Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

SITI AZLINDA
NIM 16010136

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1.1 Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan (Wartonah & Tartowo, 2010).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya
(Koizer & dkk, 2010)..

1.2 Kebutuhan Fisiologis


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu (Wartonah & Tartowo, 2010):
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh (Abdul H,
2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body
water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor,
1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari
TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan
tubuhnya adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun sekitar
30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20% berat
tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu (Abdul H,
2008):
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua
arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan kation.

1.3 Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain (Pranata, 2013):
1. Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Misalnya:
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di
mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara
sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi
oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses)
yaitu (Tamsuri, 2009):
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

1.4 Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam empat proses (proses
transport) yaitu (Alimul, 2009):
1) Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan
temperatur larutan
2) Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik
tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam
mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan
yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.
3) Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah
melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel dari
konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
4) Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area
berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat melewati
semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.
1.5 Regulasi Elektrolit
1. Kation, terdiri dari:
a. Sodium (Na+):
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2) Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrogen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
5) Sumber: snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b. Potassium (K+):
1) Kation berlebih di ruang intraseluler.
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
4) Sumber: Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++):
1) Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam
tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2) Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan trombin.
4) Sumber: susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
2. Anion, terdiri dari:
a. Chloride (Cl-):
1) Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2) Membantu proses keseimbangan natrium.
3) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4) Sumber: garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-):
1) Bagian dari bicarbonat buffer system.
2) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan
suasana garam untuk menurunkan PH.
3) Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-):
1) Bagian dari fosfat buffer system.
2) Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan
tulang.
4) Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA.

1.6 Masalah/Diagnosa Cairan dan Elektrolit


1. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga
rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner & suddarth, 2002),
pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut:
a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
c. Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler
(CES).
2. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito,
2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES
yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi
yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal
ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang
pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth.
2002).
3. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya terjadi
perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel
mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan
sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat
mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi.
4. Hipokalemia dan hyperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel sehingga
potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan oleh sel
maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan hyperkalemia yaitu
kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun
ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi
impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.
5. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh
akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari tulang.
Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya
menimbulkan flaksiditas.
6. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan
masalah ginjal.
7. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat
dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan
kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal
atau saat kadar hormon paratiroid menurun (Siregar, 2009).
1.7 Konsep Keperawatan
1.7.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan
cairan yang berhubungan dengan berat badan:
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental: termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan
saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3-
: 25 – 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan
oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh
darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 – 85 %).

1.7.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan
2. Kelebihan volume cairan (T Heather Herdman, 2015).
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC DAN INDIKATOR SERTA SKOR URAIAN AKTIVITAS RENCANA
DAN KODE DIAGNOSA AWAL DAN SKOR TARGET TINDAKAN (NIC)
KEPERAWATAN
1 Kekurangan volume cairan Tujuan : Manajemen cairan (4120)
berhubungan dengan kehilangan Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 2 x Aktivitas:
cairan aktif 24 jam, kekurangan volume cairan teratasi 1. Monitor tanda-tanda vital
1. Keseimbangan cairan (0601) 2. Tingkatkan asupan oral
Kode diagnose 00027 Kode Indikator SA ST 3. Tawari makanan ringan
060107 Keseimbangan intake dan 2 4 4. Dukung pasien dan keluarga untuk
output 24 jam membantu dalam pemberian makan
060116 Turgor kulit 2 4 dengan baik
060117 Kelembaban membran 2 4 5. Konsultasikan dengan dokter jika
mukosa tanda-tanda dan gejala kekurangan
Keterangan cairan menetap atau memburuk
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Koizer, & dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Volume 2, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Pranata, A. E. ( 2013). Manajemen Cairan & Elektrolit . Yogyakarta: Nuha Medika.

Siregar, P. (2009). Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-5. Jakarta: Interna publishing.

T Heather Herdman, S. K. (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. (2009). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit. Jakarta: EGC.

Wartonah, & Tartowo. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai