Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada
tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker paru, hati, perut,
kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap
tahunnya (Kemenkes RI, 2015). Sementara itu, menurut WHO (2013) kanker menjadi penyebab
kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskuler dan diperkirakan
pada tahun 2030, insiden kanker mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal
akibat kanker, terlebih pada negara miskin dan berkembang, salah satunya Indonesia. Prevalensi
kanker tertinggi di Indonesia berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1%, jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan angka nasional. Prevalensi tertinggi berikutnya berada pada Provinsi
Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1% dan 2,0% (Kemenkes RI, 2015).

Penyakit kanker memberikan berbagai dampak terhadap fisik, psikis, sosial, dan spiritual
individu. Dampak fisik berupa nyeri merupakan komplikasi kanker yang paling sering ditemui
pada pasien kanker (Wargo & Burton, 2005 dalam Dessy, 2018). Nyeri kanker adalah nyeri
kompleks yang menyertai penyakit kanker, baik yang disebabkan oleh kanker, terapi kanker, atau
hal lain yang tidak ada hubungannya dengan kanker (Depkes RI, 2017). Sindrom nyeri kanker
dapat dibagi secara luas menjadi dua, yaitu tipe akut dan kronik. Tipe akut biasanya ditemukan
dalam proses diagnostik atau terapi intervensi, sedangkan pada tipe kronik biasanya berhubungan
langsung dengan kanker itu sendiri atau terapi antineoplastik (Riyanto, 2017).

Frekuensi nyeri kanker dibedakan berdasarkan fase perkembangan kanker. Fase tersebut
dimulai dari fase penegakan diagnosis (staging), fase kemoterapi, fase pembedahan, fase remisi,
fase relaps, ataupun fase kesintasan (survivorship). Pada pasien yang baru terkena kanker,
frekuensi nyeri dirasakan sekitar 25%, 30-50% pada pasien yang sedang menjalani terapi, dan
meningkat hingga 70-90% pada pasien dengan fase kanker tahap lanjut (Wargo & Burton, 2005
dalam Dessy, 2018). National Comprehensive Cancer Network (NCCN) dalam Panduan Nyeri
Kanker 2016 menyatakan bahwa kesintasan penderita berhubungan erat dengan manajemen
gejala kanker yang baik, termasuk manajemen nyeri kanker dalam meningkatkan kualitas hidup.
(Riyanto, 2017).

Berbagai intervensi, baik farmakologi maupun non farmakologi diberikan pada pasien
kanker untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Intervensi farmakologi berupa pemberian
analgetik mampu meningkatkan ambang batas nyeri sehingga rangsang nyeri pada pasien tidak
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Namun kenyataannya, efek samping penggunaan obat,
perasaan nyeri yang tidak mereda, dan bahaya komplikasi menjadi masalah baru yang muncul
dalam penanganan nyeri kanker dengan farmakologis (Hakam, Yetti, dan Haryati, 2009). Survei
prospektif mengindikasikan sekitar 90% pasien dapat memperoleh pereda nyeri yang adekuat
dengan terapi obat-obatan sederhana, namun kesuksesan ini tidak dijumpai pada praktik rutin
(Kresnoadi, 2017).

Sementara dari segi non farmakologis, manajemen nyeri dapat dilakukan dengan pain
self-management support. Koller, Gaetner, Geest, Hasemann, dan Becker (2017) menyebutkan
pain self-management support menjadi salah satu intervensi yang secara siginifikan dan klinis
berefek relevan dalam manajemen nyeri pada pasien dengan kanker. Intervensi ini tidak hanya
mampu mengatasi nyeri pada pasien, tetapi juga untuk meningkatkan self-efficacy yang
berhubungan dengan nyeri dan mengurangi intensitas nyeri secara moderat. Masalah manajemen
nyeri kanker biasanya timbul akibat adanya hambatan dari pasien, berupa kurangnya informasi
dan ketakutan terkait dengan pengobatan nyeri (Jacobsen, Moldrup, Christrup, dan Sjogren,
2009). Selain itu, pasien mungkin tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk
melakukan manajemen nyeri kanker yang tepat (Koller, Miaskowski, Geest, Rusteon, Opitz &
Spichiger, 2012).

Berdasarkan penjelasan di atas, kelompok tertarik untuk menganalisis lebih lanjut tentang
intervensi pain self-management pada pasien dengan kanker untuk memanajemen nyeri kanker
yang dirasakan pasien.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada analisis jurnal yang dilakukan adalah:


1.2.1 Untuk mengetahui ringkasan jurnal “Testing the Implementation of a Pain Self-
management Support Intervention for Oncology Patients in Clinical Practice A
Randomized Controlled Pilot Study (ANtiPain)”

1.2.1 Untuk mengetahui analisis SWOT pada jurnal “Testing the Implementation of a Pain
Self-management Support Intervention for Oncology Patients in Clinical Practice A
Randomized Controlled Pilot Study (ANtiPain)”

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil analisis jurnal yang dilakukan adalah:

1.3.1 Agar dapat memberikan referensi tambahan dalam memanajemen nyeri yang dirasakan
oleh pasien dengan kanker.

1.3.1 Agar dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan bagi perawat, dokter, maupun
petugas kesehatan lainnya dalam memanajemen nyeri pada pasien kanker di lingkungan
praktik klinik.

Dafpus tambahan :

Hakkam, M., Yetti, K., & Hariyati, R.T.S. (2009). Intervensi spiritual emotional freedom
technique untuk mengurangi rasa nyeri pasien kanker. Makara Kesehatan, 13(2), halaman 91-95.

Kresnoadi, E. (2017). Pengelolaan nyeri kanker. Retrieved from jku.unram.ac.id (Diakses pada
31 Juli 2019).

Koller, A., Gaetner, J., Geest, S.D., Hasemann, M., Becker, G. (2017). Testing the
implementation of a pain self-management support intervention for oncology patients in clinical
practice a randomized controlled pilot study (antipain). Cancer Nursing, 00(0), pages 1-12.
Jacobsen, R. Moldrup, C., Christrup, L., & Sjogren, P. (2009). Patient-related barriers to cancer
pain management: a systematic exploratory review. Scand J Caring Sci. 23(1), pages 190-208.

Koller, A., Miaskowski, C., Geest, S.D., Rusteon, T., Opitz, O., Spichiger, E. (2012). Testing an
Intervention Designed to Support Pain Self-management in Cancer Patients: A Mixed Methods
Study. Retrieved from http://edoc.unibas.ch (Diakses pada 31 Juli 2019).

Anda mungkin juga menyukai