DISUSUN OLEH:
Kelompok B4
Alamat Korespondensi :
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 No. Telp (021) 5694-2061
1
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Pada kasus yang akan dibahas disini penulis akan menjelaskan mengenai
kasus perselingkuhan dan perzinahan. Penulis akan lebih membahas mengenai aspek
hukum, aspek medikolegal dan etika profesi, pemeriksaan – pemeriksaan pemastian
keturunan, hasil laporan, dan aspek sosial dan agama. Pada kasus – kasus perzinahan
yang paling dirugikan adalah anak yang telah dilahirkan saat diluar pernikahan karena
pada negara kita memiliki norma – norma agama, sosial, dan adat yang sangat tinggi.
Pemeriksaan yang akan dibahas berguna untuk mengetahui apakah anak yang
dilahirkan merupakan anak hasil berhubungan orang tersebut atau tidak, sehingga
dapat menentukan tindak lanjutnya. Karena jika benar itu anak dari hasil
hubungannya maka ayah atau ibu biologis korban harus bertanggung jawab dalam
memberi perlindungan dan hak – haknya, ini diatur dalam Undang – undang.
2
BAB II
Pembahasan
2.1 Skenario 3
A kemudian telah berbicara baik – baik dengan S tentang hal ini. S mengakui bahwa 2
tahun yang lalu, sewaktu A sedang tugas keluar negeri selama 6 bulan, ia berkenalan dengan
seorang wanita muda di sebuah cafe, yang dilanjutkan dengan pertemuan di hotel beberpa
kali. S yakin bahwa B bukanlah wanita baik – baik dan ia menganggap bahwa hubungan S
dengan B adalah hubungan yang “short time” saja.
A ingin agar dokter dapat memastikan apakah benar anak laki – laki B adalah benar
berasal dari hubungannya dengan suaminya. A juga meminta pendapat dokter, apa yang harus
dilakukannya agar dapat terlaksana pemeriksaan tersebut.
DASAR PERKAWINAN
Pasal 1
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkn
ketuhanan Yang Maha Esa
Pasal 2
3
(1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu.
Pasal 3.
(1) Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang
isteri.. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
(2) Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang
apabila dikehendaki oleh pihak yang bersangkutan.
Pasal 4
(1) Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang sebagaimana tersebut dalam
Pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini maka ia wajib mengajukan permohonan kepada
Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
(2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin kepada seorang suami
yang akan beristeri lebih dari seorang apabila
b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
Pasal 5
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan se¬bagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) Undang-undang harus dipenuhi syarat syarat sebagai berikut
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan¬ hidup isteri-isteri dan anak-
anak mereka;
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-isteri dan anak-anak mereka.
(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang
suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin diminta persetujuannya dan tidak dapat
4
menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari
Hakim Pengadilan.
KEDUDUKAN ANAK
Pasal 42
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.
Pasal 43
(1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya.
(2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 44
(1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan, oleh isterinya, bilamana ia
dapat membuktikan bahwa isterinya telah berzina dan anak itu akibat dari pada perzinaan
tersebut.
(2) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas permintaan pihak yang
berkepentingan.
Pasal 45
(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.
(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu
kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara
kedua orang tua putus.
Pasal 46
(1) Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik.
5
(2) Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan
keluarga dalam garis lurus ke atas,¬bila mereka itu memerlukan bantuannya.
Pasal 47
(1) Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak
dicabut dari kekuasaannya:
(2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar
Pengadilan.
Pasal 48
Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau meng¬gadaikan barang-barang tetap
yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya.
Pasal 49
(1) Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak
atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak
dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang
berwenang, dengan keputusan Pengadilan dalam hal-hal :
(2) Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih tetap berkewajiban untuk
memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut.
1.a. Seorang pria telah kawin yang melakukan zinah, pada hal diketahui, bahwa pasal 27 BW
berlaku baginya;
6
b. seorang wanita telah kawin yang melakukan jinah, pada hal diketahui, bahwa pasal 27 BW
berlaku baginya/
2a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui, bahwa yang
turut bersalah telah kawin
b. seorang wanita yang tidak kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu padahal
diketahui olehnya, bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.
2. Tidak dilakukan penuntutan meaikan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan
bilamana bai mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tempo tiga bulan dikuti dengan permintaan
bercerai atau pisah meja dan tempat tidur, karena alasan itu juga.
4. Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum
dimulai.
5. jika bagi suami istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena peceraian atau sebelumnya keputusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
1. Pada azasnya dalam suatu perkawinan, seorang pria hanya boleh mempunyai seorang
suami.
2. Pangadilan dapat memberikan izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari
seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Setelah kita mengetahui unsur-unsur terpenting dari tindak pidana perzinahan yang
harus dipenuhi guna menghukum seseorang sebagai pelaku tindak pidana perzinahan, maka
saya mengajak kita semua untuk mendalami satu persatu unsur pasal perzinahan sehingga
kita bisa mengetahui “rumitnya, baik buruknya”, unsur-unsur yang membangun tindak pidana
perzinahan itu sendiri dalam hukum pidana positif kita, yakni :
a. Salah satu pihak telah menikah sah (Sah-nya perkawinan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)
7
Seseorang dapat dikatakan sebagai pelaku dugaan tindak pidana perzinahan, maka
salah satu pihak dari pasangan zinah tersebut telah menikah sah, tentang sah-nya perkawinan,
maka kita bisa melihat Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, yang berbunyi : (1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika demikian muncul persoalan, bagaimana
jika sebuah pasangan (laki-laki/perempuan) telah melangsungkan proses peminangan
menurut hukum adat dan atau perkawinan menurut hukum adat kemudian hidup bersama
(layaknya suami istri, apalagi kalau sudah dikarunia anak) dan dalam perjalanan hidup
bersama tersebut, ada salah satu pihak tertangkap tangan berzinah, tentu pihak yang
tertangkap tangan berzinah itu tidak dapat dihukum dengan Pasal Perzinahan, oleh karena
belum adanya perkawinan yang sah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan.
b. Adanya persetubuhan atas dasar suka sama suka (menekankan bahwa persetubuhan sudah
harus benar-benar terjadi).
Seseorang dapat dikatakan sebagai pelaku dugaan tindak pidana perzinahan, apabila
pasangan yang diduga berzinah tersebut sudah melakukan “Persetubuhan” (Persetubuhan
menurut penjelasan KUHP adalah Peraduan antara anggota kelamin laki-laki dan perempuan
yang biasa dijalankan untuk mendapatkan anak, jadi anggota kelamin laki-laki harus masuk
kedalam anggota kelamin perempuan sehingga mengeluarkan air mani). Mencermati akan
pengertian persetubuhan dimaksud, maka kita akan mengalami kesulitan dalam
pembuktiannya, mengapa demikian, karena tidak mungkin orang bersetubuh, dilakukan
ditempat yang sekiranya dapat disaksikan dengan mata telanjang, sehingga pembuktian
terhadap unsur persetubuhan ini, biasanya hanya bergantung pada Pengakuan pasangan zinah
serta pembuktian secara medis.
. Kecuali akibat dari perzinahan itu, istri yang berzinah atan perempuan pasangan
zinah hamil atau mempunyai anak dan kemudian pemeriksaan medis (Test DNA) mampu
membuktikannya, maka walaupun tidak ada pengakuan akan perbuatan persetubuhan, tetapi
keadaan diatas telah menjelaskannya.
Biasanya seorang suami/istri yang menjadi korban dari sebuah tindak pidana
perzinahan, ketika menangkap “basah” suami/istrinya dengan pasangan zinahnya, berduaan
didalam kamar hotel, kamar kost bahkan suami/istri pasangan zinah tadi ketika ditangkap
8
mengakui dengan jujur bahwa ia mencintai pasangannya dan sudah menjalin hubungan cinta
untuk waktu yang cukup lama, lalu melaporkan secara pidana kepada aparat negara penegak
hukum dan melalui serangkaian proses hukum, kemudian suami/istri yang berzinah tadi tidak
dapat diproses lebih lanjut oleh karena tidak dapat dibuktikan adanya unsur persetubuhan,
kemudian menyalahkan aparat penegak hukum karena seolah-olah aparat penegak hukum
tidak merespon laporannya, tetapi mau bagaimana lagi, hukum pidana kita memang
mensyaratkan demikian.
A. Prosedur Medikolegal
9
b. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa diagnostik
atau terapuetik;
c. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan
jaringan tubuh
d. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang
bekerja dirumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek perorangan/bersama.
1) Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan seteah pasien mendapat informasi
yang ade kuat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang dapat
ditimbulksnnya
4) Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan serta
kondisi dan situasi pasien.
Pasal 3 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) Setiap tindakan medis yang mengandung resiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis
yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan
2) Tindakan medik yag tidak termasuk sebagaimana dimaksud dalam pasal ini tidak
diperlukan persetujuan tertulis, cukup persetujuan lisan
3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat diberikan secara nyata atau diam-diam.
Pasal 4 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun
tidak
10
3) Dalam hal yang sebagaimana dimaksud ayat (2) dokter dengan persetujuan pasien dapat
memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang
perawat/paramedik lainnya sebagai saksi.
pasal 5 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan medik yang
akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapuetik.
3) Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa hal itu
dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
4) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien dapat
memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.
Pasal 9 No 585/menkes/Per/IX/1989
1. Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampuan (cure tele) persetujuan diberikan
oleh wali/curator.
Pasal 12 No 585/menkes/Per/IX/1989
Pasal 13 No 585/menkes/Per/IX/1989
1. Terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien
atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan surat izin
praktek.
11
Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu
keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberaoa rules
dibawahnya. Ke-4 kaidah dasar moral tersebut adalah :
a) prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan doktrin informed consent.
b) prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan
ke kebaikan pasien.
c) prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memoerburuk keadaan pasien.
d) prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.
C. Etika Klinik
Jonsen, Siegler, dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang menggunakan
4 topik yang esensial dalam pelayanan klinik, yaitu :
a) Medical indication
dimasukkan semua prosedur diagnostic dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi
keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek indikasi meis ini ditinjau dari sisi
etiknya, terutama menggunakan kaidah beneficence dan nonmaleficence. Pertanyaan
etika pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya
disampaikan kepada pasien pada doktrin informed consent.
b) Patient preferences
perlu memperhatikan nilai (value) dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban
yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomi. Pertanyaan etiknya
meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer sikap dan
keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien tidak
kompeten, nilai, dan keyakinan yang dianut pasien, dll.
c) Quality of life
aktualisasi salah satu tujuam kedokteran, yaitu memperbaiki, menjaga, atau
meningkatkan kualitas hidup insani. Apa, siapa, dan bagaimana melakukan penilaian
12
kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis, yang berkaitan dengan
beneficence, nonmaleficence, dan autonomi,
d) Contextual features
dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusan,
seperti faktor keluarga, ekonomi, agama, budayaa, kerahasiaan, alokasi sumber daya,
dan faktor hukum.
UU Kesehatan menyebutkan beberapa hak pasien, sperti hak atas informasi, hak atas
second opinion, hak untuk memberikan persetujuan atau menolak suatu tindakan medis,
hak untuk kerahasiaan, hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, dan hak untuk
memperoleh ganti rugi apabila ia dirugikan akibat kesalahan tenaga kesehatan.
Di sisi lain, para pasien juga memiliki kewajiban, demikian pula dokter juga memiliki
hak. Namun yang lebih utama dibicarakan adalah kewajiban dokter yang dimilikinya sejak
dia mengucapkan sumpah dokter. Kewajiban tersebut adalah :
1. kewajiban profesi sebagaimana terdapat dalam lafal sumpah dokter, kode etik
kedokteran, standar perilaku profesi (SOP) dan standar pelayanan medis (SPM)
2. kewajiban yang lahir oleh karena adanya hubungan dokter-pasien
UU Praktik Kedokteran pasien memiliki hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap
tentang rindakan medis sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 45 ayat (3), meminta
pendapat dokter lain, mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis, menolak
tindakan medis, dan mendapatkan isi rekam medis. Adapun pasal 45 ayat (3) menyatakan
13
tentang penjelasan tersebut diatas sekurang-kurangnya meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tibdakan medis yang akan dilakukan, alternative tindakan lain dan
risikonya, risiko dan komplikasi yang dilakukan. Di sisi lain, pasien berkewajiban
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya, mematuhi
nasihat dan petunjuk dokter, mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan
kesehatan, dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Istri-istri yang amat mementingkan kesetiaan adalah mereka yang paling amat
terpukul dengan kejadian tersebut. Ketika istri mengetahui bahwa kepercayaan yang
mereka berikan secara penuh kemudian diselewengkan oleh suami, maka mereka
kemudian berubah menjadi amat curiga. Berbagai cara dilakukan untuk menemukan bukti-
bukti yang berkaitan dengan perselingkuhan tersebut. Keengganan suami untuk terbuka
tentang detil-detil perselingkuhan membuat istri semakin marah dan sulit percaya pada
pasangan. Namun keterbukaan suami seringkali juga berakibat buruk karena membuat istri
trauma dan mengalami mimpi buruk berlarut.
14
membuat mereka menjadi orang yang amat pemarah, tidak memiliki semangat hidup,
merasa tidak percaya diri, terutama pada masa-masa awal setelah perselingkuhan terbuka.
Mereka mengalami konflik antara tetap bertahan dalam perkawinan karena masih
mencintai suami dan anak-anak dengan ingin segera bercerai karena perbuatan suami telah
melanggar prinsip utama perkawinan.
2. Proses Healing
Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami memberikan dampak negatif yang luar
biasa terhadap istri. Berbagai perasaan negatif yang amat intens dialami dalam waktu
bersamaan. Selain itu terjadi pula perubahan mood yang begitu cepat sehingga membuat
para istri serasa terkuras tenaganya. Kondisi ini, yang bisa berlangsung selama berbulan-
bulan, sama sekali tidak mudah untuk dilalui. Salah satu perasaan yang secara intens
dirasakan adalah kesedihan dan kehilangan. Perasaan sedih semakin mendalam pada saat-
saat menjelang ulang tahun pernikahan, ulang tahun pasangan, dan tanggal pada saat
terbukanya perselingkungan. Kesedihan akibat perselingkuhan dapat dijelaskan melalui
model “proses berduka” dari Kubler-Ross yang terdiri dari 5 tahapan:
a) Tahap Penolakan
Awal tahap ini diwarnai dengan perasaan tidak percaya, penolakan terhadap
informasi tentang perselingkuhan suami. Dalam beberapa istri merasa mati rasa yang
merupakan respon perlindungan terhadap rasa sakit yang berlebihan. Bila tidak berlarut-
larut, penolakan ini menjadi mekanisme otomatis yang menghindarkan diri dari luka batin
yang dalam.
b) Tahap Kemarahan
Setelah melewati masa penolakan, istri akan mengalami perasaan marah yang
amat dahsyat. Mereka biasanya akan sangat memaki-maki suami atas perbuatannya
tersebut, sering menangis, bahkan melakukan kekerasan fisik terhadap suami. Kemarahan
seringkali dilampiaskan pula kepada wanita yang menjadi pacar suami. Keinginan istri
untuk balas dendam kepada suami amatlah besar, yang muncul dalam bentuk keinginan
untuk melakukan perselingkuhan atau membuat suami sangat menderita.
c) Tahap Bargaining
Ketika perasaan marah sudah agak mereda, maka istri akan memasuki tahap
bargaining. Karena menyadari kondisi perkawinan yang sedang dalam masa krisis maka
istri berjanji melakukan banyak hal positif asalkan perkawinan tidak hancur. Misalnya
15
saja berusaha untuk lebih perhatian pada suami, menjadi pasangan yang lebih ekspresif
dalam hubungan seksual, atau lebih merawat diri. Keputusan ini kadang tidak rasional
karena seharusnya pihak yang berselingkuh yang harus memperbaiki diri dan meminta
maaf.
d) Tahap Depresi
Kelelahan fisik, perubahan mood yang terus menerus, dan usaha-usaha untuk
memperbaiki perkawinan dapat membuat istri masuk ke dalam kondisi depresi. Para istri
kehilangan gairah hidup, merasa sangat sedih, tidak ingin merawat diri dan kehilangan
nafsu makan. Mood depresif menjadi semakin buruk bila istri meyakini bahwa dirinyalah
yang salah dan menyebabkan suami berselingkuh.
e) Tahap Penerimaan
Setelah istri mencapai tahap penerimaan, barulah dapat terjadi perkembangan yang
positif. Penerimaan terbagi menjadi dua tipe. Pertama, penerimaan intelektual yang
artinya menerima dan memahami apa yang telah terjadi. Kedua, penerimaan emosional
yang artinya dapat mendiskusikan perselingkuhan tanpa reaksi-reaksi berlebihan. Proses
menuju penerimaan tidak sama bagi semua orang dan rentang waktunya juga berbeda.
Selain perasaan sedih dan marah, para istri juga mengalami obsesi terhadap
perselingkuhan suami. Sepanjang hari mereka tidak bisa melepaskan diri dari berbagai
pertanyaan dan detil-detil perselingkuhan. Banyak istri yang menginterogasi suaminya
berkali-kali untuk memastikan bahwa suami tidak berbohong dan menceritakan
keseluruhan peristiwa.
Tes paternitas adalah metode pembentukan hubungan genetik antara anak dan ayah
dugaan. Terlepas dari kasus-kasus kehamilan akibat perkosaan, di mana ia digunakan untuk
mengidentifikasi pelaku, identifikasi pengujian garis ayah biasanya dicari oleh ibu yang
mencoba untuk membuktikan ayah dari pria yang menolak untuk membayar tunjangan anak.3
sampel darah untuk keberadaan antigen yang menentukan golongan darah seseorang.
Keuntungan dari metode ini adalah bahwa hal itu berfungsi untuk mengecualikan seorang
16
calon ayah yang terpercaya. Jika seorang anak memiliki antigen yang tidak ditemukan dalam
darah seorang ayah yang diduga, maka pria akan ini dikecualikan sebagai ayah biologis anak
tersebut. Tetapi karena antigen dapat ditemukan pada banyak orang yang tidak terkait, maka
keberadaan antigen dalam ayah dan darah anak tersebut tidak menjamin keterkaitan aktual
Tes paternitas telah meningkat secara signifikan, berkat penemuan tes DNA. Metode ini
didasarkan pada kenyataan bahwa setiap orang tua memberikan kontribusi setengah dari
DNA anak tersebut, dan setiap setengah ini menjadi penanda unik seseorang, berbeda dari
siapa pun lain. Jika penanda DNA seorang pria ditemukan pada seorang anak, maka pria itu
tidak dapat dikesampingkan sebagai ayah dari anak tersebut. Jika pola genetik mereka cocok,
probabilitas bahwa mereka adalah ayah dan anak lebih dari 99 persen.3
antara seorang pria dan seorang anak telah diprakarsai oleh membandingkan beberapa
kriteria. Analisis warna mata, bentuk telinga dan hidung, garis rambut dahi, dan karakteristik
fisik lainnya. Fitur herediter seperti darah, kelompok sistem dan protein serum, yang
ditemukan pada tahun 1900-an, digunakan sebagai penanda untuk menentukan kekerabatan.
Namun, karena kemungkinan garis ayah hanya pada tingkat 30% -40% metode ini tidak
dipakai lagi. The Leukocyte Antigen Manusia (HLA) metode, dikembangkan pada 1970-an,
mengecualikan garis ayah pada tingkat 80%, tetapi hasil tes adalah serupa dengan hasil tes
pada darah kerabat, dan hanya bayi yang berumur 6 bulan yang memenuhi kriteria untuk
pengujian. Setelah penemuan struktur karakteristik dari molekul DNA pada 1950-an,
teknologi genetika molekuler berkembang pesat dan profil DNA telah menjadi alat yang
berharga untuk menentukan garis ayah dan penentuan kekerabatan. Khususnya di 20 tahun
terakhir, analisis DNA telah diterima sebagai metode yang paling dapat diandalkan, dengan
17
Tes DNA relatif sederhana dan dapat dilakukan di rumah atau di rumah sakit. Sampel
yang dibuat dengan mengambil swab dari sel kulit dalam pipi. Sampel kemudian dikirim ke
diproduksi baik sebagai laporan inklusioner (mengkonfirmasikan ayah) atau suatu laporan
eksklusioner (mengesampingkan).3
Sebuah tes untuk menentukan ayah bahkan tidak dapat dibuat sampai dimengerti apa
yang sedang di uji, atau dengan kata lain, sampai dimengerti apa itu ayah. Jika ayah hanya
mengacu pada jenis tertentu dari hubungan genetik, maka tes DNA mungkin cukup. Namun
yang terbaik, hal ini menghasilkan pandangan yang sangat tipis dari apa artinya menjadi
seorang ayah, sehingga dapat mempertemukan seorang pria yang memberikan setetes sperma
untuk membantu dalam penciptaan anak yang dia punya. Jika ini adalah yang menjadi
maksud dari menjadi seorang ayah, berarti tes DNA akan menjadi tes yang tepat untuk ayah.4
Makna ayah memiliki tiga komponen yang dapat ditemukan dalam seseorang dari salah
satu ayah, atau penyebaran antara laki-laki yang berbeda. Ini adalah ‘ayah kausal’, ‘ayah
materi’, dan ‘ayah moral’. ‘Ayah kausal’ mengacu pada orang yang bertanggung jawab untuk
membawa anak menjadi ada, dengan satu rute kausal tersebut, menjadi ketentuan dari sperma
di alam reproduksi. ‘Ayah material’ mengacu pada seorang pria yang menyediakan material
untuk anak (dalam hal memberikan perawatan fisik, atau cara memberikan perawatan fisik,
seperti makanan, pakaian, dll). Di sisi lain ‘ayah moral’, mengacu pada pria yang membentuk
hubungan dengan seorang anak dengan penuh kasih sayang. Ayah moral tampaknya yang
paling dihargai. Perbedaan antara ayah moral dan material dapat dipahami secara baik dengan
mempertimbangkan seorang ayah yang hadir membayar tunjangan anak, tetapi tidak
memiliki hubungan sosial dengan orang tua anak. Pria seperti itu memenuhi kriteria untuk
18
menjadi ayah materi, karena ia yang menyediakan sarana pendukung fisik (melalui
penyediaan dukungan finansial bagi ibu), tetapi tidak menjadi Ayah moral karena ia tidak
terlibat dalam setiap jenis hubungan orangtua (tidak ada cinta, tidak peduli sehari-hari).4
Dalam hubungan ayah banyak, bagaimanapun ayah tidak terbagi-bagi sepanjang jalur
tersebut, dan 'ayah moral' tidak hanya peduli terhadap emosional anak, tetapi juga sekaligus
menjadi ayah kausal, yang mampu memberi saham keuangan / tanggung jawab materi untuk
membesarkan dirinya dengan ibunya. Melalui menjadi seorang ayah moral, seorang pria
layak memperoleh hak ayah, termasuk hak untuk membuat keputusan yang mempengaruhi
kehidupan anak tersebut. Hanya seorang pria yang menunjukkan ia mampu bertindak secara
bertanggung jawab sebagai ayah dan hadir saat kepentingan anak harus memiliki hak orang
tua (termasuk, misalnya, hak untuk menentukan residensi, untuk mengambil keputusan
tentang pendidikan dan kesehatan, dll). Klaim ini didasarkan pada gagasan bahwa hak-hak
orang tua, pada dasarnya kekuatan signifikan atas seorang anak, dan bahwa kekuatan tersebut
hanya sah dipegang oleh orang yang telah menunjukkan komitmen kasih sayang untuk
seorang anak.4
Untuk menilai waktu yang tepat untuk melakukan tes paternitas yaitu bergantung pada
Seorang pria mungkin ingin memastikan bahwa ia adalah leluhur sebelum mengambil
keuangan dan tanggung jawab lainnya untuk seorang anak. Pilihan ini bisa menjadi akibat
dari beberapa faktor: misalnya, keengganan umum untuk menjadi orangtua, keengganan
untuk menambah keuangan yang tidak perlu, perasaan bahwa ia tidak dapat melakukan
investasi emosional pada seorang anak yang tidak terkait dengannya, atau keinginan yang
19
kuat untuk tidak disaingi. Dengan asumsi, seperti yang diuraikan di atas, bahwa ayah
adalah kegiatan sukarela, semua alasan yang dipertahankan secara moral, meskipun tidak
sesuai dengan imbalan. Tidak ada kewajiban pribadi secara umum untuk bertanggung
jawab atas bayi yang baru lahir yang keberadaannya tidak berasal dari beberapa tindakan
atau kelalaian kita sendiri. Jika keterkaitan genetik penting apakah seorang pria mau
menjadi ayah dari seorang anak (materi, moral atau keduanya), maka ia patut melakukan
tes DNA sebelum ia masuk ke dalam setiap jenis hubungan ayah. Mengingat bahwa
pengujian antenatal janin menggunakan darah ibu belum sepenuhnya dapat diandalkan
(dan mengingat bahwa tes juga akan membutuhkan persetujuan ibu), kesempatan praktis
Jika, di sisi lain, ada atau tidak adanya keterkaitan genetik tidak penting bagi
keputusannya untuk menjadi seorang ayah, ia tidak memiliki alasan untuk meminta tes
DNA. Di lain pihak, ia juga tentu wajib ikut serta dalam pengujian sebelum mengambil
tanggung jawab menjadi orang tua sejak menjadi ayah moral yang tidak tergantung pada
menjadi progenitor.4
tanggung jawab finansial bagi seorang anak jika ia bisa menunjukkan bahwa ia dan anak
tidak terkait genetik. Bahkan jika hasilnya menunjukkan adanya kekerabatan genetis, fakta
ini saja tidak akan menghilangkan tanggung jawab masa depan kepada anak karena tes
paternitas bukan tes dari tanggung jawab menjadi ayah moral, tetapi hanya sebuah uji ayah
kausal oleh progenasi. Sementara tes paternitas bisa menunjukkan bahwa pria tidak
memiliki kewajiban pribadi untuk bertanggung jawab atas anak sebagai seorang ayah
20
3. Untuk Mengecualikan Klaim atas Ayah dari Pria Lain
menegaskan klaim untuk menjadi ayah dari anak yang dihasilkan. Kita bisa membedakan
dua keadaan di sini. Yang pertama adalah di mana ayah ayah yang mengaku terjadi
sebelum atau dekat kelahiran anak. Yang kedua adalah ketika perselisihan muncul sesaat
setelah kelahiran anak dan ketika sudah ada seorang ayah moral yang mapan.4
Jenis pertama kasus ditutupi oleh bagaimana akhirnya teratasi dengan bagaimana
hubungan antara orang-orang dewasa yang bersangkutan menyelesaikan sendiri. Jika ibu
dan bentuk non-progenitor keluarga dari pihak anak yang akan diangkat, maka
kemungkinan bahwa non-progenitor akan menjadi seorang ayah moral. Namun, keturunan
darah daging masih memiliki kewajiban yang menjadi hambatan utama, yang ia mungkin
bersedia untuk melepaskan, dan menjalankan kewajiban ini akan membuka jalan untuk
nya menjadi Ayah moral. Dalam kasus ini, anak akan memiliki dua ayah moral, dan
tanggung jawab akan berada di semua orang tua untuk melakukan kebajikan orang tua
yang memadai untuk memastikan bahwa perilaku mereka terhadap satu sama lain tidak
merusak kepentingan anak. Jika ibu dan progenitor membentuk sebuah hubungan, maka
hanya ada sedikit ruang untuk non-progenitor untuk memperoleh kesempatan menjadi
Sebuah tes DNA bukan merupakan tes untuk ayah moral, dan bahkan jika hasil tes
dinyatakan negatif, ini tidak akan mempengaruhi status seseorang sebagai seorang ayah
moral. Namun di sisi lain, seorang ayah moral sebaiknya juga ikut serta dalam tes. Dapat
dikatakan bahwa itu adalah untuk kepentingan anak untuk menyelesaikan persoalan dari
genetiknya. Jika hal ini terjadi, maka ayah moral dapat diwajibkan menyerah demi
anaknya.4
21
Seorang anak memiliki minat untuk mengetahui asal-usul genetik nya, meskipun apakah
minat ini harus menghasilkan status hak terbuka atau tidak untuk pertanyaan. Kepentingan
dari kerugian yang disebabkan oleh ketidaktahuan dari di mana, atau dari siapa, dirinya
berasal. Apakah identitas seseorang sebenarnya hanya tergantung dari mengetahui sejarah
genetik saja, dan apakah dengan tidak mengetahui akan mengarahkan ke segala jenis bahaya
yang nyata, mungkin tidak akan menunjukkan keutamaan, tetapi banyak orang merasa hal ini
perlu. Ini berarti bahwa hubungan ini sebenarnya bergantung pada perspektif individu
tertentu. Oleh karena itu, terlalu sederhana untuk mengatakan bahwa semua anak perlu tahu
sejarah genetik mereka, dan lebih tepat jika mengatakan bahwa beberapa orang datang karena
merasa tes ini adalah sangat penting bagi mereka untuk memiliki informasi, namun bagi
Hampir semua sampel biologis tubuh seperti darah dan bercak darah, seminal, cairan
vaginal, dan bercak kering, rambut (baik rambut lengkap dengan akarnya atau hanya batang
rambut), epitel bibir (misal pada puntung rokok), sel buccal, tulang, gigi, saliva dengan
nukleus (pada amplop, perangko, cangkir), urine, feces, kerokan kuku, jaringan otot,
ketombe, sidik jari, atau pada peralatan pribadi dapat digunakan untuk sampel tes DNA,
tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam
22
Darah yang diambil adalah darah vena. Darah diambil minimal 2 ml dengan
menggunakan antikoagulan EDTA. EDTA akan menjaga agar DNA tidak terjadi degradasi
karena DNAse akan dinonaktifkan. Bila tidak secara langsung dilakukan ekstraksi, darah
Tahapan isolasi DNA darah bertujuan untuk mengisolasi jaringan sel darah putih,
satu dengan lainnya sehingga yang tersisa hanya sel darah putih. Karena itu ke dalam
tabung yang berisi darah diberikan larutan pelisis sel darah merah yang merupakan
larutan hipotonis. Karena larutan tersebut hipotonis, maka akan terjadi hemolisis.
Larutan pelisis sel darah merah terdiri atas EDTA (ethylenediamine tetraacetic acid)
yang akan membentuk kompleks (chelate) dengan ion logam, seperti Mg2+ yang
memutar yang membentuk angka 8 agar larutan dapat menyatu dengan sempurna
selama 10 menit. Darah yang telah bercampur dengan pelisis sel darah merah tersebut
supernatan yang terbentuk dibuang. Untuk melisiskan membran sel dan membran
nukleus sel darah putih yang terisolasi tadi, diberikan larutan pelisis sel darah putih
yang terdiri atas EDTA dan SDS (Sodium Dodecyl Sulfate) yang berfungsi untuk
Tahap selanjutnya yaitu purifikasi. Purifikasi bertujuan untuk membersihkan sel darah
putih dari zat-zat lainnya; Ke dalam larutan tadi kemudian diberikan RNAse dan
diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37°C. Hal tersebut bertujuan untuk
23
Tahap berikutnya yaitu presipitasi; Tahap presipitasi dilakukan dengan cara
meneteskan larutan presipitasi protein dan kemudian divortex yang bertujuan untuk
yang jika berikatan dengan protein mengakibatkan terbentuknya senyawa baru yang
3000 rpm. Supernatan yang berisi DNA kemudian dituangkan ke dalam tabung berisi
disentrifugasi kembali selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Hasil dari
sentrifugasi adalah terdapatnya pelet DNA pada dasar tabung yang kemudian
kemudian disentrifugasi kembali selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Hasil
Pemeriksaan identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara baik pemeriksaan fisik
yang melihat ciri – ciri fisik dari orang tuanya, misalnya warna rambut, warna kornea, bentuk
muka dan lainnya. Namun, pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditentukan secara pasti. Oleh
karena itu diperlukan beberapa pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya misalnya
pemeriksaan paternitas.6
24
Ilmu Kedokteran Forensik Molekuler adalah suatu bidang ilmu yang baru berkembang
dalam dua dekade terakhir, merupakan bagian dari ilmu kedokteran forensik yang
memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkatan molekul atau DNA.
Sebagai suatu bidang cabang ilmu kedokteran forensik yang baru, ilmu ini melengkapi dan
menyempurnakan berbagai pemeriksaan identifikasi personal pada kasus mayat tak dikenal,
Jika terdapat kasus yang meragukan untuk pembuktian apakah anak tersebut
merupakan anak hasil hubungan dari pasien atau merupakan anak kandung dari pasien, maka
Diantara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena
merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia
tertentu. Pemeriksaan darah berguna untuk membantu menyelesaikan kasus-kasus bayi yang
Dalam kasus yang ada kaitannya dengan faktor keturunan, hukum Mendel memainkan
peranan penting. Semua sistem golongan darah diturunkan dari orang tua kepada anaknya
peristiwa mutasi, namun karena frekuensinya sangat kecil (1:1.000.000) untuk kasus-kasus
- Antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada
25
- Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada
anaknya.
terletak di permukaan sel darah merah, misalnya sistem ABO, Rhesus, MNS, Kell, Duffy,
Lutheran, Lewis, Kidd, P, Sekretor/nonsekretor, Antigen Limfosit Manusia (HLA), dan lain-
lain. Selain itu dikenal pula antigen-antigen yang terdapat diluar sel darah merah, misalnya
sistem Gm, Gc, Haptoglobin (Hp), serta sistem enzim,misalnya fosfoglukomutase (PGM),
fosfatase asam eritrosit (EAP), glutamat piruvat transaminase (GPT), 6-fosfo glukonat
serum.6
Pada kasus paternitas, bila hanya sistem ABO, MNS dan Rhesus yang diperiksa,
maka kemungkinannya adalah 50-60%, sedangkan bila semua sistem diperiksa maka
sehingga penentuan keayahan dari seorang anak tidak dapat dipastikan, namun sebaliknya
kita dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah seorang anak (”singkir ayah”/paternity
exclusion”).6
Ada dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan ABO dan
Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan Rh, masih ada lagi macam penggolongan darah
lain yang ditentukan berdasarkan antigen yang terkandung dalam sel darah merah. Di dunia
ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih
jarang dijumpai.6
26
Salah satunya Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan
pribumi Amerika. Dari sistem MNS didapat golongan darah M, N dan MN yang berguna
untuk tes kesuburan. Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika. Sistem Lutherans
mendeskripsikan satu set 21 antigen. Dan sistem lainnya meliputi Colton, Kell, Kidd, Lewis,
a. Sistem ABO
Sebelum munculnya analisis DNA untuk ilmu forensik, metode lain dikembangkan untuk
perbandingan noda cairan biologis untuk individu. Yang paling umum dari darah adalah
pengelompokkan ABO. Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3
dari 4 golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan
darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan
mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor. Hasilnya adalah dua macam
reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu
macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O).
Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A
dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Kemudian Alfred Von
Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner menemukan golongan
darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan
secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.6-7
atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi
yang berbeda-beda.6
27
Pengelompokkan ABO mengidentifikasi antigen spesifik yang terdapat pada permukaan
sel-sel darah. Dalam populasi, individu mungkin memiliki bentuk yang berbeda dari antigen,
yang menghasilkan apa yang sering disebut sebagai golongan darah seseorang.
Membandingkan jenis darah yang diperoleh dari bukti suatu noda, dengan seorang individu
yang dicurigai memungkinkan untuk penentuan apakah individu tersebut berkontribusi pada
noda tersebut. Kelemahan utama pada pengelompokkan darah ABO adalah bahwa ada relatif
sedikit jenis darah yang berbeda pada golongan darah ABO di seluruh populasi, sehingga
sulit untuk mengindividukan sebuah noda kejahatan. Hampir 40% dari populasi memiliki
golongan darah A dan O, dan tipe lainya sebanyak 40%. Selain menghasilkan lebih sedikit
informasi dari analisis DNA, golongan darah ABO membutuhkan jumlah sampel yang cukup
besar untuk pengujian yang akurat, lebih dari yang diperlukan untuk prosedur tes DNA saat
ini. Beberapa laboratorium masih menggunakan penggolongan darah ABO sebagai alat
eksklusif sebuah kasus di mana tersedia sejumlah besar sampel. Namun, dengan
perkembangan metode DNA yang lebih cepat dan lebih akurat, laboratorium forensik
b. Sistem Rhesus
28
Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada
tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset digunakan
darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai
Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B,
sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga
Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh,
maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada
4. Pemeriksaan DNA
DNA atau Deoxyribonucleic acid (asam deoksiribonukleat) adalah struktur kimia yang
polimer yang menyimpan semua informasi gen. Secara struktural, DNA berbentuk double
helix, dua helai material genetic yang terikat spiral satu dengan yang lain. Setiap helainya
mengandung sekuens bas (adenine, guanine, sitosin dan timin) yang disebut nukleotida.
Struktur kimia DNA masing-masing orang adalah sama. Yang membedakan hanya urutan
pasangan basanya. Ada berjuta-juta pasangan basa DNA dimana masing-masing orang
sekuens (urutannya) berbeda. Terdapat pola yang berulang dalam DNA manusia. Pola ini
memberikan kita ‘fingerprint’, yang dapat menentukan apakah 2 sampel DNA berasal dari
orang yang sama, dalam pertalian keluarga, atau tak ada pertalian keluarga sama sekali. Para
kemungkinan-kemungkinan kesesuaian.
29
Penerapan profil DNA untuk analisis kekerabatan telah menyebar luas dan menawarkan
cara mudah untuk membangun hubungan biologis. Tidak mengherankan, uji paternitas adalah
bentuk paling umum dari pengujian kekerabatan, dibandingkan dengan ratusan ribu tes yang
dilakukan di seluruh dunia setiap tahun. Sejak tes DNA pertama kali muncul pada tahun
1985, DNA analisis telah diterapkan pada sejumlah besar tes kekerabatan, untuk pengujian
Informasi genetik dapat ditemukan di tulang, gigi, kulit dan jaringan lunak lainnya, air
mata, keringat, air liur, rambut akar, kotoran telinga, air mani, cairan vagina, urin dan darah.
Contohnya, air liur pada puntung rokok atau gelas minum, atau sel-sel kulit pada roda kemudi
atau kaca. Sekitar 95% dari DNA nuklir manusia adalah non-coding DNA, yang disebut
'sampah' DNA. Daerah-daerah non-coding adalah daerah yang diperiksa dalam pengujian
DNA forensik. DNA forensik sidik jari dimulai di Leicester, Inggris, ketika pada tahun 1984
Alec Jeffreys menemukan hypervarible lokus yang terdiri dari sekitar 10 sampai 1000 urutan
secara tandem yang diulang, masing-masing pasangan biasanya basa 10-100 panjang.
Setelah barang bukti telah disaring dan sampel positif telah diidentifikasi, maka analisis
DNA dapat dimulai. Molekul DNA dapat ditemukan di hampir setiap sel di dalam tubuh
seseorang, di dalam inti setiap sel di mana dikemas menjadi 23 pasang kromosom. Satu
kromosom dari masing-masing pasangan merupakan kontribusi dari ibu individu dan lainnya
oleh ayah individu. masing-masing DNA orang adalah unik, kecuali dalam kasus kembar
identik. Kembar identik akan memiliki urutan DNA yang tepat sama. Sifat lain dari DNA
yang penting untuk analisis forensik adalah bahwa DNA seseorang adalah sama di setiap sel
dalam tubuh orang itu di sepanjang hidupnya. Meskipun ada kasus-kasus langka yang
berhubungan dengan kanker, penuaan, dan kejadian selular lainnya, namun kejadian ini
30
Tes DNA untuk menetukan asal-usul genetik melibatkan pengujian bahan biologis dari
dua atau lebih individu untuk mengkonfirmasi atau menyangkal asal-usul biologis. Tes
memperkirakan kemungkinan bahwa orangtua yang diduga adalah orangtua biologis dari
anak. Mengingat bahwa persalinan telah jelas membuktikan hubungan antara ibu dan anak,
maka tes biasanya paling sering berhubungan dengan ayah. Pengujian secara konvensional
dilakukan pada sampel yang diperoleh melalui usapan mulut atau tusukan kecil pada jari,
dalam konteks laboratorium. Tetapi sampel sampel juga dapat diperoleh di luar laboratorium,
Sistematika analisis DNA fingerprint sama dengan metode analisis ilmiah yang biasa
dilakukan di laboratorium kimia. Sistematika ini dimulai dari proses pengambilan sampel
sampai ke analisis dengan PCR (Polymerase Chain Reaction). Pada pengambilan sampel
dibutuhkan kehati-hatian dan kesterilan peralatan yang digunakan. Setelah didapat sampel
dari bagian tubuh tertentu, maka dilakukan isolasi untuk mendapatkan sampel DNA. Bahan
kimia yang digunakan untuk isolasi adalah Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform
biasa digunakan untuk isolasi darah yang berbentuk cairan sedangkan Chilex digunakan
untuk mengisolasi barang bukti berupa rambut. Lama waktu proses tergantung dari
kemudahan suatu sampel di isolasi, bisa saja hanya beberapa hari atau bahkan bisa berbulan-
bulan. Tahapan selanjutnya adalah sampel DNA dimasukkan kedalam mesin PCR. Langkah
dasar penyusunan DNA fingerprint dengan PCR yaitu dengan amplifikasi (penggandaan)
sebuah set potongan DNA yang urutannya belum diketahui. Prosedur ini dimulai dengan
mencampur sebuah primer amplifikasi dengan sampel genomik DNA. Satu nanogram DNA
sudah cukup untuk membuat plate reaksi. Jumlah sebesar itu dapat diperoleh dari isolasi satu
tetes darah kering, dari sel-sel yang melekat pada pangkal rambut atau dari sampel jaringan
apa saja yang ditemukan di TKP. Kemudian primer amplifikasi tersebut digunakan untuk
31
penjiplakan pada sampel DNA yang mempunyai urutan basa yang cocok. Hasil akhirnya
berupa kopi urutan DNA lengkap hasil amplifikasi dari DNA Sampel. Selanjutnya kopi
urutan DNA akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena
urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis)
setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang dimaksud DNA fingerprinting. Adanya
kesalahan bahwa kemiripan pola pita bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil
kemungkinannya, mungkin satu diantara satu juta. Finishing dari metode ini adalah
pelaku kejahatan).6
Tak ada batasan usia dalam pengujian DNA. Bahkan pada janin dan orang yang sudah
meninggal dapat diaplikasikan. Pada tes paternitas sebelum anak dilahirkan (prenatal), tes
DNA dapat dilakukan dengan sampel dari jaringan janin, umumnya pada usia kehamilan 10-
13 minggu atau dengan cara amniosentesis (tes prenatal) pada usia kehamilan 14-24 minggu.
Untuk pengambilan jaringan janin ini harus dilakukan oleh ahli kebidanan/kandungan. Ibu
yang ingin melakukan tes DNA prenatal harus berkonsultasi dengan ahli kebidanan
kandungan.6
Tes DNA yang dilakukan saat kehamilan dinamakan tes prenatal atau prenatal testing.
Pada prenatal testing, sampel jaringan bisa didapat dari plasenta (korion) atau cairan amnion
(ketuban). Untuk mendapatkan sampel ini terdapat 2 metode yang dasar yaitu dengan
amniosentesis (pengambilan cairan ketuban) dan CVS (chorionic villous sampling = isolasi
jonjot korion). Adapun amniosentesis dilakukan pada usia kehamilan minggu ke 16-20,
dimana pada usia ini cairan amnion cukup banyak untuk bisa diambil. Prosedur ini dilakukan
dengan panduan ultrasonografi (USG). Sedang CVS dilakukan pada minggu ke 10-13.
Namun kedua metode ini memiliki beberapa resiko diantaranya kebocoran cairan amnion,
infeksi pada rahim dan keguguran yang terjadi pada kurang lebih 1% kejadian. Namun
32
apabila prosedur ini dilakukan pada tangan-tangan yang sudah ahli dan berpengalaman, maka
resiko tersebut diatas dapat ditekan. Hasil dari analisa kedua metode ini cukup reliable dan
akurat. Dari sampel jaringan ini kemudian diisolasi DNAnya untuk dianalisa lebih lanjut
amniosentesis yang dilakukan secara invasif pada usia kehamilan 16-20 minggu. Metode Pap
Smear ini dilakukan pada usia kehamilan 6 minggu dan dapat menghindari resiko keguguran
1% oleh teknik invasif 1. Para dokter umum di daerah-daerah juga dapat dengan mudah
melakukannya dengan sedikit menambah perlengkapan untuk mesin PCR untuk analisa
DNAnya.5
Ibu
Anak
yang
dicurigai
Ayah
Identifikasi manusia yang ditemukan dari kecelakaan pesawat udara. Darah sampel
diberikan oleh ibu dan ayah yang kehilangan anak. Alel dalam profil manusia berasal
dari ibu dan ayah (ditandai dengan panah).
a. Konsep Polimorfisme
Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan adanya suatu bentuk
yang berbeda daru suatu struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi / modifikasi pada
suatu lokus yang spesifik (pada DNA) dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan
bersifat polimorfik. Sifat polimorfik ini di samping menunjukkan variasi individu, juga
33
memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dari yang
lain.6
Dikenal polimorfisme protein dan polimorfisme DNA. Polimorfisme protein antara lain
ialah golongan darah, golongan protein serum, sistim golongan enzim eritrosit dan sistim
HLA (Huma Lymphocyte Antigen). Polimorfisme DNA merupakan suatu polimorfisme pada
tingkat yang lebih awal dibandingkan polimorfisme protein, yaitu tngkat kode genetik atau
DNA. Pemeriksaan polimorfisme DNA meliputi pemeriksaan Sidik DNA (DNA fingerprint),
VNTR (Variable Number of Tandem Repeats) dan RFLP (Restriction Fragment Length
Polymorphism), secara Southern blot maupun dengan PCR (Polymerase Chain Reaction).6
polimorfis yang jauh lebih tinggi, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan terhadap banyak
sistem. Kedua, DNA jauh lebih stabil dibandingkan protein, membuat pemeriksaan DNA
masih dimungkinkan pada bahan yang sudah membusuk, mengalami mummifikasi atau
bahkan pada jenazah yang tinggal kerangka saja. Ketiga, distribusi DNA sangat luas meliputi
seluruh sel tubuh, sehingga berbagai bahan mungkin untuk digunakan sebagai bahan
pemeriksaan. Keempat, dengan ditemukannya metode PCR, bahan DNA yang kurang segar
Pemeriksaan sidik DNA pertama kali dperkenalkan oleh Jeffreys pada tahun 1985.
Pemeriksaan ini didasarkan atas adanya bagian DNA manusia yang termasuk daerah non-
coding atau intron (tak mengkode protein) yang ternyata merupakan urutan basa tertentu yang
34
Bagian DNA ini tersebar dalam seluruh genom manusia sehingga dinamakan
multilokus. Bagian DNA ini dimiliki oleh smua orang tetapi masing-masing individu
mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu sama lain, sedemikian sehingga
kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah sangat kecil sekali.
Bagian DNA ini dikenal dengan nama Variable Number of Tandem Repeats (VNTR) dan
umumnya tersebar pada bagian ujung kromosom. Seperti juga DNA pada umumnya, VNTR
ini diturunkan dari kedua orangtua menurut hukum Mendel, sehingga keberadaanya dapat
dilacak secara tidak langsung dari orangtua, anak maupun saudara kandungnya.6
Jeffreys dan kawan - kawan menemukan bahwa suatu fragmen DNA yang diisolasi dari
DNA yang terletak dekat dengan gen globin mansuai ternyata dapat melacak VNTR ini
secara simultan. Pelacak DNA (probe) multilokus temuannya ini dinamakan pelacar Jeffreys
yang terdiri dari beberapa probe, diantaranya 16.6 dan 16.15 yang paling sering digunakan.6
Pemeriksaan sidik DNA diawali dengan melakukan ekstraksi DNA dari sel berinti, lalu
Potongan DNA ini dipisahkan satu sama lain berdasarkan berat molekulnya (panjang
potongan) dengan melakukan elektroforesis pada gel agarose. Dengan menempatkan DNA
pada sisi bermuatan negatif, maka DNA yang bermuatan negatif akan ditolak ke sisi lainnya
dengan kecepatan yang berbanding terbalik dengan panjang fragmen DNA. Fragmen DNA
yang tleha terpisah satu sama lain di dalam agar lalu diserap pada suatu membran
Membran yang kini telah mengandung potongan DNA ini lalu diproses untuk membuat
DNA-nya menjadi DNA untai tunggal (proses denaturasi), baru kemudian dicampurkan
dnegan pelacak DNA yang telah dilabel dengan bahan radioaktif dalam proses yang
35
dinamakan hibridisasi. Pada proses ini pelacak DNA akan bergabung dengan fragmen DNA
Untuk menampilkan DNA yang telah ber-hibridisasi dengan pelacak berlabel ini,
dipaparkanlah suatu film diatas membran sehingga film akan terbakar oleh adanya radioaktif
tersebut (proses autoradiografi). Hasil pembakan film oleh sinar radioaktif ini akan tampak
pada fil berupa pita-pita DNA yang membentuk gambaran serupa Barcode (label barang di
supermarket).6
Dengan metode Jeffreys dan menggunakan 2 macam pelacak DNA umumnya dapat
dihasilkan sampai 20-40 buah pita DNA per-sampelnya. Pada kasus identifikasi mayat tak
dikenalm dilakukan pembandingan pita korban dengan pita orangtua atau anak-anak
tersangka korban. Jika korban benar adalah tersangka maka akan didapatkan bahwa separuh
pita anak akan cocok dengan ibunya dan separuhnya lagi cocok dengan pita ayahnya. Hal
yang sama juga dapat dilakukan pada kasus ragu ayah (disputed paternity).6
Setelah penemuanny Jeffreys ini, banyak terjadi penemuan VNTR lain. Metode
labeling pelacak dan pelacak yang berbeda, meskipun semua masih menggunakan metode
Setelah kemudian ditemukan suatu pelacak yang dinamakan pelacak lokus tunggal
(singel locus), maka mulailah orang mengalihkan perhatiannya pada metode baru ini. Pada
sistim pelacakan dengan pelacak tunggal, yang dilacak pada suatu pemeriksaan hanyalah satu
lokus tertentu saja, sehingga pada analisis selanjutnya hanya akan didapatkan dua pita DNA
36
saja. Karena pola penurunan DNA ini juga sama, maka satu pita berasal dari ibu dan pita
Adanya jumlah pita yang sedikit ini menguntungkan karena interpretasinya menjadi
lebih mudah dan sederhana. Keuntungan lainn adalah ia dapat mendeteksi jumlah pelaku
perkosaan. Jika pada usap vagina korban ditemukan ada 6 pita DNA misalnya, maka pelaku
perkosaan adalah 3 orang (satu orang 2 pita). Kelemahannya adalah jumlah pita yang sedikit
membuat kekuatan diskriminasi individunya lebih kecil, sehingga perlu identifikasi personal
selain kasus perkosaan, perlu dilakukan pemeriksaan dengan pelacakan beberapa lokus
sekaligus.6
Secara umum, metode Jeffreys dan pelacak multilokus dianjurkan untuk kasus
identifikasi personal, sedang untuk kasus perkosaan menggunakan metode dengan pelacak
lokus tunggal.6
d. Pemeriksaan RFLP
adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat adanya variasi panjang fragmen DNA
setelah dipotong dengan enzim restriksi tertentu. Suatu enzim restriksi mempunyai
kamampuan memotong DNA pada suatu urutan basa tertentu sehingga akan menghasilkan
potongan-potongan DNA tertentu. Adanya mutasi tertentu pada lokasi pemotongan dapat
membuat DNA yang biasanya dapat dipotong menjadi tak dapat dipotong sehingga
membentuk fragmen DNA yang lebih panjang. Variasi inilah yang menjadi dasar metode
analisis RFLP.6
VNTR yang telah dibicarakan di atas sesungguhnya adalah salah satu jenis RFLP,
karena variasi fragmennya didapatkan setelah pemotongan dengan enzim restriksi. Metode
37
pemeriksaan RFLP dapat dilakukan dengan metode Southern blot tetapi dapat juga dengan
metode PCR.6
e. Metode PCR
Metode PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode untuk memperbanyak
fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan menggunakan enzim polimerase DNA.6
Kelompok Cetus pada tahun 1985 menemukan bahwa DNA yang dicampur dengan
deoksiribonukleotida trifosfat atau dNTP (yang terdiri dari ATP, CTP, TTP dan GTP), enzim
polimerase DNA dan sepasang primer jika dipanaskan, didinginkan lalu dipanaskan lagi akan
memperbanyak diri dua kali lipat. Jika siklus ini diulang sebanyak n kali, maka DNA akan
Yang dimaksud dengan primer adalah fragmen DNA untai tunggal yang sengaja dibuat
dan merupakan komplemen dari bagian ujung DNA yang akan diperbanyak, sehingga dapat
Siklus proses PCR diawali dengan pemanasan pada suhu tinggi, yang berkisar antara
90-95 derajat Celsius (fase denaturasi). Pada suhu ini DNA untai ganda (double stranded)
akan terlepas menjadi 2 potong DNA untai tunggal (single stranded). Proses ini dilanjutkan
dengan pendinginan pada suhu tertentu (fase penempelan prier atau primer annealing) yang
dihitung dengan rumus Thein dan Walace: Suhu = 4(G + C) + 2(A + T).6
G, C, A dan T adalah jumlah basa Guaninm Sitosin, Adenin dan Timin pada primer
yang digunakan. Pada fase ini primer akan menempel pada basa komplemennya pada DNA
untai tunggal tadi. Selanjutnya, siklus diakhiri dengan pemansan kembali antara 70-75 derajat
Celsius (fase ekstensi atau elongasi), yang akan membuat primer memperpanjang diri
38
Pemeriksaan dengan metode PCR hanya dimungkinkan jika bagian DNA yang ingin
diperbanyak telah diketahui urutan basanya. Tahapan selanjutnya adalah menentukan dan
menyiapkan primer yang merupakan komplemen dari basa pada ujung-ujung bagian yang
akan diperbanyak. Pemeriksaan PCR sendiri merupakan suatu proses pencampuran antara
DNA cetakan (template) yang akan diperbanyak, dNTP, primer, enzim polimerase DNA dan
larutan buffer dalam reaksi 50 ul atau 100 ul. Campuran ini dipaparkan pada 3 suhu secara
Adanya mesin otomatis untuk proses ini membuat prosedurnya menjadi amat
Lokus DNA yang dapat dianalisis dengan mteode PCR, meliputi banyak sekali lokus
VNTR maupun RFLP lainnya, diantaranya lokus D1S58 (dulu disebut D1S80) dan D2S44.
Metode analisis dengan PCR ini begitu banyak disukaisehingga penemuan-penemuan lokus
DNA polimorfik yang potensial untuk analisis kasus forensik terus terjadi tanpa henti setiap
saat.6
dilakukan pada bahan yang segar karena protein cepat rusak oleh pembusukan. Keterbatasan
kedua, ia hanya dapat memberikan kesimpulan eksklusi yaitu "pasti bukan" atau "mungkin".6
yang tak terkesklusi, pemeriksaan harus dilakukan terhadap banyak sistim sekaligus.6
39
Penemuan DNA fingerprint yang menawarkan metode eksklusi dengan kemampuan
eksklusi yang amat tinggi membuatnya menjadi metode pelengkap atau bahkan pengganti
yang jauh lebih baik karena ia mempunyai ketepatan yang nyaris seperti sidik jari.6
Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang
berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem Repeat)
adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2 –
5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode
ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan
diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak
atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya
berkisar antara 200 – 500 pasangan basa.
Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yang
memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu
bersamaan. Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak
lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan
menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs
dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.17,19
Namun metode STRs memiliki kelemahan yaitu mensyaratkan penggunaan tiga belas
lokus sedangkan DNA inti hanya memliki dua salinan molekul dalam setiap sel. Hal ini
menyulitkan untuk menganalisis ketigabelas lokus tersebut, terutama pada laboratorium
dengan prasarana sederhana.7
40
Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap pengambilan
spesimen, tahap proses laboraturium, tahap perhitungan statistik dan pengambilan
kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih memanfaatkan metode
elektroforesis DNA. Intrepretasi hasilnya adalah dengan cara menganalisa pola DNA
menggunakan marka STR (short tandem repeats). STR adalah lokus DNA yang tersusun atas
pengulangan 2-6 basa. Dalam genom manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang
bervariasi jumlah dan jenisnya. Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat
diprofilkan dan dibandingkan dengan sampel DNA terduga lainnya.
Ketika sampel DNA yang telah dimurnikan dimasukkan ke dalam mesin PCR)
sebagai tahapan amplifikasi, maka hasil akhirnya berupa copy urutan DNA lengkap dari
DNA sampel. Selanjutnya copy urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis
untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda, maka jumlah dan
lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu akan berbeda juga. Pola pita inilah yang
disebut DNA sidik jari (DNA finger print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir
adalah DNA berada dalam tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe
DNA. Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-
angka dan gambar-gambar identifikasi DNA. Penetapan hasil tes DNA ini dilakukan
mencocokkan tipe DNA korban dengan tipe DNA pihak tercurigai atau dengan tipe DNA
yang telah tersedia dalam database. Jika dari pembacaan, diperoleh tingkat homolog melebihi
ambang yang ditetapkan (misal 90%), maka dapat dipastikan korban adalah kerabat pihak
tercurigai.
Pada kasus paternitas maupun maternitas, hasil analisis laboratorium (profil DNA)
akan terlihat berupa pita-pita DNA yang terdapat pada gel poliakrilamid. Pita DNA anak
kemudian dibandingkan dengan pita DNA ayah dan ibunya. Dapat dilihat bahwa masing-
masing orang memiliki dua pita sebagai representasi dua alel yang menggambarkan DNA
pada satu pasang kromosom. Salah satu pita pada kolom DNA anak sama tinggi dengan salah
satu pita ibu yang menunjukkan alel tersebut berasal dari ibu, artinya pita anak yang kedua
berasal dari pihak ayah terlihat bahwa salah satu pita ayah sama tinggi dengan pita kedua
anak. Kemudian dilakukan perhitungan statistik sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
pria tersebut kemungkinan besar adalah ayah dengan kemungkinan sekian persen
dibandingkan dengan orang lain dalam ras yang sama.
41
BAB II
Penutup
1.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
5. Dirckx JH. Kamus ringkas kedokteran Stedman untuk profesi kesehatan. Edisi ke 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.520
6. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Ilmu kedokteran forensik. Edisi ke-2.
Jakarta: FKUI; 1997.h.207-13.
42