Disusun Oleh :
Ahmad Iffa Maududy., dr
Pembimbing
Maman Abdurrahman, dr.,SpB(K)Onk
1
Referat Sub. Bagian Bedah Onkologi
Bagian/SMF Ilmu Bedah FKUP/RSHS Bandung
Oleh: Ahmad Iffa Maududy., dr
PENDAHULUAN
Kulit mempunyai dua lapisan asal yaitu (a) satu lapisan luar, epidermis, yang
berkembang dari ektoderm permukaan dan (b) lapisan dalam, dermis, yang berkembang
dari mesoderm di bawahnya.(Langman)
EPIDERMIS
Pada mulanya, embrio dibungkus oleh selapis sel ektoderm. Pada permulaan
bulan ke 2, epitel ini membelah dan meletakkan selapis sel gepeng, periderm atau
epitrikium pada permukaannya. Dengan proliferasi selanjutnya sel-sel di lapisan dasar,
terbentuklah lapisan ketiga yang terletak di tengah. Akhirnya pada akhir bulan ke 4,
epidermis memperoleh susunan tetapnya dan dapat dikenali dengan lapisan-lapisan
sebagai berikut :
1. Lapisan dasar, yang dikenal dengan stratum germinativum, bertanggung jawab
atas produksi sel-sel baru. Lapisan ini kelak membentuk rigi-rigi dan alur-alur,
yang tercermin pada permukaan kulit pada sidik jari.
2. Stratum spinosum yang tebal, yang terdiri dari sel-sel besar yang mengandung
tonofibril-tonofibril halus
3. Stratum granulare, yang sel-selnya mengandung granula-granula kecil
keratohialin.
4. Lapisan tanduk, yang membentuk permukaan semacam sisik yang keras pada
epidermis. Lapisan ini dibentuk oleh beberapa lapis sel-sel mati yang sangat rapat
dan penuh dengan keratin.
Sel-sel periderm biasanya dibuang selama trimester kedua masa janin dan dapat
ditemukan di dalam cairan amnion.
Selama tiga bulan pertama perkembangan, epidermis disusupi oleh sel-sel yang
berasal dari krista neuralis. Sel-sel ini membentuk pigmen melanin, yang dapat
2
dipindahkan ke sel-sel epidermis lain melalui cabang-cabang dendrit. Sel-sel ini dikenal
sebagai melanosit, dan setelah lahir menyebabkan terjadinya pigmentasi kulit.(Langman)
Gambar 1. Formasi kulit pada beberapa tahap perkembangan. A. 5 minggu, B. & minggu, C. 4 bulan, D.
Saat lahir
DERMIS
Dermis berasal dari mesenkim. Selama bulan ketiga dan keempat, jaringan ini,
korium, membentuk susunan-susunan papila yang tidak teratur, papilla dermis, yang
menonjol ke atas ke arah epidermis. Papila ini biasanya mengandung sebuah kapiler kecil
atau sebuah organ akhir saraf sensorik. Lapisan dermis yang lebih dalam, subkorium,
mengandung jaringan lemah dalam jumlah yang besar.(Langman)
Pada waktu lahir, kulit dilapisi oleh pasta berwarna keputih-putihan, vernix
caseosa, yang dibentuk oleh sekret kelenjar lemak dan sel-sel epidermis yang
berdegenerasi serta rambut. Pasta ini melindungi kulit terhadap efek maserasi cairan
amnion.(Langman)
3
DERMATOSIS PREMALIGNA/ LESI PRAKANKER
4
1. Actinic Keratosis (solar keratosis)
Merupakan suatu lesi yang mengandung keratinosit, yang terbentuk pada
kulit yang terpapar sinar matahari akibat dari radiasi sinar matahari kronis. Lesi
ini juga dapat terbentuk karena sinar ultra violet buatan, atau dari sumber
radioaktif. Terjadinya lesi ini juga dipengaruhi faktor genetik, seperti rambut
pirang, mata biru, lebih sering terkena.
Lesi ini biasanya asimptomatik, multipel, berwarna kuning kecoklatan,
keras, berupa papula yang bersisik, kasar, permukaannya keratotik dan dasarnya
eritematous. Lokasi yang sering terkena adalah wajah, dorsum manus, dada atas,
punggung, dan bibir bawah. Lesi ini timbul dari dalam epidermis.
Lesi ini dimasukkan ke dalam lesi pra kanker karena sekitar 20% akan
berubah menjadi karsinoma sel skuamosa (SCC). Beberapa cara
penatalaksanaannya adalah: penyemprotan dengan nitrogen cair (cryosurgery),
kuretase dengan electric cauter, dan penggunaan aplikasi topikal 5-FU.
Gambar:
5
keratosis. Sedikit perbedaan adalah pada gambaran histopatologis, dimana
gambaran struktur vaskular yang rusak/hilang lebih hebat. Sekitar 20% lesi ini
akan berubah menjadi keganasan; yaitu sekitar 2/3 nya menjadi BCC, sedangkan
1/3 nya menjadi SCC. Terapilesiiniserupadenganterapi actinic keratosis.
Gambar:
6
5. XerodermaPigmentosum
Merupakan penyakit keturunan, autosomal resesif, dengan adanya
kelainan / cacatpada DNA repair enzymes. Kulit penderita mengalami kekeringan
dan hiperpigmentasi. Penderita akan mudah terbakar sinar matahari, dan beberapa
kelainan akan tampak pada daerah yang lama terpapar matahari, seperti eritema,
bullae, dan edema. Pada penderita ini juga terbentuk “freckles” pada daerah yang
terapapar matahari. Penyakit ini merupakan risiko tinggi terkena BCC, SCC, atau
melanoma maligna.
Gambar di halaman berikut:
7
KANKER KULIT
8
Faktor predisposisi untuk terjadinya basalioma antara lain: Jenis kulit terang (tipe
I & II) dan albino yang rentan terhadap paparan sinar matahari yang lama, Paparan sinar
X untuk terapi acne pada wajah, Sindrome nevus basal (autosomal dominan),
Intoksikasiarsen yang kronik, Ulkuskronikdan fistula.
KlasifikasiHistopatologi
- Superficial basal cell carcinoma
- Nodular basal cell carcinoma
- Infiltrative (morpheaform, aggressive growth) basal cell carcinoma
- Pigmented basal cell carcinoma
- Cystic basal cell carcinoma
- Fibroepithelioma of Pinkus (FEP)
0 Tis.N0.M0 Tx = Tidakdapatdievaluasi
To = Tidakditemukan
9
T4 Tumor menginvasi struktur
ekstradermal dalam,
misalnya kartilago, otot skelet
atau tulang
Tiap Nx = Tidakdapatdiperiksa
T.N1.M0
N0 = Tidakada metastasis nodus
regional
N1 = Adanodus regional
Mx = Tidakdapatdiperiksa
Prosedur Diagnostik
A. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis
Dikeluhkan adanya lesi kulit yang membesar, dapat berupa borok yang tidak
sembuh-sembuh.
2. Pemeriksaan Fisik
10
Gambaran klasik dikenal sebagai "ulkus rodent" yaitu ulkus dengan tepi tidak
rata, warna kehitaman di daerah perifer tampak hiperplasia dan di sentral tampak ulkus.
Bentuk lain yang tidak klasik, tergantung dari variasi klinis, yaitu :
1. Jenis Nodulo ulseratif (paling sering)
Lesi : mula-mula papul / nodul, diameter < 2 cm, tepi meninggi, permukaan
mengkilat, sering ada telangiektasi, kadang dengan skuama halus dan krusta
tipis. Warna seperti mutiara kadang translusen keabu-abuan atau kekuningan.
Tumbuh lambat, bagian tengah timbul cekungan ulserasi (ulkus rodens).
2. Jenis berpigmen
Gambaran sama dengan nodulo ulseratif hanya berwarna coktat / hitam bintik-
bintik atau homogen.
3. Jenis "morphea like" ataufibrosing (agakjarang)
Lesi : bentuk plakat, warna kekuningan, tepi tidak jelas, kadang tepi
meninggi. Pada permukaan tampak beberapa folikel rambut yang mencekung
(gambaran klinik, seperti sikatrik), kadang tertutup krusta yang metekat erat
(jarang ulserasi).
4. Jenis superficial
Lokasi : badan, leher, kepala.
Lesi: bercak kemerahan dengan skuama halus, tepi meninggi seperti kawah.
Dapat meluas secara lambat, ulserasi.
5. Jenis fibroepitelial
Lokasi : punggung.
Lesi : soliter, nodul keras, sering bertangkai pendek. Permukaan halus, sedikit
kemerahan (mirip fibroma).
6. Sindroma karsinoma sel basal nevoid (sindroma Gorlin Galzt).
Autosomal dominan, sindroma terdiri dari:
a. Kelainan kulit:
- Casel basal multiple jenis nevoid
- Cekungan (pits) pada telapak tangan dan kaki.
- Milia, lipoma, fibroma.
b. Kelainan tulang :
11
- Kista pada rahang
- Kelainan tulang iga dan tulang belakang (scoliosis, spinabifida)
c. Kelainan system saraf:
- Perubahan neurologik (EEC abnormal, cerebeller meduloblastoma)
- Retardasi mental
d. Kelainan mata :
- katarak, buta kongenital.
e. Lain-lain :
- Kalsifikasi falks serebri
- Fibroma ovari dengankalsifikasi
- Kista limfatik di mesenterium
7. a. Jenis "linier and generalized follikuler basal cell nevi" (jarang). Sejaklahir.
Lesi: jenis linier, berupanodul,komedo dan kistaepidermaltersusun
sepertigaris dan unilateral. Lesi tetap dengan bertambah usia.
b. Jenis "Generalized follikuler" : ada kerontokan rambut terhadap akibat
kerusakan folikel rambut karena pertumbuhan tumor
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu dilakukan CT-scan
2. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis
Prosedur Terapi
Terapi yang dianjurkan adalah eksisi luas dengan safety margin 0,5 - 1 cm. Bila
radikalitas tidak tercapai, diberi terapi adjuvant radioterapi. Untuk lesi di daerah canthus,
nasolabial fold, peri orbital dan peri auricular, dianjurkan untuk melakukan Mohs
micrographic surgery (MMS). Bila tidak ada fasilitas, dapat dilakukan eksisi luas. Untuk
lesi di kelopak mata dan telinga dapat diberikan radioterapi.
Rekonstruksi daerah lesi dapat dikerjakan dengan :
- Penutupan primer
12
- Penutupan dengan tandur kulit secara STSG / FTSG(Split / Full thicknessskin graft)
- Pembuatan flap
Klasifikasi Histopatologi
Disamping itu perlu dilaporkan pula gradasi histopatologisnya, yaitu
Gx : Gradasi diferensiasi tidak dapat diperiksa
13
G1 : Diferensiasi baik
G2 : Diferensiasi sedang
G3 : Diferensiasi buruk
G4 :Tidak berdiferensiasi (undifferentiated)
Stadium Klinis
Klasifikasi TNM
T - :Tumor Primer
Tx :Tumor primer tidak dapat diperiksa
T0 :Tidak ditemukan tumor primer
Tis:Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan ukuran terbesar <2 cm
T2:Tumor dengan ukuran terbesar >2 s/d <5 cm
T3 :Tumor dengan ukuran terbesar >5 cm
T4 :Tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam, seperti kartilago, otot skelet atau
tulang
M -: Metastasis jauh
MX:Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
M0: Tidak ada metastasis jauh
M1: Terdapat metastasis jauh
Stadium
14
Stadium 0 Tis NO MO
Stadium I T1 NO MO
Stadium II T2,T3 NO MO
Stadium III T4 NO MO
Tiap T N1 MO
ProsedurDiagnostik
A. PemeriksaanKlinis
1. Anamnesis
Penderita mengeluh adanya lesi di kulit yang tumbuh menonjol, mudah
Berdarah, dapat berbenjol-benjol, bagian atasnya terdapat borok seperti gambaran bunga
kol
2. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan suatu lesi yang tumbuh eksofitik, endofitik, infiltratif, tumbuh
progresif, mudah berdarah dan pada bagian akral terdapat ulkus dengan bau
yang khas.Selain pemeriksaan pada lesi primer, perlu diperiksa ada tidaknya
metastasisregional dan tanda tanda metastasis jauh ke paru-paru, hati, dll.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi: X-foto toraks, X-foto tulang di daerah lesi, dan CTScan/ MRI atas
indikasi
2. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi:
- Lesi <2 cm dilakukan biopsi eksisional (sekaligus merupakan terapi)
15
- Lesi > 2 cm dilakukan biopsi insisional
Prosedur Terapi
Terapi untuk SCC hampir sama dengan.basalioma. Jenis tindakan tergantung dari
ukuran lesi, lokasi anatomi, kedalaman invasi, gradasi histopatotogi dan riwayat terapi.
