3. Dimulai dengan insisi longitudinal a lateral sepanjang 1/3 distal labium majus
kemudian m. bulbokavernosus dibebaskan ke kaudal sampai sebatas perinium.
Untuk menjaga vaskularisasi terhadap kulit yang akan dijadikan tambalan,
preparasi bolbukavernosus tadi langsung dilapisan bawah kulit lambium majus,
jangan terlalu dalam. Pada ujung kranial lempengan kulit tadi dipasang jahitan tegel
benang monofil.
4. Dibuat terowongan subkutan dari luka labia ke vagina yang defek dengan yang
menarik tegel tadi. Perdarahan harus dirawat sebaik mungkin sebab transportasi
lempeng kulit tadi melalui terowongan tersebut harus hati-hati sekali, jika tidak
akan banyak menimbulkan pendarahan.
5. Kemudian lempengan pulau kulit tadi pinggiran dijahit satu-satu pada dinding
vagina memakai benang monofil yang diabsorbsi yaitu No. 3-0 atau 4 -0.
6. Setelah dilakukan hemostasis yang cukup baik, luka kulit perivulva ditutup dengan
jahitan satu-satu memakai benang monofil no. 3-0 atau 4 -0. Subkutis tidak dijahit,
tetapi dipasang drain selama 3-4 hari.

D. Fisteplastik cara Latzko (=Kolpoklesis Tinggi)


Indikasi :
Cara ini adalah untuk operasi fisteplastik terhadap fistula vesikovaginal pada puncak
vagina yang terjadi sebagai komplikasi histeroktomi totalis.

Teknik Opersi

1. Dipasang 4 buah jahitan tegel dengan benang sutra pada dinding vagina di sekitar
lubang fistula dalam jarak simetri yaitu 2 buah tegel pada dinding depan dan 2 buah
tegel lagi pada dinding belakang vagina. Dengan tarikan keempat benang tegel
tersebut, fistula dapat lebih ditarik ke depan dan dinding vagina menjadi tegang dan
tidak berlipat sehingga memudahkan sayatan sirkuler melingkari lubang fistula.

2. Dilakukan sayatan sirkuler yang dangkal sejauh 2 cm dari pinggir fistula dengan
mempergunakan pisau yang kecil dan tajam serta bergagang panjang. Kedalaman
sayatan tersebut hanya sampai epitel vagina saja tidak sampai ke lapisan fascia
vagina. Kemungkinan figur sayatan tersebut dibagi dalam 4 sektor dengan insisi
silang sehingga 2 sektor terdapat pada dinding depan dan 2 sektor lagi pada dinding
belakang vagina.
3. Epitel vagina dalam figur sayatan tersebut dengan sangat hati–hati dipreparasi.
Secara teknis lebih mudah dimulai preparasi epitel vagina pada 2 sektor dinding
belakang vagina dari luar menuju lubang fistula.

4. setelah semua epitel vagina pada sayatan figur tersebut terbuan, sekarang dilakukan
penutupan fistula tersebut. Dipasang jahitan satu-satu pada fascia vaginalis dalam
rangkaian melintang mempunyai benang Vircyl/Dexon no. 00 atau 000 dengan
jarum atraumatis. Setelah jahitan benang tersebut disusun dengan baik dari sudut
kesudut, barulah benang-benang tersebut disimpul. Rangkaian jahitan fascia
vaginalis ini sebaiknya dilakukan dua lapis dan kemudian dinding vagina dapan dan
belakang dijahit melintang juga. Dalam penutupan dinding vagina ini dijahit
tersebut meliputi epitel dan fascia vaginalis sebab kalau yang dijahit epitel vagina
saja akan robek dan luka dinding vagina terbuka.

5. Kesalahan teknik operasi :


a. Apabila sayatan sirkumisi tersebut terlalu dalam, yang dipreparasi dan dibuang
bukan hanya epitel vagina saja, tetapi berikut fascia vagina dan fascia buli-buli,
sehingga pada penutupan fistula dengan jahitan-jahitan melintang tersebut
terjadilah adaptasi dinding buli-buli dan dinding rektum.
b. Jika sayatan sirkulasi tadi di lateral terlalu dekat pada pinggir fistula,
penjahitan fascia vaginalis di sudut lateral kiri dan kanan tersebut terlalu
sedikit jaringannya sehingga penutup fistula tidak sempurna.

E. Fisteplastik cara G. Deoderlin (=Gulungan-plastik)


1. Indikasi :
Fisteplastik cara G. Deoderlin ini ditunjukkan untuk :
a. penutupan lubang fistula yang besar.
b. Reparasi fistula residif

2. Teknik operasi
a. Mula-mula dilakukan sondase utera ke buli-buli.
b. Dipasang balon kateter no. 24 dalam buli-buli untuk menarik fistula kedepan
dan menegangkan dinding vagina.
c. Dibuat insisi setelah lingkaran di depan fistula sejauh 1,5 cm dari
pinggirannya dan di lanjutkan kelateral kiri dan kanan. Dinding di preparasi
dan dibebaskan dari fascia buli-buli. Posisi balon kateter pada tahap ini ditarik
ke depan dan ke bawah.
d. Kemudian sayatan tidak dilanjutkan sirkuler pada dinding fistel bagian
belakang, melainkan insisi tersebut dilanjutkan ke belakang dalam bentuk lidah
sepatu sepanjang 7 cm. Dilakukan preparasi pembebasan dinding belakang
vagina yang berbentuk ligdah sepatu ini sampai 0.5 cm dari pinggir belakang
fistula. Posisi balon kateter pada tahapan ini ditarik ke depan dan keatas. Balon
kateter ini dilepas setelah selesai preparasi.
e. dinding belakang vagina yang berbentuk lidah sepatu tadi digulung dan diikat
agar tetap dalam gulungan dan digunakan untuk menutupi lubang fistula.
f. Penutupan fistula dimulai dengan memasang jahitan-jahitan sudut,kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan benang-benang jahitan pada fascia buli-buli
dari depan menembus gulingan polster dan dilanjutkan pada fascia buli-buli di
belakang fistula tertutup dengan sempurna.
g. Dilakukan tes dengan larutan biru metilen untuk menguji kekedapan jahitan.
Setelah terbukti tidak bocor, dilanjutkan dengan jahitan lapisan kedua.
h. Tahap berikut terlebih dahulu dilakukan jahitan memanjang pada dinding
vagina bekas pengambilan gulungan polster tadi dan terakhir jahitan melintang
sterhadap dinding vagina penutup fistula.

3. Kesalahan Teknik operasi :


a. Pembuatan gulungan polster terlalu kecil atau terlalu pendek sehingga tidak
dapat menutupi seluruh fistula.
b. Sewaktu preparasi pembebasan dinding vagina untuk membuat gulungan
polster tadi terlalu tipis sehingga ketika sampai ke dekat pinggir fistula jaringan
tersebut putus. Gulungan polster ini harus terdiri dari kulit vagina dan fascia
vaginalis.
c. Gulungan polster tersebut terlepas karena tidak dijahit dengan baik, gulungan
tersebut harus ditembus dengan jarum dan beberapa tempat untuk
mengikatnya.
d. Di sini juga berlaku semua kesalahan teknik operasi yang disebut pada
Fisteplastik cara Futh.
Kepustakaan

1. Kaser von O, ikle F A, Hirch HA. Atlas der gynaekologischen Operationen, unter
Berucksichtigung gynalogisch-urologischer Eingriff. 3. Neubearbeitete und
erweiterte Auflage. Stuttgart. Georg Thieme Verlag : 1973; 521 – 9
2. Reiffenstuhl G, plazer W, Knapstein PG. Die Vaginalen Operationen. Chirurgische
Anatomie und Operationslehre. 2. Neubearbeitete und erweirtete Auflage.
Munchen, Wien, Baltimore. Urban & schwarzenberg : 1994; 188 – 202.

Anda mungkin juga menyukai