Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

burden, yaitu keadaan di mana penyakit menular masih merupakan masalah

kesehatan penting, dan pada waktu bersamaan morbiditas (angka kesakitan)

dan mortalitas (angka kematian) penyakit tidak menular, termasuk penyakit

kanker, semakin meningkat (Kemenkes, 2011).

Menanggapi bahwa penyakit kanker terbanyak di Indonesia adalah

kanker payudara dan kanker leher rahim yang memerlukan tindakan atau

intervensi kesehatan masyarakat dalam bentuk program penanggulangan

nasional, dalam hal ini pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang

penanggulangan kanker payudara dan kanker leher rahim yang tercantum

dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1163/Menkes/SK/X/2007 tanggal 31 Oktober 2007, tentang kelompok kerja

pengendalian penyakit kanker leher rahim dan payudara. (Indonesian Journal

of cancer, 2009)

Kebijakan tersebut diperkuat dengan diterbitkannya peraturan menteri

kesehatan Republik Indonesia nomor 34 tahun 2015 tentang penanggulangan

kanker payudara dan kanker leher rahim. Didalam peraturan tersebut, yang

dimaksud penanggulangan kanker payudara dan kanker leher rahim adalah

program pelayanan kesehatan masyarakat berkesinambungan di bidang

1
2

penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim yang mengutamakan aspek

promotif dan preventif kepada masyarakat disertai pelayanan kesehatan

perorangan secara kuratif dan rehabilitatif serta paliatif yang berasal dari

masyarakat sasaran program maupun atas inisiatif perorangan itu sendiri yang

dilaksanakan secara komprehensif, efektif, dan efisien.( PERMENKES RI

nomor 34 tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara dan kanker

leher rahim.)

Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah

penyakit kardiovaskuler. Diperkirakan 7,5 juta orang meninggal akibat

kanker dan lebih dari 70% kematian terjadi di negara miskin dan

berkembang. Jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker

payudara dengan angka kejadian 38 per 100.000 perempuan dan kanker leher

rahim dengan angka kejadian 16 per 100.000 perempuan. (WHO, 2012).

Pada tahun 2013 di Indonesia kanker payudara merupakan penyakit

kanker dengan prevalensi tertinggi kedua setelah kanker serviks sebesar 0,5

per 1.000 penduduk atau 61.682 orang. Di provinsi Kaltim sendiri prevalensi

penderita kanker payudara adalah 1 dari 1.000 penduduk atau 1.879 orang

(Riskesdas, 2013)

Tidak hanya perempuan, kanker payudara juga dapat terjadi pada pria.

Kurang dari 1% dari semua angka kejadian kanker payudara didunia terjadi

pada pria. Pada tahun 2015, sekitar 2.600 orang pria didunia terdiagnosis

dengan penyakit ini. Untuk pria, risiko menderita kanker payudara adalah

sekitar 1 : 1.000 pria. (breastcancer.org, 2016)


3

Tahap kegawatan pada sebuah kondisi kanker dikategorikan dengan

istilah stadium, semakin tinggi tingkatan stadium, misalnya stadium satu, dua,

hingga stadium empat yang dikenal sebagai stadium akhir, maka tingkat

kegawatan seseorang menderita kanker semakin tinggi. Pada stadium akhir

kegawatan yang dapat terjadi pada kanker payudara adalah terjadinya

Metastasis atau penyebaran pada otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra,

tulang iga, tulang panjang, dan bahkan dapat menyebabkan kematian

(Sjamsuhidayat, 2004 ).

Selama ini sebagian besar penderita kanker payudara datang ke

pelayanan kesehatan telah pada stadium lanjut, sehingga keadaan yang

dialami semakin berat, biaya pengobatan yang dibutuhkan semakin mahal.

Menurut statistik hampir 85% dari seluruh kejadian kanker payudara

ditemukan oleh penderita itu sendiri. Keterlambatan tersebut tentu akan

mempersulit penyembuhan. Akan lebih mudah penyembuhannya jika

serangan kanker payudara dapat diketahui secara dini. Namun selama ini

yang terjadi pada penderita adalah baru diketahui bahwa dirinya terserang

kanker payudara setelah timbul rasa nyeri pada payudara atau setelah

benjolan tumbuh semakin membesar pada jaringan payudaranya. Penderita

yang mengalami kondisi seperti itu sebenarnya sudah terserang kanker

payudara stadium lanjut yang juga memerlukan tindakan pengobatan lanjut,

(Mardiana, 2004).
4

Berbagai masalah dapat terjadi pada pasien dengan kanker payudara

baik sebelum maupun setelah dilakukan tindakan pengobatan atau terapi,

masalah keperawatan yang mungkin terjadi adalah nyeri, resiko infeksi

karena pembedahan, kerusakan integritas kulit, resiko gangguan nutrisi, dan

masalah lain yang mungkin muncul. Mengingat banyak masalah yang muncul

maka pasien dengan kanker payudara memerlukaan perhatian khusus.

(Doenges, 1999)

Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan

tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan oleh penyedia

layanan kesehatan. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini dan

mendapat pengobatan yang cepat dan tepat akan memberikan kesembuhan

dan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu, penting dilakukan

pemeriksaan rutin secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini

kanker. (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2015)

Adapun pengobatan atau terapi untuk penderita kanker payudara

antara lain adalah masektomi, terapi radiasi, rekonstruksi atau pembedahan,

terapi hormonal dan transplantasi sum sum tulang (smeltzer dan bare, 2002).

Namun setelah dilakukan tindakan pengobatan atau terapi lainnya, hal ini

tidak terlepas dengan masalah baru yang akan muncul seperti komplikasi

pasca operasi dan masalah kejiwaan pasca terapi.

Untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan

memberikan penanganan yang tepat maka penting dilakukan upaya

rehabilitatif pada penderita kanker payudara untuk meningkatkan kualitas


5

hidup penderita, meneruskan pengobatan serta memberikan dukungan

psikologis bagi penderita. Upaya rehabilitasi terhadap penderita kanker

payudara dilakukan dalam bentuk rehabilitasi medik serta rehabilitasi jiwa

dan sosial. Rehabilitasi medik dilakukan untuk mempertahankan keadaan

penderita pasca operasi atau pasca terapi lainnya. Rehabilitasi jiwa dan sosial

diberikan melalui dukungan moral dari orang orang terdekat dan dengan

konseling dari petugas kesehatan maupun tokoh agama.

Dari data dan alasan tersebut diatas, maka diperlukan peningkatan

kualitas pelayanan. Sehingga perawat dituntut untuk dapat berperan dalam

menangani masalah yang timbul dari pasien dengan kanker payudara. Untuk

itu pada kesempatan ujian akhir program ini, penulis mengadakan tinjauan

kasus pada pasien dengan kasus ulkus kangker payudara yang selanjutnya

penulis tuangkan dalam Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Tn. A Dengan Ulkus Ca. Mammae stadium III di

Ruang Aster Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam studi kasus

ini adalah “bagaimana asuhan keperawatan Pasien Tn. A dengan Ulkus Ca.

Mamae stadium III di Ruang Aster RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

?”
6

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada

Pasien Tn. A dengan Ulkus Ca. Mammae stadium III di Ruang Aster

Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda melalui

pendekatan proses keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Memberikan gambaran dalam hal:

1) Melakukan pengkajian Pasien Tn. A dengan Ulkus Ca. Mammae

stadium III di Ruang Aster Rumah Sakit Umum Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda.

2) Penegakan diagnosa keperawatan pada Pasien Tn. A dengan Ulkus

Ca. Mammae stadium III di Ruang Aster Rumah Sakit Umum

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

3) Penyusunan rencana asuhan keperawatan pada Pasien Tn. A

dengan Ulkus Ca. Mammae stadium III di Ruang Aster Rumah

Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

4) Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Pasien Tn. A dengan

Ulkus Ca. Mammae stadium III di Ruang Aster Rumah Sakit

Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.


7

5) Melakukan evaluasi dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan

dan evaluasi dari tujuan yang diharapkan pada Pasien Tn. A

dengan Ulkus Ca. Mammae stadium III di Ruang Aster Rumah

Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah

metode deskritif tipe studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan dan teknik pengumpulan data melalui:

1.4.1 Wawancara

Memberikan pertanyaan pada Pasien dan keluarga untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan Pasien , meliputi riwayat

kesehatan Pasien , pola aktivitas sehari-hari dan data psiko, sosial,

spiritual

1.4.2 Observasi

Memantau seluruh keadaan Pasien dengan cara melihat dan

mendengar serta memantau segala keluhan yang disampaikan dalam

bentuk respon verbal maupun non verbal dari pasien selama 3 x 24 jam

1.4.3 Pemeriksaan fisik

Mengumpulkan data yang diperoleh dari panca indera dan

pemeriksaan head to toe dengan menggunakan alat pengukur yaitu (1)

Lidi kapas,(2) Selimut,(3) Snellen chart,(4) Senter,(5) Handschoon

(bersih atau steril), (6)reflex hammer,(7) Penggaris,(8) Skala dengan

meteran pengukur tinggi, (9)Sfigmomanometer dan manset,(10)


8

Stetoskop,(11) Forsep swab,(12) Pita meteran,(13) Termometer,(14)

Tisu,(15) Spatel lidah,(16) Garpu tala, timbangan berat badan,(17)

parfum,(18) minyak telon,(19) kom (berisi garam,cuka, dan gula),(20)

alat tulis (pulpen dan buku) yang dilakukan secara sistematis melalui

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

1.4.4 Studi Dokumentasi

Mengambil dari status Pasien yang ada diruangan baik itu berupa

catatan medik, laporan perawat ataupun instruksi dari dokter yang

menangani.

1.4.5 Studi Kepustakaan

Didapatkan dari teori yang berhubungan dengan isi karya tulis

ilmiah yang terdiri dari buku-buku, jurnal internasional dan nasional

minimal 3 tahun terakhir, peraturan menteri dan sumber lain yang

bersifat ilmiah.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam penanganan

pasien Ulkus Mamae satdium III

1.4.2. Bagi tempat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam asuhan keperawatan pasien Ulkus Mamae stadium III lebih

komprehensif.
9

1.4.3. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar khususnya

mengenai asuhan keperawatan pada pasien Ulkus Mamae stadium III dan

acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang

penanganan pasien Ulkus Mamae stadium III.

Anda mungkin juga menyukai