DIDI RACHMADI
Didi Rachmadi
NIM G64124023
ABSTRAK
DIDI RACHMADI. Sistem Pemantauan Ketinggian Air Melalui SMS Berbasis
Mikrokontroler. Dibimbing oleh KARLISA PRIANDANA.
Kata kunci: alarm, banjir, GSM shield, ketinggian air, mikrokontroler, peringatan
dini, sensor ultrasonic
ABSTRACT
NAMA PENULIS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komputer
pada
Departemen Ilmu Komputer
Disetujui oleh
koma
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Didi Rachmadi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1. Pengelompokan status ketinggian muka air 4
2. Hasil perhitungan RMSE persamaan (3) 10
3. Hasil perhitungan RMSE persamaan (5) 10
4. Hasil pengujian akurasi alat 14
5. Hasil pengujian fitur CEK 15
6. Hasil pengujian fitur peringatan otomatis 15
7. Hasil pengujian peringatan bunyi dan pintu air otomatis 15
DAFTAR GAMBAR
1. Metode penelitian 3
2. Arduino Uno 4
3. Prinsip kerja sensor ultrasonic 5
4. Rancangan susunan perangkat keras 8
5. Pengukuran ketinggian air 8
6. Regresi linier pada sensor ultrasonic 9
7. Skema alat monitoring ketinggian air 11
8. Flowchart CEK ketinggian air 12
9. Flowchart kirim pesan otomatis 12
10. Flowchart peringatan bunyi 13
11. Flowchart buka tutup pintu air otomatis 13
12. Ilustrasi perbandingan pemantulan gelombang ultrasonic pada
permukaan air tenang/datar (a) dan permukaan air beriak (b) 16
tanda strip jangan diberi spasi
ganti di semua dokumen
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membuat prototype alat pendeteksi dini banjir
dengan fungsi sebagai berikut : sebelum titik dua jangan ada spasi. ganti semua.
1. Memonitor ketinggian air melalui pesan singkat
2. Mengirim pesan peringatan SIAGA I atau SIAGA II.
Manfaat Penelitian
METODE
titik dua
4
Sumber: circuit-diagram.org
Gambar 2 Arduino Uno
Gambar 2 dapat dilihat bahwa Arduino Uno memiliki 29 pin yang terdiri dari:
- 14 pin digital I/O (D0 - D13) yang befungsi untuk menerima data masukan
atau nilai output berupa data digital, selain itu 6 pin diataranya dapat
digunakan sebagai pulse width modulation (PWM). PWM merupakan
sebuah cara memanipulasi lebar sinyal dalam satu periode untuk
mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda. Implementasi PWM
berbasis mikrokontroler bisa berupa pengendalian sudut putaran pada
motor servo.
- 6 pin analog (A0 - A5) yang berfungsi untuk membaca tegangan yang
dihasilkan oleh sensor analog lalu dikonversi menjadi data digital.
5
- Pin Vin yang merupakan pin input tegangan eksternal ke board Arduino (7
- 12 V).
- Pin 5 V dan 3.3 V merupakan pin otuput yang menghasilkan tegangan
masing-masing 5 V dan 3.3 V.
- 3 pin GND yang berfungsi sebagai pin input tegangan negatif dari sumber
tegangan DC.
- Pin RESET yang berfungsi untuk mengatur kembali chip ATmega328.
- Pin IOREF dan AREF yang merupakan pin tegangan referensi ketika
mikrokontroler beroperasi.
Sensor Ultrasonic
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk mengubah suatu besaran
fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkain listrik
tertentu (Budiarso et al 2011). Sensor ultrasonic adalah alat yang terdiri dari 2
unit yaitu unit pemancar dan unit penerima, prinsip kerjanya merupakan pantulan
gelombang (Gambar 3). Unit pemancar akan memancarkan gelombang ultrasonic
melalui medium udara, jika gelombang tersebut mengenai suatu objek, maka
gelombang akan dipantulkan kembali dan diterima oleh unit penerima pada sensor,
sehingga akan menghasilkan tegangan bolak-balik dengan frekuensi yang sama
(Taufiqurrahman et al 2013). Pantulan gelombang ultrasonic tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mengukur jarak antara sensor.
Buzzer
Buzzer adalah komponen elektronika yang berfungsi mengubah arus listrik
menjadi getaran bunyi. Buzzer digunakan untuk memberikan pesan peringatan
bahwa suatu pekerjaan telah selesai atau peringatan bahwa ada suatu kejadian
yang tidak normal (warning).
