Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

SPONDILITIS

DISUSUN OLEH

Syamsul Arifin S.Ked 030.14.185


Annisa Himmatul Ulya S. Ked 030.15.028
Evita Peninta Dwi Savitri S. Ked 030.15.071
Siti Lidyana Samsidar S. Ked 030.15.185

PEMBIMBING
dr. Gupita Nareswary, Sp. Rad

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


Kepanitraan Klinik Departemen Ilmu Radiologi
Periode 29 April – 1 Juni 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “Spondilitis”.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu
Radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan dan penyelesaian referat ini, terutama kepada dr. Gupita Nareswary, Sp.
Rad selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingan sehingga referat
ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan referat ini tidak lepas
dari kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan berbagai saran
dan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga referat
ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dalam bidang kedokteran, khususnya
untuk bidang ilmu radiologi.

Jakarta, Mei 2019

Penulis

2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

REFERAT

SPONDILITIS

Nama :

Syamsul Arifin

030.14.185

Annisa Himmatul Ulya

030.15. 028

Evita Peninta Dwi Savitri

030.15.071

Siti Lidyana Samsidar

030.15.185

Pada Hari Tanggal

Pembimbing

dr. Gupita Nareswar, Sp. Rad

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 3

BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 4

BAB II Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 5

2.1 Anatomi Paru ............................................................................................. 5


2.2 Fisiologi Pernapasan ................................................................................... 8
2.3 Definisi Bronkiektasis ........................................................................................ 9
2.4 Klasifikasi Bronkiektasis .......................................................................... 10
2.5 Etiologi Bronkiektasis ............................................................................... 10
2.6 Patogenesis Bronkiektasis ......................................................................... 12
2.7 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 16
2.8 Penegakan Diagnosis ................................................................................ 16
2.9 Gambaran radiologik bronkiektasis .......................................................... 18
2.10 Diagnosis Banding Radiologik ........................................................... 23
2.11 Komplikasi Bronkiektasis ................................................................... 27
2.12 Tatalaksana Bronkiektasis................................................................... 28
2.13 Prognosis Bronkiektasis ...................................................................... 30

BAB III Kesimpulan ........................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 34

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Trakea dan Bronkus ................................................................ 5


Gambar 2 Anatomi Paru Dextra .............................................................................. 6
Gambar 3 Anatomi Paru Sinistra ............................................................................ 6
Gambar 4 Arteri dan Vena Pulmo ........................................................................... 7
Gambar 5 Fisiologi Sistem Pernapasan................................................................... 8
Gambar 6 Klasifikasi Bronkiektasis...................................................................... 10
Gambar 7 Patogenesis Bronkiektasis .................................................................... 15
Gambar 8 Gambaran Bronkiektasis pada Foto Thorax AP ................................... 19
Gambar 9 Gambaran Bronkiekatsis pada Foto Thorax AP ................................... 19
Gambar 10 Gambaran Honeycomb Appearance ..................................................... 20
Gambar 11 Gambaran Atelektasis pada Bronkiektasis ........................................... 21
Gambar 12 Gambaran Bronkiektasis pada CT Scan ............................................... 22
Gambar 13 Gambaran Signet Ring pada Bronkiektasis .......................................... 22
Gambar 14 Gambaran MRI Bronkiektasis .............................................................. 23
Gambar 15 Gambaran Sarkoidosis ......................................................................... 24
Gambar 16 CT Scan pada Allergic Bronchopulmonary Aspergilosis ..................... 25
Gambar 17 Gambaran Tuberkulosis ....................................................................... 26
Gambar 18 CT Scan Aspirasi Kronik ..................................................................... 27
Gambar 19 Postural Drainage ................................................................................ 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

Bronkiektasis adalah kelainan kronik yang ditandai dengan dilatasi bronkus


secara permanen, disertai proses inflamasi pada dinding bronkus dan parenkim paru
sekitarnya. Manifestasi klinis primer bronkiektasis adalah terjadinya infeksi yang
berulang, kronis, atau refrakter, dengan gejala sisa yang terjadi adalah batuk darah,
obstruksi saluran napas kronis, dan gangguan bernapas secara progresif.(1)
Gangguan ini sebagaian besar didahului dengan penyempitan bronkial yang
dipicu oleh infeksi, yang mungkin menyebabkan kehancuran epitel yang akan menjadi
kronis. Gangguan pada mukosiliar mengakibatkan retensi sekret dan menyebabkan
pasien untuk dapat terkena infeksi lebih lanjut. Di masa lalu, bronkiektasis sebagian
besar didapatkan dari penyakit yang menular, seperti pertusis, campak, dan influensa.
Pada masa sekarang di negara yang masih berkembang bronkiektasis ini biasanya
didapatkan setelah seseorang terkena infeksi. Perkembangan pengobatan antibiotic dan
vaksis didapatkan hasil terjadi penurunan angka kejadian bronkiektasis. Di Eropa,
bronkiektasis sering terjadi pada pasien dengan cystic fibrosis (CF).(2)
Prevalensi bronkiektasis dilaporkan semakin meningkat di Amerika Serikat,
dilaporkan prevalensi bronkiektasis meningkat setiap tahun mulai dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2007 dengan kenaikan sebesar 8,74%, dengan puncaknya usia
80-84 tahun, lebih banyak dijumpai pada wanita, dan ras asia. Penurunan angka FEV1,
skor gejala sesak lanjut, hasil kultur positif Pseudomonas, indeks metabolisme basal
yang rendah, laki-laki, usia lanjut, dan PPOK telah diidentifikasi sebagai faktor risiko
untuk mortalitas.(3)

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vertebrae

2.3 Definisi dan klasifikasi spondylitis

Penyakit spondilitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada tulang
vertebrae yang bisa disebabkan oleh proses infeksi atau imunitas. Spondylitis
sendiri terbagi menjadi spondylitis tuberculosis dan spondylitis ankilosis. Spondilitis
tuberkulosis didefinisikan sebagai infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis pada
komponen tulang belakang. Vertebrae merupakan lokasi tersering infeksi tuberculosis
(TB) pada tulang karena memiliki vaskularisasi yang sangat baik. Spondilitis TB paling
sering ditemukan pada vertebra torakalis bawah dan lumbalis. (kapsel)

Spondylitis ankilosis merupakan gangguan inflamasi yang terjadi secara kronis


yang melibatkan terutama sendi sacroiliac dan kerangka aksial. Kondisi ini ditandai
dengan kekakuan progresif dari sekelompok sendi dan ligamen di tulang belakang,
menyebabkan rasa sakit dan gangguan mobilitas tulang belakang. Jika parah,
spondylitis ankilosis juga dapat menyebabkan fusi (penggabungan) ligamen tulang
belakang dengan diskus antar vertebrae (Medscape)

2.5 Etiologi

2.5.1 Spondylitis tuberkulosis

Spondylitis tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis, bakteri tersebut merupakan anggota dari ordo
Actinomicetales dan famili Mycobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung,
gram positif lemah yaitu sulit untuk diwarnai tetapi sekali berhasil diwarnai sulit untuk
dihapus walaupun dengan zat asam, sehingga disebut sebagai bakteri batang tahan

5
asam. Hal ini disebabkan oleh karena bakteri ini memiliki dinding sel yang tebal yang
terdiri dari lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat). Selain itu bersifat pleimorfik,
tidak bergerak dan tidak membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 μm.
(spondylitis tb cervical)

2.5.2 Spondylitis ankilosis


Penyebab dari penyakit spondylitis ankilosis ini tidak diketahui, namun
terdapat kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan bekerja untuk menghasilkan
gejala klinis.
a. Predisposisi genetik
Hubungan yang kuat dari spondylitis ankilosis dengan HLA-B27 adalah bukti
langsung tentang pentingnya kecenderungan genetic. Dari berbagai subtipe
genotipe HLA-B27, HLA-B * 2705 memiliki asosiasi terkuat dengan
spondyloarthropathies. HLA-B * 2702, * 2703, * 2704, dan 2707 * juga terkait
dengan spondylitis ankilosis.
b. Mekanisme imunologi
Mekanisme lain yang mungkin dalam induksi spondylitis ankilosis adalah
peptida artritogenik dari bakteri enterik oleh molekul HLA tertentu. Banyak
pasien dengan penyakit ini memiliki subklinis inflamasi saluran pencernaan dan
antibodi IgA meningkat diarahkan terhadap Klebsiella. Bakteri dapat
menyerang saluran pencernaan dari host yang rentan secara genetik, yang
menyebabkan peradangan kronis dan peningkatan permeabilitas. Seiring
waktu, antigen bakteri yang mengandung peptida artritogenik memasuki
organisme melalui aliran darah.
c. Faktor-faktor lingkungan
Spondylitis ankilosis tidak berkembang pada setiap orang yang HLA-B27-
positif, dengan demikian, jelas bahwa faktor lingkungan juga penting. Bahkan
kerabat tingkat pertama yang HLA-B27-positif tidak seragam mengembangkan
penyakit. Hanya 15-20% orang tersebut mengidap penyakit ini. Pasien dengan

6
spondylitis ankilosis mungkin mengalami eksaserbasi setelah trauma. Tetapi
belum ada studi ilmiah mendukung trauma sebagai penyebab spondylitis
ankilosis. (Medscape)

2.6 Patogenesis spondylitis

2.7 Manifestasi Klinis

2.7.1 Spondylitis tuberkulosis

Seperti manifestasi klinik pasien TB pada umumnya, pasien mengalami


keadaan sebagai berikut, berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut tanpa
sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar limfe
superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang yang tidak
sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen dan tanda-tanda
cairan di abdomen. Manifestasi klinis pada spondilitis TB tidak ditemukan pada bayi
di bawah 1 tahun. Penyakit ini baru muncul setelah anak belajar berjalan atau
melompat. Gejala pertama biasanya dikeluhkan adanya benjolan pada tulang belakang
yang disertai oleh nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan
menggerakkan punggungnya, sehingga seakan-akan kaku. Pasien akan menolak jika
diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat barang dari lantai. Nyeri tersebut
akan berkurang jika pasien beristirahat. Keluhan deformitas pada tulang belakang
(kyphosis) terjadi pada 80% kasus disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang
membungkuk dan membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat
berkembang secara progresif. Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu mobile dan rigid. Pada
80% kasus, terjadi kiposis 100 , 20% kasus memiliki kiposis lebih dari 100 dan hanya
4% kasus lebih dari 300. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat disertai oleh
paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada tulang belakang yang
dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke bawah ligamen inguinal.

7
Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal dengan
istilah Pott’s paraplegi, terdapat 2 tipe defisit neurologi ditemukan pada stadium awal
dari penyakit yaitu dikenal dengan onset awal, dan paraplegia pada pasien yang telah
sembuh yang biasanya berkembang beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh
yaitu dikenal dengan onset lambat (spondylitis tuberculosis)

2.7.2 Spondylitis ankilosis

Komponen utama dari riwayat pasien yang diduga menderita penyakit


spondylitis ankilosis yaitu meliputi: timbulnya nyeri punggung bawah yang merupakan
gejala paling umum, timbulnya gejala sebelum usia 40 tahun dan dirasakan selama
lebih dari 3 bulan, gejala lebih buruk dirasakan pada waktu pagi hari atau ketika tidak
melakukan aktivitas dan dapat membaik dengan melakukan olahraga.

Gejala umum yang sering terjadi pada pasien spondylitis ankilosis adalah nyeri
punggung, kekakuan pada tulang belakang dan kifosis yang mengakibatkan postur
tubuh menjadi bungkuk, yang juga merupakan karakteristik dari stadium lanjut
spondylitis ankilosis. Setelah itu juga terdapat entesitis perifer dan radang sendi, serta
manifestasi ekstra-artikular konstitusional dan organ spesifik. kelelahan juga menjadi
keluhan umum lainnya, terjadi pada sekitar 65% pasien dengan spondylitis ankilosis.
Peningkatan tingkat kelelahan dikaitkan dengan peningkatan rasa sakit dan kekakuan
serta penurunan kapasitas fungsional. Manifestasi ekstra-artikular pada pasien yang
menderita penyakit ini dapat mencakup sebagai berikut: uveitis, penyakit
kardiovaskular, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit neurologis, penyakit
gastrointestinal (GI) dan penyakit tulang metabolic. (Medscape)

2.8 Penegakan Diagnosis

2.9 Gambaran Radiologik spondylitis

8
2.10. Diagnosis Banding Radiologik

2.11 Komplikasi spondylitis

2.12 Tatalaksana spondylitis

2.13 Prognosis spondylitis

9
BAB III
KESIMPULAN
Bronkiektasis adalah kelainan kronik yang ditandai dengan dilatasi bronkus
secara permanen, disertai proses inflamasi pada dinding bronkus dan parenkim paru
sekitarnya. Manifestasi klinis primer bronkiektasis adalah terjadinya infeksi yang
berulang, kronis, atau refrakter, dengan gejala sisa yang terjadi adalah batuk darah,
obstruksi saluran napas kronis, dan gangguan bernapas secara progresif.(1)

Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab yang paling umum dari


bronkiektasis adalah infeksi namun penelitian yang dilakukan oleh Pasteur dkk di
Inggris pada tahun 2000 mendapatkan 53% kasus tidak dapat diidentifikasi kausa
spesifiknya (1)

Untuk dapat mendiagnosis bronkiektasis diperlukan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien akan mengeluh batuk dan dengan dahak yang
mukopurulen yang umumnya bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.(10) Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan crackles dan ronki, pada auskultasi thoraks. Pada
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologik. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksan analisis
sputum.(12) Gambaran radiologik bronkiektasis Akan ditemukan beberapa gambaran
foto thorak seperti peningkatan corakan bronkovaskular, honeycomb appearance,
atelektasis, dan perubahan pleura, lusen linear dan penanda parallel yang menyebar
dari hilus pada bronkiektasis silindrikal, pelebaran bronkus pada bronkiektasis
varikosa, kista yang bertingkat pada bronkiektasis kistik.(13)

Tujuan terapi pada bronkiektasis yaitu untuk meningkatkan pembersihan lendir


jalan nafas melalui fisioterapi dengan atau tanpa terapi tambahan. untuk menekan,
membasmi dan mencegah kolonisasi bakteri saluran napas, untuk mengurangi radang
jalan nafas, dan untuk meningkatkan fungsi fisik dan kualitas hidup.(8) Kebanyakan
pasien bronkiektasis memiliki prognosis yang baik namun fungsi paru-paru dan

10
kualitas hidup lebih cenderung menurun pada mereka yang tidak menjaga diri mereka
sendiri.(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta E.A. Kapita selekta kedokteran:


edisi 4 jilid 2. jakarta: media aesculapius. 2014.
2. Lawrence H Brent, MD. Ankylosing Spondylitis and Undifferentiated
Spondyloarthropathy (diakses 06/05/2019). URL:
http://emedicine.medscape.com/article/332945-overview
3. Sahputra RE, Manundar I. Spondilitis tuberkulosa cervical. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2015; 4(2): 639-648.
4. Paramarta IGE, Purniti PS, Subanada IB, Astawa P. Spondilitis
tuberculosis. Sari Pediatri. 2008; 10 (3).177-183.

11

Anda mungkin juga menyukai