Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DAN


SISTEM RUJUKAN

Disusun oleh:

 Dayang Pertiwi  Sindy Dwi Pratiwi


 Linda Hikmatul Nur Jannah  Shafira Azhari Wijaya
 Mia Rahmawati  Sopia Khusnul Afifah
 Nuairi Ika Purwandari  Ulul Elmah
 Rellinsia Herawindy  Yolanda Basri

UNIVERSITAS MH THAMRIN

Jalan Pondok Gede No. 23-25 Keramat Jati Jakarta Timur

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem
Pelayanan Kesehatan dan Sistem Rujukan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas Universitas MH Thamrin yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Sistem Pelayanan Kesehatan dan Sistem Rujukan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang..

Jakarta , 30 Juni 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB 2 PEMBAHASAN MATERI

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan


berikut ,tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Jaminan
Sosial juga dijamin dalam deklarasi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang HAM tahun
1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO No.102 tahun 1952 yang menganjurkan
semua Negara untuk memberikan perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sistem penyelenggara program Negara dan
pemerintah untuk memberikan perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial
bagi seluruh penduduk Indonesia.
SJSN disusun dengan mengacu pada penyelenggaraan jaminan sosial yang
berlaku universal dan telah di selenggarakan oleh Negara-negara maju dan berkembang
sejak lama. Penyelenggaraan jaminan sosial di berbagai Negara memang tidak
berseragam , ada yang berlaku secara nasional untuk seluruh penduduk dan ada yang
hanya mencakup penduduk tertentu untuk program tertentu.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik jika ada
koordinasi yang baik anar sector atau lintas sector dan mengharuskan setiap sector
dapat bekerjasama dan membentuk system yang memindahkan tanggung jawab kepada
tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui informasi tentang Sistem Pelayanan
Kesehatan dan Sistem Rujukan.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian SJSN
b. Mengetahui dasar hukum SJSN
c. Mengetahui tentang BPJS
d. Mengetahui tujuan rujukan
e. Mengetahui jenis rujukan
f. Mengetahui tingkat rujukan
g. Mengetahui alur rujukan
1.3 Manfaat
Manfaat bagi kelompok dapat menambah pengetahuan serta wawasan, untuk
institusi dapat dijadikan penambah referensi dalam pembelajaran atau bahan jika akan
mengadakan penelitian.
BAB II

PEMBAHASAN

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan


Jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai 200 Juta jiwa untuk permasalahan
kesehatan menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah kepada warganya, belum
meratanya penanganan kesehatan antara simiskin dan sikaya yang menjadi polemik hingga saat
ini. Saya sendiri merasa miris mendengarnya kalau mau berobat ke rumah sakit bahkan masuk
UGD diharuskan adanya jaminan atau DP sebelum dirawat, belum lagi kalau harus rawat inap
tentunya uang menjadi prioritas utama untuk memesan kamar beserta obat-obatnya, mending
kalau kita sedang ada uang saat itu kalau tidak punya siapa yang mau menanggung.

Untuk itulah dibuat program pemerintah yang sudah lama di diskusikan berdasarkan
Undang-Undang untuk mengatasi permasalahan di atas, yang bernama Jaminan kesehatan
Nasional (JKN) yang akan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebagai salah satu
upaya menjamin hak setiap warga negara untuk dapat hidup sehat dan produktif. Jaminan
Kesehatan yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial
nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
bersifat wajib (mandatory). Hal ini berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang
SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak

Jaminan kesehatanapa yang diberikan yaitu jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah.melalui penerapan system kendali biaya dan kendali mutu,dan
diselenggarakan berdasarkan asuransi sosial dan equitas bagi seluruh penduduk di wilayah
Republik Indonesia.
Jaminan Kesehatan Nasional JKN 2014 akan dijalankan oleh Pemerintah Indonesia mulai
tanggal 1 Januari 2014. Program JKN ini adalah merupakan salah satu program khusus yang
berasal dari Pemerintah Indonesia yang akan membawa angin segar bagi seluruh lapisan
masyarakat dan rakyat Indonesia. Dan tentunya tujuan serta manfaat dari program ini adalah bagi
rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Yang dimaksud dengan Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Sedangkan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dan BPJS Kesehatan mulai operasional pada
tanggal 1 Januari 2014.

Jaminan kesehatan Nasional (JKN) mempunyai multi manfaat, secara medis dan maupun
non medis. Ia mempunyai manfaat secara komprehensive; yakni pelayanan yang diberikan
bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan
tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Promotif dan preventif yang
diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal care).

JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh penduduk, termasuk warga asing
harus membayar iuran dengan prosentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut sebagai
penerima bantuan iuran. Harapannya semua penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN
pada tahun 2019.

Sedangkan BPJS [Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, merupakan badan hukum publik
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan social meliputi :

 BPJS Kesehatan: Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan prog jaminan
kesehatan
 BPJS Ketenagakerjaan

Siapa peserta BPJS Kesehatan?

 Adalah semua penduduk Indonesia WAJIB menjadi peserta Jaminan kesehatanyang


dikelola BPJS Kesehatan. Artinya mereka tidak boleh tidak menjadi peserta BPJS
Kesehatan meskipun sudah memiliki Jaminan kesehatanlain.

 Orang asing yang bekerja minimal 6 bulan di Indonesia dan telah membayar
iuran Peserta BPJS Kesehatan

Peserta PBI Jaminan Kesehatan

 Fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya
dibayar pemerintah sebagai peserta Jaminan Kesehatan yang diatur melalui peraturan
pemerintah

 Orang yang cacat total tetap dan tidak mampu cacat fisik/mental sehingga seseorang tidak
mampu melakukan pekerjaan, yang penetapnnya dilakukakn oleh dokter

Siapa pekerja penerima upah ?


Adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji, upah atau imbalan
dalam bentuk lain, terdiri atas PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai
pemerintah non PNS, PTT, Honorer, Staf khusus dan pegawai lain yang dibayar ddengan APBN
atau APBD, Pegawai Swasta, Pekerja lain yg memenuhi kriteria pekerja penerima upah
Siapa pekerja bukan penerima upah?
Adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, terdiri atas Pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri dan Pekerja lain yg memenuhi kriteria pekerja bukan
penerima upah

Siapa bukan pekerja?


Adalah Setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, terdiri
atas Investor, Pemberi kerja, orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya
yang memperkerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara yang memperkerjakan pegawai
negeri dengan membayar gaji, upah atau imbalan dlm bentuk lain; Penerima
pensiun; Veteran; Perintis Kemerdekaan; serta Bukan pekerja lain yg memenuhi kriteria
bukan pekerja penerima upah

Siapa yg dimaksud anggota keluarga?


Adalah Isteri/Suami yang sah dari peserta; Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang
sah dari peserta; Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang
masih melanjutkan pendidikan formal

 Peserta Bukan PBI JK, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain, maks. 5 org

 Jika jumlah peserta dan anggota keluarga lebih dr 5 org, dpt mengikutsertakan dengan
membayar iuran tambahan

Kerugian tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan, seperti ketika sakit dan harus berobat atau
dirawat maka semua biaya yg timbul hrs dibayar sendiri & kemungkinan bisa sangat mahal di
luar kemampuan

PENTING,
 Pendaftaran peserta PBI : Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai
peserta kepada BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Pendaftaran peserta bukan PBI dan bukan pekerja: Setiap org bukan pekerja wajib
mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta Jaminan kesehatan pada
BPJS Kesehatan dengan membayar iuran

IURAN
Apa Itu Iuran ? Adalah sejumlah uang yang dibayarkan scr teratur oleh peserta, pemberi kerja
dan atau pemerintah u/ program Jaminan Kesehatan

Kapan iuran dibayar ?


Pemberi kerja wajib membayar lunas iuran jaminan kesehatanseluruh peserta yang menjadi
tanggung jawabnya pada setiap bulan yang dibayar paling lambat tanggal 10 setiap bulan kepada
BPJS Kesehatan. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayar pada hari kerja
berikutnya

Besar iuran tambahan untuk peserta pekerja bukan penerima upah yang memiliki anggota
keluarga lebih dari 5 (termasuk peserta)

Iuran jaminan kesehatan ang sudah disepakati di tk. Pokja bagi anggota keluarga tambahan dr
peserta bukan penerima upah dan peserta bkn pekerja yang memiliki jml anggota keluarga lbh
dari 5 org tmsk peserta, dibayar oleh peserta mnrt ketentuan yang akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Presiden
MANFAAT
APA ITU manfaat ? Adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota keluarganya

Manfaat untuk peserta dan keluarganya: Tiap peserta berhak memperoleh manfaat Jaminan
kesehatanyang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif tmsk pelayanan obat dan bhn medis habis pakai sesuai dg
kebutuhan medis yang diperlukan

Manfaat jaminan kesehatan, terdiri atas :

1. Manfaat medis; tidak terikat dengan besaran iuran

2. Manfaat non medis, meliputi: Manfaat akomodasi (dibedakan berdasarkan skala besaran
iuran) dan Manfaat ambulans, hanya diberikan ungtuk pasien rujukan dari fasilitas
kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan BPJS Kesh.

3. Manfaat pelayanan promotif dan preventif, meliputi: Penyuluhan kesehatan perorangan


(minimal Penyuluhan tentang pengelolaan faktor resiko. Risiko penyakit dan PHBS);
Imunisasi dasar (meliputi BCG, DPT-HB, Polio, Campak); Keluarga Berencana
(konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi bekerjasama dengan lembaga KB);
Skrining kesehatan (mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan

PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN


Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pelayanan kesehatan Non Spesialistik:

1. Administrasi pelayanan

2. Pelayanan promotif dan preventif.

3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif


5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis.

7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.

8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi

Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan

Rawat Jalan

1. Administrasi pelayanan

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan


subspesialis;

3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis

4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

5. Pelayanan alat kesehatan implant

6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis

7. Rehabilitasi medis

8. Pelayanan darah

9. Pelayanan kedokteran forensik

10. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

Rawat Inap

1. Perawatan Inap non Intensif

2. Perawatan Inap di Ruang Intensif

3. Pelayanan kesehatan yang telah ditanggung dlm program pemerintah tdk tmsk yang
dijamin
4. Peserta berhak dpt pelayanan alat bantu kesehatan (jenis dan plafon harga ditetapkan)

Kelas Rawat Inap yang Ditanggung BPJS


Kesehatan
Pelayanan Yang Tidak Dijamin

1. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;

2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama


dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;

3. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

4. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

5. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

6. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

7. Pelayanan meratakan gigi (ortodensi);

8. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;

9. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi
yang membahayakan diri sendiri;
10. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan
(health technology assessment);

11. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);

12. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

13. perbekalan kesehatan rumah tangga;

14. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah;

15. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
kesehatanyang diberikan.

HAL LAIN

1. Pasien kecelakaan lalu lintas: BPJS kesh.membayar selisih biaya pengobatan yang telah
dibayar oleh program Jaminan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan tarif BPJS kesehatan.

2. Peserta jaminan kesehatan yang menghendaki kelas perawatan yang lebih tinggi, selisih
biaya menjadi beban peserta dan atau asuransi swasta yang diikuti peserta

3. Peserta Jaminan Kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan


tambahan, Dimana BPJS Kesh dan penyelenggara asuransi tambahan dpt
berkoordinasi dlm memberi manfaat untuk peserta JAMINAN KESEHATANyang
berhak atas perlindungan asuransi kesh. tambahan

Fasilitas kesehatan
Apa itu Fasilitas kesehatan ? Adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya yankes perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan atau Masyarakat
Peserta terdaftar
1. Pertama kali tiap peseta terdaftar pada 1 fasilitas tingkat I yang ditetapkan oleh BPJS
kesehatan setelah mendapat rekomendasi Dinas Kesehatan

2. Minimal 3 bulan selanjutnya peserta berhak memilih Fasilitas Kesehatan tingkat I yang
diinginkan

3. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan tingkat I tempat peserta terdaftar kecuali:
1. Berada di luar wilayah failitas kesehatan tingkat I tempat peserta terdaftar ; 2. keadaan
kegawatdaruratan medis

Peserta Penanganan lanjutan


1. Jika peserta memerlukan yankes tingkat Lanjutan, Fasilitas Kesehatan tingkat I hrs
merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sesuai dengan sistem rujukan
yang diatur

2. Fasilitas Kesehatan wajib menjamin peserta yang di RI u/ mendpt obat dan bhn medis
habis pakai yang dibutuhkan ssi dg indikasi medis

3. Fasilitas Kesehatan rujukan yang tidak memiliki sarana penunjang, wajib membangun
jejaring dengan Fasilitas Kesehatan penunjang u/ menjamin ketersediaan obat, bhn medis
habis pakai dan pemeriksaan penunjang yang dbutuhkan

Pesertaà pelayanan gawat darurat


1. Peserta yang perlu pelayanan gawat darurat dpt langsung memperoleh pelayanan di tiap
Fasilitas Kesehatan

2. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang tdk bekerjasama
dg BPJS Kesh., hrs segera dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BJS
kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dpt dipindahkan

3. Pemerintah (termasuk Pemda) bertanggung jawab atas ketersediaan Fasilitas Kesehatan


dan penyelenggaraan yankes untuk pelaksanaan program jaminan kesehatan

4. Pemerintah dapat memberi kesempatan kepada swasta untuk berperan memenuhi


ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Peran Pemerintah Daerah Dalam Implementasi Sistem Jaminan Sosial Jaminan Sosial
Nasional (SJSN)
Pelaksanaan Jamkesda yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama ini pada dasarnya
tidak memiliki dasar hukum yang kuat. Pelaksanaan Jamkesda tidak didukung oleh aturan yang
berlaku, baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, maupun Peraturan Presiden (Perpres).
Munculnya Jamkesda karena banyak masyarakat yang masuk kategori miskin namun belum
terakomodir program Jamkesmas. Atas dasar itulah, sejumlah pemerintah daerah menggulirkan
program/kegiatan yang dinamakan Jamkesda. Namun, UU BPJS mengamanatkan per 1 Januari
2014 tidak ada lagi Jamkesmas yang dilakukan oleh Kemenkeu dan Jamkesda yang dilakukan
oleh pemerintah daerah.
Demikian disampaikan Mochamad Ardian, Kasubdit Wilayah III, Dit. Anggaran, ketika
menjadi pembicara dalam acara Pemantapan Penerapan PPK-BLUD di Tingkat Pusat dan
Daerah, di Jakarta. Sementara itu, terkait dengan urusan kesehatan, beberapa hal penting yang
perlu dicatat adalah, pertama, urusan kesehatan merupakan urusan wajib pemerintah daerah yang
dapat dilaksanakan secara bersama dengan pemerintah. Kedua, urusan kesehatan merupakan
pelayanan dasar yang wajib dipenuhi disamping pendidikan. Ketiga, pemerintah daerah wajib
mengembangkan sistem jaminan sosial termasuk jaminan kesehatan. Keempat, pemerintah
daerah harus mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10% dari total belanja APBD
diluar gaji. Atas dasar hal tersebut pendanaan urusan kesehatan dapat bersumber dari APBN dan
APBD.
Fakta menunjukkan bahwa berdasarkan data tahun 2012, baru 11 provinsi yang
mengalokasikan APBD diatas 10% untuk kesehatan (Aceh, Babel, Banten, Jabar, Jateng, DIY,
Jatim, Gorontalo, Sulsel, Bali, DKI Jakarta). Dari data tersebut terlihat bahwa sebagian besar
provinsi di Indonesia belum mampu mengakomodir urusan kesehatan. Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri) terus mendorong pemda agar bisa mengalokasikan 10% APBD untuk
kesehatan. Dalam hal ini, beberapa bulan lalu Dewan Jaminan Sosial
Nasional sudah meminta Kemendagri untuk mendorong daerah agar menganggarkan 10 %
untuk kesehatan. Mendagri juga sudah berupaya mendorong Pemda dalam pelaksanaan urusan
kesehatan. Dukungan Kemendagri terkait dengan BPJS Kesehatan adalah penegasan pengaturan
anggaran pada sektor kesehatan dan pelaksanaan bidang kesehatan, antara lain (a) konsistensi
pemenuhan APBD pada urusan kesehatan minimal 10%, diluar gaji, (b) percepatan penerapan
PPK-BLUD bagi Puskesmas dan RSUD sesuai Permendagri No. 61/2007, (c) program
pencapaian target MDGs: air minum/bersih, HIV, Malaria, penyediaan asuransi kesehatan bagi
PNSD/pensiunan, dan lain-lain, (d) pengaturan pemberian tambahan penghasilkan berdasarkan
beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi dan prestasi kerja bagi tenaga
kesehatan dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah, (e) fasilitasi pencapaian SPM
bidang kesehatan di daerah, dan (f) pengaturan dalam penyusunan APBD.
Dalam Pedoman Penyusunan APBD TA. 2014 disebutkan bahwa, pertama, penerimaan
atas jasa layanan kesehatan masyarakat yang dananya bersumber dari hasil klaim kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diterima oleh SKPD atau Unit Kerja pada SKPD
yang belum menerapkan PPK-BLUD, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan
PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek
pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan. Kedua, penyediaan dana penyelenggaraan jaminan
kesehatan bagi PNSD yang dibebankan pada APBD berpedoman pada Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Terkait dengan hal
tersebut, penyediaan anggaran untuk pengembangan cakupan jaminan kesehatan bagi PNSD di
luar cakupan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak diperkenankan dianggarkan
dalam APBD, kecuali ditentukan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan. Ketiga,
pemberian pelayanan kesehatan kepada fakir miskin dan orang tidak mampu sesuai dengan UU
No. 40/2004, PP No. 101/2012, dan Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan, yang tidak
menjadi cakupan pelayanan pemerintah melalui BPJS yang bersumber dari APBN, pemerintah
daerah dapat menganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang
menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan atau pemberian iuran kepada BPJS,
yang dianggarkan pada PPKD, jenis belanja bantuan sosial. Dalam rangka pelaksanaan BPJS,
Pemda perlu mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi. Dalam Pedoman Umum
Penyusunan APBD, Kemendagri tetap mendorong kepada daerah agar bisa menyiapkan data
Penerima Bantuan Iuaran (PBI). Saat ini APBN menyediakan anggaran senilai Rp. 16 triliun
untuk program tersebut. Sayang, anggaran tersebut belum cukup, karena masih ada 10,3 juta
penduduk yang belum terlayani. “Itulah yang nanti ditanggung oleh pemerintah daerah,” ujur
Ardian.
Namun, Pemda diingatkan agar bisa menyusun anggaran dengan baik. Artinya, jangan
sampai ada duplikasi anggaran pada APBN dan APBD. PP No. 101/2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan menyebutkan bahwa untuk TA. 2014, data PBI merupakan
data perlindungan sosial Tahun 2011 yang dilakukan oleh Kemensos. Namun, hingga saat ini,
belum ada satupun Pemda yang mengetahui besaran alokasi PBI yang harus ditanggung oleh
APBD. Kalau berbicara tahapan, proses dan integrasi, antara Jamkesda ke JKN, secara roadmap
Pemda diberi waktu hingga 2016. Artinya, hingga Tahun 2016 Pemda masih bisa
mengalokasikan anggaran untuk Jamkesda. Namun, mulai Tahun 2017, tidak ada alokasi APBD
untuk program Jamkesda, dan setiap daerah harus bisa menyesuaikan. Terkait dengan kesiapan
pemerintah daerah terhadap JKN, tentu perlu ada koordinasi antara BPJS dengan pemerintah
kab/kota dan provinsi. Tujuannya agar pada Tahun 2014 Pemda memiliki alokasi dana untuk
bantuan masyarakat kurang mampu dalam bentuk PBI. Demikian pula Dinas Kesehatan perlu
berkoordinasi dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) mengenai alokasi bantuan
sosialnya kepada TAPD. Dasar perhitungannya tentu harus melihat data perlindungan sosial pada
tahun 2011.
A. Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah
sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit). (Muchtar, 1977)

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas
masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun
horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang
dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain
secara horizontal maupun vertical.

B. Tujuan Rujukan

Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :

1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya


2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit
yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill) melalui
pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer

Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan khusus, antara
lain :

1. Umum

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas pelayanan yang
optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.
2. Khusus

a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
secara berhasil guna dan berdaya guna.
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara berhasil
guna dan berdaya guna.

C. Jenis Rujukan

Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari
unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus patologis
pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus masalah reproduksi
lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan
spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan laboratorium. Jika penderita telah
sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu
disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita yang
dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja sama
dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian
maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional
dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal.

a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas
induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan
kesehatan.

1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit
kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis
rujukan medik:

a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,


tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke
daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi
penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman
petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan
mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi
atau institusi pendidikan (transfer of personel).
2. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke fasilitas
yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan
promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan
masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah
kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Masuk kan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan :

a. Siapa yang akan menemani ibu dan bayi baru lahir.


b. Tempat –tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih dari
satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan
jenis asuhan yang diperlukan
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya. Ingat
bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan.
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah.

D. Tingkatan Rujukan

Tingkatan rujukan berdasarkan pada bentuk pelayanan :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat
sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah
kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (kurang lebih 85%), pelayanan yang
diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basib health services). Bentuk
pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan
balkesmas.

b. Pelayanan Kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk
pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D dan memerlukan tersedianya tenaga spesialis

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah komplek, dan memerlukan
tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia: RS tipe A dan B.
E. Langkah-Langkah Rujukan dalam Pelayanan Kebidanan

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita

a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat
menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan yang
ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya,
mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang
harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan

Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan penderita.

3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga

Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan
sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf)
yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan,
lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka
membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.

4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.


b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak
mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu :

1. Bidan

Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir
untuk dibawa ke fasilitas rujukan

2. Alat

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir
(tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan
tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.

3. Keluarga

Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu
dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut.
Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat
rujukan.

4. Surat

Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan/atau
bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-
obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu
pada saat rujukan.

5. Obat

Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan mungkin
akan diperlukan selama perjalanan.

6. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang cukup
nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk. mencapai tempat
rujukan dalam waktu yang tepat.

7. Uang

Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-
obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan/atau
bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.

8. Darah

Siapkan darah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.

6. Pengiriman Penderita

Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan / sarana transportasi yang
tersedia untuk mengangkut penderita.

7. Tindak lanjut penderita :

a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan)


b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga
kesehatan yang melakukan kunjungan rumah

F. Jalur Rujukan Kasus Kegawatdaruratan

Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :

1. Dari Kader, dapat langsung merujuk ke :

a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin / bidan desa
c. Puskesmas / puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit pemerintah / swasta
2. Dari Posyandu ,dapat langsung merujuk ke :

a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin / bidan desa
c. Puskesmas / puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit pemerintah / swasta
3. Dari Puskesmas Pembantu, dapat langsung merujuk ke:

Rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta

4. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa, dapat langsung merujuk ke:

Rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta

G. Faktor-Faktor Penyebab Rujukan

1. Riwayat bedah sesar

2. Pendarahan pervaginaan

3. Persalinan kurang bulan

4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah

5. Ketuban pecah lebih dari 24 jam

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan

7. Ikterus

8. Anemia berat

9. Tanda / gejala infeksi

10. Preklamsia / hipertensi dalam kehamilan

11. Tinggi fundus 40 cm / lebih

12. Gawat janin

13. Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan

14. Presentasi bukan belakang kepala


15. Presentasi ganda

16. Kehamilan ganda (gemeli)

17. Tali pusat menumbung

18. Syok

H. Keuntungan Sistem Rujukan

a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa


pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa
aman pada pasien dan keluarga
b. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan
petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di
daerahnya masing – masing
c. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
I. Upaya Peningkatan Mutu Rujukan

Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan :

1. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan puskesmas


pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.
2. Mengadakan pusat rujukan antara lain dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10
tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi strategis
3. Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan
4. Menyediakan Puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4
atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi
5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem, baik rujukan medik maupun
rujukan kesehatan
6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan kesehatan
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
SJSN adalah system penyelenggaraan program Negara dan pemerintah untuk
memberikan perlindungan social , agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan social bagi seluruh penduduk
Indonesia .
Rujukan pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam rangka rujukan ke system pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sewaktu menerima rujukan dari
tenaga non kesehatan , juga layanan yang dilakukan tenaga kesehatan ke tempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan secara horizontal maupun vertical.

1.2 Saran
Agar pembaca dapat mengetahui tentang Sistem Pelayanan Kesehatan dan Sistem
Rujukan Pembaca juga dapat terinspirasi untuk meneliti dari sumber-sumber
pemanfaatan yang lain agar terciptanya system yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2014, Bidan di Masyarakat: Jakarta

Ambarwati,dkk , 2012, Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Yogyakarta : Nuha


Medika

Notoatmodjo,Soekidjo.2016. Prinsip – prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta

; Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai