Anda di halaman 1dari 5

3.

9 Bidang Penindakan

Menurut pasal 24 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang


Badan Pengawas Obat dan Makanan, Deputi Bidang Penindakan mempunyai tugas
menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan penindakan terhadap n
Ohur dan Makanan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24, Deputi Bidang Penindakan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen, dan


nyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang- undangan di pe
bidang pengawasan Obat dan Makanan;
b. Pelaksanaan kebijakan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen, dan
penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang- undangan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria penindakan meliputi cegah
tangkal, intelijen, dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penindakan meliputi cegah tangkal,
intelijen, dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan; dan Pelaksanaan fungsi
lain yang diberikan oleh Kepala.

Penyidik dapat berasal dari Penyidik Kepolisian ataupun berasal dari Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dalam hal ini yang dimaksud penyidik adalah PPNS.
Dalam Pasal angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2012 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian
Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa,
Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
ditunjuk selaku Penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan
tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing. Dasar hukum tentang adanya PPNS adalah Undang-Undang No. 8 Tahun
1981 tentang KUHAP, yaitu

a. Pasal 6 yang berbunyi penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik


Indonesia dan Pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU
b. Pasal 7 ayat (2) yang berbunyi PPNS mempunyai wewenang sesuai UU yang
menjadi dasar hukumnya masing masing dan dalam pelaksanaan tugasnya
berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik pejabat polisi negara
Republik Indonesia.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 189
ayat (2). wewenang PPNS adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak


pidana di bidang kesehatan
2. Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang kesehatan
3. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukunm
sehubungan dengan tindak pidana di bidang kesehatan.
4. Melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana
di bidang kesehatan
5. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang kesehatan
6. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang kesehatan
7. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang dapat
membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang keschatarn

Langkah-langkah proses projustitia terhadap kasus yang melanggar hukum di bidang


obat dan makanan sehagai berikiut

1. Pemeriksaan di TKP (Tempat Kejadian Perkara).


2. Melakukan penggeledahan.
3. Melakukan penyitaan.
4. Persetujuan atau izin geledah dan sita dari Pengadilan Negeri setempat.
5. Penyisihan BB (Barang Bukti) untuk uji laboratorium
6. Gelar kasus TP (Tindak Pidana)
7. SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyelidikan) ke JPU (Jaksa Penuntun
Umum) melalui Polri.
8. Memanggil TSK (Tersangka)
9. Memanggil Saksi atau Ahli
10. Pemeriksaan TSK (Tersangka)
11. Pemeriksaan Saksi atau Ahli
12. Tindakan lain sesuai KUHAP
13. Menyelesaikan administrasi penyidikan menjadi BP (berkas perkara).
14. Penyerahan BP ke JPU melalui Polri
15. Melakukan koordinasi fungsional ke polri dan JPU sesuai P-18 (berkas belum
lengkap) sampai BP dinyatakan P-21 (berkas telah lengkap)
16. Penyerahan TSK dan barang bukti ke JPU
17. Menghadiri sidang sebagai saksi petugas atau saksi ahli
18. Penentuan Status Tersangka :
 Status Tersangka ditetapkan penyidik berdasarkan minimal 2 alat bukti
Dasar : Pasal 1 Angka 2 dan 14 KUHAP, Putusan MK No. 21/PPU-
XII/2014 Tgl 28 April 2015, Pasal 70 Ayat (2) huruf d PERKAP No. 14
tahun 2012
 Status Tersangka melalui gelar perkara dengan hadirnya fungsi terkait
Polri.
19. Penegak hukum harus dapat membuktikan sahnya penetapan Tersangka
 Bahwa penetapan Tersangka telah sesuai degan prosedur hukum yaitu
telah terpenuhinya minimal 2 alat bukti yang cukup (pasal 184 kuhap).
 Sudah melalui mekanisme lidik dan sidik dan diputuskan dalam gelar
perkara (perkap 14 thn 2012 tentang manajemen penyidikan TP).
Daftar pustaka

Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan
Makanan.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan


Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian Khusus,
Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai