Disusun oleh:
Amalia Maulida
1102015019
Pembimbing:
dr. Witri Narhadiningsih, Sp. KJ
Dalam perspektif bahasa, psikoterapi berasal dari kata psyche dan therapy. Kata
psyche berarti jiwa, sedangkan therapy yang berarti penyembuhan. Jika digabungkan
psikoterapi mempunyai arti penyembuhan jiwa. Psikoterapi merupakan salah satu
modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping
psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-
prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan,
antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran.
Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi.
Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta
perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering tidak kita sadari. Beberapa
contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah menjadi berani, atau, dua
orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapat menjadi saling
bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira setelah menjalani
percakapan dengan seseorang yang dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu,
akan timbul pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka
sehingga dapat terjadi perubahan tersebut. Pada hakekatnya yang dilakukan ialah
pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam, antara lain dengan
memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian, melakukan otoritas untuk
mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb. Pembujukan ini dapat efektif
asal dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, oleh orang yang
mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak
orang.
Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan
hal yang penting oleh karena percakapan atau pembicaraan merupakan hal yang selalu
terjadi diantara mereka. Komunikasi berlangsung dari saat perjumpaan pertama, yaitu
sewaktu diagnosis belum ditegakkan hingga saat akhir pemberian terapi. Apa pun
hasil pengobatan, berhasil atau pun tidak, dokter akan mengkomunikasikannya
dengan pasien atau keluarganya; hal itu pun dilakukan melalui pembicaraan. Dalam
keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan dokter-pasien merupakan hal yang
penting dan sangat menentukan, dan untuk dapat membentuk dan membina hubungan
dokter-pasien tersebut, seorang dokter dapat mempelajarinya melalui prinsip-prinsip
psikoterapi.
2. Untuk memenuhi tugas referat di bagian kepaniteraan Ilmu Jiwa RS. Polri
Sukanto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara
psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan
kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk
menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat
penyakit. Definisi yang lain yaitu psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu
kedokteran terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran,
perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut.1
Psikoterapi sering disalahartikan sebagai konseling, padahal keduanya
merupakan jenis intervensi yang berbeda, karena konseling merupakan proses dimana
pasien dapat mengeksplorasi diri yang berfokus pada masalah yang dimiliki pasien
yaitu dengan peningkatan kesadaran dapat memilih dan menyingkirkan hal-hal yang
bersifat negatif. Konseling berjangka waktu singkat serta hanya berfokus mengatasi
krisis yang dihadapi oleh pasien. Sedangkan psikoterapi memusatkan pada proses-
proses dalam diri pasien yang terjadi di dalam alam bawah sadar yang dapat
mengubah struktur kepribadian pasien. Psikoterapi lebih berusaha untuk meraih
pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang bertanggung jawab
atas terjadinya krisis kehidupan klien.2
2. Fase Pertengahan:
Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang
dialami pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada),
menentukan langkah korektif. Tugas terapeutik:
1.Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap lingkungan dan hubungan
interpersonal yang menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi
dinamik, gunakan asosiasi, analsisi karakter, analisis transferensi,
interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor yang
perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan.
2. Membantu pasien dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan
problem kehidupan.
3. Fase akhir:
Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain:
1. Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis – pasien;
2. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien
membuat keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri.
3. Membantu pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang
setinggi-tingginya.
1. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini
memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode
penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk
menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau
tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau kombinasi,
termasuk:
Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah
Pemuasan kebutuhan tergantungan
Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya
Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan
(sebagai contohnya, hobi)
Istirahat dan penghiburan yang adekuat
Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.
Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan
Medikasi untuk menghilangkan gejala
Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara
ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman,
diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.
Pelaksanaan terapi :
o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-
gejalanya.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya
yang menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative
dalam mengekspresikan perasaannya.
- Gangguan penyesuaian
Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien
secara berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses
psikoterapi tersebut.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan
cemas dan depresinya.
o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.
o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan
yang mungin akan dihadapinya lagi.
2. Psikoanalisis
Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri
klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali
pengalaman kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau
direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran
merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif
dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian
intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan
yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting lagi.4
Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang
berlangsung lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan yang
signifikan sehingga pasien termotivasi secara waktu dan finansial untuk
menjalani terapi. Sebelum menjalani terapi pasien harus mengerti bahwa terapi
yang akan dijalani adalah suatu proses agar pasien lebih memahami. Pasien
juga harus mempunyai pengertian bahwa terapi ini bertujuan agar mereka
lebih mengerti diri mereka sendiri sehingga proses terapi ini bukan merupakan
suatu usaha yang terburu-buru untuk mencapai kesembuhan.
Hubungan antara konflik dan gejala mungkin langsung atau tidak
langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam mengobati gangguan
kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-kompulsif, gangguan
depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan kepribadian, dan
beberapa gangguan pengendalian impuls dan gangguan seksual. Tetapi, lebih
penting dari diagnosis adalah kemampuan pasien untuk membentuk
persetujuan analitik dan mempertahankan komitmen terhadap proses analitik
yang semakin dalam yang membawa perubahan internal melalui peningkatkan
kesadaran terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga mampu
membentuk perlekatan transferensi yang kuat kepada ahli analisis (dinamakan
neurosis transferensi), tanpanya analisis tidak dimungkinkan. Hal tersebut
mengecualikan sebagian besar pasien psikotik karena kesulitan mereka dalam
membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting untuk perkembangan dan
resolusi neurosis transferensi. Ego pasien dalam analisis harus mampu
mentoleransi frustrasi tanpa berespon dengan suatu bentuk penentangan
(acting out) yang serius atau pindah dan satu pola patologis ke pola lain. Hal
tersebut mengecualikan sebagian besar pasien ketergantungan obat, yang
dianggap tidak mampu karena ego mereka tidak mampu menoleransi frustrasi
dan kebutuhan emosional dan psikoanalisis.5
Analisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam
mencapai kesadaran diri, kejujuran keefektifan dalam melakukan hubungan
personal, dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam
memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsive dan interpersonal.4
Lingkungan analisis yang biasanya adalah pasien berbaring pada dipan atau
sofa dan ahli analisis duduk di sebelahnya, sebagian atau sama sekali di luar
lapangan pandang pasien. Dipan membantu ahli analisis menimbulkan regresi
terkendali yang mempermudah timbulnya material yang rerepresi. Posisi
pasien yang berbaring dengan kehadiran ahli analisis yang penuh perhatian,
pada saat berbaring klien melaporkan perasaan-perasaan, pengalaman-
pengalaman, asosiasi-asosiasi, ingatan-ingatan dan fantasi-fantasinya. Posisi
juga membantu pasien memusatkan perhatian pada pikiran, perasaan, dan
khayalan dalam, yang selanjutnya dapat menjadi pusat asosiasi bebas. 5
Kontraindikasi Terapi
Berbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masing-
masingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan terapi.
Usia. Biasanya, banyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar
orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas
yang cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia
adalah kapasitas pasien individual untuk introspeksi secara bijaksana
dan keinginan untuk berubah. Calon ideal adalah biasanya dewasa
muda, anak – anak tidak mampu mengikuti aturan asosiasi bebas.
Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk
bekerja sama dalam proses.
Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan
kepribadian anti sosial adalah prediktor paling negatif dari respon
psikoterapi.
Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan terapi
lain.
Psikoanalisis pada pasien psikotik tidak disarankan karena pasien-
pasien psikotik sulit membentuk ikatan afektif dan realistik yang
penting dalam transferensi. Selain pada pasien psikotik, pasien dengan
ketergantungan obat juga sulit dilakukan karena mereka dianggap tidak
mampu menoleransi frustasi dan kebutuhan emosional dari
psikoanalisis.
Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di
kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektifitas
ahli analisis.
Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu,
tidak adekuat, kekurangan, tidak berguna, dan tidak diharapkan
Memiliki kecenderungan untuk merasakan dunia sebagai tempat yang
negatif, menuntut, mengalahkan diri sendiri serta mengharapkan
kegagalan dan hukuman
Memiliki dugaan bahwa kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan
kegagalan akan terus menerus terjadi.