Oleh:
Willy Maun
NIM. 2013-83-038
Konsulen:
dr. Zulaiha Maricar, Sp. OG
BAB I
PENDAHULUAN
Prevalensi wanita yang didiagnosa diabetes meningkat sepanjang tahunnya.
meningkatnya prevalensi DM tipe 2 secara umum dan khususnya lagi pada orang
peningkatan sel lemak janin yang akan mengakibatkan obesitas dan resistensi
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyulit medik yang sering terjadi selama
Kelainan bawaan janin saat ini merupakan salah satu penyebab kematian perinatal
pada 10% kasus kehamilan dengan DM tipe 1 dan tipe 2 yang tidak teregulasi
dengan baik. Bayi-bayi dengan makrosomia akan terjadi kelambatan maturasi
paru janin yang akhirnya juga meningkatkan kejadian RDS. Kejadian kematian
laktat.
Bayi kecil masa kehamilan merupakan masalah tersering dengan morbiditas dan
(KMK) disebut juga small for gestational age (SGA) sering disamakan dengan
dengan bayi dengan berat lahir normal. Masalah morbiditas neonatus yang dapat
Sekitar dua per tiga PJT berasal dari kelompok kehamilan yang berisiko tinggi,
hari pertama haid terakhir (HPHT) sehingga usia kehamilan tidak jelas, bayi kecil
tapi sehat, cacat bawaan/ kelainan genetik/ kromosom, infeksi intrauterin, dan PJT
itu sendiri. Kurang lebih 80-85% bayi KMK adalah bayi kecil yang sehat, 10-15%
diantaranya barulah PJT yang sesungguhnya dan sisanya (5-10%) adalah janin
Perbedaan definisi yang dipakai, kurva standar, ketinggian tempat tinggal, jenis
kelamin dan ras seseorang adalah beberapa hal yang menyebabkan angka kejadian
Secara klinis PJT dibedakan atas 2 tipe yaitu: tipe I (simetris) dan tipe II
(asimetris). Kedua tipe ini mempunyai perbedaan dalam etiologi, terapi, dan
faktor risiko dan pengukuran tinggi fundus uteri) seringkali memberikan hasil
yang kurang akurat. Hal tersebut dibuktikan oleh Campbell dkk yang mencatat
yang rendah, yaitu 16% dan nilai prediksi negatif/Negative Predicted Value (NPV)
sebesar 20%. Dengan demikian parameter pengukuran tinggi fundus uteri tidak
dapat dijadikan patokan untuk mendiagnosis PJT. Janin dianggap PJT jika dari
atau berat janin serial dibawah angka normal untuk usia kehamilan tertentu,
uji surveilans termasuk kardiotokografi (KTG), USG, dan USG Doppler tersedia
untuk menilai aktivitas biofisik janin, namun didapatkan beberapa variasi dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diabetes Melitus Gestasional
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hal ini disebabkan oleh kelainan
1. Diabetes mellitus tipe 1, yaitu defisiensi insulin yang absolut akibat destruksi
sel penghasilnya.
2. Diabetes mellitus tipe 2, yaitu sangat berkurangnya sekresi insulin karena
Terdapat dua perempuan hamil dengan diabetes, yaitu adanya diabetes yang sudah
masa kehamilan. Setelah ibu melahirkan, kadar glukosa akan kembali ke kadar
yang normal.
Komplikasi dapat terjadi pada ibu maupun janin akibat diabetes mellitus. Risiko
meningkat pada ibu. Sedangkan, pada janin dapat terjadi makrosomia, trauma
Insidensi
Di Amerika pada tahun 2002 terdapat lebih dari 131.000 perempuan hamil yang
mengalami komplikasi diabetes mellitus. Jumlah ini merupakan 3,3% dari seluruh
kelahiran hidup dan lebih dari 90% mengalami diabetes mellitus gestasional.
Tingginya penderita diabetes mellitus tipe 2 pada usia muda berbanding lurus
Patofisiologi
DM selama masa kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormon diabetogenik hasil
glukosa ibu.
skrining awal diabetes mellitus gestasional. Pada pemeriksaan ini pasien tidak
dipuasakan. Kadar glukosa serum atau plasma yang normal harus kurang dari 130
mg/dl (7,2 mmol/l) atau kurang dari 140 mg/dl (7,8 mmol/l). Sensitivitas tes akan
meningkat (80-90%) dan nilai spesifisitasnya menurun apabila nilai rujukan yang
digunakan 130 mg/dl atau <140 mg/dl. Keadaan tersebut berbanding terbalik
apabila nilai rujukan yang digunakan adalah 140 mg/dl atau lebih. Nilai rujukan
130 mg/dl akan meningkatkan kasus diabetes mellitus gestasional, yang artinya
meningkatkan hasil positif palsu. Oleh karena itu, nilai rujukan yang dapat dipakai
Hasil tes satu jam yang abnormal harus dilanjutkan dengan pemeriksaan beban
100 g glukosa. Dalam tiga hari, pasien dianjurkan diet yang tidak ketat, kemudian
dilakukan pemeriksaan darah puasa (darah vena) dan setelah 1, 2, serta 3 jam
pemberian 100 g glukosa. Selama pemeriksaan pasien dianjurkan tetap duduk dan
Kriteria the National Diabetes Data Group (NDDG) sering digunakan sebagai
rujukan dalam menilai tes toleransi glukosa oral 3 jam pada perempuan hamil.