Motor Servo
Motor servo adalah sebuah perangkat atau akuator putar yang dikendalikan
dengan memberikan sinyal PWM melalui kabel. Motor servo dibedakan menjadi 2
jenis yaitu servo kontinyu dan servo rotasi 1800. Servo yang digunakan pada
pengembangan prototipe sistem pendeteksi banjir ini adalah servo rotasi 1800 (900
ke arah kanan dan 900 ke arah kiri). Lebar pulsa PWM sebesar 1.5 ms akan
memutar poros servo ke posisi 900 (posisi tengah). Poros servo akan berputar
menuju posisi 00 jika lebar pulsa PWM yang diberikan kurang dari 1.5 ms,
sebaliknya poros servo akan berputar menuju posisi 1800 jika lebar pulsa PWM
yang diberikan lebih dari 1.5 ms.
Implementasi
√ ∑ ̂ (1)
keterangan
hj = nilai hasil pengukuran ke-j menggunakan penggaris (cm)
̂ = nilai hasil pembacaan ke-j oleh sistem (cm)
n = banyaknya data nilai pengujian
Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali (5 kali untuk setiap status
ketinggian).
2. Pengujian dalam pengiriman dan penerimaan pesan singkat oleh GSM
shield. Pengujian dilakukan dengan cara mengirim pesan singkat ke
prototipe. Kemudian, waktu respon rata-rata alat dalam pengiriman pesan
balasan dihitung. Respon alat juga diuji dalam hal pengiriman pesan
otomatis jika ketinggian air masuk pada kondisi SIAGA I atau SIAGA II.
3. Pengujian peringatan berupa bunyi atau alarm jika ketinggian air masuk
pada kondisi SIAGA I atau SIAGA II.
7
Evaluasi
Perancangan
(3)
Keterangan :
H = tinggi bejana (cm)
h’ = jarak permukaan air dari sensor ultrasonic (cm)
h = tinggi permukaan air dari dasar bejana (cm)
t = return time yang terbaca dari sensor ultrasonic
(µs)
Cara lain untuk mendapatkan nilai ketinggian air adalah dengan
mengkalibrasi sensor ultrasonic menggunakan regresi linier, dengan demikian
maka menghasilkan persamaan yang merupakan pemodelan perhitungan jarak.
Jarak
pengukuran
rataan return time h1’ h2’ h3’ h4’ h5’
oleh RMSE
(µs) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
penggaris
(cm)
1 244 4 5 4 4 4 3.22
2 244 4 4 4 4 4 2.00
3 278.6 5 5 5 5 5 2.00
4 371 6 6 6 7 6 2.24
5 424.4 8 7 7 8 7 2.45
6 438.8 8 8 7 7 7 1.48
7 551.4 9 9 10 10 10 2.65
8 587.2 10 10 10 10 10 2.00
9 647.2 11 11 13 11 11 2.53
10 752.4 13 12 13 13 13 2.83
2
Rataan RMSE (cm) .34
Jarak
pengukuran
rataan return time h1’ h2’ h3’ h4’ h5’
oleh RMSE
(µs) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
penggaris
(cm)
1 244 1 2 1 1 1 0.45
2 244 1 1 1 1 1 1.00
3 278.6 2 2 2 2 2 1.00
4 371 4 3 4 4 4 0.45
5 424.4 5 4 4 5 5 0.63
6 438.8 5 5 5 5 5 1.00
7 551.4 7 7 7 7 7 0.00
8 587.2 7 7 8 8 8 0.63
9 647.2 9 9 9 9 9 0.00
10 752.4 10 10 11 11 11 0.77
Rataan RMSE (cm) 0.59
Implementasi
Keterangan:
h : ketinggian air
Keterangan:
h : ketinggian air
Keterangan:
h: ketinggian air
Pengujian
Tahapan pengujian alat terdiri dari 4 pengujian, yaitu uji akurasi alat, uji
pengiriman/penerimaan pesan singkat, uji peringatan berupa bunyi dan uji kontrol
servo. Pengujian pengiriman/penerimaan pesan singkat pada alat dibagi menjadi 2
yaitu uji fitur CEK dan uji peringatan otomatis. Keseluruhan pengujian dilakukan
14
dengan cara memasang sensor ultrasonic mengarah pada bejana yang diisi air
secara bertahap dari kosong sampai dengan penuh, dengan memodelkan 4 kondisi
ketinggian air (SIAGA I – SIAGA IV) dengan skala 1:10. Pengujian dilakukan di
daerah Kedung Halang Sentral, Kota Bogor, Jawa Barat. Rentang waktu
pengujian adalah antara pukul 19:00 sampai 20:00 WIB. Pengujan dilakukan pada
ruangan tertutup dan keadaan cuaca cerah/tidak hujan.
Pengujian Akurasi
Hasil pengujian akurasi dapat dilihat pada Tabel 4. Pengujian dilakukan
pada setiap status ketinggian air. Setiap ketinggian dilakukan 3 kali pengulangan,
lalu dihitung masing-masing nilai kesalahannya menggunakan RMSE (persamaan
1) dan dihitung rata-ratanya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata
kesalahan pembacaan ketinggian air adalah sebesar 1.28 cm.
Tabel 4 Hasil pengujian akurasi alat
dalam membalas pesan yang berisi konten “CEK” adalah 5.60 detik. Hasil
pengujian fitur “CEK“ dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengujian fitur CEK
Evaluasi
Sistem monitoring ketinggian air dapat mengukur tinggi muka air dengan
akurasi yang bagus karena hasil perhitungan RMSE menunjukkan kurang dari 2
cm. Kesalahan pembacaan ketinggian air terjadi di beberapa pengujian salah
satunya ketika tinggi muka air aktual berada pada posisi 2 cm, sedangkan hasil
pengukuran alat adalah bernilai minus. Penyebabnya adalah karena permukaan air
tidak datar sehingga gelombang ultrasonic memantul secara berkali-kali. Ilustrasi
pemantulan gelombang dapat dilihat pada Gambar 12.
benar
salah
17
Rata-rata waktu respon sistem dalam membalas pesan adalah 5.60 detik
(waktu respon dihitung sejak pesan terkirim dari ponsel), sedangkan rata-rata
waktu respon sistem untuk mengirim pesan peringatan SIAGA I atau SIAGA II
adalah 5.65 detik. Pengiriman pesan peringatan terjadi kesalahan ketika
ketinggian air aktual menunjukan angka 19 cm yang seharusnya SIAGA II tetapi
pesan yang dikirim adalah SIAGA I. Hal itu disebabkan karena sensor ultrasonic
membaca ketinggiaan air lebih dari 19 cm. Buzzer pun berbunyi selama 15 menit
ketika ketinggian air berada pada posisi SIAGA II atau SIAGA I. Sistem dapat
memerintahkan servo untuk bergerak menutup dan membuka pintu air sesuai
dengan harapan.
Simpulan
Sistem monitoring ketinggian air dapat berfungsi dengan baik. Sistem dapat
membaca ketinggian air menggunakan sensor ultrasonic dengan nilai kesalahan
sekitar 1.28 cm. Penambahan modul GSM shield memungkinkan sistem dapat
secara otomatis mengirim pesan peringatan pada nomor ponsel yang telah
ditentukan ketika ketinggian air memasuki level SIAGA II atau SIAGA I yang
dibarengi dengan peringatan berupa bunyi dari buzzer. Respon rata-rata sistem
untuk mengirim pesan peringatan SIAGA I atau SIAGA II adalah 5.65 detik.
Pengguna dapat memantau ketinggian air secara jarak jauh dengan cara
mengirimkan pesan yang berisi konten “CEK” lalu sistem akan membalas pesan
tersebut berupa ketinggian air dengan waktu respon rata-rata 5.60 detik. Lamanya
waktu respon sangat ditentukan oleh jaringan GSM pada provider yang dipakai.
Sistem ini secara keseluruhan dapat memonitor ketinggian air dan bisa
diimplementasikan pada lingkungan yang sebenarnya dengan adaptasi pada sistem.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 7 April 1990 dari ayah Muhidin
dan ibu Eti Nuraeti. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Pada tahun
2008 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Kota Bogor dan pada tahun yang sama
melanjutkan pendidikan diploma III di Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti
perkuliahan untuk jenjang diploma, penulis juga mengikuti pelatihan Cisco yag
diselenggarakan oleh Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor. Pada akhir
tahun 2012, penulis lulus seleksi masuk program ekstensi di Institut Pertanian
Bogor (IPB) untuk memperoleh gelar sarjana program alih jenis.