an Etiologi • Faktor endogen : – Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom – Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan – Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan • Faktor eksogen : – Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter (Thalidomide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu) – Ibu menderita penyakit infeksi : rubella – Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai Epidemiologi • Menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak, setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau lebih kurang 10-15% dari seluruh penyakit jantung bawaan. • Di antara penyakit jantung bawaan sianotik, tetralogi fallot merupakan 2/3nya. • Di US angka kejadiannya mencapai 3-6 dari 10000 kelahiran. • Tetralogi fallot merupakan penyebab tersering pada PJB yang menyebabkan sianosis. Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Patofisiologi Manifestasi Klinik • Bayi mengalami kesulitan untuk menyusu • Berat badan bayi tidak bertambah • Pertumbuhan anak berlangsung lambat • Perkembangan anak yang buruk • Sesak napas jika melakukan aktivitas • Setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok • Pada mulanya sering kali tanpa gejala (ada sianosis bila berat) • Selanjutnya terjadi dispnea dan sianosis kalau beraktivitas, missal menyusui • Sering duduk berjongkok (peningkatan tahanan pada aliran darah sistemik penuruhan pirau melintasi VSD darah sistemik yang terdesaturasi menurun). • Ujung jari membesar dan tampak seperti pentung • Terjadi Tet Spell/ serangan biru waktu istirahat: anak tampak biru kemerah merahan, ujung tangan dan kaki menjadi sianosis. Hiperpnea, sianosis berat dan lemah. Manifestasi Klinik • Cyanotic Spells – Serangan sianosis khas untuk TOF – Biasanya timbul ketika anak menangis, buang air besar, demam, aktiftas yang meningkat. – 15-20 menit teratasi spontan – Mulai timbul 6-12 bulan Penatalaksanaan • Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu. • Natrium Bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis • Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya. • Berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali pemberian 5 ml/kgBB • Pemberian Prostaglandin E1 untuk sianosis atau pada keadaan akut (vasodilator arteriol dan menghambat agregasi trombosit) • Pemberian Vasopressor pada awal serangan atau jika terapi lain gagal (methoxamine, phenylephrine)7 Penatalaksanaan • Non Medika Mentosa – Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah seperti jongkok. – Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber infeksi terjadinya endokarditis infektif atau abses otak. – Hindari dehidrasi Penatalaksanaan • Koreksi Total – untuk menutup defek pada septum ventrikel – untuk membuka obstruksi yang terjadi pada saluran aliran keluar ventrikel kanan – untuk memperbaiki stenosis arteri pulmonalis yang terjadi Penatalaksanaan • Bedah Paliatif – shunt Blalock-Taussig: sebuah anastomosis antara arteri subklavia atau cabang arteri subklavia (arteri inominata) dengan arteri pulmonalis. – shunt Blalock-Taussig modifikasi (Great Ormand Street): bahan graft prostetik diletakkan antara arteri subklavia dan arteri pulmonalis. B-T shunt modifikasi dapat dibuat di sisi manapun, dan asupan darah arteri subklavia ke lengan dipertahankan. – shunt Potts: anastomosis aorta desendens dengan arteri pulmonalis kiri, sebuah anastomosis sisi ke sisi langsung Komplikasi • Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalamiberbagai komplikasi antara lain: • Gagal jantung kongestif / CHF. • Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung. • Aritmia. • Endokarditis bakterialistis. • Hipertensi • Tromboemboli dan abses otak. • Obstruksi pembuluh darah pulmonal. • Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur). • Enterokolitis nekrosis.8,9 • Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner). • Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit. • Hiperkalemia (penurunan keluaran urin). • Gagal tumbuh.2,3 Pencegahan • Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : • Faktor Prenatal : – Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox. – Ibu alkoholisme. – Umur ibu lebih dari 40 tahun. – Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. – Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin). – Terpajan radiasi (sinar X). – Gizi ibu yang buruk. – Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.9,10 • Prognosis • Pada umumnya dapat dikatakan bahwa prognosis pasien tetralogi fallot tanpa operasi adalah tidak baik, meskupun hal ini bergantung pada beratnya stenosis pulmonal dan terbentuknya sirkulasi kolateral. Pasien dengan dispnea d effort jarang bertahan sampai besar. Pasien tetralogi fallot derajat sedang dapat bertahan sampai umur 15 tahun, dan hanya sebagian kecil yang hidup sampai dekade ketiga.7,8 • Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan sianotik Tetralogi Fallot sangat menentukan kelangsungan hidup anak, mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal jantung. Oleh karena itu dokter harus memiliki keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TOF yang baik agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami Tetralogi Fallot sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan Kesimpulan • Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan dan gejala klinis, hipotesis diterima. Seorang anak laki-laki berusia 2 setengah tahun dibawa ibunya ke UGD karena tiba tiba bertambah biru setelah menangis, keluhan tiba tiba membiru ini pernah terjadi sebelumnya saat pasien habis BAB (kurang lebih usia 2 tahun). Saat itu, ibu melarikan anaknya ke puskesmas terdekat dan pasien dikatakan menderita kebocoran jantung namun belum mendapat pemeriksaan lengkap. Keluhan sereing batuk pilek sejak kecil tidak ada, keluhan menetek sebentar sebentar dan cepat lelah ada. Keluhan BB sulit naik ada. Pasien lahir spontan, ditolong bidan, langsung menangis dan tidak biru saat lahir menderita Penyakit jantung kongenital tipe sianosis yaitu Tetralogi Fallot.