Tabel 1. Kriteria hasil abnormal paska pemberian 100 gram glukosa pada tes
toleransi glukosa oral tiga jam pada perempuan hamil
Darah National Diabetes Data Group
Puasa 105 mg/dl (5,8 mmol/l)
1 jam 190 mg/dl (10,5 mmol/l)
2 jam 165 mg/dl (9,2 mmol/l)
3 jam 145 mg/dl (8,0 mmol/l)
Ket.: diagnosis diabetes mellitus gestasional ditegakkan apabila terdapat 2 atau
lebih nilai abnormal penilaian kadar glukosa serum atau plasma.
Terdapat cara lain, yaitu dengan menggunakan beban glukosa 75 gram. Apabila
nilai glukosa yang diperiksa >140 mg/dl dapat didiagnosis mengalami diabetes
Implikasi Antepartum
Hipertensi dapat terjadi selama masa kehamilan pada perempuan hamil dengan
DM. Oleh karena itu, observasi tekanan darah, kenaikan berat badan dan ekskresi
proteinuria pada trimester kedua perlu diawasi. Diagnostik secara klinis hingga
DM.
Kelainan kongenital pada janin ialah dampak lain yang sering terjadi pada
diabetes mellitus gestasional, biasanya pada ibu dengan kadar glukosa puasa >120
mg/dl (6,7 mmol/l). Konseling dan pemeriksaan USG yang rutin diperlukan dalam
gestasional, khususnya yang tidak dikelola dengan baik. Perlu diberikan rujukan
ke fasilitas pelayanan kesehatan lanjut guna memantau gerakan janin dan
pemeriksaan kardiotokografi.
Berat badan janin lebih dari 4.000 gram atau makrosomia paling sering ditemukan
dan dapat menyebabkan timbulnya kesulitan dan trauma pada saat persalinan.
Makrosomia dapat terjadi karena adanya kadar glukosa janin yang melebihi nilai
normalnya akibat hiperglikemia pada ibu, selain adanya faktor lain seperti ibu
Pengelolaan
ialah untuk mencapai kadar glukosa sebelum makan (preprandial) <95 mg/dl (5,3
mmol/l) dan 1 hingga 2 jam sesudah makan (post-prandial) <140 dan <120 mg/dl
maternal 40-50% dari keseluruhan kalori, protein 20%, lemak 30-40% (lemak
jenuh <10%) dan diet tinggi serat. Kenaikan berat badan selama kehamilan
kalori dan gizi yang diberikan per hari haruslah adekuat (30 kkal per kgBB
ibu.
Ibu hamil dengan indeks massa tubuh (IMT) >30 kg/m 2, dianjurkan untuk diet
rendah kalori 30-33% (25 kkal per kgBB) untuk mencegah terjadinya ketonemia.
Olahraga ringan juga diperlukan dalam mengontrol kadar glukosa ibu hamil.
Pemberian Insulin
Dosis insulin yang diberikan pada ibu hamil dengan DM berbeda satu dengan
yang lainnya. Kadar postprandial yang diinginkan ialah <140 mg/dl dengan
mengobservasi keadaan janin. Hal ini jauh lebih baik dibandingkan kadar
preprandial yang ingin dicapai <105 mg/dl, akan tetapi tidak memperhatikan
keadaan janin. Biasanya kadar preprandial yang ingin dicapai ialah 80 mg/dl (4,4
pertumbuhan janin.
Penatalaksanaan Antepartum
gestasional, yaitu:
1. Mencegah bayi lahir mati atau asfiksia pada trimester ketiga dan menekan
(menggunakan USG) untuk menentukan saat dan cara persalinan yang tepat.
3. Menilai maturitas paru-paru janin apabila ingin dilakukan terminasi dengan
cesarea. Cara persalinan harus tetap berdasar pada indikasi ibu dan janin
Komplikasi saat persalinan yang dapat terjadi yaitu trauma kelahiran seperti
distosia bahu, fraktur tulang, dan cedera pleksus brakialis. Bayi juga dapat
paska persalinan berkaitan dengan makrosomia, distosia bahu, gawat janin, dan
bermanfaat untuk menurunkan berat badan janin >4000 gram atau di atas persentil
ke 90. Sectio cesarea dapat dilakukan pada janin dengan berat badan >4500 gram.
yang memperoleh terapi insulin selama dirawat, perlu diperiksa kadar glukosa
waktu atau 2 jam paska pemberian 75 gram glukosa pada tes toleransi glukosa
oral (<140 mg/dl: normal; 140-200 mg/dl: toleransi glukosa terganggu; 200
mg/dl: diabetes mellitus). Apabila kadar glukosa normal, evaluasi dapat
glukosa.
6. Rencana pemakaian kontrasepsi dapat dianjurkan karena risiko terjadinya
Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dimaksudkan sebagai berat janin kurang dari
10% berat badan seharusnya pada usia kehamilan tertentu. Disebut terhambat
apabila dalam dua minggu tidak terjadi pertumbuhan. Akan tetapi, tidak semua
PJT dapat dikaitkan dengan adanya proses patologik atau hipoksik, karena sekitar
25-60% kasus berkaitan dengan karakteristik etnis dan ciri fisik orang tua.
Penyebab
Kelainan atau cacat janin sebaiknya ditentukan pada usia kehamilan 16-20
minggu. Apabila ada indikasi, dapat dievaluasi apakah terdapat kelainan genetik
antara lain:
Patologi
menjadi inadekuat. Akibatnya, timbul PJT yang ditandai dengan lingkar perut
yang jauh lebih kecil dibandingkan lingkar kepala. Pada keadaan lanjut, dapat
diimbangi dengan antioksidan yang adekuat sehingga keadaan PJT dapat menjadi
lebih buruk. Salah satu penelitian dengan melakukan pemeriksaan gas darah pada
dibandingkan simetrik, padahal kasus PJT yang asimetrik hanya 20% dari seluruh
kasus (8.722 kasus) PJT di Amerika. Penyebab PJT simetrik yaitu faktor janin
(kelainan genetik/aneuplodi/trisomi 21, 13, dan 18) atau lingkungan uterus yang
Diagnosis
kehamilan. Akan tetapi, kelainan tersebut dapat dinilai lebih awal melalui
ultrasonografi (USG) dengan biometri dan taksiran berat janin dapat ditentukan
apakah berat badannya sesuai dengan usia kehamilan. Pemeriksaan tinggi fundus
uteri (dalam sentimeter) biasanya akan sesuai dengan usia kehamilan. Apabila
lebih rendah dari 3 cm, dapat dicurigai adanya PJT (sensitivitas 40%). Penelitian
oleh Smith dkk pada 4.229 kasus menemukan bahwa pertumbuhan yang berada di
bawah optimal sejak trimester pertama berkaitan dengan kelahiran preterm dan
Aspek biometri seperti lingkar abdomen dan diameter biparietal yang tidak
yang terhambat.
Pemeriksaan Doppler arus darah arteri umbilikal dan arteri uterina dapat menjadi
minggu)
Evaluasi cairan amnion juga dapat digunakan untuk menilai keadaan janin.
Jumlah cairan amnion yang normal menandakan fungsi sirkulasi janin cenderung
baik. Akan tetapi, pada keadaan oligohidramnion dapat terjadi keadaan
sebaliknya.
Manajemen
Penilaian arus darah arteri umbilikal dan usia gestasi menjadi penting diperhatikan
sebelum dilakukan terminasi. Arteri umbilikal yang tidak memiliki arus diastolik
(absent diastolic flow) disertai arus terbalik (reverse flow) memiliki prognosis
buruk berupa kematian janin <1 minggu. Usia gestasi optimal dalam melakukan
terminasi ialah 33-34 minggu dengan terlebih dahulu dilakukan maturitas paru-
paru. Hipoksia pada janin dapat dideteksi dengan kardiotokografi yang ditandai
dengan adanya deselerasi lambat denyut jantung. Skor fungsi dinamik janin
plasenta untuk menilai PJT dengan profil biofisik dapat menentukan terminasi
kehamilan.
akustik
Gerak nafas + -
SD arteri umbilikal ≤3 >3
Indeks cairan amnion ≥ 10 < 10
Ket.: kurangi dengan 2 pada PJT dan deselerasi lambat
baik. Apabila nilai <6, dapat dicurigai adanya asidosis (sensitivitas 80%,
(pemeriksaan gas darah tali pusat). Oleh karena itu, dapat dilakukan seksio
sesarea.
BAB III
PENUTUP
Secara rasional pengelolaan kehamilan yang dicurigai PJT dapat dimulai dari
dan sebagainya.
direkomendasikan secara ilmiah, seperti terapi oksigen, nutrisi, rawat inap di RS,
bed rest, betamimetik, calcium channel blockers, terapi hormon, plasma
(RDS).
Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan Doppler USG, KTG dan
Apabila kehamilan akan diakhiri pada janin prematur, pilihannya adalah seksio
sesaria. Pada janin aterm, induksi persalinan pervaginam dapat dilakukan dengan
pemantauan intrapartum yang kontinyu. Belum tersedia data yang cukup untuk
positif gawat janin maka persalinan dengan seksio sesarea merupakan pilihan.
negatif, maka induksi persalinan pervaginam akan berhasil baik pada 30% kasus.
Prawirohardjo; 2014.
2. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, Soewondo P, Suastika K, Manaf A,
2016.