NAMA KELOMPOK 4 :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Konsep
Pengelolaan Pasien Dengan Kegawat Daruratan Kardiovaskuler”
Dalam penyelesaian makalah ini, penulisan banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat terselesaiakan.
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan tentang “Konsep Pengelolaan Pasien Dengan Kegawat daruratan
Kardiovaskuler”. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
beserta semua pihak dalam penyempurnaan tugas ini dan penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang tidak berkenan dihati pembaca. Semoga makalah ini ada
manfaatnya bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar isi.................................................................................................................... Ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kardiovaskuler
System kardiovaskuler bertaggung jawab untuk mendistribusikan darah ke seluruh
tubuh. Sistem ini mempunyai tiga komponen utama : jantung, pembuluh darah dan darah
yang mengalir di dalamnya. Jantung adalah organ muscular yang terletak di dalam rongga
dada,di belakang sternum. Tugasnya adalah memompa darah yang akan menyuplai oksigen
dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh. Untuk menyediakan suplai oksigen dan nutrisi yang
cukup bagi seluruh bagian tubuh, jantung harus memompa dengan ritme dan kecepatan yang
adekuat.
2.2.2 Epidemiologi
Out-of hospital cardiac arrest (OHCA) merupakan suatu kejadian henti jantung yang
terjadi di luar rumah sakit (American Heart Association,2015). OHCA menjadi salah satu
focus permasalahan kesehatan dunia karena angka kejadiannya yang tinggi. Angka kejadian
OHCA adalah secara global yaitu 50 hingga 60 per 100.000 orang pertahun (Berdowski et al.
2010).angka kejadian OHCA adalah sebanyak 300.000 kasus di eropa dan 420.000 kasus di
Amareika Serikat. Indonesia memiliki angka kejadia OHCA yang di perkirakan mencapai
10.000 kasus per tahun atau terdapat 30 kejadian OHCA seriap hari ( Depkes RI, 2006).
2.2.3 Etiologi
Terhentinya system pernapasan secara tiba-tiba yang dapat di sebabkan karena:
1. Penyumbatan jalan nafas.
2. Depresi susunan saraf pusat.
3. Dehidrasi berat dan gangguan keseimbangan asam basa
4. Paralisis neuromuscular
5. Thension pneumothoraks”bilateral.
Terhentinya peredaan darah secara tiba-tiba.
Terganggunya fungsi system saraf, yang terjadi akkibat terganggunya system persarafan
dan peredaran darah.
2.2.4 Tanda dan gejala
-fibrilasi ventrikel
-Takikardi ventrikel
-FEA
-asistol
Henti Jantung
BHD adalah tindakan resusitasi yang dilakukan tanpa menggunakan alat atau dengan
alat yang terbatas berupa bag-mask ventilation,sedangkan BHL sudah menggunakan alat dan
obat-obatan resusitasi sehingga penanganan dapat dilakukan lebih optimal.Resusitasi jantung
parubertujuan untuk mengoptimalkan tekanan perfusidari arteri koronaria jantung dan aliran
darah ke organ-organ penting selamafaselow flow. Kompresi jantung yang adekuat dan
berkelanjutan dalam pemberian penanganan bantuan hidup dasar sangat penting pada fase
ini.Menurut (Thygerson,2006),prisip penanganan anak cardiac arrest terdapat4 rangkaian
yaituearly acces, earlyCPR,early defibrillator,danearly advancecare.
c. Early defibrillator: pada beberapa korban, pemberian defibrilasi segera kejantung korban
bisa mengembalikan denyut jantung.
Beberapa kondisi yang disebut sebagai Henti jantung tidak terbata pada gambaran
EKG berupa asistol tetapi juga meliputi ventricular fibrillation (VF), ventricular
tachycardia(VT), atau pulseless electrical activity (PEA) yang kesemuanya memberikan
gambatan klinis berupa tidak terabanya denyut/pulsasi arteri perifer besar (carotis, radial atau
femoral) yang menyertai hilangnya kesadaran. American Heart Association Guideline 2010,
memberikan beberapa langkah awal yang harus segera dimulai apabila seseorang menemukan
pasien dengan kondisi yang dicurigai mengalami henti jantung yaitu, :
1.Segera mengenali dengan cepat terjadinya henti jantung dan segera mengaktifkan system
layanan keqgawatdaruratan ( EMS, Emergency Medical System )
2.Segera melakukan tindakan CPR ataua RJP dengan mengutamakan kompresi dada yang
efektif
3. Mempersiapkan terapi defibrilasi selama melaksanakan tindakan RJP
4. Mempersiapkan terapi bantuan hidup lanjut
5. mempersiapkan penatalaksanaan kondisi pasca resusitasi.
Hal ini penting dilakukan untuk memberikan keberhasilan luaran pasien pasca
resusitasi dan menghindari kejadian komplikasi yang hebat pada organ pasca resusitasi.
Beberapa kelompok pasien yang perlu mendapatkan perhatian dan memiliki kerentanan
terjadinya henti jantung yaitu :
a. pasien dengan gangguan masalah jantung sebelumnya seperti aritmia, penyakit jantung
koroner, penyakit jantung kongestif dan lainnya
b. pasien pediatri dan geriatric
c. pasien dengan perdarahan hebat dan dehidrasi hebat yang dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit
2.2.8 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
Airway/ jalan napas
Look : lihat status mental,pergerakan dada,terdaat sumbatan jalan
napas/tidak, retraksi dinding dada, dll.
Listen : mendengar aliran udara pernapasan, suara pernapasan.
Feel : rasakan aliran udara pernapasan, teraba nadi karotis/ tidak.
Breathing/ Pernapasan
Look : nadi karotis ada/tidak, frekuensi pernapasan ada atau tidak terlihat
adanya pergerakan dinding dada, identifikasi pola pernapasan abnormal.
Listen : mendengar hembusan napas.
Feel : tidak ada pernapasan melalui hidung/mulut.
Circulation/sirkulasi
Periksa perubahan warna kulit seperti sianosis tindakan yang harus di
lakukan perawat seperti melakukan tindakan CPR/ defibrilasi sesuai
dengan indikasi
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian Subjektif
Pengkajian Objektif
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Pengkajian Neurologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Suara jantung
Murmur
Efusi perikat/tamponade
Perfusi
Pernapasan
Gastrointestinal
2. Diagnose keperawatan
a. Ketidak efektifaan pola napas b/d inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak adekuat.
b. Penurunan curah jantung b/d perubahan preload,afterload, dan kontraktilitas.
3. Intervensi
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d indpirasi/atau ekspirasi yang tidak
adekuat.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pola napas normal.
Criteria hasil :
Frekuensi napas normal
Adanya perbaikan pertukaran gas pada paru
Tidak ada suara tambahan
Intervensi :
Pantau adanya pucat dan sianosis.
Pantau ofek obat pada waktu respirasi.
Kaji kebutuhan isensi jalan napas.
Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien dengan
ventilator.
b. Penurunan curah jantung b/d perubahan preload,afterload, dan kontraktilitas.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukan tanda
peningkatan curah jantung adekuat.
Criteria hasil :
Frekuensi jantung meningkat.
Status hemodinamik stabil
Tingkat kesadaran meningkat
Akral hangat
Intervensi:
Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung.
Palpasi nadi perifer.
Pantau status hemodinamik.
Kaji adanya pucat atau sianosis.
Pantau tingkat kesadaran.
2.3.3 Klasifikasi
a. Infark Miokard Subendokardial
Infark Miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang
relative menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan
arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia
(Rendy & Margareth, 2012).
b. Infark Miokard Transmural
Pada lebih dari 90% pasien infark miokard transmural berkaitan dengan thrombosis
koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami penyempitan arteriosklerosik.
Penyebab lain lebih jarang di temukan (Rendy & Margareth, 2012).
Pembekuan darah
Iskemik miokard
oedema paru
Tujuan :
1. Gangguan pertukaran gas akan berkurang
2. Status penapasan : pertukaran gas tidak akan terganggu yang dibuktikan oleh
indicator gangguan.
INFARK MIOKARD
GAGAL JANTUNG
3.Kelebihan volume cairan b.d. menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung) meningkatnya produksi antidiuretik hormone dan retensi natrium atau air.
a) Kriteria Hasil :
Mendomentrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan
pengeluaran bunyi nafas bersih/jelas, vital dalam rentang yang dapat diterima, BB
stabil, tak ada oedem, pasien menyatakan paham dengan pembatasan cairan.
b) Intervensi
Pantau keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
Pertahankan duduk atau tirah baring semifowler selama masa akut
Timbang BB tiap hari
Ubah posisi dengan sering, tinggikan kaki bila duduk, pertahankan
permukaan kulit tetap kering, berikan bantalan.
Kolaborasi dengan perawat lainnya dalam mempertahankan cairan atau
pembatasan nutrium sesuai indikasi.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas dengan faktor resiko perubahan membran
kapiler alveolus.
a. Kriteria Hasil :
Memdemontrasikan ventilasi dan oksigensi adekuat, analisa gas dara rentang
normal.
b. Intervensi :
Auskultasi bunyi nafas, catat krekles, mengi
Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
Dorong untuk mengubah posisi dengan sering
Pertahankan duduk dan tirah baring dengan posisi semifowler
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2 sesuai dengan indikasi
2.5 Syok Kardiogenik
2.5.1 Definisi
Syok adalah suatu keadaan dimana oksigenasi jaringan dan perfusi jaringan tidak
adekuat yang di sebabkan karena adanya gangguan sirkulasi.
Defenisi Syok merupakan sindrom klinis bukan diagnose yang terjadi akibat
menurunnya tekanan darah secara persisten yang menyebabkan perfusi memburuk serta
malfungsi organ vital yang disebabkan oleh hipovolela, kardiogenik, sepsis, anfilaksis, dan
defisiensi steroid ( krisis addison ). ( patrick davey)
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan terjadinya hipoksia
jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume intravaskular. Kriteria hemodiamik
hipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan
bekurangnya cardiac index (<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15
mmHg). Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2010).
2.5.2 Epidemiologi
Global
Di Amerika Serikat, insidens syok kardiogenik pada pasien dengan infark miokardium
akut sebesar 5-10%.Di Eropa, prevalensi syok kardiogenik setelah terjadinya infark
miokardium sebesar 5-15%.Berdasarkan ras, Asia memiliki insidensi syok kardiogenik lebih
tinggi (11,4%) dibandingkan dengan pasien berkulit putih (8%), hitam (6,9%) dan Hispanik
(8,6%).Pada dewasa, usia rerata terjadinya syok kardiogenik adalah antara usia 65-66 tahun.
Indonesia
Mortalitas
Syok kardiogenik adalah penyebab kematian utama pada infark koroner akut, dengan
angka mortalitas mencapai 50-90%. Angka mortalitas meningkat seiring dengan usia.
Mortalitas pasien usia > 75 tahun dengan syok kardiogenik adalah 55%, sedangkan pada
pasien < 75 tahun mortalitas sebesar 29,8%.
2.5.3 Etiologi
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik.
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-
infark yang lebih kecil.
5. Valvular stenosis.
2. Hipoperfusi jaringan.
7. Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit, atau bradikardi
berat (severe bradycardia) karena terdapat high-grade heart block.
15. Suara nafas dapat terdengar jelas (clear) pada mulanya, atau rales (= rattles,
rattlings) dari edem paru akut (acute pulmonary edema).
16. S1 terdengar lembut (soft). Dapat juga terdengar suara jantung abnormal (abnormal
heart sounds), misalnya: S3 gallop, S4, atau murmur dari ruptured papillary muscle,
regurgitasi mitral akut, atau septal rupture.
17. Pulmonary edema pada setting hipotensi merupakan highly suggestive untuk
cardiogenic shock. Edema permukaan (peripheral edema) dapat mensugesti gagal
jantung kanan (right-sided heart failure).
c. Takikardi.
i. Ekstremitas dingin.
j. Perubahan mental.
Necrosis miokard
Syok kardiogenik
8) AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi
dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
7. Medikamentosa :
12. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak
adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
13. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
2.5.8 Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmia
4. Stroke
5. Tromboemboli
2.5.9 Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
b. Pengkajian sekunder
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penurunan reflek batuk
Kriteria hasil:
Intervensi :
Kriteria hasil:
Intervensi:
Kriteria hasil:
6. Akral hangat
Intervensi:
4. Kelebihan volume cairan b.d. meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Intervensi :
Ubah posisi
2.6.1 Definisi
Jantung merupakan organ yang berfungsi sebagai pompa muscular dengan fungsi
ganda dan pengaturan diri secara otomatis dan bagian-bagiannya bekerja sama untuk
mengalirkan darah ke berbagai bagian tubuh. Sisi kanan jantung menerima darah yang miskin
akan oksigen dari tubuh melalui vena cava superior dan vena cava inferior dan memompanya
ke paru-paru melalui truncus pulmonalis untuk oksigenisasi, sedangkan sisi kiri menerima
darah yang kaya akan oksigen dari paru dan memeompanya ke dalam aorta untuk disalurkan
ke tubuh. Jantung berpetak 4 : atrium dekstrum dan atrium sinistrum, serta ventrikulus
dekster dan venytrikulus sinister. Dinding masing-masing ventrikulus jantung terdiri dari 3
lapisan : Endokardium merupakan lapisan dalam yang melapisi sentrikulus jantung dan
katupnya.Miokardium merupakan lapisan tengah yang dibentuk oleh serabut otot
jantung.Epikardium merupakan lapisan luar yang dibentuk oleh lamina visceralis pericardium
serosum. Perikardium adalah kantong fibroserosa berdinding ganda yang meliputi jantung
dan pangkal pembuluh besar jantung.
(Moore, 2010).
Tamponade jantung merupakan kompresi akut pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam
pericardium dari rupture jantung, trauma tembus atau efusi yang progresif (Dorland, 2010).
2.6.2 Etiologi
Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan perikardium. Bila terjadi
secara lambat dapat memberi kesempatan mekanisme kompensasi seperti takikardi,
peningkatan resistensi vascular perifer dan peningkatan volume intravaskular. Bila cepat,
maka dalam beberapa menit bisa fatal.
Tamponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan tekanan vena jugularis,
pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik <100mmHg, dan
bunyi jantung yang melemah. Sedangkan pada yang kronis ditemukan peningkatan tekanan
vena jugularis, takikardi, dan pulsus paradoksus.
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma tajam dan tumpul di daerah
dada atau yang diperkirakan menembus jantung, gelisah, pucat, keringat dingin, peninggian
vena jugularis, pekak jantung melebar, suara jantung redup dan pulsus paradoksus. Trias
classic beck berupa distensis vena leher, bunyi jantung melemah dan hipotensi didapat pada
sepertiga penderita dengan tamponade. (Mansjoer, dkk. 2010).
Gambaran klinis tamponade jantung meliputi takikardia, hipotensi, suara jantung yang
redup atau pelan, dan distensi vena leher (yang menunjukkan peningkatan tekanan vena
jugularis). Palsus paroduksus merupakan gambaran lain yang menandai perubahan yang tidak
terduga tekanan vena. Penurunan tekanan sistolik yang semakin mencolok akan terjadi pada
saat inspirasi. Suara jantung akan terdengar redup karena adanya cairan yang membungkus
jantung sehingga menurunkan hantaran tonus jantung (Oman, 2010).
Menurut ENA (2014) tanda dan gejala yang muncul dapat berupa takipnea, tanda
kusmaul (peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika bernafas spontan), Beck’s triad,
distensi vena jugularis dari elevasi tekanan vena, pulsus paradoksus : sistolik menurun saat
inspirasi 10 mm Hg atau lebih), tekanan nadi terbatas, takikardi, kulit dingin, kulit lembab,
bibir, jari tangan dan kaki sianosis, dan penurunan tingkat kesadaran.
Tekanan arteri↓
Penurunan Curah
Hipotensi Jantung
Jaringan Serebral
Pemeriksaan Doppler.
Analisis Doppler terhadap tanda morfologi jantung dapat membantu dalam
menegakkan keakuratan diagnosa klinis dan mendukung pemeriksaan laboratorium dari
pola hemodinamik pada tamponade.
Selain itu pemeriksaan diagnostik lainnya dapat berupa :
• Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
• EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang P dan QRS yang
berkurang pada setiap gelombang berikutnya
• Echocardiografi adanya efusi pleura.
2.6.6 Penatalaksanaan
Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis. Sebuah jarum berongga ukuran
16 sepanjang 6 inci ditusukkan di bawah prosesus xifoideus dan diarahkan ke apeks jantung.
Jarum tersebut kemudian dihubungkan dengan alat EKG 12 sadapan melalui klem aligator
untuk membantu menentukan apakah jarumnya mengenai jantung. Defleksi yang tajam akan
terlihat pada pola EKG. Perikardiosintesis dapat disertai dengan denyut jantung false-positive
yang signifikan karena klinisi bisa saja mengaspirasi darah yang berasal dari ventrikel kanan
sendiri. Petunjuk yang akan mengarahkan pengambilan keputusan adalah bahwa darah yang
bersal dari kantong perikardium biasanya tidak akan membeku. Yang paling baik,
perikardiosistesis adalah prosedur yang bersifat sementara untuk memperbaiki fungsi jantung
sambil menunggu pembedahan. Di beberapa rumah sakit, lubang atau jendela pada selaput
perikardium dibuat secara darurat di UGD oleh dokter bedah atau dokter spesialis
kardiotoraks.
Penatalaksanaan pra rumah sakit bagi temponade cardio pada tingkat EMP-A
memerlukan transportasi cepat ke rumah sakit. Ini merupakan satu dari beberapa kedaruratan
yang harus ditransport dengan sirine dan lampu merah.
Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian cairan berlebihan ke pasien.
Sering sukar membedakan antara temponade pericardium dan “tension pneumotoraks” tanpa
bantuan radiograph. EMT harus cermat mengamati penderita dan mengingatkan dokter di
rumah sakit terhadap kemungkinan tamponade pericardium.
Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi ke dokter rumah
sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi dapat dilakukan dengan
menggunakan jarum interkardiak untuk suntikan ephineprin, dengan hanya menarik penuh
semprit yang kosong. Pendekatannya dari subxifoid, menuju scapula kiri tepat seperti
suntikan intrakardia. Perbedaannya dalam memasukkan jarum selanjutnya. Pemasukan jarum
harus dihentika tepat setelah memasuki kantong pericardium, sebelum masuk ke ventrikel
(lihat gambar). Identifikasi lokasi ujung jarum dengan tepat dapat dibantu dengan
menempatkan sadapan V elektrograf ke batang baja. Jarum ini dengan klem “alligator”.
Sewaktu jarum dimasukkan, segera dapat diketahui arus luka sewaktu ujung jarum
menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke kantong pericardium, EMT
kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa mencederai myocardium.
Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium sudah cukup untuk
menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa milliliter bisa mengurangi tekanan
yang memungkinkan peningkatan curah jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal dan
penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan
tindakan yang menyelamatkan nyawa pada tamponade berat. Harus diingat bahwa terapi ini
bukan definitif melaikan hanya suatu tindakan sementara sampai penderita bisa dibawa ke
kamar operasi, tempat dapat dilakukan perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan
difinitive masalah jantung dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan
struktur vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok hemoragik
lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick, 1997 : 80). Pemberian oksigen
sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia
jaringan akibat oksigen yang tidak adekuat karena penurunan curah jantung.
1. Pengkajian
Pengkajian Primer
Data Subyektif
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a) Cedera tumpul atau cedera tembus pada dada, leher punggung atau perut.
b) Perbaikan pada lesi jantung.
c) Dispnea
d) Cemas
e) Nyeri dada
f) Lemah
g) Penyakit Jantung
h) Penyakit Infeksi dan neoplastik
i) Penyakit ginjal
Data Obyektif
1. Airway
- Tidak ditemukan adanya tanda dan gejala.
2. Breathing
- Takipnea
- Tanda Kusmaul : peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika bernafas spontan
3. Circulation
- takikardi,
- peningkatan volume vena intravaskular.
- pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik
<100mmHg,
- pericardial friction rub,
- pekak jantung melebar,
- Trias classic beck berupa :
1. Distensis vena leher,
2. Bunyi jantung melemah / redup dan
3. Hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan tamponade.
- tekanan nadi terbatas,
- kulit lembab, bibir, jari tangan dan kaki sianosis,
4. Disability
- Penurunan tingkat kesadaran
Pengkajian Sekunder
a) Exposure
- Adanya jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada.
b) Five Intervensi
- Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
- EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang P dan QRS
yang berkurang pada setiap gelombang berikutnya
- Echocardiografi adanya efusi pleura.
Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung menunjukkan:
Kolaps diastole pada atrium kanan
o Kolaps diastole pada ventrikel kanan
o Kolaps pada atrium kiri
o Peningkatan pemasukan abnormal pada aliran katup trikuspidalis dan terjadi
penurunan pemasukan dari aliran katup mitral > 15 %
o Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan penurunan
pemasukan dari ventrikel kiri
o Penurunan pemasukan dari katup mitral .
o Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri
- Pemeriksaan Doppler.
Analisis Doppler terhadap tanda morfologi jantung dapat membantu dalam
menegakkan keakuratan diagnosa klinis dan mendukung pemerikasaan
laboraturium dari pola hemodinamik pada tamponade.
d) Head to Toe
- Kepala dan wajah : pucat, bibir sianosis.
- Leher : peninggian vena jugularis.
- Dada : ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda kusmaul, takipnea,
bunyi jantung melemah / redup dan pekak jantung melebar.
- Abdomen dan pinggang : tidak ada tanda dan gejala.
- Pelvis dan Perineum : tidak ada tanda dan gejala.
- Ekstrimitas : pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul.
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan distensi vena
jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
3. Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d
suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit
pucat, sianosis, akral dingin.
3. Intervensi
1 : Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit diharapkan pola nafas
efektif dengan kriteria hasil :
1. Takipnea tidak ada
2. Tanda kusmaul tidak ada
3. TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 – 20 X/ mnt).
intervensi:
1. Pantau ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan Perubahan pola nafas dapat
mempengaruhi tanda-tanda vital
2. Monitor isi pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan, nafas bibir dan
penggunaan otot bantu pernafasan Pengembangan dada dan penggunaan otot Bantu pernapasan
mengindikasikan gangguan pola nafas
3. Berikan posisi semifowler jika tidak kontrainndikasi Mempermudah ekspansi paru
4. Ajarkan klien nafas dalam Dengan latihan nafas dalam dapat meningkatkan pemasukan
oksigen
Kolaborasi
5.. Berikan oksigen sesuai indikasi Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan
jaringan
6. Berikan obat sesuai indikasi Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan
2 : Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan distensi vena
jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 10 menit diharapkan curah jantung ke
seluruh tubuh adekuat dengan kriteria hasil :
• TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg).
• Nadi perifer teraba kuat
• Suara jantung normal.
• Sianosis dan pucat tidak ada.
• Kulit teraba hangat
• EKG normal
• Distensi vena jugularis tidak ada.
intervensi:
1. Monitor TTV berkelanjutan TTV merupakan indicator keadaan umum tubuh (jantung).
2. Auskultasi suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung. Perubahan suara, frekuensi dan
irama jantung dapat mengindikasikan adanya penurunan curah jantung.
3. Palpasi nadi perifer dan periksa pengisian perifer. Curah jantung yang kurang mempengaruhi
kuat dan lemahnya nadi perifer.
4. Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat. Penurunan curah jantung menyebabkan aliran ke
perifer menurun.
5. Kaji adanya distensi vena jugularis Tamponade jantung menghambat aliran balik vena
sehingga terjadi distensi pada vena jugularis.
Kolaborasi :
6. Berikan oksigen sesuai indikasi Oksigen yang adekuat mencegah hipoksia.
7. Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau untuk akses emergency. Mencegah terjadinya
kekurangan cairan.
8. Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan doppler sesuai indikasi. Pada tamponade
jantung, terjadi abnormalitas irama jantung dan terdapat siluet pembesaran jantung.
9. Lakukan tindakan perikardiosintesis. Dengan perikardiosintesis cairan dalam ruang
pericardium dapat keluar.
3 : Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d
suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit
pucat, sianosis, akral dingin.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan perfusi jaringan
adekuat dengan kriteria hasil :
• Nadi teraba kuat
• TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg)
• Tingkat kesadaran composmentis
• Sianosis atau pucat tidak ada
• Nadi teraba lemah, terdapat sianosis,
• Akral teraba hangat
intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital secara intensif
Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari kompensasi jantung untuk memenuhi
suplai O2.
2. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat, sianosis) Menunjukkan
adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
3. Pantau GCS
Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran
4. Anjurkan untuk bed rest/ istirahat total Menurunkan kebutuhan oksigen
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Medication/ Pengobatan :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan:
Lain
Suara Nafas : Vesikuler Stidor Wheezing
Ronchi
RR : 24 x/mnt
Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak
CIRCULATION
Keluhan Lain: -
Masalah Keperawatan: -
Kekuatan Otot :
4 4
Keluhan Lain
Masalah Keperawatan:
EXPOSURE
Deformitas : Ya Tidak Lokasi ... ...
Luas Luka :
Kedalaman : -
Masalah Keperawatan:
Saturasi O2 : … …%
Masalah Keperawatan:-
Regio : dada
GIVE COMFORT
Skala :7
Timing : Sewaktu-waktu
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Data Tambahan :
Pemeriksaan Penunjang :
Terapi Medis :
1. O2
2. Asering,ranitidine,ketorolak,clopidrogen,ISDN
3. KIE
2 Resiko
Adanya sumbatan
Ds: – Penurunan
di pembuluh
Curah jantung
Do: Hasil EKG ada gambaran darah
infark di lead II,III,AVF
(AMI Inferior), Thorak Foto
kardiomegali,tidak ada tanda-
tanda edema pulmo
- Mencegah
C : kolaborasi dengan
terjadinya
dokter dalam
infeksi
pemberian obat.
3. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn.H No. RM : 331367
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
2. Memberikan injeksi
DS:
khetorolak 30mg dan
ranitidine 50mg lewat DO: obat masuk iv line
iv line dengan lacer,5 menit
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
3. Mengajarkan teknik
DS: pasien mengatakan
napas dalam
nyeri berkurang setelah
napas dalam.
DO:pasien
mempraktekan yang di
ajarkan perawat
4. Mengkolaborasikan
DS: Pasien mengatakan
dengan dokter dalam
nyaman setelah diberikan
pemberian terapi
terapi
5. mengkaji TTV
DS:
Nadi :96x/mnt
RR: 24x/mnt
Suhu: 36.3°c
DS:
6. Mengkaji tanda-tanda
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
No Tgl / Diagnosa
Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
jam
P: Lanjutkan intervensi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INFARK
Disusun Oleh :
SRI SUJATMI
A31600971
GOMBONG
2017
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridhoNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul
“Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infark Miokard Akut Dengan
Gangguan Rasa Aman Nyaman : Nyeri Akut Di Ruang ICU RSUD Dr. Soedirman
Kebumen”. Pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan doa semua
pihak yang telah ikhlas memberikannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Orang tua Bapak yang telah memberikan dukungan dan doa serta menjadi
penyemangat dan inspirasi kepada peneliti supaya diberi kemudahan
dalam menyelesaikan studi di program ilmu keperawatan program profesi
ners STIKES Muhammadiyah Gombong
5. Semua pihak yang ttidak memungkinkan untuk penulis sebut satu persatu
yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaat bagi
pengembang ilmu keperawatan.
Kebumen, Agustus 2017
Penulis
v
vi
Program Studi S1 Keperawatan
ABSTRAK
Latar Belakang : Akut Miokard Infak merupakan salah satu penyakit yang
menempati diagnose tersering di Negara maju. Kami juga merupakan
penyebab kematian utama di dunia. Nyeri pada pasien AMI (infark
Miokard Akut) dapat diatasi dengan penatalaksanaan nyeri yang bertujuan
untuk meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat
kenyamanan yang dirasakan oleh klien (Potter & Perry, 2008). Metode
yang digunakan deskriptif dengan pendekatan studi kasus, pada salah satu
pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Berdasarkan hasil studi kasus pada 5 pasien dengan Infark Miokard Akut
ditemukan masalah keperawatan utama yaitu nyeri akut. sebagian besar
klien infark miokard akut mengalami nyeri pada dada sebelah kiri yang
bertambah ketika aktifitas.. Terdapat 2 klien yang mengalami nyeri dengan
skala 7. 3 klien menyatakan nyeri dengan skala 8. Adapun tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital,
mengkaji skala nyeri, lokasi, dan karakteristik nyeri, mengatur posisi
pasien senyaman mungkin, mengajarkan teknik menajamen nyeri,
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik. Relaksasi benson
merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan dengan
melibatkan faktor keyakinan pasien. Keyakinan dapat mempengaruhi dan
menyembuhkan hingga 90% keluhan medis (Cecep, 2015).
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
laju mortalitas menurun sebesar 30% dalam dua dekade terakhir, sekitar 1
diantara 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam
tahun pertama setelah AMI (Alwi, 2009).
Keluhan yang khas pada AMI adalah nyeri dada retrosternal (di
belakang sternum), seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau
ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu,
leher, rahang bahkan kepunggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih
3
lama dari angina pektoris biasa dan tidak responsif terhadap nitrogliserin.
Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak
ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah,
sesak nafas, pusing, keringat dingin berdebar-debar atau sinkope dan pasien
sering tampak ketakutan. AMI sering didahului dengan keluhan angina dan
perasaan tidak enak di dada atau epigastrium. Keluhan Nyeri dada kiri sering
mengawali serangan jantung yang memiliki resiko lebih hebat bahkan
kematian.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau sumber informasi serta
dasar pengetahuan bagi para mahasiswa keperawatan dan dapat dijadikan
sebagai materi latihan dalam mengurangi nyeri pada pasien infark
miokard akut dengan terapi relaksasi benson.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti nyata akan efek terapi
relaksasi benson terhadap penurunan skala nyeri sehingga dapat dijadikan
sebagai suatu Standar Operasional Prosedur (SOP) atau Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) untuk mengurangi nyeri pada pasien infark miokard.
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dan
menjadi referensi, khususnya yang mengangkat topik terapi penurunan
skala nyeri selain terapi relaksasi benson.
4. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang cara alternatif
untuk menurunkan skala nyeri pada pasien infark miokard akut dengan
terapi relaksasi benson.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I., (2009). Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST, dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi,
Benson, H. & Proctor. (2012). Ways to Calm Your Mind, IBT Medica, Inc. The
Newsweek/DailyBest Company LLC, New York.
Dorland, W.A. Newman, (2012), Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Fenton, Drew. (2009). Myocardial Infarction. Diakses tanggal 07 Agustus 2017 dari
http://emedicine.medscape.com
Mubarak, W. I. (2009). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam
Potter and Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek
3.1 Kesimpulan
System kardiovaskuler bertaggung jawab untuk mendistribusikan darah ke
seluruh tubuh. Sistem ini mempunyai tiga komponen utama : jantung, pembuluh
darah dan darah yang mengalir di dalamnya. Jantung adalah organ muscular yang
terletak di dalam rongga dada,di belakang sternum. Tugasnya adalah memompa darah
yang akan menyuplai oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh. Untuk
menyediakan suplai oksigen dan nutrisi yang cukup bagi seluruh bagian tubuh,
jantung harus memompa dengan ritme dan kecepatan yang adekuat.
Gangguan-gangguan pada system kardiovaskuler meliputi:
1. Henti jantung (cardiac arrest)
2. IMA (intake miocardiac akut)
3. Gagal jantung
4. Syok Hemoragik
5. Temponade jantung
3.1 Saran
3.2.1 Untuk Pembaca
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah
wawasan atau pengetahuan pembaca tentang metode kontrasepsi.
3.2.2 Untuk Penulis
Diharapkan Penulis selanjutnuya dapat lebih memahami tentang metode
kontrasepsi.
2
DAFTAR PUSTAKA