Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

Daftar Isi.......................................................................................................................................i
BAB I DEFINISI..............................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP..........................................................................................2
BAB III KEBIJAKAN.......................................................................................................4
BAB III TATA LAKSANA..............................................................................................5
BAB IV DOKUMENTASI...............................................................................................13
BAB I
DEFINISI

Rumah Sakit sebagai institusi pemberi pelayanan kesehatan dalam


pelayanannya pastilah selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pasiennya. Dalam aktivitas sehari – hari tidak dapat dipungkiri rumah sakit perlu
melakukan perawatan dan peningkatan fasilitas yang dimiliki. Termasuk
didalamnya adalah kegiatan pekerjaan konstruksi, renovasi, dan demolisi.
Kontruksi/pembangunan baru di sebuah rumah sakit dapat berdampak pada setiap
orang di rumah sakit dan pasien dengan kerentanan tubuhnya dapat menderita
dampak terbesar. Kebisingan dan getaran yang terkait dengan kontruksi dapat
mempengaruhi tingkat kenyamanan pasien dan istirahat/tidur pasien dapat pula
terganggu. Debu konstruksi dan bau dapat mengubah kualitas udara yang dapat
menimbulkan ancaman khususnya bagi pasien dengan gangguan pernapasan.
Karena itu, rumah sakit perlu melakukan asemen risiko setiap ada kegiatan
kontruksi, renovasi maupun demolisi/pembongkaran bangunan. Asesmen risiko
harus sudah dilakukan pada waktu perencanan atau sebelum pekerjaan kontruksi,
renovasi, demolisi dilakukan, sehingga pada waktu pelaksanaan, sudah ada upaya
pengurangan risiko terhadap dampak dari kontruksi, renovasi, demolis tersebut.
PCRA (Pre Construction Risk Asessment) atau Asesmen Risiko Prakonstruksi
adalah analisis risiko yang dilakukan sebelum adanya kegiatan pekerjaan
konstruksi, renovasi, maupun demolisi yang dilakukan di dalam rumah sakit.
Tujuan dari proses penilaian risiko Pra-Konstruksi ini adalah untuk
mengidentifikasi potensi risiko yang bisa timbul dari kegiatan ini dan untuk
mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk meminimalkan risiko ini
BAB II
RUANG LINGKUP

Asesmen Risiko Prakonstruksi meliputi area area sebagai berikut :


a. kualitas udara
b. pengendalian infeksi (ICRA)
c. utilitas
d. kebisingan
e. getaran
f. bahan berbahaya
g. layanan darurat, seperti respons terhdap kode
h. bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan
Sebagai contoh, getaran yang ditimbulkan dari pengerjaan proyek konstruksi
dapat menimbulkan debu yang dapat mengurangi kualitas udara. Penggunaan
bahan kimia maupun bahan berbahaya selama konstruksi dapat pula menimbulkan
impak negatif pada kualitas udara. Getaran dan kebisingan yang mungkin
ditimbulkan juga dapat berpotensi menimbulkan gangguan terhadap pasien
maupun staf rumah sakit. Kegiatan konstruksi dan penghancuran dapat pula
mengganggu jalannya pelayanan dalam rumah sakit, misalnya bila diperlukan
penutupan atau pengalihan sementara akses jalan ke suatu area di rumah sakit. Hal
ini dapat mengganggu misalnya bila terjadi code Blue, tim respons code blue
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai area terjadinya code blue.
BAB III
KEBIJAKAN

1.Setiap kegiatan renovasi dan atau konstruksi di area Rumah Sakit diawali
dengan asesmen risiko prakonstruksi
2.Hasil identifikasi risiko pada asesmen risiko prakonstruksi digunakan sebagai
dasar pengambilan tindakan guna meminimalisasi risiko selama pembongkaran,
renovasi, dan konstruksi
BAB IV
TATA LAKSANA

Sebelum dimulai kegiatan konstruksi perlu dilakukan asesmen PCRA.


Asesmen dilakukan oleh K3RS menggunakan form PCRA yang telah tersedia.
Form PCRA diisi dan dianalisis oleh K3RS sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari proyek konstruksi itu sendiri.
Dalam menyusun PCRA maka K3RS perlu bekerja sama dengan PPI dalam
pelaksanaan asesmen risiko pra konstruksi, karena PCRA dan ICRA adalah
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Langkah konkrit yang dapat diambil
misalnya adalah melaksanakan rapat bersama manajemen maupun kontraktor
konstruksi sebelum dilakukan pengerjaan. Dalam rapat tersebut dapat dibicarakan
teknis rencana pengerjaan konstruksi. Dari situ dapat diperkirakan kemungkinan –
kemungkinan gangguan dan bahaya yang dapat timbul. Misalnya rencana
membongkar suatu dinding dapat diperkirakan menimbulkan gangguan berupa
bising, getaran, debu, penutupan akses jalan, dan lain sebagainya. Selain itu dapat
pula individu yang ditunjuk untuk melakukan asesmen bersama PPI melakukan
tinjauan langsung ke area yang direncanakan untuk dilakukan konstruksi. Dengan
kerjasama antara K3RS dan PPI diharapkan asesmen PCRA maupun ICRA dapat
lebih komprehensif dan efektif.
Hasil dari asesmen didokumentasikan dalam form PCRA. Pengisian form
sedapatnya dikerjakan setelah dilakukan pertemuan dengan menajemen rumah
sakit, pihak kontraktor, dan PPI, dan diselesaikan sebelum dimulainya pengerjaan
konstruksi. Hal ini bertujuan agar tersedia waktu yang cukup untuk pihak – pihak
yang terlibat dalam konstruksi untuk melaksanakan hasil dari analisis tersebut.
Dokumen form PCRA tersebut disimpan oleh K3RS sebagai arsip dan mungkin
perlu pula diberikan kopian dokumen untuk disimpan oleh PPI.
Hasil asesmen akan digunakan untuk merencanakan langkah – langkah yang perlu
diambil untuk mengantisipasi dampak – dampak negatif yang ditimbulkan selama
pengerjaan konstruksi. Misalnya bila suatu proyek konstruksi diperkirakan
menimbulkan gangguan berupa debu, maka seyogyanya hal tersebut telah
tercantum dalam PCRA. Setelah itu dari hasil analisis ternyata disimpulkan perlu
dilakukan penutupan terpal pada sekitar lokasi area konstruksi. Hal ini perlu
dikomunikasikan kepada kontraktor sehingga pada hari pengerjaan konstruksi
terpal sudah tersedia dan siap digunakan.
BAB V
DOKUMENTASI

PCRA didokumentasikan pada Form PCRA rumah sakit. Form dibuat sebelum
dilakukan konstruksi.
Pre- Construction Risk Assesment
Departemen : Lokasi Pekerjaan : Dibuat oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

Jadwal Pengerjaan :

No. Area - area Kegiatan Identifikasi Konsekuensi/ Penilaian Langkah perbaikan Jenis Setelah Penanggung Tanggal
bahaya/ dampak risiko pengendalia perbaikan Jawab penyelesaian
Aspek lingkungan S P R n risiko S P R
lingkungan

PANDUAN/004 - 00/MFK
MIKA KENJERAN

Anda mungkin juga menyukai