Anda di halaman 1dari 2

Protozoa Darah TRYPANOSOMIASIS (SURRA) BABESIASIS THEILERIASIS ANAPLASMOSIS MALARIA pada pedet umur 30-60 hari, karena gas

ur 30-60 hari, karena gas fermentasi dan banyak makan rumput muda, legume dan
LEUCOCYTOZOONOSIS HAEMOPROTEOSIS penggantian pakan.
Pencernaan COCCIDIOSIS AMOEBIASIS BALANTIDIASIS
Organ TOXOPLASMOSIS TRICHOMONIASIS 4. DIARE
PENTINGNYA PENYAKIT PARASIT Umumnya bukan penyebab utama yang menimbulkan kematian Diare pakan pada Pedet Gangguan karena pakan umur 0-2 bulan. Penyebab : over feeding, kolustrum,
Kerugian besar, karena bersifat sub klinis/kronik susu dingin. Gejala klinis : diare, dehidrasi. Pengobatan : hentikan pemberian susu( 48 jam), injeksi
Bersifat patogen apabila kondisi lingkungan mendukung (sistem kekebalan) glukosa, injeksi antibiotika, kastor oil + glukosa 2 ons, 2 kali sehari. Kaolin dan pektin 1 ons atau kapur
Berpengaruh terhadap sistem kebal, sehingga memudahkan terjadi penyakit lain tohor(sudah dingin 30-50 gr/kg BB.
Sebagai vektor bebrapa penyakit baik parasiter, virus atau bakteri
5. BVVD Bovine Virus Viral Diare
 Theileriosis disebabkan infeksi dari protozoa genus Theileria, suborder Piroplasmorina. BVD adalah penyakit sapi sebagai penyebab infertilitas, aborsi, diare, penyakit pernapasan,melemahnya
 Parasit obligat intracelluler.
sistem kekebalan tubuh, yang meningkatkan kerentanan terhadap penyakit lain (imunosupresi). Dapat
 Spesies yang pathogen : T. parva, penyebab demam sapi di Afrika, dan T. annulata, yang
menginfeksi pula domba, kambing, kerbau. BVD disebabkan oleh Pestivirus dari keluarga Flaviviridae .
penyebab theileriosis tropis.
Gejala Klinis Masa inkubasi penyakit berlangsung kira-kira 2 minggu. Demam yang tinggi terus menerus Tiga sindrom klinis: akut (transient) infeksi, infeksi janin, dan infeksi persisten
yang disertai gejala klinis umum (kesulitan bernafas, kekurusan, kelemahan tubuh belakang) menyerupai 1. Akut (transient) : infeksi hanya berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu tetapi dapat
gejala penyakit protozoa darah lainnya. Perbedaannya yaitu bahwa pada Theileriosis pembengkakan menyebabkan demam, diare, penyakit pernapasan, gangguan reproduksi, dan banyak lagi tergantung
kelenjar-kelenjar limfe sub kutan sangat menyolok. Anemia sering tidak jelas, ikterus dan pada usia dan status kekebalan dari hewan yang terinfeksi, serta strain BVDV terlibat.
hemoglobinuria kadang-kadang 2. Infeksi Janin :Infeksi janin dapat terjadi setiap saat tergantung pada strain virus dan tahap kehamilan.
POST MORTEMLIMPA, LIVER > COKLAT – KUNING, LGL > HIPERAEMIC, GINJAL HAEMORAHAGIE – PUTIH Dapat menyebabkan aborsi,cacat, lahir mati dan infeksi persisten selama periode tertentu kehamilan
KEHIJAUAN, PARU OEDEMA, CAIRAN DLM THORAX, ULCERA ABOMASUM & USUS BESAR, CAIRAN 3. Infeksi Persisten : kekebalan tubuh janin tidak berkembang cukup untuk menanggapi infeksi BVDV.
CEREBRO SPINAL, PERDARAHAN DI CORTEX, NECROSE DI OTAK SCHIZONT Janin mungkin mati, tetapi jika janin bertahan kemungkinan akan berkembang menjadi sapi PI (Persisten
cegah PEMBERANTASAN CAPLAK, SANITASI KANDANG, LALU LINTAS HEWAN Infeksi). Kebanyakan hewan PI mati umur 2 tahun, tetapi beberapa akan bertahan selama beberapa
1. Aphtae Epizooticae/Foot and Mouth Disease /Penyakit Mulut dan Kuku tahun, shg sbgai sumber infeksi,shg ancaman bagi kesehatan kawanan.
Penyebab : picorna virus , labil, tidak tahan pH asam, panas, sinar UV, desinfektan, virulensi tergantung
Pengendalian BVDV saat ini melibatkan kombinasi dari biosekuriti, pengujian dan pemusnahan hewan PI
umur hewan dan adaptasi jenis hewan, ada 7 tipe virus, O, A, C, Sat 1, Sat2, Sat3, dan Asia1, di Indonesia
(pengawasan diagnostik), dan vaksinasi.
Strain O11. Penularan : kontak langsung, pakan, bahan yang tercemar, aerosol.
PENGENDALIAN :
KerugianAkibat PMK Penurunan produktivitas kerja ternak, Penurunan bobot hidup., Gangguan
Mempertahankan tingkat biosekuriti
fertilitas, Kerugiane konomi akibat penutupan pasar dan lalu lintas hewan , di daerah tertular
Hanya membeli hewan BVD-negatif
Hilangnya peluang ekspor ternak,hasil ikutan ternak, hasil bahan , asal hewan, dan pakan. Isolat setiap penambahan hwn baru selama minimal 30 hari
Gejala klinis : suhu naik, lepuh-lepuh primer di rongga mulut (gusi, lidah, palatum), lepuh di sela-sela Uji setiap penambahan baru untuk BVD, dan vaksinasi selama periode isolasi.
tracak, produksi susu menurun. Lepuh-lepuh sekunder pada bagian tubuh yang mendapat tekanan; kaki, 5. Menjaga sanitasi , rutin disinfeksi daerah yang terkontaminasi
puting susu, vulva dan skrotum 6. Mencegah kontak dengan ternak tetangga status dg tidak diketahui.
Gejala patologi anatomi: lepuh di mulut, tracak, rumen, retikulum, omasum pendarahan pada otot 7. Melindungi hewan bunting dari sumber potensial dari paparan selama trimester pertama.
jantung, terjadi pendarahan titik-titik merata, bentukan garis-garis yang merupakan degenerasi hialin 9. Mencegah pencampuran kelompok hewan.
dan nekrosis otot jantung (Tiger Heart). 10. Vaksinasi kawanan sapi tahunan. Pastikan bahwa sapi yang divaksinasi dengan benar pada
2. Malignant Catarrhal Fever/MCF/ Penyakit Ingusan usia 6 bulan (dua dosis)
Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi dan fatal pada sapi dan kerbau. Di Indonesia 1. 1. FASCIOLIASIS/DISTOMATOSIS
ditemukan pertama kali di Kediri (1894) oleh Paszotta, kejadian penyakit bersifat sporadis di Jawa, Penyebab : Fasciola hepatica dan F. gigantica .
Sulawesi NTT, NTB, Irian dn Bali. Selama tahun 1994 penyakit MCF dilaporkan di propinsi Jawa Timur dan Penularan : memakan rumput yang tercemari metaserkaria cacing hati. Pada domba dan kambing.
NTB. Penyebab : ACV-1, merupakan jenis herpes virus, banyak menyerang Wildebeest, jenis berikutnya Kejadian kronis, pada sapi dan kerbau, terjadi gangguan pencernaan, menjadi lemah dan depresi ,
SAA (Sheep Associated Agent) klasifikasinya belum jelas dan diperkirakan ditularkan oleh domba. selaput lendir menjadi pucat/ anemis, busung diantara sudut dagu/bottle jaw dan bawah perut/ edema,
Gejala Klinis : keluarnya cairan dari hidung dan mata yang kental dan mukopurulen, selaput lendir produksi turun.
hidung dan mata kongestif, peradangan mulut dan erosi permukaan lidah, demam, dispnu, Siklus Hidup Telur fasciola masuk ke dalam duodenum bersama empedu dan keluar bersama tinja
pembengkakan kelenjar limfe luar, kebutaan, gejala syaraf. Kematian biasanya terjadi 4-13 hari setelah hospes definitif. Di luar tubuh ternak telur berkembang menjadi mirasidium. Mirasidium kemudian
timbul gejala. masuk ke tubuh siput muda, yang biasanya genus Lymnaea rubiginosa. Di dalam tubuh siput mirasidium
Gejala patologi anatomi : peradangan dan leleran eksudat mukopurulen pada rongga hidung yang berkembang menjadi sporokista, redia dan serkaria. Serkaria akan keluar dari tubuh siput dan bisa
berwarna kehijauan, peradangan dan ulserasi esofagus dan lambung, peradangan ginjal, hati, kelenjar berenang. Pada tempat yang cocok, serkaria akan berubah menjadi metaserkaria yang berbentuk kista.
linfe dan limpa. Ternak akan terinfeksi apabila minum air atau makan tanaman yang mengandung kista
Pengendalian : antibiotik untuk infeksi sekunder, sapi dan kerbau dipelihara terpisah dari domba, 2. HAEMONCHOSIS
kambing dan ruminansia liar. Daging yang diperdagangkan harus direbus, sisa hasil pemotongan Penyebab : cacing gilig (Nematoda) yang disebut Haemonchus contortus.
dimusnahkan. Penularan : melalui larva yang terdapat pada padang pangonan.
3. Jembrana/Keringat Darah/Rawa Dewa Gejala klinis : berkurangnya berat badan, kelemahan dan kepucatan selaput lendir, pembengkakan pada
Penyakit akut dan fatal pada sapi bali(perama kali di Jembrana 1964). Gejala : demam tinggi dan rahang/bottle jaw.
perdarahan di berbagai organ dalam tubuh dan kulit. Menyerang sapi bali dewasa ( umur 3-4 tahun) , 3. Ascaris
dalam keadaan tertentu hewan dapat sembuh. Penyebab : retrovirus. Penyebab : Strongyloides papillosus, Trichostrongylus .
Gejala klinis : demam tinggi, mencret berdarah, lesu, anoreksia, air mata dan air liur keluar secara Penularan : memakan rumput yang tercemari larva cacing ascaris
berlebihan, pembesaran kelenjar limfe preskapularis dan parotis, mukosa rongga hidung, bagian atas Gejala klinis : dermatitis, selaput lendir menjadi pucat, penurunan bobot badan, diare, kelemahan,
lidah, rongga mulut/gusi mengelupas anoreksia.
Jembrana merupakan penyakit Insect born disease nyamuk Culicuides sp Menyerang Sel B sehingga Gejala patologi anatomi : radang usus, kerusakan selaput lendir usus , meradang, terkelupas.
antibodi tidak terbentuk dalam waktu 2 -3 bulan pascainfeksi enyebabkan kepekaan terhadap penyakit Pencegahan dan pengobatan : sanitasi lingkungan, penyabitan atau penggembalaan jangan terlalu pagi,
infeksi sekunder pemberian antelmetika.
4. ORF (Contagiosa Ecthyma) 4. TAENIASIS
Penyakit viral pada domba dan kambing bersifat zoonosa. Penyebab : virus parapox, hewan muda Penyebab : Cysticercus bovis yang sering disebut sebagai cacing gelembung.
mudah terserang. Penularan : kontak langsung dengan penderita. Penularan : memakan bungkul yang berasal dari induk semang antara yang mengandung cacing
Gejala klinis : radang pada kulit sekitar mulut, mata, alat genital, ambing, kaki bagian medial. Terdapat gelembung.
lepuh-lepuh pipih yang berisi cairan, jika mengering akan mengerak dan akhirnya mengelupas. 5. SCABIES/KUDIS
5. Mad Cow Syndrome Penyebab : tungau yaitu Psoroptes equi, Sarcoptes scabei, Chorioptes bovis, Demodex sp.
MCS, penyakit yg menyerang sistem syaraf pusat, dg gejala histologik terjadinya degenerasi spongious, Penularan : melalui kontak langsung, gizi hewan yang rendah.
krn terjadinya fakuola pada jaringan otak. Organ sasaran lain : sumsum tulang belakang, , tonsil, timus, 6. Myiasis/BELATUNGAN
limpa dan usus Infestasi larva lalat pada jaringan tubuh hewan hidup, myiasis fakultatif jika dapat hidup diluar tubuh
Ettiologi : prion (proteinaceous infectious particles)/ unconvensional virus (virus tanpa materi genetik) hewan hidup, myiasis obligat jika parasit membutuhkan hewan hidup sebagai habitatnya.
Nama lain : Bovine Spongiform Encelopathy, sapi gila Sifat prion: hanya terdiri dari beberapa asam Penyebab : Larva lalat hijau, famili Calliphoridae. Chysomya bezziana dan Cochliomyia hominivorax,
amino tanpa asam nukleat Booponus microplus(pada kuku), Musca domestica,Sarcophaga.
Gejala Perubahan perangai/sensitif terhadap suara dan sinar (ketakutan, agresif) 7. TRIPANOSOMIASIS
Ataksia, tremor, kelemahan, haus Hilangnya koordinasi Kelumpuhan Penyebab : protozoa Tripanosoma . T. evansi, T. brucei.
1. Retensi Plasenta Penularan : melalui lalat Tsetse dari genus Glossina, Tabanus dan lalat rusa (Chrysops).
Etiologi Gejala klinis : edema akibat eksudasi cairan limfe dan infiltrasi limfosit. Anemia, kelemahan menahun
1. Faktor mekanis Proses involusi uteri yang terjadi terlalu cepat akan menyebabkan canalis cervicalis dan kehilangan berat badan.
juga menutup dalam waktu yang terlalu cepat pula. Plasenta fetalis sebenarnya sudah terlepas dari Surra disebut juga arthropoda-borne diseases karena melibatkan beberapa spesies lalat pengisap darah
plasenta induk, namun masuk kembali dan terkait pada bagian kornua uteri yang tidak ada fetusnya. (haematophagous) sebagai vektor mekanik seperti Tabanus spp, Stomoxys spp, Musca spp, Chrysops
2. Faktor hormonal Kandungan hormon oksitosin yang jumlahnya kurang mencukupi akan menyebabkan spp, Hippobosca spp, Haematopota spp dan Haematobia spp (OIE 2012).
kemampuan kontraksi untuk mengeluarkan plasenta berkurang. Hampir semua lalat penghisap darah dapat menularkan penyakit ini tetapi lalat golongan Tabanidae
3. Defisiensi vitamin dan mineral (lalat kuda) dan Stomoxys (lalat kandang) merupakan vektor yang paling umum di Asia Tenggara.
Defisiensi vitamin A, selenium, dan kalsium. Defisiensi mineral, terutama jenis kalsium, dikenal dengan 8. RING WORM/KADAS
istilah hipokalsemia. Penyebab : Sapi, Trichophiton mentagrophytes, T. verrucosum, T. rubrum, T. violeceum.
4. Infeksi mikroorganisme Domba, T. verrucosum, Kambing, Trichophyton spp. Penularan : kontak langsung dengan penderita atau
Infeksi mikroorganisme akan menyebabkan peradangan pada plasenta (plasentitis) maupun peradangan secara tidak langsung melalui peralatan.
kotiledon (kotiledonitis). Plasentitis dan kotiledonitis akan menyebabkan pertautan antara plasenta Gejala klinis : kulit menjadi belang-belang berwarna putih kasar , timbul jejas pada kulit yang kemudian
fetalis dan plasenta maternalis menjadi lebih kuat. akan tertutupi oleh kerak berwarna abu-abu menebal. Umumnya di kepala, leher dan perut.
2. Hipokalsemia/ Post Parturient Paresis Ringworm Penyakit ringworm adalah penyakit jamur superfisial, menyerang bagian permukaan tubuh
Penyakit metabolisme pada sapi perah. yaitu kulit, rambut, bulu dan tanduk. Dermatofitosis atau ringworm adalah penyakit infeksi kutaneus
Penyebab : Aktual, terjadi penurunan kalsium darah(2-6 mg%), normal 10 mg%, gangguan superfisial yang dapat menyerang lapisan berkeratin seperti stratum korneum kulit, rambut, dan kuku.
kelenjar parathyroid. Penyakit ini disebabkan oleh jamur dermatofita dan mampu menginfeksi berbagai jenis hewan
3. Bloat (Tympani, Kembung)
Tiga genus jamur dermatofita yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton
Penyakit akibat overdistensi rumen dan retikulum yang berisi gas dari fermentasi, busa ingesta dan gas
bebas ingesta. Penyebab : pakan, hewan ternaknya sendiri, Bloat Primer, disebut frothy bloat, biasanya
1. Antrax (radang limpa)
Penyebab : Bacillus anthracis, gram +, batang siku, aerob, dan berspora
Gejala klinis : tergantung jenis ternak dan fase infeksi, demam(41,5 oC), gangguan pernafasan, gangguan
pencernaan, feses dan urin bercampur darah, kematian mendadak. Pada manusia terdapat empat
bentuk; kulit (lepuh merah sampai hitam), usus (muntah, kolaps), pernafasan (pleuritis,
bronkopnemoni) dan gabungan (infeksi usus, bengkak bagian tubuh lain).
Pengobatan : dengan antibiotika tetapi hasilnya kurang memuaskan (karena mengalami intoksikasi).
Pengendalian : pengobatan masal, penutupan lokasi, vaksinasi, managemen ditingkatkan/diperbaiki.
2. Brucellosis/Abortus Menular
Penyakit yang sering menyerang sapi, kambing ,babi dan lain-lain, juga manusia.
Penyebab : Brucella abortus, B. melitensis, B. suis, B. ovis, B. canis dll. Bakteri berbentuk batang, gram -
, non spora dan aerob. Penularan : melalui makanan, respirasi, selaput lendir, perkawinan, insekta, kulit
luka, masa inkubasi pada sapi  2 mg – 8 bulan.
Hewan yang terinfeksi kuman Brucella dapat mengalami abortus, retensi plasenta,orchitis dan
epididiniitis serta dapat niengekskresikan kuman ke dalam uterus dan susu .
Gejala klinis : abortus(I, II, III, IV) pada ternak yang bunting(5-8 bulan), air susu mengandung kuman,
sterilitas, artritis.
Gejala PA : penebalan plasenta, cairan janin keruh, orkhitis pada hewan jantan.
Diagnosa : isolasi dan Identifikasi kuman, uji serologis (MRT, UAS, CFT dll) dan dari gejala klinis.
3. Boutvuur (radang paha/ black leg)
Penyakit pada ternak mamalia yang jarang sembuh
Penyebab : Clostridium chauvyi, gram +, berspora, motil, daging kering spora masih virulen, dalam tanah
dapat tahan bertahun-tahun.
Penularan : melalui luka pada kulit dan saluran makanan, tanah yang tercemar.
Gejala klinis : pincang, lumpuh, musculus krepitasi/spons (terdapat timbunan gas), gangguan
pernafasan, mati dalam 24 – 48 jam.
Pengendalian dan Pencegahan
Vaksinasi umur 6 bulan – 3 tahun
Pengobatan hewan sakit dengan penisilin dosis besar
Daging hewan penderita tidak boleh dikonsumsi/harus dimusnahkan
4. 4.Septikaemia Epizootika/SE
Penyebab : bakteri Pasteurela multocida serotipe 6B dan 6E, gram negatif, koboid dan bipoler, tidak
membentuk spora, non motil. Sinonim, Penyakit ngorok, Septikaemia hemoragika, penyakit menular
pada sapi, kerbau, babi, domba, kambing, kuda. Pada kejadian akut, kerugian berupa kematian hewan,
Bentuk SE : · Busung, edema yang meluas di daerah leher bagian ventral sampai gelambir, kaki muka,
90% mati, ngorok.
· Pektoral, batuk kering, leleran hidung, sesak nafas, frekuensi nafas meningkat. Pada keadaan kronis
hewan kurus, sering batuk, anoreksia, diare frekuen/melena.
· Intestinal, terjadi gastroenteritis.
Gejala klinis : demam suhu 40 – 41oC, sukar bernafas, gemetar, mukosa mata hiperemik. Anoreksia,
gerak rumen, gerak usus menurun/hilang, terjadi konstipasi, epistaksis (epndarahan hidung), hematuria,
urtikaria (bentol-bentol).
5. TBC
Penyebab : Mycobacterium tuberculose, ada tiga tipe yaitu tipe human, bovin dan avian; gram +,
batang/filamen/curva, nonspora, nonmotil, dinding sel berlapis lilin, pemanasan 100o C selama 5-10
menit kuman mati.
Gejala klinis : jarang terlihat dengan jelas, biasanya terjadi gangguan pernafasan dan hewan jadi
kurus. Pada sapi terjadi batuk, kelenj limpe superfisialis membesar, ambing mengeras, dan sekret
kuman +, pada babi kel.limpe superfisialis membesar, tulang dan sendi bengkak.
6. MASTITIS
bakteri Streptococcus agalactiae, S. disgalactiae, S. uberis, S. zooepidemicus, S. aureus, Escherichia
coli, Enterobacter aerogenes dan Pseudomonas aerugenosa.
Gejala klinis : peradangan pada ambing, kesakitan pada saat diperah, penurunan produksi, air susu
dapat bercampur darah/nanah/jaringan. Demam, lemah, hilang nafsu makan.
7. Leptospirosis
Penyebab : bakteri Spirochaeta, L. pomona, L. icterohemorrhagica.
Penularan : melalui makanan, respirasi, selaput lendir mata, hidung, secara alami oleh rodensia. Sering
terjadi pada saat banjir/water borne disease.
Gejala klinis : demam, produksi turun, urine berwarna kemerahan(ikterohemoglobinuria), susu
bercampur darah. Pada babi terjadi abortus ( 6 bulan, + leptospira), retensi plasenta, kematian
neonatal.

Anda mungkin juga menyukai