TUJUAN ORGANISASI”
Disusun untuk memenuhi tugas Budaya Organisasi dan Kepemimpinan
Disusun oleh :
Luckytawati (381861024)
2019
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP
TUJUAN ORGANISASI” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas Budaya Organisasi dan
Kepemimpinan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai referensi seperti buku dan website. Makalah ini berisikan tentang pengertian budaya
dan tujuan organisasi serta bagaimana kesinambungan budaya organisasi terhadap proses
pencapaian tujuan organisasi.
Penulis sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kelemahan dan kekurangan,
maka saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dari semua pihak untuk
penyempurnaan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, Semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat dijadikan sebagai acuan pembuatan makalah yang sama di kemudian hari.
Penulis
2
Abstrak
Karya tulis ini berjudul “Peranan Budaya Organisasi Terhadap Tujuan Organisasi”.
Karya tulis ini menerangkan tentang pemahaman deskriptif budaya organisasi menurut
beberapa ahli, pengertian dan jenis – jenis tujuan organisasi serta hubungan pengaruh antara
budaya organisasi dan tujuan organisasi. Dengan mengkaji pustaka aspek budaya organisasi
dan aspek tujuan organisasi, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dan tujuan organisasi
saling mempengaruhi satu sama lain ditunjukan dengan adanya efektifitas kinerja organisasi.
Abstract
This paper is entitled "Peranan Budaya Organisasi Terhadap Tujuan Organisasi". This paper
describes a descriptive definition of organizational culture according to several experts,
definiton and types of organizational goals and the correlation relationship of influence
between organizational culture and organizational goals. By examining literatures
organizational culture aspects and organizational goals aspects, it can be concluded that
organizational culture and organizational goals influence each other, indicated by the
presence of organizational performance effectiveness.
3
Daftar Isi
4
Bab I Pendahuluan
Suatu organisasi tentunya akan memiliki budaya organisasi yang berbeda dari setiap
organisasi lainnya. Budaya organisasi tentunya akan membawa berbagai dampak bagi Sumber
Daya Manusia (SDM), sehingga karyawan dari suatu organisasi tersebut harus mampu
menyikapi budaya organisasi dengan baik. Budaya organisasi yang bekerja dengan baik
tentunya akan membawa organisasi untuk mendapatkan tujuannya. Peranan budaya di dalam
organisasi sangat penting, dimana budaya dapat menjadi ciri dari sebuah organisasi dan
membedakannya dengan organisasi lain.
Setelah budaya organisasi dipahami oleh anggota organisasi maka budaya bisa
digunakan sebagai alat yang dapat dikategorikan sebagai keunggulan kompetitif bila budaya
organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi dapat menjawab atau
mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Budaya organisasi juga dapat
mempengaruhi kinerja karyawan dalam organisasi.
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman maka, budaya organisasi akan
berubah pula. Perubahan budaya bisa terlihat dari sistem politik, adat istiadat, bahasa maupun
dengan cara berpakaian. Perubahan budaya di suatu organisasi tersebut menunjukkan adanya
keinginan dan tujuan yang lebih baik. Perubahan yang terjadi tentu akan membuat budaya
organisasi membentuk cara kerja dari organisasi yang akan berpengaruh kepada semua orang
dalam organisasi dan lebih lanjutnya berubahnya tujuan organisasi.
Mengacu pada pengertian organisasi, tujuan organisasi tidak hanya fokus pada
tercapainya visi dan misi perusahaan saja, namun juga peningkatan penghasilan yang melebihi
biaya produksi. Ini yang membedakan organisasi profit dan non-porift.
5
Secara umum, beberapa tujuan organisasi adalah sebagai berikut ini:
Sebagai wadah untuk bersama-sama mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
Meningkatkan kemampuan, kemandirian, dan sumberdaya yang dimiliki.
Sebagai wadah bagi individu-individu yang ingin memiliki jabatan, penghargaan,
dan pembagian kerja.
Sebagai wadah untuk mencari keuntungan secara bersama-sama.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dan tujuan
organisasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah organisasi. Budaya
organisasi maupun tujuan organisasi memiliki keterikatan pada sebuah organisasi yang bisa
mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat diteliti bagaimana hubungan
dari keduanya.
6
BAB II Kajian Pustaka
Schein (1992) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi
dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan
maksud agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-masalah yang timbul
akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik,
sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk
memahami, memikirkan dan merasakan berkenaan dengan masalah-masalah tersebut.
Menurut Schein (1992), budaya organisasi terbagi pada tiga tingkat, yaitu artifacts,
espoused values dan basic underlying assumptions (lihat Gambar 1). Pada tingkat artifacts,
budaya organisasional memiliki karakteristik bahwa struktur dan proses organisasional dapat
terlihat. Pada tingkat berikutnya, espoused values, para anggota organisasi mempertanyakan
“Apa yang seharusnya dapat mereka berikan kepada organisasi”.
ARTIFACTS
ESPOUSED VALUES
7
Pada tingkat ini organisasi dan anggotanya membutuhkan tuntunan strategi (strategies),
tujuan (goals) dan filosofi dari pemimpin organisasi untuk bertindak dan berperilaku.
Sedangkan pada tingkat basic underlying assumptions berisi sejumlah keyakinan (beliefs)
bahwa para anggota organisasi mendapat jaminan (take for granted) bahwa mereka diterima
baik untuk melakukan sesuatu secara benar dan cara yang tepat.
Sementara itu, Kreitner dan Knicky (1995) menambahkan bahwa budaya organisasi
berperan sebagai perekat sosial (social glue) yang mengikat semua anggota organisasi secara
bersama-sama. Budaya organisasi yang disebutkan oleh Kreitner dan Kinicki memiliki
karakteristik yang berbeda antar setiap tipe budaya organisasi. Karakteristik-karakteristik dari
tipe budaya organisasi tersebut adalah sebagai berikut:
8
dari budaya organisasi menunjukkan signifikansi pengaruh pada efektifitas suatu organisasi
sebagai unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang berinteraksi untuk mencapai tujuan
secara rasional, terdiri dari orang-orang dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan
motivasi yang berbeda menimbulkan benturan nilai individual dalam proses keorganisasian
kemudian menjadi faktor penganggu upaya pencapaian tujuan organisasi.
Di samping itu budaya organisasi disimpulkan pula sebagai “ruh” organisasi karena di
sana bersemayam filosofi, misi dan visi organisasi yang akan menjadi kekuatan penting untuk
berkompetisi.
Oleh karena itu setiap organisasi perlu menciptakan nilai yang dianut bersama untuk
meembangun sistem keorganisasian guna menyeragamkan pemikiran dan tindakan serta
mengubah perilaku individu ke perilaku organisasi. Nilai bersama ini dikenal dengan istilah
budaya organisasi. Budaya organisasi yang kondusif menciptakan kinerja yang unggul, karena
budaya yang kuat berkaitan tingkat motivasi yang tinggi dalam diri anggota organisasi,
memberikan struktur dan kontrol yang dibutuhkan, juga mendorong semua anggota organisasi
mempunyai komitmen terhadap kemajuan organisasi demi tercapainya tujuan organisasi.
Tujuan organisasi menurut salah satu pakar ahli yaitu Simon bahwa pada tugas guna
mewujudkan sasaran organisasi tersebut berada pada masing-masing orang yang ada pada
9
tingkat paling bawah di struktur organisasi. Demikian juga bagi seseorang yang paling bawah
di struktur organisasi tersebut tidak boleh diabaikan, hal ini karena mereka merupakan anggota
level bawah yang dapat menentukan tentang keberlangsungan hidup serta untuk tercapainya
tujuan organisasi.
Mengacu pada pengertian organisasi, tujuan organisasi tidak hanya fokus pada
tercapainya visi dan misi perusahaan saja, namun juga peningkatan penghasilan yang melebihi
biaya produksi. Ini yang membedakan organisasi profit dan non-profit. Tujuan organisasi serta
masing-masing anggota sering kali beriringan yaitu untuk melakukan pekerjaan secara baik
serta dapat naik pangkat. Langkah dari para anggota organisasi tersebut yaitu dengan adanya
konsistensi dari si pendukung terhadap tujuan organisasi yaitu dalam meningkatkan
pendapatan serta untuk meningkatkan produktivitas. Secara umum, tujuan organisasi dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, antara lain:
Tujuan organisasi jangka pendek ini biasanya disebut tujuan operasional, karena
berdasarkan waktu pencapaian tujuan operasional organisasi yang cukup cepat dan
berkala (biasanya dalam enam bulan hingga satu tahun). Tujuan organisasi jangka
pendek ini nantinya menjadi acuan untuk mencapai tujuan jangka menengah dan
jangka panjang.
10
2) Tujuan Organisasi Jangka Menengah.
