Anda di halaman 1dari 11

Problematika Dakwah di Kalangan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim, dengan berdakwah
umat islam hidup, terus tumbuh dan berkembang. Dakwahlah yang mampu
menggerakkan umat untuk tetap terikat dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.
Namun sebaliknya, disaat umat meninggalkan dakwah, umat tidak akan lagi
terwarnai oleh fikrah dan kepribadian Islam. Para pemuda dan pemudi merupakan
sasaran dakwah yang paling potensial. Mereka berada dalam usia yang penuh
vitalitas dan semangat yang dibutuhkan Islam untuk melakukan perombakan
umat. Diantara generasi muda ini, para pelajar dan mahasiswa merupakan potensi
terbesar bagi dakwah dan gerakan Islam. Pelajar dan mahasiswa merupakan
motor penggerak perubahan masyarakat sepanjang masa.
Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan calon-
calon pemimpin bangsa, artinya kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul.
Melalui lembaga-lembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang
mengembangkan potensinya. Berdakwah di kampus merupakan bagian integral
dari dakwah secara umum. Ia tidak berbeda dengan dakwah kepada manusia lain,
hanya obyek dakwahnya memiliki ciri khas tersendiri, yaitu orang-orang
terpelajar atau mereka yang mengaku sebagai intelektual atau calon-calon
intelektual. Maka tujuan dakwah di kampus ini adalah mengajak para pelajar,
mahasiswa dan dosen untuk mengenal Allah, Rasul dan Islam, dengan cara
bijaksana dan pelajaran yang baik sehingga mereka beriman dengan keesaan
Alllah, kelanjutan risalah, dan kebenaran Islam.
Namun masih banyak tantangan dan problematika berdakwah didalam
kampus itu sendiri. Problematika dakwah di lingkungan kampus merupakan
permasalahan penyampaian seruan dakwah dan pengkajian nilai – nilai islami di
dalam kampus.
Selain itu aktivitas dakwah pun tidak terlepas dari masyarakat, maka
perkembangannya pun seharusnya berbanding lurus dengan perkembangan
masyarakat. Artinya, aktivitas dakwah hendaknya dapat mengikuti perkembangan
dan perubahan masyarakat. Selama ini aktivitas dakwah jauh tertinggal dengan
perkembangan dan perubahan masyarakat sehingga dakwah terkesan jalan di
tempat. Dakwah belum dijadikan sebagai pedoman atau panduan oleh masyarakat
dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Dakwah di lingkungan
kampus pun harus disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan yang ada di
kampus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Tantangan berdakwah di kampus Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Pandangan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia mengenai dakwah.
3. Perkembangan dakwah di kalangan mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tantangan-tantangan berdakwah di kampus Universitas
Pendidikan Indonesia.
2. Mengetahui pandangan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
mengenai dakwah.
3. Mengetahui perkembangan dakwah di kalangan mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Problematika Dakwah
Problematika berasal dari kata problem yang artinya soal, masalah, perkara
sulit, persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti: berbagai
problem. Sedangkan secara etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa
arab yakni, ‫ ةﻮﻋد – ﻮﻋﺪﻳ– ﺎﻋد‬Artinya : panggilan, ajakan, seruan (Munawwir, 1997:
406). Adapun secara istilah banyak pakar yang menyebutkan, di antaranya adalah
sebagaimana yang dikutip oleh (Alwisral, 2005):
1. Sayid Quthb menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak atau menyeru
orang masuk ke dalam sabilillah, bukan untuk mengikuti da’i atau bukan
mengikuti sekelompok orang.
2. Ahmad Ghulusy menjelaskan bahwa dakwah adalah pekerjaan atau ucapan
untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti Islam.
Jadi dapat dikatakan bahwa dakwah adalah suatu proses penyelenggaraan
aktivitas atau usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya
meningkatkan taraf hidup dan tata nilai kehidupan manusia dengan berlandaskan
ketentuan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Untuk jadi pengemban dakwah cukup bermodalkan keimanan, ilmu, dan
kemauan
Allah swt. berfirman:

َ ‫َو َم ْن أ َ ْح‬
َّ ‫سنُ قَ ْوالً ِم َّم ْن َدعَا إِلَى‬
ِ‫ّللا‬

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia
menuju Allah?” (Q.S. Al-Fushhilat [41]: 33)

Berdasarkan ayat di atas Imam al-Hasan al-Bashri berpendapat bahwa berlaku


umum untuk siapa saja yang menyeru manusia ke jalan Allah (al-Qurthubi) yang
berarti kekasih Allah, wali Allah, dan pilihan Allah. Mereka adalah penduduk bumi
yang paling dicintai Allah karena dakwah yang diserukannya. Selain itu, pujian bagi
para pengemban dakwah senantiasa disampaikan Rasulullah untuk mengobarkan
semangat para shahabat dan umatnya. Seperti dituturkan Abu Hurairah: “Siapa saja
yang menyeru manusia pada hidayah, maka ia mendapatkan pahala sebesar yang
diperoleh orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala
mereka.” (HR Muslim)
Para shahabat Rasulullah begitu gigih dan pantang menyerah dalam
berdakwah. Sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, harta-benda, keluarga bahkan
nyawa pun rela mereka korbankan untuk mendapatkan pahala Allah yang melimpah
dalam aktivitas dakwah. Ternyata aktivitas dakwah pun tidak hanya berlimpah
pahala, dari sisi psikologis, aktivitas dakwah sangat membantu remaja untuk
mengenali diri dan masa depannya. Namun disisi lain banyak permaslahan atau
problematika yang muncul mengenai dakwah sendiri. Prolematika dakwah saat ini
digolongkan menjadi dua macam yaitu:
1. Problematika Dakwah Secara Eksternal
Problem dakwah internal yaitu permasalahan dan hambatan dakwah yang
bersumber dan berasal dari lingkup internal kaum muslimin sendiri. Contoh
tantangannya seperti:
a) Kemampuan baca ayat Al-Qur’an dan hadis yang masih belum lancar.
b) Munculnya kelompok-kelompok yang menyimpang.
c) Munculnya paradoks (antara idealitas dan realitas).
d) Tidak ada kerjasama antara da’I dan mad’u, antara da’I satu dengan
da’I yang lain.
e) Merasa paling benar sendiri.
Solusi dari tantangan internal tersebut adalah: mengetahui kelemahan dan
kekurangan dirinya, serta memberi kedamaian pada kelompok-kelompok.

ِ ‫ض ِإالَّ ت َ ْفعَلُوهُ ت َ ُكن فِتْنَةٌ فِي األ َ ْر‬


َ َ‫ض َوف‬
ٌ ‫ساد ٌ َك ِب‬
)73 :‫ير (األنفال‬ ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَاء َب ْع‬
ُ ‫َوالَّذينَ َكفَ ُرواْ بَ ْع‬

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung


bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa
yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi
dan kerusakan yang besar”. (Al - Anfal: 73)
Dari Nu’man bin Basyir Radhiallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi

Wasallam bersabda :

ُ ‫ضه‬ ِ َ‫ ْال ُمؤْ ِمنُ ِل ْل ُمؤْ ِم ِن ك َْالبُ ْني‬: ‫سلَّ َم أَنَّهُ قَا َل‬
ُ َ‫ان ي‬
ُ ‫شدُّ بَ ْع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ُ‫َّللاُ َع ْنه‬
َ ِ ‫ع ْن النَّبِي‬ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ َ ‫َع ْن أَبِي ُمو‬
ِ ‫سى َر‬

‫َب ْعضًا‬

“Permisalan orang-orang mu’min didalam saling mencintai, saling


mengasihi dan saling menjaga hubungan sesama mereka seperti satu tubuh ; jika
salah satu bagian merasakan sakit, seluruh tubuh merasakan demam dan tidak
dapat tidur”. [HR. Bukhari dan Muslim]
Yang dimaksud dengan apa yang telah diperintahkan Allah dalam surat Al
Anfal ayat 73 adalah adanya keharusan persaudaraan yang teguh antara kaum
muslimin.
Syaikh ‘Abdur-Rahman bin Nashir bin as-Sa’diy Rahimahullahu dalam
tafsirnya Taysiru Karim ar-Rahman fie Tafsiri al-Kalam al-Mannan menjelaskan
bahwa Allah Ta’ala mengikatkan perwalian antara sesama mu’min. Dia juga
mengkabarkan bahwa sifat perkumpulan orang-orang kafir, sebagian mereka
merupakan wali bagi sebagian lainnya. Maka tidaklah menjadikan orang kafir
sebagai teman akrab, pemimpin dan penolong kecuali kafir juga seperti mereka
(Al-Qahthani, 1994).
Karenanya, Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang mu’min
untuk melakukan hal yang sama. Perintah itu ditampilkan dalam balutan
penggambaran akibat buruk jika hal itu diabaikan. Karena tidak ada fitnah dan
kerusakan yang lebih besar daripada merampas Rububiyah Allah, Uluhiyyah-Nya
dan hak-hak preogratif-Nya, sehingga manusia merasa berkuasa di dunia padahal
mereka adalah makhluk lemah ciptaan Allah Ta’ala yang Maha Kuasa.
2. Problematika Dakwah Secara Internal
Problematika dakwah secara Internal yaitu problem-problem,
permasalahan-permasalahan, dan hambatan-hambatan dakwah yang bersumber
dan berasal dari lingkup internal kaum muslimin sendiri. Contoh tantangannya
seperti:
a) Globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya TIK dan ditandai
dengan 3F (food, fun, fashion).
b) Sekularisme (pemisahan antara urusan agama dan dunia).
c) Ghosul fikri (perang pemikiran). Misalnya: hedonisme (hidup berfoya-
foya), munculnya teori-teori barat, menangnya bahasa inggris dari
pada bahasa arab.
Adapun tantangan dakwah pada orang dewasa muda:
a) Krisis spiritual.
b) Krisis identitas.
c) Berteman dengan orang menyimpang, dll.
2.2 Pandangan Mengenai Hukum, Tujuan dan Peran Melakukan Dakwah
a. Hukum Melakukan Dakwah
Hukum Melakukan Dakwah Sebagaian ulama memberikan keputusan
mengenai hukum dakwah adalah fardu kifayah sedangkan sebagaian ulama lain
menyatakan bahwa berdakwah adalah kewajiban bagi setaip muslim atau fardu
a’in.
Pertimbangan mengenai pengambilan hukum tentang Dak’wah diambil
dari “undang-undang” Allah SWT yang telah dicantumkan dalam Al-Qur’dan
Sunnah. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW " sampaikanlah dariku walaupun
satu ayat" Dari hadist tersebut sangat jelas bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan untuk menyampaikan mengenai agama dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam beribadah meskipun satu ayat (tanda). Dalam Al-Qur’an
Perintah dakwah diulangi beberapa kali seperti pada ayat-ayat berikut:
‫ﺎس أُخ ِر َجت أ ُ َّمة خَي َر ُكنتُم‬ ِ َّ‫وف ت َأ ُم ُرونَ ِللن‬ ّ ِ‫ب أَه ُل آ َمنَ َولَﻮ ب‬
ِ ‫ﺎللِ َوتُؤ ِمنُﻮنَ ال ُمنك َِر َﻋ ِن َوت َن َهﻮنَ بِﺎل َمع ُر‬ ِ ‫ال ِكت َﺎ‬
َ‫الفَﺎ ِسقُﻮنَ َوأَكثَ ُر ُه ُم ال ُمؤ ِمنُﻮنَ ِ ّمن ُه ُم لَّ ُهم خَيرا َل َكﺎن‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)
‫ع‬
ُ ‫سبِي ِل إِ ِلى اد‬ َ َ‫ظ ِة بِﺎل ِحك َم ِة َربِّك‬ َ ‫ِي بِﺎلَّتِي َو َجﺎدِل ُهم ال َح‬
َ ‫سنَ ِة َوال َمﻮ ِﻋ‬ َ ‫ض َّل بِ َمن أَﻋلَ ُم ه َُﻮ َربَّكَ إِ َّن أَح‬
َ ‫سنُ ه‬ َ ‫ﻋن‬
َ
َ ‫بِﺎل ُمهتَﺪِﻳنَ أَﻋ َل ُم َوه َُﻮ‬
‫سبِي ِل ِه‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-
Nahl [16]:125)
Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di wajibkan untuk
mendakwahkan islam kepada orang lain baik muslim maupun non muslim
ketentuan semacam ini di dasarkan pada firman Allah Swt :
‫وف َوﻳَأ ُم ُرونَ الخَي ِر إِلَى ﻳَﺪﻋُﻮنَ أ ُ َّمة ِ ّمن ُكم َولتَ ُكن‬
ِ ‫ال ُمف ِلحُﻮنَ ُه ُم َوأُولَـئِكَ ال ُمنك َِر َﻋ ِن َوﻳَن َهﻮنَ بِﺎل َمع ُر‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ;
merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap
muslim. Misalnya amar ma’ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan
sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa hukum islam tidak mewajibkan bagi
umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah
yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.
Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah.
b. Tujuan dan Peranan Dakwah
1. Peranan Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini di maksudkan untuk pemberi
arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan
yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Apalagi di tinjau dari segi
pendekatan sistem, tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah.
Dimana antara unsure dakwah yang satu dengan yang lain saling memabantu,
mempengaruhi, berhubungan.
Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah
sama pentingnya daripada unsur-unsur lainya, seperti subyek dan obyek
dakwah, metode dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah sangat
menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah,
sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga di tentukan atau berpengaruh
oleh nya. Ini di sebabkan karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak di
tuju seluruh aktivitas dakwah.
2. Tujuan umum Dakwah
Tujuan umum dakwah merupakan sesuatu yang hendak di capai dalam
seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang masih bersifat umum
dan utama, dimana seluruh gerak langkah proses dakwah harus di tujukan dan
di arahkan kepadanya. Tujuan umum dakwah sebagaimana telah di singgung di
bagian definisi dakwah maupun yang telah di sebutkan dalam ayat suci Al-
Qur’an Firman Allah: “Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia
kepada jalan yang benar yang di ridhoi Allah Swt. Agar dapat hidup bahagia
dan sejahtera di dunia maupun di akherat”.
3. Tujuan Khusus Dakwah
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian
daripada tujuan umum dakwah. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk
agama islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt artinya
mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah dan
selalu meninggalkan perkara yang dilarangnya. Serta membina mental agama
islam bagi kaum yang masih mualaf. Penanganan terhadap masyarakat yang
masih mualaf yang jauh berbeda dengan kaum yang sedang beriman kepada
Allah (Berilmu agama), sehingga rumusan tujuan kepadanya tak sama. Artinya
di sesuaikan dengan kemampuan dan keadaan nya (Syukir, 1983).
2.3 Dakwah Kepada Lingkungan Kampus
Dakwah Kampus adalah dakwah ammah harokatudz dzahiroh dalam lingkup
perguruan tinggi. Dakwah yang sifatnya terbuka, berorientasi kepada rekrutmen
dakwah di kalangan civitas akademika secara umum, dan aktivitasnya dapat
dirasakan oleh civitas akademika. Civitas akademika yang dimaksud di sini adalah
para mahasiswa dan dosen perguruan tinggi. Civitas akademika merupakan bagian
dari masyarakat kampus yang hidup dengan peraturan, ada peraturan kampus
(rektorat), peraturan ormawa, dan sebagainya. Sehingga untuk dapat
mengejewantahkan dakwah ammah harokatudz dzahirah tersebut, maka prinsip
'legal', 'formal', dan 'wajar' dalam kacamata civitas akademika, menjadi hal yang perlu
diperhatikan oleh Dakwah Kampus.
Kampus merupakan tempat bagi generasi muda untuk menimba ilmu. Selain
ilmu dunia, kita juga dapat menggali ilmu akhirat yang banyak disalurkan melalui
organisasi keagamaan di bawah naungan perguruan tinggi. Dengan seiring
berkembangnya zaman, banyak kaum muda yang lebih cenderung memilih untuk
sibuk dalam ilmu keduniaan saja. Oleh karena itu, kegiatan dakwah sangat diperlukan
mengingat kita hidup di dunia ini juga harus menabung bekal untuk kehidupan di
akhirat kelak.
2.4 Perkembangan Dakwah di Lingkungan Kampus
Secara sosial kampus merupakan lingkungan kaum muda terpelajar
(mahasiswa) yang senantiasa diasah kemampuan berpikirnya. Sehingga yang
dikembangkan kepada mahasiswa adalah kemampuan nalar logika, nalar kritis,
rasionalitas dan tentunya kesadaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sehingga ketika kampus/mahasiswa diinjeksi dengan sebuah gerakan
dakwah, maka pada dasarnya ada transformasi nilai-nilai Ilahiyah kepada mahasiswa.
Sehingga tumbuh pemahaman dan kesadaran akan posisi dan tanggung jawabnya
dalam kehidupan di muka bumi (khalifatu fil ardhi) (Ledma, 2013).
Secara umum dakwah kampus menjadi titik temu antara dunia kampus yang
liberal (material), nilai-nilai dakwah Ilahiyah dan semangat darah muda (psikologis).
Pada situasi yang saling bersinergi, Dakwah Kampus akan menjadi energi perubahan
yang besar (agent of change). Karena kemampuan nalar kritis di dasari oleh visi
Ilahyah dan tanggung jawab kepemimpinan serta di dorong oleh semangat segera
bertindak melakukan perbaikan.
Di Indonesia sendiri banyak lembaga kampus sebagai suatu wadah, baik itu di
tataran masyarakat (Ormas) atau di tataran kemahasiswaan, di beberapa perguruan
tinggi khususnya perguruan tinggi islam sudah ada dan tumbuh menjadi sebuah
lembaga Dakwah Kampus, dan menjadi regulasi penting untuk perkembangan
dakwah di tataran kemahasiswaan bahkan menyentuh ke ranah kemasyarakatan.
Lembaga Dakwah Kampus (disingkat LDK) adalah sebuah organisasi
kemahasiswaan intra kampus yang terdapat di tiap-tiap perguruan tinggi di Indonesia.
Organisasi ini bergerak dengan Islam sebagai asasnya dan berhaluan ahlusunnah
waljamaah. Sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia pasti mempunyai LDK.
Tiap-tiap perguruan tinggi, nama LDK bisa berbeda-beda. Kadang mereka menyebut
dirinya sebagai Organisasi Kerohanian Islam, Forum Studi Islam, Lembaga Dakwah
Kampus, Badan Kerohanian Islam, dan sebagainya.
Lembaga Dakwah Kampus adalah lembaga yang bergerak di bidang dakwah
Islam ini muncul pada era tahun 60-an, kampus merupakan inti kekuatannya, dan
warga civitas akademika adalah obyek utamanya. Ditinjau dari struktur sosial
kemasyarakatan, mahasiswa dan kampus merupakan satu kesatuan sistem sosial yang
mempunyai peranan penting dalam perubahan sosial peri-kepemimpinan di tengah-
tengah masyarakat. Sedangkan dari potensi manusiawi, mahasiswa merupakan
sekelompok manusia yang memiliki taraf berpikir di atas rata-rata.
Kedudukan mahasiswa sangat strategis dalam mengambil peran yang
menentukan keadaan masyarakat di masa depan. Perubahan masyarakat ke arah Islam
terjadi apabila pemikiran Islam telah tertanam di masyarakat itu. Dengan berbagai
potensi strategis kampus, maka tertanamnya pemikiran Islam di dalam kampus
melalui dakwah Islam diharapkan dapat menyebar secara efektif ke tengah-tengah
masyarakat.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) merupakan sumber rekruitmen generasi
Islam Intelektual-Mandiri yang secara tidak langsung mendukung suksesnya
perkembangan Islam, Ilmu pengetahuan, dan teknologi. Selain daripada berdirinya
LDK sebagai wadah para da’I muda untuk bereksplorasi mengenai dunia dakwah ada
yang dinamakan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus sebagai pust
pertemuan LDK untuk menambah jaringan dan pengarus dalam skrup nasional
maupun inter-nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qahthani, Said Bin Ali. 1994. Da’wah Islam Da’wah Bijak. Jakarta: Insani Press.
Alwisral, Iman Zaidallah, Drs. 2005. Strategi Dakwah. Jakarta: Kalam Mulia.
Ledma, Al-farab.2013. Definisi Dasar dan Tujuan Dakwah Kampus. [Online].
Diakses dari: http://www.ledmaalfarabi.org/2010/07/definisi-dasar-dan-
tujuan-dakwah-kampus.html
Mushaf Al-Azhar, Al-Qur’an dan Terjemah. Surah Al-Fushhilat ayat 33, Surah Al-
Anfal ayat 73, Surah Ali Imran ayat 104 & 110, Surat An-Nahl ayat 125.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. surabaya. Al-ikhlas.

Anda mungkin juga menyukai