Prinsip terapi yaitu eksisi radikal/ luas untuk lesi primer dan rekonstruksi
penutupan defek dengan baik. Penutupan defek dapat dengan cara penutupan primer,
tandur kulit atau pembuatan flap. Tindakan eksisi luas harus denganbatas aman 1 - 2 cm.
Bila radikalitas tidak tercapai, diberikan radioterapi adjuvant.
Untuk lesi di daerah cantus, nasolabiat fold, peri orbital dan periaurikular,
dianjurkan untuk Mohs micrographic surgery (MMS). Untuk lesi di kepala dan leher
yang menginfiltrasi tulang atau kartilago danbelum bermetastasis jauh, dapat diberikan
radioterapi.
Untuk kasus inoperabel dapat diberikan radioterapi preoperatif dilanjutkan
dengan eksisi luas atau MMS.
Bila terdapat metastasis ke kgb regional, dilakukan diseksi kgb.
MELANOMA MALIGNA
16
Melanoma termasuk kanker kulit yang sangat ganas, bisa terjadi metastasis luas
dalam waktu singkat melalui aliran limfe dan darah ke alat-alat dalam.
Klasifikasi Histopatologi
Lentigo melanoma maligna (LMM)
Superfisial spreading melanoma (SSM)
Nodular Malignant Melanoma (NMM)
Acral Lentigenous Melanoma (ALM)
Stadium Klinis
AJCC EDISI 2002
Pentahapan TNM pada melanoma maligna kulit sama dengan pentahapan pTNM
yang didasarkanpada pengukuran kedalaman infiltrasi tumor (Clark Level) dan ketebalan
tumor (Breslow).
Bila tidak ada kecocokan antara kedua ukuran ini, maka pT yang diambil adalah
keadaan yang paling buruk TNM
pT : Tumor primer
pT0 : Tidak ada tanda tanda tumor primer
pTis : Melanoma in situ (clark level I), Hiperplasia atipik melanosit, (tidak ganas)
pT1 : Ketebalan tumor 1mm atau kurang
pT1a: Clark level II atau III tanpa ulserasi
pT1b: Clark level IV atau V tanpa ulserasi
pT2 : Ketebalan tumor lebih dari 1mm, tidak lebih dari 2mm
pT2a: tanpa ulserasi
pT2b: dengan ulserasi
pT3 : Ketebalan tumor lebih dari 2mm, tidak lebih dari 4mm
pT3a: tanpa ulserasi
pT3b: dengan ulserasi
pT4 : Ketebalan tumor lebih dari 4mm
pT4a: tanpa ulserasi
17
pT4b: dengan ulserasi
18
Stadium IB T1 b NO Stadium IB pT1 b NOMO
MO
19
M1
pT1-4a N1b MO
pT1-4a N2b MO
pT1-4a/bN2cMO
pT1-4b N2b MO
TiappT N3 MO
Stadium IV TiappTTiapN M1
KlasifikasiClark
Tingkat I : Sel melanoma terletak di atas membrana basalis epidermis (insitu)
Tingkat II: Invasi sel melanoma sampai lapisan papilaris dermis
Tingkat III : Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan
papilaris dan retikularis dermis.
Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai lapisan retikularis dermis
Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai jaringan subkutan.
Klasifikasi Breslow
Golongan I :kedalaman (ketebalan) tumor < 0,76 mm
Golongan II :kedalaman (ketebalan) tumor 0,76 mm - 1,5 mm
Golongan III :kedalaman (ketebalan) tumor > 1,5 mm
20
Prosedur Diagnostik
Anamnesis
Keluhan utama : tahi lalat yang cepat membesar, tumbuh progresif, gatal, mudah
berdarah dan disertai ulkus.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang:
1. Radiologi:
• Rutin: X-foto paru, USG Abdomen (hati dan KGB para Aorta para Iliaca).
• Atas indikasi : X-foto tulang di daerah lesi, CT-Scan, MRI.
2. Sitologi: FNA, imprint sitologi.
3. Patologi:
21
a) Biopsi: apa jenis histologi dan bagaimana derajat diferensiasi sel.
b) pemeriksaan specimen operasi:
• Tumor primer: besar tumor, jenis histologi, derajat diferensiasi sel, luas dan
dalamnya infitterasi, radikalitas operasi.
• Nodus regional: jumlah kelenjar yang ditemukan dan yang positif, infasi tumor
ke kapsul atau ekstranodal, tinggi level,metastasis.
4. Biopsi: prinsip harus komplit. Dilakukan biopsi terbuka oleh karena dibutuhkan
informasi mengenai kedalaman tumor. Biopsi tergantung pada anatomical sitenya.
1. a. bila diameter lebih dari 2 cm.
b. bila secara anatomi sulit (terutama di daerah wajah)-> dilakukan insisional
biopsi
2. bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan safety margin 1 cm
(diagnostik dan terapi).
Specimen dikirimkan dengan mapping dan diberi tanda batas-batas sayatan.
22
Lokasi: letak kaki, tumit, telapak tangan, dasarkuku, ibujari tangan.
Gambar:
23
ProsedurTerapi:
Tindakan eksisi luas dengan batas aman sesuai kriteria ketebalan, yang kemudian
dilakukan rekonstruksi;
24
KARSINOMA ADNEKSA KULIT
25
neuroepitelial. Sering timbul meta atau sinkronus dengan karsinoma sel skuamosa
sebanyak 25%. Bersifat sangat aggresif, sering rekuren dan bermetastasis jauh
sehingga disarankan eksisi luas dengan batas aman > 3 cm, diseksi kgb profilaksis
dan radiasi. Prognosis lebih buruk dari Melanoma Maligna.
Karsinoma adneksal
Termasuk di dalamnya adalah karsinoma kelenjar ekrin, apokrin, dan sebasea
yang sangat jarang. Secara lokal bersifat destruktif namun juga dapat bermetastase
jauh.
Angiosarkoma
Tumor ganas yang sering timbul pada scalp, muka dan leher. Berupa suatu
lembam atau hematoma yang dapat timbul spontan maupun setelah trauma. Dapat
juga timbul pada limfedema kronik pasca mastektomi (Sind. Stewart-Treves). Terapi
berupa eksisi luas, prognosis buruk, angka rekurensi tinggi.
Sarkoma Kaposi
Tampak sebagai nodul biru yang kenyal yang tersering timbul pada ektremitas
tapi dapat juga di tempat lain di mana terdapat kulit dan viscera. Biasanya multifokal,
jarang metastasis. Lesi awal dapat menyerupai hemangioma yang lama-lama
menyerupai sarkoma. Terapi berupa kombinasi kemo-radiasi. Terapi bedah hanya
dilakukan bila ada gangguan mekanik akibat massa tumor.
Dermatofibrosarkoma Protuberans
Berupa nodul besar pada badan, seringkali mengalami ulserasi dan terinfeksi. Bila
lesi membesar sering timbul rasa nyeri. Histologis tampak sel-sel spindel yang berasal
dari fibroblast. Eksisi luas yang bebas massa tumor biasanya dapat menyembuhkan.
26
Fibrosarkoma
Lesi berupa benjolan keras, ireguler, yang terletak pada jaringan subkutis.
Histologis tampak fibroblast yang sangat anaplastik dan tumbuh tidak terorganisir.
Terapi berupa eksisi luas bebas massa tumor. Bila tidak bebas sering timbul
metastasis.
Liposarkoma
Timbul di antara lapisan-lapisan otot yang dalam, dan jarang dari subkutis.
Seringkali timbul pada paha. Suatu lipoma yang cepat membesar harus dipastikan
bukan suatu liposarkoma secara histopatologis. Terapi berupa eksisi luas.
27
DAFTAR PUSTAKA
2. Hansen SL, Mathes SJ, Young DM.Chap. 16 Skin and Subcutaneous Tissue,
dalamSchwartz: Principles of surgery, 9th ed International Edition, McGraw-Hill
International Book, 2009..
3. Murphy GF. Sellheyer K. Mihm MC, The Skin,Pathologic Basis of Disease , 7th
ed International Editio.,2005, p1227-1271
4. Sobin, L.H. Wittekind, Ch. UICC TNM Classification of Malignant Tumor, 6th
edition. Wiley Liss, 2002. p.119-130
28