Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengertian Keluarga

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1988, dalam setiadi,

2008) berpendapat bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

Sayekti (1994, dalam Suprajitno, 2004) menyatakan keluarga

adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara

orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-

laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak

baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Bailon dan Maglaya (1989, dalam Setiadi, 2008) mengatakan

keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan

darah, perkawinan dan adopsi, dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu

dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan

suatu budaya.

UU No. 10 (1992, dalam Suprajitno, 2004) menyatakan keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, isteri atau

suami isteri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
B. Fungsi Keluarga

Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004) mengemukakan ada 5

(lima) fungsi keluarga yaitu:

1) Fungsi Afektif (The affective function).

Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang

lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.

2) Fungsi sosial dan tempat bersosialisasi (Socialization and social

placement function).

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

3) Fungsi reproduksi (The reproductive function).

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi (The economic function).

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (The health care function).


Fungsi perawatan atau pemelihaan adalah fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas

keluarga di bidang kesehatan.

Menurut Effendy, N. (1998, dalam Setiadi, 2008) mengemukakan

fungsi lain yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :

1) Fungsi Biologis

a) Untuk meneruskan keturunan

b) Memelihara dan membesarkan anak

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga

2) Fungsi Psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d) Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi sosialisasi

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4) Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang, misalnya, pendidikan anak-anak, jaminan

hari tua dan sebagainya.

5) Fungsi pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimiliknya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Menurut UU No. 10 Tahun 1992 Jo. PP.No.21(1994, dalam

Suprajitno, 2004) menyatakan fungsi keluarga dibagi menjadi delapan

bentuk operasional yang dapat dilakukan oleh setiap keluarga, yaitu:

1) Fungsi keagamaan

a) Membina norma / ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup

seluruh anggota keluarga.

b) Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup

sehari-hari seluruh anggota keluarga.


c) Memberi contoh kongkret dalam hidup sehari-hari dalam

pengamalan dari ajaran agama.

d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan di

masyarakat.

e) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama

sebagai pondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

2) Fungsi budaya

a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan

norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin

dipertahankan.

b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring

norma dan budaya asing yang tidak sesuai.

c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif

globalisasi dunia.

d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

dapat berprilaku baik (positif) sesuai dengan norma bangsa

Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang

dengan budaya masyarakat/bangsa untuk menunjang terwujudnya

Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.


3) Fungsi cinta kasih

a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada

antar-anggota keluarga (suami-isteri-anak) ke dalam simbol-

simbol nyata (ucapan, tingkah laku) secara optimal dan terus

menerus.

b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota

keluarga maupun antar-keluarga yang satu dengan lainnya secara

kuantitatif dan kualitatif.

c) Membina praktik kecintaan terhadap duniawi dan ukhrowi dalam

keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

d) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal

menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

4) Fungsi perlindungan

a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga dari rasa tidak

aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari

berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamaan keluarga sebagai

modal menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

5) Fungsi reproduksi
a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan dan

reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga

sekitarnya.

b) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan

keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan

dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal

anak yang diinginkan dalam keluarga.

d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang

kondusif menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

6) Fungsi sosialisasi

a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga

sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan

utama.

b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga

sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dan berbagai

konflik dan permasalahan yang dijumpainya, baik di lingkungan

sekolah maupun masyarakat.

c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal

yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan

(fisik dan mental) yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan

sekolah maupun masyarakat.


d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam

keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak,

tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan

kematangan hidup bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera.

7) Fungsi ekonomi

a) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam

lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan

perkembangan kehidupan keluarga.

b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran

keluarga.

c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,

selaras dan seimbang.

d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal

untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

8) Fungsi pelestarian lingkungan

a) Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan

intern keluarga.

b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

ekstern keluarga.
c) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan

yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga

dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

sebagai pola hidup menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

C. Tipe keluarga

Menurut Suprajitno (2004), tipe keluarga dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

1) Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunanya atau

adopsi atau keduanya.

b) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek, nenek, paman, bibi)

2) Secara modern (berkembangnya peran individu dan meningkatkan rasa

individualisme, maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas

adalah :

a) Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru

yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan

pasangannya.
b) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang

terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat

perceraian atau ditinggal pasangannya.

c) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried tecnage

mother).

d) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri

tanpa pernah menikah (the single adult living alone)

e) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non

marital heterosexual cahobiting family)

f) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

(gay and lesbian family)

D. Tingkat perkembangan keluarga

Friedman (1998) beranggapan bahwa ada delapan tahap siklus

kehidupan keluarga antara lain:

1) Tahap I: keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau

tahap pernikahan)

Tugasnya adalah:

a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua).
2) Tahap II: keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah

bayi sampai umur 30 bulan):

Tugasnya adalah:

a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga)

b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.

3) Tahap III: keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur

2 1/5 hingga 5 tahun)

Tugasnya adalah:

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan.

b) Mensosialisasikan anak.

c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan di luar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).


4) Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah (anak pertama telah

berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia

13 tahun)

Tugasnya adalah:

a) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

5) Tahap V: keluarga dengan anak remaja (anak pertama melewati umur

13 tahun dan berakhir hingga 20 tahun)

Tugasnya adalah:

a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

b) Menfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

6) Tahap VI: keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir ketika

anak terakhir meninggalkan rumah)


Tugasnya adalah:

a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak

b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami

maupun istri.

7) Tahap VII: orang tua usia pertengahan (dimulai dengan salah satu atau

kedua pasangan memasuki masa pensiunan, terus berlangsung hingga

salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain

meninggal).

Tugasnya adalah:

a) Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.

c) Memperkokoh hubungan perkawinan.

8) Tahap VIII: dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki

masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan

meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.

Tugasnya adalah:

a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.


c) Mempertahankan hubungan perkawinan.

d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

e) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

E. Struktur keluarga

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Menurut Parad

dan Caplan (1965, dalam Suprajitno, 2004) ada empat elemen struktur

keluarga yaitu:

1) Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam

keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran

formal dan informal.

2) Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh

keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3) Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi ayah-ibu (orang

tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga

lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

4) Struktur kekuatan keluarga


Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi

dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku keluarga yang

mendukung kesehatan.

F. Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Suprajitno (2004) mengemukakan bahwa keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga.

3) Merawat keluarga mengalami gangguan kesehatan.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi

keluarga.

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus – menerus tentang keluarga

yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga. (Suprajitno, 2004, hal 29).

Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu

dilakukan yaitu:
1) Membina hubungan yang baik. Hubungan yang baik antar perawat

dan klien (keluarga) merupakan modal utama pelaksanaan asuhan

keperawatan.

2) Pengkajian awal. Pengkajian ini tefokus sesuai data yang di

peroleh dari unit pelayanan kesehatan.

3) Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah

tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap

sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada

pengkajian awal (Suprajitno, 2004, hal 29 ).

Data yang perlu diperoleh dari pengkajian yaitu:

1) Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah :

a) Data umum

(1) Identitas kepala keluarga

(2) Komposisi keluarga

(3) Genogram

(4) Tipe keluarga

(5) Latar belakang budaya (etnis)

(6) Agama

(7) Status sosial ekonomi keluarga

(8) Aktivitas rekreasi keluarga

b) Tahap dan riwayat perkembangan keluarga


(1) Tahap perkembangan saat ini

(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

(3) Riwayat keluarga sebelumnya

c) Data lingkungan

(1) Karakteristik rumah

(2) Karakteristik lingkungan dan komunitas

(3) Mobilitas geografis keluarga

(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga

(5) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

d) Struktur keluarga

(1) Pola komunikasi

(2) Struktur kekuasaan

(3) Struktur peran

(4) Nilai dan norma keluarga

e) Fungsi keluarga

(1) Fungsi afektif

(2) Fungsi sosialisasi

(3) Fungsi perawatan keluarga

f) Pemeriksaan fisik

g) Koping keluarga

(1) Stesor jangka pendek dan jangka panjang


(2) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi

atau stesor

(3) Penggunaan strategi keluarga

(4) Strategi adaptasi disfungsional

2) Analisa Data

Dalam menganalisa data ada tiga norma yang perlu di perhatikan

dalam melihat perkembangan keluarga ( Setiadi, 2008, hal. 48 )

yaitu:

a) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

c) Karakter keluarga

3) Rumusan masalah

Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan

masalah keperawatan keluarga yang diambil didasarkan pada

analisa konsep, prinsip, teori serta standar yang dapat dijadikan

acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang

masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. (Setiadi, 2008, hal.

49).

4) Skoring

Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria (Setiadi, 2008,

hal. 48 ) meliputi:
a) Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko, dan

potensial.

b) Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan

keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah

masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.

c) Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya

masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah

melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.

d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan

menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk

diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.

Dalam mengatasi prioritas diagnosa keperawatan dan kesehatan

keluarga, disusun skala prioritas dengan tehnik skoring

(Suprajitno, 2004, hal. 45) sebagai berikut:

Tabel 1 : Skoring masalah keperawatan

No Kriteria Nilai Bobot


1. Sifat masalah Skala:
a. Aktual 3
b. Resiko 2
c. Potensial 1 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala:
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
Skala:
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala:
a. Masalah berat harus ditangani 2
b. Masalah yang tidak perlu segera 1 1
ditangani 0
c. Masalah tidak dirasakan
TOTAL 5

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat diprioritaskan suatu

masalah, masing – masing masalah keperawatan diskoring terlebih

dahulu kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya.

Adapun rumus untuk mendapat nilai skoring tersebut adalah

(Setiadi, 2008, hal. 56):

Skor
X Bobot
Nilai tertinggi
5) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Nanda (Carpenito L.

J., 2001 dan Friedman, 1998, hal. 60) adalah :

a) Manajemen kesehatan yang dapat diubah

b) Perilaku mencari hidup sehat

c) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.

d) Kurang pengetahuan.

e) Konflik keputusan.

f) Berduka disfungsional

g) Konflik peran orang tua.

h) Isolasi sosial

i) Perubahan dalam proses keluarga

j) Potensial perubahan dalam menjadi orang tua

k) Perubahan penampilan peran

l) Potensial terhadap kekerasan

m) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga

n) Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif

b. Perencanaan

Langkah selanjutnya setelah melakukan pengkajian adalah menyusun

perencanaan asuhan keperawatan keluarga (family nursing care ).

Perencanaan asuhan keperawatan keluarga adalah sekumpulan


tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam

menentukan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

diidentifikasi. (Suprajitno, 2004, hal. 49).

Adapun tahap – tahap dalam menyusun perencanaan:

1) Prioritas diagnosa

Prioritas dignosa berdasarkan atas nilai tertinggi.

2) Rencana perawatan

Dalam menyusun rencana perawatan terdiri dari jangka panjang

yang memacu pada masalah, tujuan jangka pendek yang mengacu

pada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan, kriteria yang

menggambarkan tentang faktor – faktor yang tidak tetap yang

dapat memberikan petunjuk bahwa tujuan dapat dicapai, standar

yang menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk

membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya (Setiadi,

2008, hal. 61)

c. Pelaksanaan

Langkah selanjutnya adalah melakukan pelaksanaan sesuai dengan

rencana asuhan keperawatan keluarga. Hal – hal yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap

keluarga adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga,

serta sarana dan prasarana yang ada dalam keluarga. Ada tiga tahap
dalam tindakan keperawatan keluarga yaitu tahap 1 persiapan, tahap 2

intervensi, tahap 3 dokumentasi (Setiadi, 2008, hal. 66).

d. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP (Suprajitno, 2004, hal.

57) yaitu dengan pengertian:

1) S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara

subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.

2) O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah

implementasi keperawatan.

3) A adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar

yang telah ditentukan mengacu pada rencana kerawatan keluarga.

4) P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat,

yaitu:
1) Evaluasi formatif

Evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi

secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai

kontrak pelaksanaan.

2) Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif bertujuan untuk menilai secara keseluruhan

terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana

diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan

intervensi atau dihentikan. (Suprajitno,2004, hal. 58).

Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi penilaian yaitu:

1) Keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dikaitkan dengan

pencapaian tujuan.

2) Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam bentuk

uang, waktu, tenaga, dan bahan / alat yang diperlukan.

3) Kecocokan dikaitkan dengan kesanggupan tindakan yang

dilakukan untuk memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan

pertimbangan profesional.

4) Kecukupan menyinggung kelengkapan dari tindakan apakah

semua tindakan dilaksanakan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. (Effendy, 1998, hal. 59).


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2001). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC


Effendy.N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC.
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Notoatmojo,S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar) Jakarta :
Rineka Cipta
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta
: EGC.
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Surabaya : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai