Anda di halaman 1dari 18

ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)

Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada


Anak

Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah


Dept/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya
e-mail: dr.riyancharlie@gmail.com

Abstrak

Otitis media tuberkulosis adalah peradangan kronik mukosa telinga tengah yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis. Gejala klasik otitis media tuberkulosis adalah perforasi
multipel membrane timpani, otore tanpa nyeri dan jaringan granulasi yang banyak. Diagnosis
pasti berdasarkan ditemukan BTA dari sekret telinga atau aspirasi telinga tengah dengan atau
tanpa kultur mycobacterium tuberculosis serta pemeriksaan histopatologi jaringan granulasi.
Tujuan penulisan ini untuk melaporkan satu kasus jarang, yaitu Otitis media tuberculosis
dengan kolesteatoma. Kasus: Anak perempuan usia 4 tahun dengan keluhan utama bengkak
di depan dan belakang telinga kiri sejak 20 hari sebelum datang ke rumah sakit. Dilakukan insisi
drainase abses, urgent canal wall down mastoidectomy sinistra dan kraniotomi untuk evakuasi
abses. Metode penulisan dengan pencarian literatur melalui PubMed didapatkan 3 literatur
yang dianalisis. Dari laporan kasus yang didapatkan, diagnosis otitis media tuberculosis
dilakukan dengan pemeriksaan otoskopi, audiologi, mikrobiologi dan histopatologi, foto polos
dada, CT scan tulang temporal. Kesimpulannya adalah otitis media tuberculosis merupakan
kasus yang jarang dan sulit untuk dilakukan diagnose tepat. Sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan tinggi pada gejala-gejala klinis otitis media yang disertai dengan komplikasi.

Kata Kunci: otitis media, tuberkulosis, kolesteatoma, diagnosis

Case Report: Tuberculosis Otitis Media with Cholesteatoma in a Child

Abstract

Tuberculous otitis media is chronic inflammation of middle ear caused by Mycobacterium


tuberculosis bacteria. Tuberculous otitis media classic symptoms are multiple timpanic
membrane perforation, otorhae without pain and thick granulation tissue. Aim of this study
wat to Reporting a rare case of a Tuberculous otitis media with cholesteatoma. Case: A four
years old girl with swelling around left ear since 20 days before examination. Abscess
draination, urgent canal wall down mastoidectomy sinistra and craniotomy was performed to
evacuate abscess. Method of this study was to search literatures conducted on PubMed
resulted 3 literatures which been analyzed. Result: Case report from literatures suggests
following examination; otoscopy, audiology, microbiology and histopathology, chest xray,
temporal bone high-res CT scan; for diagnosing tuberculous otitis media. Conclusion:
Tuberculous otitis media is a rare case and difficult to diagnose. Thus needed high index of
clinical suspicion on chronic otitis media with complication.

Keywords: otitis media, tuberculosis, cholesteatoma, diagnose.

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 70


Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

PENDAHULUAN melalui tuba Eustachius, penyebaran


Tuberkulosis (TB) merupakan salah secara hematogen dari infeksi paru serta
satu penyakit infeksi dan masih menjadi implantasi langsung melalui meatus

masalah kesehatan utama terutama di akustikus eksternus (MAE) dan perforasi


negara berkembang. TB disebabkan oleh membran timpani (MT). Gejala klasik OMT
basil tahan asam (BTA) mycobacterium adalah perforasi multipel MT, otore tanpa
tuberculosis, kuman ini berdampak nyeri dan jaringan granulasi yang banyak.
secara primer pada paru tetapi 15 – 30% Diagnosis pasti berdasarkan ditemukan
kasus terdapat di organ lain seperti telinga BTA dari sekret telinga atau aspirasi telinga
tengah dan tulang temporal (Edward dan tengah dengan atau tanpa kultur
Mulyani, 2015). Pada abad 18 Jean Louis mycobacterium tuberculosis serta
Petit pertama kali melaporkan TB yang pemeriksaan histopatologi jaringan
terjadi di tulang temporal dan gejala klinis granulasi (Edward dan Mulyani, 2015;
penyakit ini pertama kali dilaporkan Wilde Adhikari, 2009; Latif et al, 2011; Rofii,
tahun 1853. Pada tahun 1883 Esche 2001). Standar pengobatan adalah anti TB
menemukan kuman TB dari sekret telinga kombinasi kategori ekstra paru
tengah (Adhikari, 2009). sekurangnya-kurangnya 6 bulan. Tindakan
Otitis media tuberkulosis (OMT) pembedahan dilakukan untuk membuang
adalah peradangan kronik mukosa telinga tulang-tulang nekrotik pada mastoid,
tengah yang disebabkan oleh meningkatkan drainase dan bila
mycobacterium tuberculosis. Kasus ini didapatkan komplikasi (Edward dan
jarang, diperkirakan insidennya berkisar Mulyani, 2015; Rofii, 2001).
0,04% dari semua kasus Otitis Media Diagnosis OMT tidak mudah untuk
Supuratif Kronik (OMSK). Angka kejadian ditegakkan sedangkan komplikasi yang
pasti di setiap negara maupun di Indonesia ditimbulkan relatif berbahaya. Kesulitan
tidak diketahui. OMT dapat terjadi pada dalam penegakkan diagnosis karena
semua usia terutama pada anak-anak dan kasusnya jarang sehingga sering
dewasa muda. Laki-laki lebih sering terabaikan, memiliki gejala klinik yang
dibandingkan perempuan dengan sangat bervariasi dan mirip dengan
perbandingan 1,4:1 (Edward dan Mulyani, penyakit telinga tengah lain, jarang
2015; Latif et al, 2011; Makhdoom, 2010). menimbulkan gejala sistemik dan hasil
Patogenesis OMT berhubungan kultur sering memberikan hasil negatif
dengan tiga mekanisme yaitu penyebaran palsu. Faktor-faktor tersebut sering

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 71


ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

menyebabkan keterlambatan penegakkan mengeluh pendengaran berkurang pada


diagnosis dan tidak jarang diagnosis dibuat telinga kiri, Tidak ada keluhan hidung dan
pada waktu operasi atau setelah operasi tenggorok.
(Cho et al, 2006). Tingkat kecurigaan klinis Pemeriksaan status lokalis telinga
yang tinggi diperlukan untuk diagnosis dini kanan dalam batas normal pada meatus
dan pemberian terapi yang tepat harus akustikus eksternus telinga kiri didapatkan
segera dimulai untuk mencegah sekret mukopurulent bewarna kuning
komplikasi dan prognosis yang lebih buruk. kehijauan dan berbau, membran timpani
Hal ini sangat berhubungan dengan sulit dievaluasi karena tertutup
pengetahuan tenaga medis (Edward dan kolesteatom, hidung dalam batas normal,
Mulyani, 2011; Makhdoom, 2010). tenggorok dalam batas normal, leher tidak
Laporan kasus ini bertujuan untuk didapatkan pembesaran kelenjar getah
melaporkan satu kasus jarang, yaitu Otitis bening. Udim di regio zigoma kiri hingga
media tuberkulosis dengan kolesteatoma. retroaurikular kiri, fluktuatif , warna kulit
normal, didapatkan nyeri tekan kemudian
LAPORAN KASUS dilakukan pungsi hasil pus campur darah
Anak perempuan usia 4 tahun dan diperiksakan ke bagian mikrobiologi ,
datang ke Instalasi Rawat Darurat THT-KL tidak didapatkan parese nervus fasialis.
RSUD Dr. Soetomo rujukan dari RSUD A B

Pamekasan dengan keluhan utama


bengkak di depan dan belakang telinga kiri
sejak 20 hari sebelum datang ke rumah
sakit. Bengkak hingga ke kelopak mata kiri Gambar 1. Udim regio zigoma kiri (A) udim
regio retroaurikular kiri (B)
dan disertai keluhan nyeri, pasien sering
Pemeriksaan penunjang yang
mengeluh sakit kepala sebelah kiri sejak 1
dilakukan yaitu foto Schuller pada tanggal
minggu sebelum datang ke rumah sakit,
22 Oktober 2014 di RSUD Pamekasan
tidak didapatkan keluhan mual, muntah
dengan hasil pada mastoid kanan aircell
dan kejang. Keluar cairan dari telinga kiri
tampak belum terbentuk, perianthral
selama 2 tahun, sudah pernah berobat di
triangle tampak baik, tak tampak area
bidan dan tidak pernah kering. Cairan
luscent, meatus akustikus eksternus
telinga encer kadang kental, warna kuning
tampak baik, pada mastoid kiri air cell
kadang kehijauan, dan berbau, tidak
tampak menghilang, perianthral triangle
didapatkan nyeri pada telinga. Pasien

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 72


Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

tampak perselubungan, tak tampak area


luscent, meatus akustikus ekstenus tampak
baik, memberikan kesan suatu mastoiditis
kiri tipe kataral. Pemeriksaan foto polos
dada pada tanggal 23 Oktober 2014 di
RSDS memberikan kesan cor dan pulmo
tidak tampak tampak kelainan.
Pemeriksaan computerized tomografi (CT) Gambar 2. Foto Schuller pada tanggal 22
scan kepala dan leher dengan dan tanpa Oktober 2014 di RSUD Pamekasan pada telinga
kiri memberikan kesan suatu mastoiditis tipe
kontras pada tanggal 23 Oktober 2014 di kataral.
RSDS tampak lesi hipodense (26 HU), batas
Konsultasi dengan departemen ilmu
tegas, tepi reguler di preaurikular kiri
kesehatan anak pada tanggal 25 Oktober
ukuran 1,26x3,77x3,13 cm yang dengan
2014, didapatkan pasien dengan hepatitis
pemberian kontras menunjukkan rim
reaktif dan suspect meningitis. Saran untuk
contrast enhancement (105 HU) dan
menegakkan diagnosis dapat dilakukan
tampak gambaran air fluid level, tampak
foto polos dadasecara antero posterior,
lesi hipodense (28 HU), batas tegas, tepi
BTA lambung I/II/III, tes mantoux, darah
reguler di epidural regio parietooccipital
lengkap, CT Scan kepala kontras, kultur
kiri ukuran 1,6x0,95x2,97 cm yang dengan
darah, urin, dan lumbal pungsi. Konsultasi
pemberian kontras menunjukkan rim
dengan departemen bedah saraf pada
contrast enhancement (103 HU), air cell
tanggal 25 Oktober 2014, pada pasien ini
mastoid kiri tampak menghilang disertai
terdapat abses serebri fosa posterior dan
gambaran sklerotik, sulci dan gyri tampak
akan direncanakan tindakan operasi
normal, sistem ventrikel dan sisterna
kraniotomi evakuasi abses yang dilakukan
tampak normal, pons dan serebelum
operasi 1 tahap dengan departemen THT-
tampak normal, tak tampak deviasi midline
KL.
structure, orbita kanan kiri, mastoid kanan,
Pasien ini secara keseluruhan
dan sinus-sinus paranasalis kanan kiri
didiagnosis dengan otitis media supuratif
tampak normal. Memberikan kesan Sesuai
kronik sinistra tipe bahaya, abses
gambaran mastoiditis kronik kiri disertai
subperiosteal zigoma sinistra, abses
abscess formation preaurikula kiri dan
epidural regio parietooksipital sinistra,
abses epidural regio parietooksipital kiri.
hepatitis reaktif, suspect meningitis.
Kemudian direncanakan operasi bersama
Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 73
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

dari bedah saraf untuk dilakukan insisi dan terbuka. Mesotimpanum didapatkan
drainase abses, urgent canal wall down perforasi membran timpani atik dan
mastoidectomy sinistra, kraniotomi marginal, sisa membran di anterior,
evakuasi abses.
kolesteatom, tuba Eustachius tertutup
granulasi, tidak ditemukan N. korda
timpani kemudian dilakukan
rekonstruksi membran timpani,
meatoplasti.

Gambar 3. Foto polos dada pada tanggal 23


Oktober 2014 di RSDS memberikan kesan
jantung dan paru dalam batas normal.

Gambar 4. CT Scan Kepala dan Leher dengan


dan tanpa kontras pada tanggal 23 Oktober
2014 di RSDS.

Hasil temuan pada saat operasi


didapatkan fistel pada planum mastoid, Gambar 5. Mastoid berongga penuh dengan
kolesteatoma dan jarigan granulasi.
kavum mastoid berongga penuh
dengan kolesteatom dan jaringan Kraniotomi dan evakuasi abses
dikerjakan dengan insisi S diteruskan ke
granulasi. Destruksi scutum , destruksi
arah lateral dari insisi S, didapatkan
kanalis semisirkularis horizontal dengan
epidural abses dengan diameter 5cm x 2
diameter 2 mm, destruksi sinus sigmoid
cm x 1,5 cm, dilakukan evakuasi abses dan
disertai pus dan tertutup granulasi,
dikirim ke mikrobiologi klinik, irigasi
aditus blok oleh jaringan granulasi dan
dengan betadin perhidrol dan dibilas
kolesteatom. Epitimpanum didapatkan dengan aqua steril, diakhiri dengan
sisa kaput maleus, sisa basis stapes, memasang drain.
kanalis fasialis (pars horisontalis) yang
Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 74
Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

Hasil pemeriksaan mikrobiologi klinik sama dengan nasi 3x/hari, susu dancow
pasca operasi pada tanggal 31 Oktober 3x200cc. Pasien mendapat tambahan
2014 dari bahan dinding abses dan terapi dari departemen pediatri berupa
dilakukan pemeriksaan pengecatan tahan obat tuberkulosis yaitu INH 1x 75 mg,
asam dengan kualitas spesimen laik Rifampicin 1x150 mg, Pirazinamid 1x250
didapatkan hasil pemeriksaan ditemukan mg, Etambutol 1x300 mg selama 6 bulan
bentukan kuman batang tahan asam, dan mendapatkan injeksi Streptomisin
kemudian dari bahan kolesteatoma dan 1x375 mg im selama 1 bulan.
dilakukan pemeriksaan pengecatan tahan
asam dengan kualitas spesimen laik
didapatkan hasil pemeriksaan ditemukan
bentukan kuman batang tahan asam.

Gambar 7. Operasi craniotomi untuk evakuasi


abses.

Pemeriksaan 1 minggu pasca operasi


luka operasi kering dan dilakukan angkat
jahitan, meatus akustikus eksternus
tidakada sekret. Dua minggu pasca operasi
tidak ada keluhan, telinga kiri kering
dilanjutkan perawatan oleh departemen
pediatri selama 1 bulan untuk
mendapatkan terapi obat tuberkulosis
berupa injeksi Streptomisin. Pasien kontrol
Gambar 6. Rekontruksi membrane timpani.
di poli THT-KL pada hari ke 40 pasca
Perawatan pasca operasi pada operasi, telinga kiri kering, dilakukan
pasien ini diberikan terapi infus D5 ½ NS pemeriksaan menggunakan mikroskop dan
1500 cc/hari, antibiotik Cefotaxime 3x500 ditemukan pada telinga kanan membran
mg intravena dan Metronidazol 3x150 mg timpani dalam batas normal, pada telinga
intravena selama 7 hari, diberikan juga kiri sudah terjadi epitelisasi lengkap. Pada
Paracetamol 4x125 mg drip, Natrium hari ke 7 pasca operasi dilakukan tes
Metamizole 3x150 mg intravena, Ranitidin pendengaran dengan hasil minimum
2x25 mg intravena dan diet anak 1500 kcal respon level 60 dB dan respon terhadap
Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 75
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

terompet. Pasien kontrol di poli THT-KL HASIL


pada hari ke 70 pasca operasi, telinga kiri Jesic et al (2009) melaporkan bahwa
kering. Pasca pemberian injeksi pada 12 kasus otitis tuberkulosis dan 163
Streptomisin dilakukan tes pendengaran kasus otitis media dengan kolesteatoma
kembali dan didapatkan hasil minimum dilakukan telaah hasil pemeriksaan
respon level 80 dB dan respon terhadap otoskopi, mikrobiologi secret telinga,
terompet. Saran pada pasien ini dilakukan audiologi, foto polos dada, dan CT scan
evaluasi tes pendengaran audiometri nada tulang temporal pada pasien dengan
murni pada saat pasien dewasa. komplikasi. Pada pasien dengan

A B kolesteatoma dilakukan pengecatan


Hematoxilin-Eosin, sedangkan pasien
diduga otitis media tuberculosis dilakukan
pemeriksaan histopatologi dengan
pengecatan Ziehl-Neelsen pada jaringan
granulasi dan sekret yang didapatkan saat
Gambar 8. Pasien 1 hari pasca operasi, tampak operasi. Pada pasien diduga otitis media
masih terpasang drain (A), Pasien 5 hari pasca
operasi (B). tuberculosis dibagi kedalam 2 kelompok
yaitu onset cepat (kurang dari 4 bulan) dan
METODE onset lambat (lebih dari 4 bulan). Pada
Pencarian literatur melalui PubMed kelompok onset cepat sebanyak 3 pasien,
pada tanggal 18 Oktober 2018 dengan kata ditemukan komplikasi tuli sensori neural
kunci: (otitis media) AND tuberculosis) AND pada 1 pasien (33,33%), komplikasi
cholesteatoma) AND therapy didapatkan paresefasialis pada 2 pasien (66,66%). Pada
10 literatur. Selanjutnya dilakukan seleksi kelompok onset lambat sebanyak 9 pasien,
isi jurnal dan kriteria eksklusi tahun ditemukan komplikasi tuli sensorineural
penerbitan dibawah tahun 2000, bahasa pada 3 pasien (33,33%), komplikasi
English, dan tersedia full text didapatkan 3 paresefasialis pada 3 pasien (33,33%),
literatur. Penilaian kritis dengan kriteria komplikasi kolesteatoma pada 2 pasien
validity, importance, applicability dilakukan (22,22%). Otoskopi pada pasien diduga
terhadap 3 jurnal tersebut. otitis media tuberculosis didapatkan hasil
perforasi total membran timpani, kecuali
pada 1 pasien dengan limfadenitis. Pada
pasien dengan perforasi total membran

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 76


Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

timpani dilakukan terapi pembedahan kavum telinga tengah, antrum mastoid,


dengan dilanjutkan pengobatan anti dan mastoid cells. Pada 14 pasien
tuberculosis pascaoperasi. CT scan pada didapatkan gambaran intak mastoid air
pasien diduga otitis media tuberculosis cells tanpa adanya sklerotik pada tulang
didapatkan gambaran destruksi berat pada mastoid. Perluasan jaringan lunak hingga
labirin dengan perforasi membran timpani. ke meatus akustik useksternus dan
Hasil pemeriksaan mikrobiologi dan penebalan mukosa tulang meatus akustik
histopatologi sulit didapatkan gambaran useksternus didapatkan pada 12 pasien.
bakteri tahan asam, dari 12 pasien hanya Tiga hal diatas memungkinkan untuk
didapatkan 1 pasien dengan gambaran digunakan sebagai karakteristik diagnostic
bakteri tahan asam. pada hasil CT scan, sehingga dapat
Dale et al (2011) melaporkan bahwa dilakukan diagnosis awal otitis media
gejala otitis media tuberculosis tuberkulosis.
menyerupai penyakit otologi dan sistemik
lainnya, sehingga diperlukan tingkat DISKUSI
kewaspadaan tinggi agar dapat TB primer telinga jarang dilaporkan,
mendiagnosa dengan tepat. Selain itu, juga umumnya penyakit ini merupakan infeksi
dilaporkan bahwa pemeriksaan sekunder dari paru, laring, faring dan
mikrobiologi untuk konfirmasi diagnosis hidung. Angka kejadian otitis media
sulit didapatkan. Pada kasus yang tuberculosis kira-kira 0,04 – 0,9% dari
dilaporkan didapatkan kultur positif semuakasus TB, 0,04% dari semua kasus
Mycobacterium species pada jaringan otitis media supuratifkronik dan 4% dari TB
sampel saat operasi. Oleh karena itu, kepala leher (Edward dan Mulyani, 2015).
pemeriksaan PCR-TB mungkin diperlukan Angka kejadian di Asia dan negara
untuk membantu penegakan diagnosis. berkembang lainnya dilaporkan meningkat.
Rho et al (2007) melaporkan bahwa Hal ini berhubungan dengan peningkatan
pada 19 kasus otitis media tuberkulosis, 30 kasus HIV dan jumlah imigran di negara
kasus otitis media kronik, dan 30 kasus berkembang serta masih ada daerah
otitis media kronik dengan kolesteatom endemik TB. Skolnik dkk melaporkan 101
dilakukan telaah hasil CT scan resolusi kasus TB telinga antara tahun 1953 – 1985
tinggi tulang temporal. Pada 18 dari 19 sedangkan Mjoen dkk menemukan 93
pasien otitis media tuberculosis didapatkan kasus baru TB telinga antara tahun 1985 –
lesi penipisan jaringan lunak pada seluruh

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 77


ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

1990. Di Indonesia, angka kejadian pasti pemeriksaan mikrobiologi klinik dari bahan
tidak diketahui (Sikora et al, 2004). dinding abses dan kolesteatoma dilakukan
Turner dan Erase pada tahun 1915 pemeriksaan pengecatan tahan asam
menyatakan bahwa 2,8% kasus otitis media (Ziehl-Neelsen) dengan kualitas spesimen
supuratif kronik disebabkan oleh kuman laik didapatkan hasil pemeriksaan
tuberkulosis. Otitis media tuberculosis ditemukan bentukan kuman batang tahan
dapat terjadi pada semua umur dan sekitar asam.
50% terjadi pada anak yang berumur Patogenesis OMT berhubungan
kurang dari 1 tahun. Pada sebuah dengan tiga mekanisme yaitu penyebaran
penelitian yang dilakukan oleh Kirsch melalui tuba Eustachius ke telinga tengah,
melaporkan bahwa sekitar 9,5% anak penyebaran secara hematogen dari infeksi
dengan otitis media tuberculosis berumur paru serta implantasi langsung melalui
kurang dari 5 tahun. otitis media MAE dan perforasi MT (Edward dan
tuberculosis jarang terjadi pada dewasa, Mulyani, 2015; Makhdoom, 2011 ; Cho et
lebih sering terjadi pada laki-laki al, 2006).
dibandingkan perempuan dengan Penyebaran secara langsung
perbandingan 1,4:1 (Adhikari, 2009; Latif et kuman TB dari nasofaring ke telinga tengah
al, 2011; Makhdoom 2011). Pada kasus ini paling sering terjadi. Penyebaran terjadi
pasien seorang perempuan berumur 4 pada saat penderita batuk, hemoptoe,
tahun. bersin atau regurgitasi sehingga kuman TB
Etiologi otitis media tuberculosis terlepas dari fokal infeksi di faring, laring
disebabkan oleh mycobacterium atau paru.Kuman TB ini masuk ke telinga
tuberculosis bovis dan hominis, dimana tengah melalui tuba Eustachius. Selain itu
mycobacterium tuberculosis hominis lebih membran mukosa tuba Eustachius dapat
sering menyebabkan otitis media terinfeksi dari adenoid yang terinfeksi TB
tuberculosis dibandingkan mycobacterium dan selanjutnya menyebar ke telinga
tuberculosis bovis (Makhdoom, 2010). tengah (Edward and Mulyani, 2011;
Mycobacterium tuberculosis mempunyai Adhikari, 2009; Rofii, 2009; Pujiati, 2009;
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam Ergun et al, 2004).
pada pewarnaan Ziehl-Neelsen. Kuman Penyebaran kuman TB ke telinga
bersifat dormant dalam jaringan tubuh tengah melalui jalur hematogen jarang
(Sahn dan Davidson, 2015; Parab et al terjadi. Pada saat penderita pertama kali
2010; Pujiati, 2009). Pada kasus ini hasil terinfeksi kuman TB maka akan terbentuk

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 78


Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

fokus di paru dimana terjadi eksudasi dari didapatkan menggigil, berkeringat pada
sel karena proses fagositosis kuman TB malam hari ataupun berat badan menurun.
oleh makrofag yang disebut primary Penderita ini tidak ada riwayat batuk
complex of tuberculosis (PCT). Pada dengan dahak yang kental atau kadang-
keadaan tertentu seperti malnutrisi atau kadang disertai darah. Tidak dikeluhkan
penyakit imunodefisiensi maka setelah adanya benjolan di sekitar telinga dan
terbentuk PCT, kuman TB akan terlepas ke leher yang merupakan pembesaran
dalam pembuluh darah dan dapat kelenjar getah bening.
menginfeksi organ lain seperti telinga. Diagnosis OMT berdasarkan
Keadaan ini disebut post primary anamnesis, pemeriksaan otoskopi dan
tuberculosis (PPT) (Rofii, 2001; Cho et al, pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti
2006). berdasarkan penemuan BTA dari sekret
Implantasi langsung kuman TB telinga atau pemeriksaan histopatologi dari
melalui MAE dan perforasi MT juga jarang biopsi granulasi (Makhdoom, 2010). OMT
terjadi. Pada mekanisme ini penderita tidak memiliki perjalanan penyakit yang relatif
memiliki riwayat menderita TB paru atau singkat. Keluhan tersering adalah keluar
TB ekstra paru. Penelitian yang dilakukan cairan telinga yang banyak dan terus
oleh Cho YS dkk terhadap 52 penderita menerus. Pada awalnya cairan encer dan
OMT, terdapat 10 penderita yang tidak kemudian menjadi kental, berwarna kuning
memiliki riwayat TB paru atau TB ekstra dan biasanya tanpa disertai nyeri yang
paru, 8 diantaranya memiliki riwayat merupakan tanda khas OMT. Pada keadaan
traumatik perforasi MT dan telah tertentu dapat disertai nyeri meskipun
menjalani miringotomi serta 3 penderita sangat jarang. Nyeri berhubungan dengan
menjalani operasi telinga lanjutan. infeksi akut atau penekanan oleh jaringan
Berdasarkan penelitian tersebut sehingga granulasi di rongga mastoid (Makhdoom,
diperkirakan transmisi OMT terjadi melalui 2010 ; Cho et al, 2006).
alat (Cho et al, 2006). OMT memberikan gambaran klinis
Pada kasus ini penderita tidak ada yang sangat bervariasi serta tergantung
riwayat menderita TB paru, hanya pernah dari lokasi dan luas kerusakan (Makhdoom,
kontak dengan bibi penderita yang batuk 2010). OMT juga menampilkan gejala klinis
darah. Pada penderita ini juga tidak yang mirip dengan OMSK (Parab et al,
didapatkan riwayat imunisasi, pasien hanya 2010). Diperlukan tingkat kecurigaan yang
mengeluhkan demam, dan tidak tinggi terhadap gejala klinis yang

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 79


ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

ditemukan untuk mengarah pada OMT Otore yang persisten tanpa nyeri dan
(Parab et al, 2010 ; Gupta et al, 2000) tidak respon dengan pengobatan standar
Pada pemeriksaan otoskopi OMSK, penurunan pendengaran berat atau
didapatkan sekret yang banyak di MAE. paresis fasialis dengan riwayat perjalanan
Konsistensi sekret dapat encer seperti air penyakit yang relatif singkat, terdapat
sampai mukoid (Latif et al, 2011). Bila riwayat menderita TB paru atau ekstra
terdapat infeksi sekunder maka sekret paru, pada pemeriksaan otoskopi terdapat
berupa mukopurulen atau purulen jaringan granulasi di telinga tengah
(Makhdoom , 2010 ; Pandey et al, 2011). merupakan dasar yang mengarah ke
Mukosa telinga tengah terlihat pucat diagnosis OMT. Hal ini diperkuat dengan
dengan jaringan granulasi yang besar didapatkannya destruksi osikel tanpa
berwarna kuning pucat merupakan kolesteatom pada CT scan (Cho et al,
karakteristik OMT (Acuin, 2008). Jaringan 2006).
granulasi yang besar kadang-kadang Pada kasus ini pasien mengeluhkan
terlihat di MAE atau hanya di telinga otore yang persisten tanpa nyeri sejak 2
tengah melalui MT yang perforasi (Acuin, tahun. Cairan awalnya encer dan kemudian
2008 ; Gupta et al, 2000; Kaushik et al, menjadi kental, berwarna kuning dan
2012; Nishiike et al 2003). tanpa disertai nyeri yang merupakan tanda
Granulasi ini menyebabkan destruksi khas dari OMT.Membran timpani sulit
osikel (Makhdoom, 2010; Adhikari et al, dievaluasi karena tertutup kolesteatom,
2010). Destruksi osikel yang progresif hal ini tidak sesuai dengan gambaran
menyebabkan sumbatan pada daerah OMTpada mukosa telinga tengah yang
atikoantral yang terlihat seperti massa terlihat pucat dengan jaringan granulasi
keputihan dan mirip dengan kolesteatom besar berwarna kuning pucat yang
(Latif et al, 2011; Sahn et al, 2004 ; Adhikari merupakan karakteristik OMT.
et al, 2010). Kadang-kadang tidak Pemeriksaan otoskopi didapatkan sekret
didapatkan jaringan granulasi, penelitian yang banyak di MAE, konsistensi sekret
retrospektif oleh Jesic dkk terhadap 12 encer seperti air sampai mukoid.
penderita OMT di institute of Kecurigaan OMT ini perlu segera
otorhinolaryngology and maxillofacial dibuktikan dengan melakukan
surgery di Serbia didapatkan sebanyak 50% pemeriksaan pengecatan dan pemeriksaan
kasus tanpa jaringan granulasi (Jesic et al, bakteriologi dengan kultur dari sekret
2009). telinga untuk menemukan BTA.

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 80


Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

Polymerase chain reaction (PCR) diperlukan dan abses epidural regio parietooccipital
apabila pengecatan tidak menemukan BTA sinistra.
dan hasil kultur membutuhkan waktu yang Pemeriksaan penunjang audiometri
lama. Pemeriksaan PCR merupakan cara terdapat penurunan pendengaran yang
cepat tetapi mahal dan diperlukan bervariasi tergantung lokasi kerusakan.
pengalaman dari pemeriksa. Pemeriksaan Penurunan pendengaran dapat tipe
histopatologi dari biopsi jaringan granulasi konduksi, sensorineural atau campuran.
yang terlihat di MAE atau melalui Menurut Windle-Taylor dan Bailey dalam
timpanomastoidektomi perlu dilakukan jika Makhdoom (2010) dan Latief et al (2011),
pemeriksaan sebelumnya tidak penurunan pendengaran tipe konduksi
memberikan hasil atau tidak tersedia pada OMT lebih sering terjadi sebanyak
pemeriksaan PCR (Cho et al, 2006). 90% kasus, 8% adalah tipe sensorineural
Pada kasus ini tidak dilakukan dan 2% adalah tipe campuran. Menurut
pemeriksaan mikrobiologi klinik pada Acuin (2008), dari 14 penderita OMT
spesimen yang umum dipakai yaitu sekret didapatkan 9 penderita dengan gangguan
telinga maupun biopsi granulasi. Pada pendengaran tipe konduksi, 3 penderita
pasien ini dilakukan pemeriksaan dengan gangguan pendengaran tipe
mikrobiologi klinik pasca operasi dari campuran sedangkan 2 penderita tidak
bahan dinding abses dan bahan jelas. Menurut Jesic et al (2009),
kolesteatoma dengan kualitas spesimen didapatkan 4 penderita (33,3%) dengan
laik dilakukan pemeriksaan pengecatan penurunan pendengaran dan semuanya
tahan asam didapatkan hasil ditemukan merupakan tipe sensorineural.
bentukan kuman batang tahan asam. Pemeriksaan pendengaran sebelum
Komplikasi yang ditimbulkan oleh operasi pada pasien ini tidak dilakukan
OMT adalah destruksi osikel, destruksi dikarenakan saat datang kondisi pasien
kanal Fallopi dengan paresis fasialis, dalam keadaan kesakitan dan tidak
labirintitis, mastoiditis akut, meningitis, kooperatif, hal ini menyebabkan susah
osteomielitis tulang petrosa, selulitis, abses untuk melakukan evaluasi pendengaran.
retroaurikula dan abses serebelar(PDPI, Pasca operasi dilakukan pemeriksaan
2006 ; Jesic et al, 2009; Sens et al, 2008). pendengaran untuk mengetahui ambang
Komplikasi yang terjadi pada pasien ini dengar pasien ini, seberapa parah
yaitu abses subperiosteal zygoma sinistra terjadinya penurunan pendengaran dan
jenis kerusakan yang terjadi karena pada

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 81


ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

pasien ini akan mendapatkan terapi injeksi telinga tengah dengan mastoid air cells,
streptomisin yang mempunyai reaksi erosi mastoid dan petrosus, destruksi
ototoksik proporsional dengan jumlah obat osikel dan labirin, keterlibatan nervus
yang diberikan dan durasi pengobatan. fasialis serta fistula koklea (Latif et al, 2011;
Hasil pemeriksaan pendengaran Cho et al, 2006; Pandey et al, 2011 ; Jesic
pasca operasi didapatkan hasil minimum et al 2009).
respon level 60 dB dan respon terhadap Pemeriksaan foto toraks mempunyai
terompet. Pasca pemberian injeksi nilai yang tinggi untuk membantu diagnosis
streptomisin dilakukan tes pendengaran secara cepat meskipun pemeriksaan ini
kembali dan didapatkan penurunan tidak direkomendasikan untuk dilakukan
dengan hasil minimum respon level 80 dB secara rutin pada penderita otore.
dan respon terhadap terompet, hal ini Anamnesis yang terarah diperlukan
dapat disebabkan karena pemakaian obat sebelum memutuskan pemeriksaan foto
TB pada pasien ini. Evaluasi pendengaran toraks (Nishiike et al, 2003). Foto toraks
dilakukan secara berkala hingga beberapa diperlukan untuk menentukan adanya
minggu setelah pengobatan dihentikan, hal proses spesifik di paru sehingga dapat
ini untuk menghindari kerusakan saraf membantu penegakkan diagnosis OMT.
kranial ke 8 yang didahului dengan gejala Pandey et al (2011) menyebutkan bahwa
tinitus, rasa penuh pada telinga, gangguan 50% kasus OMT juga menderita TB paru
pendengaran, dan dapat menetap. dan beberapa penulis menyatakan bahwa
Pemeriksaan penunjang lain untuk hampir 94% kasus OMT terdapat proses
OMT yaitu radiologi, foto polos mastoid spesifik di paru. Bila hasil foto toraks tidak
memberikan gambaran yang tidak khas. menunjukkan adanya proses spesifik belum
Foto ini tidak direkomendasikan pada bisa menyingkirkan OMT, 26% penderita
kasus OMT karena tidak dapat OMT tidak ada bukti atau manifestasi klinis
memperlihatkan gambaran peningkatan adanya TB di organ lain (Makhdoom,
densitas jaringan lunak (Pandey, 2011). 2010).
Pemeriksaan CT scan berupa high Pada kasus ini dilakukan
resolution computerized tomography pemeriksaan penunjang radiologi berupa
(HRCT) merupakan modalitas pencitraan pemeriksaan foto Schüller yang
terbaik sehingga pemeriksaan ini lebih memberikan kesan suatu mastoiditis kiri
sering digunakan. HRCT dapat tipe kataral, foto polos dada yang
memperlihatkan densitas jaringan lunak di memberikan kesan cordan pulmo tak

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 82


Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

tampak adanya kelainan. Radiologi pada 27 telinga, CWD mastoidektomi pada


konvensional seperti foto polos proyeksi 12 telinga dan RM pada 3 telinga
Schüller berguna untuk menilai kasus didapatkan perbaikan gejala klinis yang
kolesteatoma. Pasien ini dilakukan pula CT maksimal. Perbaikan gejala klinis setelah 2-
scan kepala leher tanpa dan dengan 12 bulan pembedahan adalah 39 telinga
kontras untuk menentukan jenis dari otitis (92%) dengan MT intak dan 3 telinga
media, mendeteksi ada tidaknya destruksi, dengan MT yang masih perforasi tetapi
pembetukan pus, dan adanya infiltrasi ke sekret mengering.
intrakranial. Pembedahan juga dilakukan bila
CT scan merupakan pemeriksaan didapatkan adanya komplikasi berupa
penting sebelum operasi pada setiap kasus paresis fasialis, abses subperiostal,
infeksi telinga tengah dengan komplikasi. labirinitis atau fistula retroarikular. Teknik
MRI lebih baik daripada CT scan dalam dan petunjuk pembedahan sama dengan
menunjukkan kolesteatoma, namun kurang pembedahan yang dilakukan pada
memberikan informasi tentang keadaan penderita bukan OMT. Pembedahan
pertulangan. CT scan dilakukan pada otitis dilakukan bila diperlukan dan sesuai
media yang diduga disertai dengan indikasi Edward dan Mulyani, 2015; Rofii,
komplikasi, hal ini sebaiknya dilakukan 2001).
secara dini karena pemeriksaan CT scan Eradikasi kolesteatoma kavum
lebih efektif menunjukkan anatomi tulang timpani dan kavum mastoid pada tingkat
temporal dan kolesteatoma. tertentu akan memerlukan apakah
Penatalaksanaan pembedahan pada mastoidektomi dinding utuh (canal wall
OMT masih kontroversi. Jenis pembedahan up) atau dinding runtuh (canal wall down).
yang dapat dilakukan adalah canal wall up Pemilihan kedua teknik tersebut masih
(CWU) mastiodectomy, canal wall down memiliki perdebatan karena masing-
(CWD) mastoidectomy dan radical masing memiliki kekurangan dan
mastoidectomy (RM). Pembedahan kelebihan. Pada kasus ini dilakukan operasi
dilakukan untuk membuang tulang-tulang CWD mastoidektomi dikarenakan pada
yang nekrotik pada mastoid dan telinga penderita penuh dengan
meningkatkan drainase (Rofii, 2001 ; Cho et kolesteatom dan jaringan granulasi.
al, 2006). Cho et al (2006) menyebutkan 42 Prosedur ini membersihkan dan
pembedahan yang dilakukan pada 42 mengangkat semua kolesteatoma,
telinga OMT berupa CWU mastoidektomi termasuk dinding posterior liang telinga,

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 83


ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

sehingga meninggalkan kavum mastoid resistensi obat serta membunuh kuman


berhubungan langsung dengan liang intraseluler dan ekstraseluler. Pemberian
telinga luar. Untuk kasus kolesteatoma obat jangka panjang bertujuan selain untuk
yang lebih lanjut dengan perluasan yang membunuh kuman juga untuk mengurangi
hebat, operasi CWD mastoidektomi perlu kemungkinan terjadinya kekambuhan
dipertimbangkan tanpa melihat (Rahajoe dkk, 2008).
kemungkinan mempertahankan fungsi Untuk mengatasi ketidakteraturan
pendengaran. penderita dalam menjalani pengobatan
Pengobatan diberikan segera yang relatif lama dengan jumlah obat yang
mungkin jika diagnosis OMT sudah banyak, maka digunakan obat kombinasi
ditegakkan.Standar pengobatan adalah dengan dosis yang telah ditentukan oleh
anti TB kombinasi sesuai kategori ekstra WHO atau fixed dose combination (FDC).
paru. Penelitian yang dilakukan oleh Cho Penentuan dosis terapi kombinasi
dkk menyimpulkan bahwa pada kelompok berdasarkan rentang dosis yang telah
pasien yang dilakukan pembedahan ditentukan oleh WHO merupakan dosis
disertai pemberian anti TB memberikan yang efektif serta masih termasuk dalam
hasil lebih baik dibandingkan dengan hanya batas dosis terapi dan nontoksik.
pemberian anti TB saja (Latif et al, 2011). Lama pemberian anti TB pada fase
Obat TB utama (first line) saat ini lanjutan bervariasi dan belum ada
adalah Isoniazid (H), Rifampisin (R), penelitian khusus tentang lama pemberian
Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) dan anti TB untuk OMT (Rofii, 2001). Rofii 2001
Streptomisin (S). Rifampisin dan Isoniazid menyebutkan bahwa beberapa pakar
merupakan obat pilihan utama dan menganjurkan terapi OMT diberikan
kombinasi yang paling dianjurkan karena kurang lebih 12 sampai 18 bulan.6Menurut
obat ini dapat melalui sistem saraf pusat Edward dkk 2011, fase intensif diberikan
(Rofii, 2001; PDPI, 2006) . selama 2 bulan dan fase lanjutan diberikan
Standar pengobatan OMT sesuai selama 10 bulan. PenelitianolehCho dkk
dengan pengobatan TB ekstra paru. Prinsip menunjukkan bahwa dengan pemberian
dasar pengobatan adalah pemberian obat TB selama 6 bulan pada penderita
minimal tiga macam obat pada fase OMT sudah memberikan hasil yang
intensif dan dua macam obat pada fase maksimal. Setelah 3-12 bulan pengobatan,
lanjutan. Pemberian kombinasi obat ini dari 11 telinga dengan OMT didapatkan 8
bertujuan untuk mencegah terjadinya telinga (72,7%) dengan MT yang

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 84


Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

mengalami penyembuhan atau menjadi scan resolusi tinggi dapat digunakan


intak dan 3 telinga yang masih perforasi sebagai kriteria diagnosis awal pada
tetapi sekret mengering. Respon klinis kecurigaan otitis media tuberkulosis. Selain
membaik juga dilaporkan oleh Arora dkk itu, PCR-TB mungkin diperlukan untuk alat
1993 yang memberikan anti TB selama 6 bantu diagnosa otitis media tuberkulosis.
bulan pada penderita OMT, setelah 1 bulan
pengobatan didapatkan perbaikan klinis, DAFTAR PUSTAKA
dimana sekret mengering dan terdapat Acuin JM, 2008. Tuberculosis of the
perbaikan gradasi paresis fasialis (Arora temporal bone. In : Gleeson M,
dan Gowrinanth, 2015). Browning GG, Burton MJ, Clarke
Penatalaksanaan pada kasus R, Hibbert J, Jones NS et al, eds.
inidilakukan operasi bersama dengan Scott Brown’s
bedah saraf yaituinsisi drainase abses, otorhinolaryngology, head and
urgent canal wall down neck surgery. 7th edition. London:
mastoidectomysinistra dan kraniotomi Edward Arnold (Publishers) Ltd.
untuk evakuasi abses. Dilanjutkan terapi Pp: 3446-52.
obat tuberkulosis yaitu INH 1x 75 mg, Adhikari P, Guragain R, Bhusal CL, 2010.
Rifampicin 1x150 mg, Pirazinamid 1x250 Tuberculous otitis media with
mg, Etambutol 1x300 mg selama 6 bulan facial palsy : a case report.
dan injeksi Streptomicin 1x375 mg im Nepalese Journal of ENT Head &
selama 1 bulan. Neck Surgery. 1(1):17-8.
Adhikari P, 2009. Tuberculous otitis media :
KESIMPULAN A review of literature. The
Otitis media tuberculosis merupakan Internet J. Otorhinoaryngol. 9.
kasus yang jarang dan sulit untuk dilakukan Arora VK, Gowrinanth K, 2015. Tuberculous
diagnose tepat. Sehingga memerlukan ottos media and short
tingkat kewaspadaan tinggi pada gejala- chemotherapy.
gejala klinis otitis media yang disertai https://www.researchgate.net/p
dengan komplikasi. Pemeriksaan ublication/265245566_TUBERCUL
mikrobiologi dan histopatologi sebagai OUS_OTTOS_MEDIA_AND_SHOR
konfirmasi dapat dilakukan meskipun hasil T_COURSE_CHEMOTHERAPY
negative tidak berarti bukan merupakan
otitis media tuberkulosis. Pemeriksaan CT

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 85


ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(1) : 70-87, Maret 2019

Cho YS, Lee HS, Kim SW, Chung KH, Lee DK, Jesic S, Stosic S, Milenkovic B, Nesic V,
Koh WJ et al, 2006. Tuberculous Dudvarski Z, Jotic A et al, 2009.
otitis media: A clinical and Middle ear tuberculosis:
radiologic analysis of 52 patients. diagnostic criteria. Srp Arh Celok
The Laryngoscope. 116:921-7. Lek. 137(7-8): 348-50.
Dale OT, Clarke AR, Drysdale AJ, 2011. Kaushik M, Mishra P, Dehadaray A, Bansal
Challenges encountered in the A, 2012. Primary tuberculous
diagnosis oftuberculous otitis otitis with cholesteatoma
media: case report andliterature revisited: literature Review with
review. The Journal of case report. Biol Biomed Reports.
Laryngology and Otology. 125, 2(2): 94-98.
738–740. Kenyorini, Suradi, Surjanto E, 2011. Uji
Edward Y, Mulyani S, 2011. Diagnosis dan tuberkulin. Jurnal Tuberkulosis
penatalaksanaan otitis media Indonesia. 3(2):1-5.
tuberkulosis. Bagian Telinga Latif S, Chattha RU, Sarfraz S, Ahmed R,
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Aslam N. 2011. Diagnostic
Leher, Fakultas Kedokteran, difficulties in Tuberculous otitis
Universitas Andalas. media: Review of literature.
https://www.scribd.com/docume Pakistan Journal of
nt/353143498/Diagnosis-Dan- Otolaryngology.
Penatalaksanaan-Otitis-Media- Makhdoom NK, 2010. Unilateral
Tuberkulosis tuberculous otitis media. Journal
Ergun I, Keven K, Sengu S, Kutlay S, of Mediine and Medica Science.
Sertcelik A, Ertu S et al, 2004. 1(6):192-195.
Tuberculous Otitis Media in a Nishiike S, Irifune M, Osaki Y, Doi K, Kiuchi
Renal Transplant Recipient. Am J N, 2003. Tuberculous otitis
Kidney Dis. 43(6): e1-3. media: clinical aspects of 12
Gupta KB, Tandon S, Mathur SK, and Kalra cases. Annals of Otology,
R, 2000. Tuberculosis of middle Rhinology and Laryngology.
ear – a case report. Ind.J.Tub. 112(11):935-8.
47,45.

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 86


Laporan Kasus: Otitis Media Tuberkulosis dengan Kolesteatoma pada Anak
Riyan Charlie Milyantono, Titiek H. Ahadiah

Pandey AK, Singh VP, Maithani T, Dey D, Comparison with Non


2011. Tuberculous otitis media. tuberculous Otomastoiditis with
Indian Medical Gazette 2: 501- and without Cholesteatoma. Am J
504. Neuroradiol 28:493–96.
Parab SR, Khan MM, Ghaisas VS, 2010. Rofii A, 2001. Tuberkulosis di bidang THT.
Simultaneous involvement of Dalam : Isa A, Soefyani A, Juwono
larynx and middle ear in O, Budiarti LY, ed. Tuberkulosis
pulmonary tuberculosis. The tinjauan multidisiplin.
Laryngoscope. 120: 1892-1894. Banjarmasin: Pusat studi
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006. tuberkulosis Fakultas Kedokteran
Tuberkulosis pedoman diagnosis UNLAM. hal. 153-6.
dan penatalaksanaan di Sahn SA, Davidson PT, 1974.
Indonesia. Mycobacterium tuberculosis
Pujiati S, 2009. Pengaruh pemberian obat infection of the middle ear. Chest.
tuberculosis dalam bentuk fixed 66(1):104-106.
dose. Tesis. Fakultas Kesehatan Sens PM, Almeida CIR, Valle LOD, Costa
Masyarakat, Universitas LHC, Angeli MLS, 2008. Middle
Indonesia. ear tuberculosis. Brazilian Journal
Rahajoe NN, Basir D, Makmur, of Otorhinolaryngology.
Kartasasmita CB, 2008. Pedoman 74(4):621-7.
nasional tuberkulosis anak. Edisi Sikora AG, Rothstein SG, Garay KF, Spiegel
ke 2. Jakarta: UKK respirologi PP R, 2004. Tuberculosis of the head
IDAI. hal.45-57. and neck. In : Rom WN, Garay
Rho MH, Kim DW, Kim SS, Sung YS, Kwon SM, Bloom BR, eds. Tuberculosis.
JS, Lee SW, 2007. Tuberculous 2nd edition. Philadelphia:
Otomastoiditis on High- Lippincott Williams & Wilkins.pp:
Resolution Temporal Bone CT: 477-86.

Copyright (c) 2019 Riyan Charlie Milyantono 87

Anda mungkin juga menyukai