Tujuan organisasi jangka menengah ini disebut juga tujuan taktis. Hal ini
dikarenakan proses pencapaian tujuan organisasi dilakukan dalam waktu menengah
atau lebih lama dari tujuan jangka pendek. Periode waktu pencapaian jangka
menengah ini adalah satu tahun hingga tiga tahun. Tujuan organisasi jangka
menengah ini merupakan rangkaian pencapaian tujuan organisasi jangka pendek.
Tujuan organisasi jangka panjang ini disebut juga tujuan strategis. Tujuan ini
merupakan tujuan atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi yang
dapat terealisasi setelah melakukan misi organisasi. Periode waktu pencapaian
tujuan organisasi ini biasanya selama 3 hingga 5 tahun. Tujuan jangka panjang ini
dapat diraih, apabila organisasi berhasil mencapai tujuan jangka menengah.
Fungsi Pedoman
Fungsi Legitimasi
Tujuan organisasi secara umum juga menyangkut legitimasi. Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh sebuah organisasi, harus ada sumber legitimasi yang melindunginya.
Maksudnya, tujuan organisasi akan menjadi sumber pembenaran bagi kegiatan-
kegiatan yang dilakukan, sehingga organisasi mampu mengumpulkan dukungan dan
pengakuan dari lingkungan di sekitarnya.
Fungsi Standarisasi
Setiap pelaksanaan kegiatan organisasi, pasti ada standar yang mnegatur pelaksanaan
tersebut. Hal ini disebutkan, ketika tujuan organisasi telah disepakati dan disahkan,
11
maka organisasi akan mudah mengukur presentase keberhasilan. Presentase
keberhasilan tersebut dihitung sambil melihat apakah hasil kegiatannya sesuai dengan
standar atau justru sama sekali tidak berjalan sesuai standar.
Fungsi Motivasi
Tujuan organisasi menurut para ahli juga bisa sebagai motivasi. Setiap anggota di
dalam sebuah organisasi tentunya membutuhkan motivasi agar bisa melanjutkan
kegiatan hingga mencapai tujuan yang selama ini dicita-citakan bersama. Lalu,
bagaimana tujuan organisasi dapat memotivasi? Demi mencapai tujuan, sebuah
organisasi biasanya memberikan bonus bagi anggota yang bisa memenuhi pencapaian
tertentu.
Fungsi Rasionalisasi
Tujuan organisasi adalah fondasi sebuah organisasi. Tanpa adanya tujuan, sebuah
organisasi akan bergerak tanpa arah yang pasti. Di dalam sebuah badan, tujuan
organisasi bergerak bersamaan dengan struktur organisasi yang telah dibuat dan
ditetapkan. Mereka berinteraksi dalam mencapai tujuan, menggunakan sumber daya
manusia, dan mengimplementasikan unsur-unsur organisasi, seperti komunikasi,
pengawasan dan lain-lain.
12
BAB III Hasil dan Pembahasan
Hasil studi yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett (1992) menunjukkan bahwa budaya
organisasi diyakini sebagai salah satu faktor kunci penentu (key variable faktors) kesuksesan
kinerja organisasi yang menuntun organisasi mencapai tujuan organisasi yang telah
dirumuskan sebelumnya. Hal ini ditunjukan dalam:
Berdasarkan penjelasan tersebut, lebih lanjut menilik poin – poin hasil eksplorasi hasil
studi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi yang telah terbentuk
dipengaruhi oleh tujuan utama organisasi yang telah dirumuskan (mencapai kesuksesan di
13
masa mendatang) dan begitu pula sebaliknya. Demikian pula hasil penelitian sejumlah
perusahaan di Amerika Serikat yang melakukan merger pada dekade 1980-an yang
menunjukkan bahwa merger seringkali mengalami kegagalan karena tidak kompatibel dengan
budaya organisasi (Marren, 1993). Sehingga keselarasan antara nilai-nilai individu (individual
values) dengan nilai-nilai organisasi (organizational values) secara signifikan berhubungan
dengan komitmen organisasi, kepuasan kerja, keinginan berhenti dan turn over seperti yang
diperoleh dari sejumlah hasil riset empiris Kreitner dan Knicky (1995).
Dalam kasus di Indonesia, studi tentang pengaruh budaya organisasi terhadap keefektifan
kinerja manajerial dan kinerja ekonomi organisasi telah banyak dilakukan. Misalnya studi yang
dilakukan oleh Supomo dan Indriantoro (1998) yang meneliti 79 manajer dari berbagai
departemen dalam perusahaan-perusahaan manufaktur yang menemukan bukti empiris adanya
pengaruh positif budaya organisasi yang berorientasi pada orang terhadap keefektifan anggaran
partisipatif dalam peningkatan kinerja manajerial. Bahkan penelitian yang dilakukan Lako dan
Irmawati (1997) menjelaskan keberhasilan organisasi mengimplementasikan nilai-nilai
(values) budaya organisasi dapat mendorong organisasi tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan.
14
Bab IV Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Budaya organisasi merupakan sekumpulan konstruk yang berisikan nilai, norma,
pedoman dan asumsi – asumsi (nilai kognitif) yang berada dalam suatu organisasi dalam proses
keberlangsungan hidup suatu organisasi. Karena budaya ini memiliki nilai, norma dan pola
maka selayaknya budaya organisasi ini diturunkan secara turun – temurun kepada orang –
orang baru yang berada di lingkungan organisasi tersebut. Hal ini dtujukan agar budaya
organisasi tetap bersifat sebagai social glue bagi semua pelaku kegiatan organisasi, sehingga
mereka memiliki sense of belonging terhadap organisasi tersebut.
Organisasi didirikan atas dasar kesamaan pemikiran dan kesepahaman tujuan. Maka
dalam setiap organisasi, akan memiliki tujuan – tujuan yang akan dicapai di kemudian hari.
Tujuan organisasi ini diklasifikasikan menjadi tiga jenis menurut periode waktu
pencapaiannya, yaitu Tujuan Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Tujuan
organisasi dapat dijadikan acuan sebagai pedoman, landasan, dan standarisasi setiap kegiatan
yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup organisasi, serta motivasi bagi para pelaku
kegiatan organisasi di dalam organisasi tersebut agar melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya masing – masing demi tercapainya tujuan organisasi tersebut.
Keterkaitan budaya organisasi dan tujuan organisasi dapat dilihat melalui keefektifan
kinerja organisasi. Hal ini menyebabkan setiap organisasi memiliki ciri khas budaya
organisasinya masing – masing, sehingga setiap budaya organisasi akan memiliki kekurangan
dan kelebihannya. Proses pencapaian tujuan organisasi inilah yang menjadi faktor utama,
dimana kita dapat melihat bagaimana suatu budaya organisasi dapat mempengaruhi tujuan
organisasi. Budaya organisasi berperan penting untuk menentukan arah organisasi, bagaimana
mengalokasikan dan mengelola sumber daya sebagai kekuatan internal dalam memanfaatkan
peluang (opportunity) dan mengantisipasi ancaman (threat) demi kedepannya tercapai tujuan
organisasi yang sebelumnya telah dirumuskan.
15
4.2 Saran
Setelah tersusunnya gagasan utama yang dapat dijadikan sebagain tujuan utama
organisasi, pihak – pihak yang berwenang (manajer) dapat menerapkan budaya organisasi yang
dirasa dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif, efektif, efisien dan tepat guna. Hal ini
ditujukan agar proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan oleh semua pelaku
kegiatan organisasi tanpa terkecuali dan tanpa ada beban.
16
Daftar Pustaka
Hofstede et.al. 1990. Measuring Organizational Cultures: A Qualitative and Quantitative Study
Across Twenty Cases. Administrative Science Quarterly, 35 (1990): 286-316
Hofstede, Geerts. 1994. Cultures And Organizations: Software Of The Mind. London:
HarperCollinsPublishers
Koontz et. al. 1991. Manajemen. Cetakan ke-4. Jakarta, Penerbit Erlangga
Kotter, & Heskett. 1992. Corporate Cultures and Performance. Canada: Maxwell Macmillan
Kreitner dan Knicky. 1995. Organizational Behavior.3rd Ed. Richard D. Irwin. Homewood.
Illinois
Smircich, Linda. 1983. Concept of Culture and Organizational Analysis. Administrative
Science Quarterly. 28. 339-358
Stoner et. al. 1995. Management. 6th Ed. Prentice Hall. New Jersey
Tjahjono, Heru K. 2004. “Hubungan Budaya Organisasional, Keefektifan Organisasional dan
Kepemimpinan: Telaah Perspektif untuk Riset” Jurnal Kompak.
https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-organisasi.html#tujuan_organisasi
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/1251/slug/pengaruh-budaya-organisasi-terhadap-
semangat-kerja-karyawan
17