Abstrak
Otitis media tuberkulosis adalah peradangan kronik mukosa telinga tengah yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis. Gejala klasik otitis media tuberkulosis adalah perforasi
multipel membrane timpani, otore tanpa nyeri dan jaringan granulasi yang banyak. Diagnosis
pasti berdasarkan ditemukan BTA dari sekret telinga atau aspirasi telinga tengah dengan atau
tanpa kultur mycobacterium tuberculosis serta pemeriksaan histopatologi jaringan granulasi.
Tujuan penulisan ini untuk melaporkan satu kasus jarang, yaitu Otitis media tuberculosis
dengan kolesteatoma. Kasus: Anak perempuan usia 4 tahun dengan keluhan utama bengkak
di depan dan belakang telinga kiri sejak 20 hari sebelum datang ke rumah sakit. Dilakukan insisi
drainase abses, urgent canal wall down mastoidectomy sinistra dan kraniotomi untuk evakuasi
abses. Metode penulisan dengan pencarian literatur melalui PubMed didapatkan 3 literatur
yang dianalisis. Dari laporan kasus yang didapatkan, diagnosis otitis media tuberculosis
dilakukan dengan pemeriksaan otoskopi, audiologi, mikrobiologi dan histopatologi, foto polos
dada, CT scan tulang temporal. Kesimpulannya adalah otitis media tuberculosis merupakan
kasus yang jarang dan sulit untuk dilakukan diagnose tepat. Sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan tinggi pada gejala-gejala klinis otitis media yang disertai dengan komplikasi.
Abstract
dari bedah saraf untuk dilakukan insisi dan terbuka. Mesotimpanum didapatkan
drainase abses, urgent canal wall down perforasi membran timpani atik dan
mastoidectomy sinistra, kraniotomi marginal, sisa membran di anterior,
evakuasi abses.
kolesteatom, tuba Eustachius tertutup
granulasi, tidak ditemukan N. korda
timpani kemudian dilakukan
rekonstruksi membran timpani,
meatoplasti.
Hasil pemeriksaan mikrobiologi klinik sama dengan nasi 3x/hari, susu dancow
pasca operasi pada tanggal 31 Oktober 3x200cc. Pasien mendapat tambahan
2014 dari bahan dinding abses dan terapi dari departemen pediatri berupa
dilakukan pemeriksaan pengecatan tahan obat tuberkulosis yaitu INH 1x 75 mg,
asam dengan kualitas spesimen laik Rifampicin 1x150 mg, Pirazinamid 1x250
didapatkan hasil pemeriksaan ditemukan mg, Etambutol 1x300 mg selama 6 bulan
bentukan kuman batang tahan asam, dan mendapatkan injeksi Streptomisin
kemudian dari bahan kolesteatoma dan 1x375 mg im selama 1 bulan.
dilakukan pemeriksaan pengecatan tahan
asam dengan kualitas spesimen laik
didapatkan hasil pemeriksaan ditemukan
bentukan kuman batang tahan asam.
1990. Di Indonesia, angka kejadian pasti pemeriksaan mikrobiologi klinik dari bahan
tidak diketahui (Sikora et al, 2004). dinding abses dan kolesteatoma dilakukan
Turner dan Erase pada tahun 1915 pemeriksaan pengecatan tahan asam
menyatakan bahwa 2,8% kasus otitis media (Ziehl-Neelsen) dengan kualitas spesimen
supuratif kronik disebabkan oleh kuman laik didapatkan hasil pemeriksaan
tuberkulosis. Otitis media tuberculosis ditemukan bentukan kuman batang tahan
dapat terjadi pada semua umur dan sekitar asam.
50% terjadi pada anak yang berumur Patogenesis OMT berhubungan
kurang dari 1 tahun. Pada sebuah dengan tiga mekanisme yaitu penyebaran
penelitian yang dilakukan oleh Kirsch melalui tuba Eustachius ke telinga tengah,
melaporkan bahwa sekitar 9,5% anak penyebaran secara hematogen dari infeksi
dengan otitis media tuberculosis berumur paru serta implantasi langsung melalui
kurang dari 5 tahun. otitis media MAE dan perforasi MT (Edward dan
tuberculosis jarang terjadi pada dewasa, Mulyani, 2015; Makhdoom, 2011 ; Cho et
lebih sering terjadi pada laki-laki al, 2006).
dibandingkan perempuan dengan Penyebaran secara langsung
perbandingan 1,4:1 (Adhikari, 2009; Latif et kuman TB dari nasofaring ke telinga tengah
al, 2011; Makhdoom 2011). Pada kasus ini paling sering terjadi. Penyebaran terjadi
pasien seorang perempuan berumur 4 pada saat penderita batuk, hemoptoe,
tahun. bersin atau regurgitasi sehingga kuman TB
Etiologi otitis media tuberculosis terlepas dari fokal infeksi di faring, laring
disebabkan oleh mycobacterium atau paru.Kuman TB ini masuk ke telinga
tuberculosis bovis dan hominis, dimana tengah melalui tuba Eustachius. Selain itu
mycobacterium tuberculosis hominis lebih membran mukosa tuba Eustachius dapat
sering menyebabkan otitis media terinfeksi dari adenoid yang terinfeksi TB
tuberculosis dibandingkan mycobacterium dan selanjutnya menyebar ke telinga
tuberculosis bovis (Makhdoom, 2010). tengah (Edward and Mulyani, 2011;
Mycobacterium tuberculosis mempunyai Adhikari, 2009; Rofii, 2009; Pujiati, 2009;
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam Ergun et al, 2004).
pada pewarnaan Ziehl-Neelsen. Kuman Penyebaran kuman TB ke telinga
bersifat dormant dalam jaringan tubuh tengah melalui jalur hematogen jarang
(Sahn dan Davidson, 2015; Parab et al terjadi. Pada saat penderita pertama kali
2010; Pujiati, 2009). Pada kasus ini hasil terinfeksi kuman TB maka akan terbentuk
fokus di paru dimana terjadi eksudasi dari didapatkan menggigil, berkeringat pada
sel karena proses fagositosis kuman TB malam hari ataupun berat badan menurun.
oleh makrofag yang disebut primary Penderita ini tidak ada riwayat batuk
complex of tuberculosis (PCT). Pada dengan dahak yang kental atau kadang-
keadaan tertentu seperti malnutrisi atau kadang disertai darah. Tidak dikeluhkan
penyakit imunodefisiensi maka setelah adanya benjolan di sekitar telinga dan
terbentuk PCT, kuman TB akan terlepas ke leher yang merupakan pembesaran
dalam pembuluh darah dan dapat kelenjar getah bening.
menginfeksi organ lain seperti telinga. Diagnosis OMT berdasarkan
Keadaan ini disebut post primary anamnesis, pemeriksaan otoskopi dan
tuberculosis (PPT) (Rofii, 2001; Cho et al, pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti
2006). berdasarkan penemuan BTA dari sekret
Implantasi langsung kuman TB telinga atau pemeriksaan histopatologi dari
melalui MAE dan perforasi MT juga jarang biopsi granulasi (Makhdoom, 2010). OMT
terjadi. Pada mekanisme ini penderita tidak memiliki perjalanan penyakit yang relatif
memiliki riwayat menderita TB paru atau singkat. Keluhan tersering adalah keluar
TB ekstra paru. Penelitian yang dilakukan cairan telinga yang banyak dan terus
oleh Cho YS dkk terhadap 52 penderita menerus. Pada awalnya cairan encer dan
OMT, terdapat 10 penderita yang tidak kemudian menjadi kental, berwarna kuning
memiliki riwayat TB paru atau TB ekstra dan biasanya tanpa disertai nyeri yang
paru, 8 diantaranya memiliki riwayat merupakan tanda khas OMT. Pada keadaan
traumatik perforasi MT dan telah tertentu dapat disertai nyeri meskipun
menjalani miringotomi serta 3 penderita sangat jarang. Nyeri berhubungan dengan
menjalani operasi telinga lanjutan. infeksi akut atau penekanan oleh jaringan
Berdasarkan penelitian tersebut sehingga granulasi di rongga mastoid (Makhdoom,
diperkirakan transmisi OMT terjadi melalui 2010 ; Cho et al, 2006).
alat (Cho et al, 2006). OMT memberikan gambaran klinis
Pada kasus ini penderita tidak ada yang sangat bervariasi serta tergantung
riwayat menderita TB paru, hanya pernah dari lokasi dan luas kerusakan (Makhdoom,
kontak dengan bibi penderita yang batuk 2010). OMT juga menampilkan gejala klinis
darah. Pada penderita ini juga tidak yang mirip dengan OMSK (Parab et al,
didapatkan riwayat imunisasi, pasien hanya 2010). Diperlukan tingkat kecurigaan yang
mengeluhkan demam, dan tidak tinggi terhadap gejala klinis yang
ditemukan untuk mengarah pada OMT Otore yang persisten tanpa nyeri dan
(Parab et al, 2010 ; Gupta et al, 2000) tidak respon dengan pengobatan standar
Pada pemeriksaan otoskopi OMSK, penurunan pendengaran berat atau
didapatkan sekret yang banyak di MAE. paresis fasialis dengan riwayat perjalanan
Konsistensi sekret dapat encer seperti air penyakit yang relatif singkat, terdapat
sampai mukoid (Latif et al, 2011). Bila riwayat menderita TB paru atau ekstra
terdapat infeksi sekunder maka sekret paru, pada pemeriksaan otoskopi terdapat
berupa mukopurulen atau purulen jaringan granulasi di telinga tengah
(Makhdoom , 2010 ; Pandey et al, 2011). merupakan dasar yang mengarah ke
Mukosa telinga tengah terlihat pucat diagnosis OMT. Hal ini diperkuat dengan
dengan jaringan granulasi yang besar didapatkannya destruksi osikel tanpa
berwarna kuning pucat merupakan kolesteatom pada CT scan (Cho et al,
karakteristik OMT (Acuin, 2008). Jaringan 2006).
granulasi yang besar kadang-kadang Pada kasus ini pasien mengeluhkan
terlihat di MAE atau hanya di telinga otore yang persisten tanpa nyeri sejak 2
tengah melalui MT yang perforasi (Acuin, tahun. Cairan awalnya encer dan kemudian
2008 ; Gupta et al, 2000; Kaushik et al, menjadi kental, berwarna kuning dan
2012; Nishiike et al 2003). tanpa disertai nyeri yang merupakan tanda
Granulasi ini menyebabkan destruksi khas dari OMT.Membran timpani sulit
osikel (Makhdoom, 2010; Adhikari et al, dievaluasi karena tertutup kolesteatom,
2010). Destruksi osikel yang progresif hal ini tidak sesuai dengan gambaran
menyebabkan sumbatan pada daerah OMTpada mukosa telinga tengah yang
atikoantral yang terlihat seperti massa terlihat pucat dengan jaringan granulasi
keputihan dan mirip dengan kolesteatom besar berwarna kuning pucat yang
(Latif et al, 2011; Sahn et al, 2004 ; Adhikari merupakan karakteristik OMT.
et al, 2010). Kadang-kadang tidak Pemeriksaan otoskopi didapatkan sekret
didapatkan jaringan granulasi, penelitian yang banyak di MAE, konsistensi sekret
retrospektif oleh Jesic dkk terhadap 12 encer seperti air sampai mukoid.
penderita OMT di institute of Kecurigaan OMT ini perlu segera
otorhinolaryngology and maxillofacial dibuktikan dengan melakukan
surgery di Serbia didapatkan sebanyak 50% pemeriksaan pengecatan dan pemeriksaan
kasus tanpa jaringan granulasi (Jesic et al, bakteriologi dengan kultur dari sekret
2009). telinga untuk menemukan BTA.
Polymerase chain reaction (PCR) diperlukan dan abses epidural regio parietooccipital
apabila pengecatan tidak menemukan BTA sinistra.
dan hasil kultur membutuhkan waktu yang Pemeriksaan penunjang audiometri
lama. Pemeriksaan PCR merupakan cara terdapat penurunan pendengaran yang
cepat tetapi mahal dan diperlukan bervariasi tergantung lokasi kerusakan.
pengalaman dari pemeriksa. Pemeriksaan Penurunan pendengaran dapat tipe
histopatologi dari biopsi jaringan granulasi konduksi, sensorineural atau campuran.
yang terlihat di MAE atau melalui Menurut Windle-Taylor dan Bailey dalam
timpanomastoidektomi perlu dilakukan jika Makhdoom (2010) dan Latief et al (2011),
pemeriksaan sebelumnya tidak penurunan pendengaran tipe konduksi
memberikan hasil atau tidak tersedia pada OMT lebih sering terjadi sebanyak
pemeriksaan PCR (Cho et al, 2006). 90% kasus, 8% adalah tipe sensorineural
Pada kasus ini tidak dilakukan dan 2% adalah tipe campuran. Menurut
pemeriksaan mikrobiologi klinik pada Acuin (2008), dari 14 penderita OMT
spesimen yang umum dipakai yaitu sekret didapatkan 9 penderita dengan gangguan
telinga maupun biopsi granulasi. Pada pendengaran tipe konduksi, 3 penderita
pasien ini dilakukan pemeriksaan dengan gangguan pendengaran tipe
mikrobiologi klinik pasca operasi dari campuran sedangkan 2 penderita tidak
bahan dinding abses dan bahan jelas. Menurut Jesic et al (2009),
kolesteatoma dengan kualitas spesimen didapatkan 4 penderita (33,3%) dengan
laik dilakukan pemeriksaan pengecatan penurunan pendengaran dan semuanya
tahan asam didapatkan hasil ditemukan merupakan tipe sensorineural.
bentukan kuman batang tahan asam. Pemeriksaan pendengaran sebelum
Komplikasi yang ditimbulkan oleh operasi pada pasien ini tidak dilakukan
OMT adalah destruksi osikel, destruksi dikarenakan saat datang kondisi pasien
kanal Fallopi dengan paresis fasialis, dalam keadaan kesakitan dan tidak
labirintitis, mastoiditis akut, meningitis, kooperatif, hal ini menyebabkan susah
osteomielitis tulang petrosa, selulitis, abses untuk melakukan evaluasi pendengaran.
retroaurikula dan abses serebelar(PDPI, Pasca operasi dilakukan pemeriksaan
2006 ; Jesic et al, 2009; Sens et al, 2008). pendengaran untuk mengetahui ambang
Komplikasi yang terjadi pada pasien ini dengar pasien ini, seberapa parah
yaitu abses subperiosteal zygoma sinistra terjadinya penurunan pendengaran dan
jenis kerusakan yang terjadi karena pada
pasien ini akan mendapatkan terapi injeksi telinga tengah dengan mastoid air cells,
streptomisin yang mempunyai reaksi erosi mastoid dan petrosus, destruksi
ototoksik proporsional dengan jumlah obat osikel dan labirin, keterlibatan nervus
yang diberikan dan durasi pengobatan. fasialis serta fistula koklea (Latif et al, 2011;
Hasil pemeriksaan pendengaran Cho et al, 2006; Pandey et al, 2011 ; Jesic
pasca operasi didapatkan hasil minimum et al 2009).
respon level 60 dB dan respon terhadap Pemeriksaan foto toraks mempunyai
terompet. Pasca pemberian injeksi nilai yang tinggi untuk membantu diagnosis
streptomisin dilakukan tes pendengaran secara cepat meskipun pemeriksaan ini
kembali dan didapatkan penurunan tidak direkomendasikan untuk dilakukan
dengan hasil minimum respon level 80 dB secara rutin pada penderita otore.
dan respon terhadap terompet, hal ini Anamnesis yang terarah diperlukan
dapat disebabkan karena pemakaian obat sebelum memutuskan pemeriksaan foto
TB pada pasien ini. Evaluasi pendengaran toraks (Nishiike et al, 2003). Foto toraks
dilakukan secara berkala hingga beberapa diperlukan untuk menentukan adanya
minggu setelah pengobatan dihentikan, hal proses spesifik di paru sehingga dapat
ini untuk menghindari kerusakan saraf membantu penegakkan diagnosis OMT.
kranial ke 8 yang didahului dengan gejala Pandey et al (2011) menyebutkan bahwa
tinitus, rasa penuh pada telinga, gangguan 50% kasus OMT juga menderita TB paru
pendengaran, dan dapat menetap. dan beberapa penulis menyatakan bahwa
Pemeriksaan penunjang lain untuk hampir 94% kasus OMT terdapat proses
OMT yaitu radiologi, foto polos mastoid spesifik di paru. Bila hasil foto toraks tidak
memberikan gambaran yang tidak khas. menunjukkan adanya proses spesifik belum
Foto ini tidak direkomendasikan pada bisa menyingkirkan OMT, 26% penderita
kasus OMT karena tidak dapat OMT tidak ada bukti atau manifestasi klinis
memperlihatkan gambaran peningkatan adanya TB di organ lain (Makhdoom,
densitas jaringan lunak (Pandey, 2011). 2010).
Pemeriksaan CT scan berupa high Pada kasus ini dilakukan
resolution computerized tomography pemeriksaan penunjang radiologi berupa
(HRCT) merupakan modalitas pencitraan pemeriksaan foto Schüller yang
terbaik sehingga pemeriksaan ini lebih memberikan kesan suatu mastoiditis kiri
sering digunakan. HRCT dapat tipe kataral, foto polos dada yang
memperlihatkan densitas jaringan lunak di memberikan kesan cordan pulmo tak
Cho YS, Lee HS, Kim SW, Chung KH, Lee DK, Jesic S, Stosic S, Milenkovic B, Nesic V,
Koh WJ et al, 2006. Tuberculous Dudvarski Z, Jotic A et al, 2009.
otitis media: A clinical and Middle ear tuberculosis:
radiologic analysis of 52 patients. diagnostic criteria. Srp Arh Celok
The Laryngoscope. 116:921-7. Lek. 137(7-8): 348-50.
Dale OT, Clarke AR, Drysdale AJ, 2011. Kaushik M, Mishra P, Dehadaray A, Bansal
Challenges encountered in the A, 2012. Primary tuberculous
diagnosis oftuberculous otitis otitis with cholesteatoma
media: case report andliterature revisited: literature Review with
review. The Journal of case report. Biol Biomed Reports.
Laryngology and Otology. 125, 2(2): 94-98.
738–740. Kenyorini, Suradi, Surjanto E, 2011. Uji
Edward Y, Mulyani S, 2011. Diagnosis dan tuberkulin. Jurnal Tuberkulosis
penatalaksanaan otitis media Indonesia. 3(2):1-5.
tuberkulosis. Bagian Telinga Latif S, Chattha RU, Sarfraz S, Ahmed R,
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Aslam N. 2011. Diagnostic
Leher, Fakultas Kedokteran, difficulties in Tuberculous otitis
Universitas Andalas. media: Review of literature.
https://www.scribd.com/docume Pakistan Journal of
nt/353143498/Diagnosis-Dan- Otolaryngology.
Penatalaksanaan-Otitis-Media- Makhdoom NK, 2010. Unilateral
Tuberkulosis tuberculous otitis media. Journal
Ergun I, Keven K, Sengu S, Kutlay S, of Mediine and Medica Science.
Sertcelik A, Ertu S et al, 2004. 1(6):192-195.
Tuberculous Otitis Media in a Nishiike S, Irifune M, Osaki Y, Doi K, Kiuchi
Renal Transplant Recipient. Am J N, 2003. Tuberculous otitis
Kidney Dis. 43(6): e1-3. media: clinical aspects of 12
Gupta KB, Tandon S, Mathur SK, and Kalra cases. Annals of Otology,
R, 2000. Tuberculosis of middle Rhinology and Laryngology.
ear – a case report. Ind.J.Tub. 112(11):935-8.
47,45.