Anda di halaman 1dari 10

- Gejala Gangguan Mental

Alkohol zat aditif, artinya zat tersebut menimbulkan adikasi (adictor) yaitu ketagihan dan dependensi
(ketergantungan). Penyalahgunaan atau ketergantungan NAZA jenis alkohol ini dapat menimbulkan
gangguan mental yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, berperasaan dan berperilaku. Ganguan
mental organic ini disebabkan reaksi langsung alkohol pada neuro transmitter sel-sel saraf pusat
(otak). Karena sifat adektifnya itu, maka orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa disadari
akan menambah takaran atau dosis sampai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk.

Menurut Hawari (2006), gangguan mental organik yang terjadi pada diri seorang ditandai dengan
gejala-gejala sebagai berikut :

a. Terdapat dampak berupa perilaku misalnya perkelahian dan tindak kekerasan lainnya, ketidak
mampuan menilai realitas dan gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan (perilaku mal adaptif).

b. Terjadi gejala fisiologik sebagai berikut yaitu : Pembicaraan cedal (slurred speech), gangguan
koordinasi, cara jalan yang tidak mentap, mata jering (histakmus), muka merah.

c. Tampak gejala-gejala psikologik sebagai berikut yaitu : Perubahan alam perasaan (afek/mood)
misalnya euphoria atau disforia, mudah marah dan tersingung (iritabilitas), banyak bicara
(melantur), hendaya atau gangguan perhatian atau konsentrasi. hendaya ini besar pengaruhnya bagi
kecelakaan lalu lintas.
Intoksikasi alkohol akut

dapat dikenali dengan gejala-gejala kesadaran menurun, gangguan perhatian, gangguan daya nilai,
emosi labil dan disinhibisi, agresi, jalan sempoyongan, nistagmus, bicara cadel/pelo, nafas berbau
alkohol. Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis paralisis pernapasan, biasanya bila
muntahan masuk saluran pernapasan, obstructive sleep apnoea, aritmia jantung fatal ketika kadar
alkohol darah lebih dari 0,4 mg/ml (6).

Intoksikasi yang terkait alkohol, termasuk methanol, etilen glikol, dietilen glikol, propilen glikol, dan
ketoasidosis alkoholik dapat menunjukkan metabolik asidosis dengan kesenjangan osmolal.
Akumulasi alkohol dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kesenjangan anion dan
menurunnnya kadar bikarbonat. Di samping metabolik asidodis, gagal ginjal akut, dan gangguan
saraf dapat terjadi pada pasien yang mengalami intoksikasi alkohol. Dialisis untuk menghilangkan
alkohol yang belum termetabolisme dan mengatasi anion asam organik dapat membantu dalam
terapi intoksikasi alkohol. Pemberian fomepizol atau etanol yang dapat menghambat enzim alkohol
dehidrogenase bermanfaat dalam terapi intoksikasi etilen glikol dan methanol (7).

Pemeriksaan fisik dan laboratorium a) Gejala utama : Waspada berlebihan, kegelisahan, agitasi
psikomotor, mondar-mandir, banyak bicara dan tekanan pada pembicaraan, rasa nyaman dan elasi.
Sering kali agresif, perilaku kekerasan dan daya nilai terganggu, takikardi, hipertensi, dilatasi pupil,
mengigil dan diaforesis, anoreksia, mual dan muntah dan insomnia

Terapi  Bilas lambung, induksi muntah, atau gunakan karbon aktif untuk mengeluarkan alkohol dari
saluran cerna (gastrointestinal) jika pasien datang kurang dari 60 menit setelah minum alkohol

Dialisis (hemodialysis, peritoneal dialysis) berguna untuk mengeluarkan alkohol dan metabolit toksik
yang mungkin terbentuk dan pemberian basa pada pasien untuk mengatasi metabolik asidosis

Putus zat Alkohol

Gejala putus zat adalah suatu sindrom yang terjadi ketika konsentrasi zat menurun pada individu
yang telah menggunakan zat dalam jangka waktu panjang (3). Gejala putus alkohol biasa terjadi 6-24
jam sesudah konsumsi alkohol yang terakhir. Gejala putus alkohol ringan tremor, khawatir dan
agitasi, berkeringat berlebihan, mual dan muntah, sakit kepala, takikardia, hipertensi, gangguan
tidur, suhu tubuh meningkat. Gejala putus alkohol berat muntah,agitasi berat, disorientasi,
kebingungan, paranoia, hiperventilasi dan delirium tremens (DTs) adalah suatu kondisi gawat
darurat pada putus alkohol yang tidak ditangani, muncul 3-4 hari setelah berhenti minum alkohol.
DTs mencakup gejala agitasi, gelisah/restlessness, tremor kasar, disorientasi, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, berkeringat dan demam tinggi, halusinasi lihat dan paranoia

Pemeriksaan fisik dan laboratorium a) Gejala utama : Tremor, khawatir dan agitasi, berkeringat,
takikardia, hipertensi, suhu tubuh meningkat, disorientasi, kebingungan, paranoia, hiperventilasi

Penatalaksanaan :1. Pemberian cairan atas dasar hasil pemeriksaan elektrolit dan keadaan umum 2.
Atasi kondisi gelisah dengan golongan benzodiazepin (diazepam 5 mg IM atau IV yang dapat diulang
tiap 30 menit sampai dosis maksimal 20 mg/hari) 3. Bila ada kejang akibat putus zat maka atasi
dengan benzodiazepin (diazepam 5 mg yang disuntikan IV secara perlahan) 4. Dapat juga diberikan
thiamine 100 mg ditambah 4 mg magnesium sulfat dalam 1 liter 5% Dextrose/normal saline selama
1-2 jam

- Tanda/Gejala Ketergantungan

Menurut Hawari (2006), bagi mereka yang sudah ketagihan atau ketergantungan alkohol ini bila
pemakaiannya dihentikan akan menimbulkan sindrom putus alkohol, yaitu gejala ketagihan atau
ketergantungan yang ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :

a. Gemetaran (tremor) kasar pada tangan, lidah dan kelopak mata.

b. Tampak gejala fisik sebagai berikut yaitu : Mual muntah, letih, lemah dan lesu, hiperaktif saraf
otonom, misalnya jantung berdebar-debar, kekeringan berlebihan dan tekanan darah meningkat,
hipotensi artostatik (tekanan darah menurun karena perubahan posisi tubuh : terbaring duduk dan
berdiri).

c. Tampak gejala psikologik sebagai berikut yaitu : kecemasan dan ketakutan, perubahan alam
perasaan afektif/mood, menjadi pemurung dan mudah tersingung. banyak diantaranya peminum
berat jatuh dalam depresi berat, timbul pikiran ingin bunuh diri dan melakukn tindakan bunuh diri,
mengalami halusianasi dan delusi.

Etiologi
Penyebab penyalahgunaan alkohol menurut Martono (2006), antara lain :

a. Faktor alkohol, berbicara tentang ketersedian dan farmakologi zat (jenis, jumlah, cara, dan
pengaruhnya terhadap tubuh).

b. Faktor individu, berbicara tentang faktor-faktor pada individu, yaitu keturunan, watak atau
kepribadian, pengetahuan, sikap dan keyakinan tentang alkohol.

c. Faktor keluarga, disfungsi keluarga yang menggambarkan terganggunya hubungan antara anggota
keluarga (ayah, ibu, dan anak) dengan resiko gangguan kepribadian dan penyimpangan perilaku
anak, antara lain : kematian orang tua, kedua orang tua bercerai, hubungan kedua orang tua yang
tidak harmonis, hubungan orang tua dan anak tidak harmonis, suasana rumah yang tegang, suasana
rumah tangga tanpa kehangatan, orang tua sibuk dan jarang di rumah, orang tua mempunyai
kelainan kepribadian (Hawari, 2006).
d. Faktor lingkungan terdiri atas lingkungan social di sekitar lingkungan remaja (pengaruh kelompok
teman sebaya), lingkungan yang kurangmendukung dimana remaja terpengaruh/bergaul dengan
teman-teman yang mengkonsumsi minuman beralkohol.

Pengaruh alkohol menurut Martono (2006), antara lain :

a. Pengaruh segera alkohol setelah pemakaian 1). Kemampuan mengendarai motor terganggu,
kehilangan koordinasi, salah menilai, refleksi lambat. 2). Pusing, kulit menjadi merah, merasa
gembira dan rileks. 3). Perasaan dan ingatan menjadi tumpul. 4). Dosis tinggi menyebabkan mabuk,
bicara cedal, penglihatan ganda, inveral tumpul, kendali diri berkurang, dan tidak sadarkan diri.

b. Pengaruh jangka panjang Terjadi “hangover” (pengaruh sisa) sehingga merasa mual, sakit kepala,
pencernaan terganggu, pikiran tidak jernih, seluruh tubuh sakit, dihidrasi (kehilangan cairan tubuh).

c. Pengaruh pada sistem tubuh manusia

1). Sistem saraf pusat : Memperlambat fungsi otak yang menontrol pernafasan dan denyut jantung
sehingga dapat menimbulkankematian. Dapat menyebabkan hilangnya memori (amnesia), sakit jiwa,
kerusakan tetap pada otak dan sistem saraf.

2). Sistem pernafasan Memperlambat pernafasan dan denyut jantung, sehingga dapat menimbulkan
kematian.

3). Sistem pencernaan : a). Dapat menyebabkan luka dan radang lembung serta hati. b). Dapat
menyebabkan kangker mulut, kerongkongan dan lambung. c). Selera makan hilang dan kekurangan
vitamin. d). Menyebabkan peradangan dan pengerasan (serosis) hati.

4). Sistem jantung dan pembuluh darah a). Dapat menyebabkan pembengkakan jantung. b). Dapat
menyebabkan kegagalan fungsi jantung.

5). Sistem reproduksi dan pengaruhnya pada bayi a). Dapat menyebabkan cacat bayi yang dikandung
ibu peminum alkohol mengikatnya aborsi dan kelahiran premature. b). Dapat menyebabkan
impotensi pada pria

Penyalahgunaan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori utama menurut respon serta motif
individu terhadap pemakaian alkohol itu sendiri (Sundeen, 2007).

a. Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental (Experimental User). Kondisi penggunaan alkohol
pada tahap awal yang disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang (remaja). Sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembangnya, remaja selalu ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan taraf
coba-coba, termasuk juga mencoba menggunakan alkohol.

b. Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional (Social User). Penggunaan alkohol pada waktu
berkumpul bersama-sama teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu, ulang
tahun atau acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai tujuan untuk rekreasi bersama teman
sebaya (Ra‟uf, M. 2002).

c. Penggunaan alkohol yang bersifat situasional (Situational User). Seseorang mengkonsumsi alkohol
dengan tujuan tertentu secara individual, hal itu sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang yang
harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri dari masalah,
konflik, stress dan frustasi.

d. Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan (Abuse User). Penggunaan alkohol yang sudah
bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1
Sudah terjadi penyimpangan perilaku, mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, seperti
di lingkungan pendidikan atau pekerjaan.

e. Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan (Kompulsive Dependent User). Penggunaan


alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan
fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (alkohol). Suatu kondisi dimana
indidvidu yang biasa menggunakan zat adiktif (alkohol) secara rutin pada dosis tertentu akan
menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga akan menimbulkan gejala
sesuai dengan macam zat yang digunakan.bulan. Sudah terjadi penyimpangan perilaku, mengganggu
fungsi dalam peran di lingkungan sosial, seperti di lingkungan pendidikan atau pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai