Anda di halaman 1dari 22

REFLEKSI KASUS

OBS FEBRIS DENGAN STATUS GIZI BAIK

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menempuh


Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSI Sultan Agung Semarang

Disusun Oleh :
Muhammad Rizal Fauzi
30101307010

Pembimbing :
dr. Azizah Retno, Sp.A.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG
RSI SULTAN AGUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama : Muhammad Rizal Fauzi


Judul : Obs Febris Dan Status Gizi Baik
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas : Kedokteran UNISSULA
Pembimbing : dr.Azizah Retno, Sp. A

Semarang, Juli 2018


Pembimbing,

(dr.Azizah Retno, Sp. A)


BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A.Y
Umur : 7tahun 9Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :Pilangsari,Sayung Demak
Tanggal Periksa : 08 Juli 2018
No. CM : 135xxx

II. DATA DASAR


Anamnesis (Alloanamnesis)
Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 8 Juli 2018 di B.Nissa 1 dan
didukung dengan catatan medis.
a. Keluhan Utama : Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Panas sejak 10 hari yang lalu,naik turun, makin lama makin tinggi.Panas
dirasakan terutama saat malam hari dan turun saat pagi hari.Panas sempat turun
ketika diberi obat penurun panas dan kemudian naik lagi,badan tidak menggigil
dimalam hari, kejang (-) keluhan lain perut terasa sakit, makan dan minum kurang
dari biasanya, BAB 3x cair,ampas,tidak berbau,lendir maupun darah disangkal.
Buang air kecil normal dan nyeri saat berkemih (-). Riwayat bepergian kedaerah
endemic disangkal.Tak tampak ikterik, sesak (-) Batuk (-), pilek (-), pusing (-),
mual (+) dan muntah (+) isi makanan 1x di IGD. mimisan (-),ruam kulit (-),gusi
tidak berdarah,nyeri otot (-),nyeri sendi(-).
a. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya disangkal
 Riwayat alergi makanan atau obat disangkal

b. Riwayat Penyakit Keluarga :


 Tidak ada keluarga yaang menderita penyakit ini sebelumnya

c. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal di rumah kedua orang tua dan adiknya. Ayah bekerja sebagai karyawan
swasta, dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga
Kesan : Sosial ekonomi cukup

d. Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Anak Laki-laki lahir dari ibu P2A0, hamil 39 minggu, lahir persalinan normal di
bidan, langsung menangis, berat badan lahir 2900 gram, dengan panjang badan 49cm
saat lahir, lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat, tidak ada kelainan
bawaan.

e. Riwayat Pemeliharaan Prenatal:


Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekatsecara
rutin. Selama masa kehamilan, ibu melakukan ANC ke bidan secara rutin. Selama
hamil ibu sudah mendapat suntikan TT. Ibu mengaku tidak pernah menderita
penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan dan trauma saat hamil disangkal.
Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu disangkal. Tidak ada
pesan khusus dari bidan.
Kesan : riwayat pemeliharaan cukup

f. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :


Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik
g. Riwayat Makan dan Minum Anak :
Ibu mengaku anak diberi ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan,
selain ASI anak juga mendapat makanan pendamping ASI berupa pisang yang dilumat
halus, bubur susu, nasi tim, dan buah. Mulai usia 1 tahun sampai sekarang, anak
diberikan makanan padat seperti anggota keluarga yang lain. Anak saat ini
mengonsumsi nasi daging ayam, tahu, tempe, telur dengan frekuensi makan 3 kali
sehari. Anak tidak begitu suka mengkonsumsi sayur maupun buah-buahan dan lebih
sering jajan diluar. Beberapa hari terakhir sebelum demam, nafsu makan anak
berkurang.
Kesan : kualitas dan kuantitas diet baik

h. Riwayat Imunisasi :
No Imunisasi Berapa Kali Umur
1. BCG 1x 1 bulan
2. DPT 3x 2,4,6 bulan
3. Polio 4x 0,2,4,6 bulan
4. Hepatitis B 3x 0,1,6 bulan
5. Campak 1x 9, 24 bulan

i. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :


Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2900 gram, panjang badan lahir 49cm, lingkar kepala dan lingkar
dada ibu tidak ingat.Berat badan sekarang 23kg panjang badan sekarang 118cm
Perkembangan :
 Senyum : 2 bulan
 Miring : 3 bulan
 Tengkurap : 5 bulan
 Duduk : 6 bulan
 Berdiri berpegangan : 9 bulan
 Berjalan : 1 tahun 1 bulan
 Berbicara > 1 kata : 1 tahun 4 bulan
Saat ini anak berusia 7 tahun, BB 23 kg dan PB 118 cm,anak aktif dan mau bila diajak
bersosialisasi.
Kesan : Pertumbuhan sesuai usia, perkembangan sesuai usia.

j. Riwayat Keluarga Berencana :


Ibu penderita menggunakan alat bantu KB suntik 3 bulan.

k. Pemeriksaan Status Gizi


Diketahui:
Umur : 7 tahun 9 bulan
BB : 23 kg
TB : 118 cm

Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :


WAZ = BB - Median = 23 – 24,7 = -0,56 SD (Gizi Baik)
SD 3,00
HAZ = PB – Median = 118 – 125,7= -1,45 SD (Normal)
SD 5,30
WHZ = BB - Median = 23 – 21,4= 0,69 SD (Normal)
SD 2,3
Kesan :Status Gizi : Normal
III. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 8 Juli 2018
Anak Laki-laki usia 7 tahun, berat badan 23 kg, panjang badan 118cm.
Kesadaan Umum : composmentis, tampak sakit ringan
Tanda-tanda Vital :
Tensi : 100/70
Nadi :98 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup, equal kanan
kiri.
Laju nafas : 22x/ menit
Suhu : 36,0° C (axilla)
Status Internus
o Kepala : Mesocephale, kulit kepala tidak adakelainan, rambut tidak mudah
dicabut
o Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-), petechie
(-)

o Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 3mm/ 3mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Hidung : Bentuk normal, epistaksis(-), nafascupinghidung (-/-)
o Telinga : Bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri tekan tragus (-
/-), nyeri tarik aurikula(-/-).
o Mulut : Bibir kering (-), gusi berdarah (-),sianosis (-), perdarahan gusi (-),
lidah kotor (+)
o Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Thorak : Paru 
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan
epigastrial (-).
Palpasi : stem fremitus dextra sama dengan sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar : Vesikuler
Suara tambahan : ronkhi basah halus nyaring ( - ), wheezing (-)

Jantung 
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV, linea midclavicula sinistra,
tidak melebar, tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri : ICS IV, linea midclavicula sinistra
Batas atas : ICS II, linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS IV, linea sternalisdextra
Batas pinggang : ICS III linea parasternal kiri
Auskultasi : BJ I-II normal, suara tambahan (-)

Abdomen  Inspeksi : datar, simetris


Auskultasi : peristaltik (+)
Perkusi : timpani(+), pekak alih(-), pekak sisi(-)
Palpasi : supel, nyeri tekan abdomen(+), defance muskular (-)

Ekstremitas : Superior Inferior


Akraldingin -/- +/+
Akral sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
Capillary refill <2” < 2”

IV. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 8 Juli 2018

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 13.2 10.7 – 14.7 g/dl

Hematokrit 40.4 33 - 45 %

Leukosit 4.56 L 5.0 – 14.5 ribu/uL

Eritrosit 5.04 4.4-5.9 juta/uL


Trombosit 295 181-521 ribu/uL

Diff Count

Eosinofil% 0.2 L 1-5 %

Basofil% 0.2 0-1 %

Neutrofil% 46.7 L 50-70 %

Limfosit% 39.5 25-50%

Monosit% 13.2 H 1-6

IG% 0.2

INDEKS

ERITROSIT

MCV 80.2 69-93 fl

MCH 26.2 23-31 pg

MCHC 32.7 32-36 g/dl

LED 1 16 H 0-10 mm/jam

LED 2 37 H 0-10 mm/jam

WIDAL

Salmonella Typhi O Positif 1/160 Negatif

Sal. Paratyphi A O Positif 1/160 Negatif


Sal. Paratyphi B O Positif 1/320 Negatif

Sal. Paratyphi C O Positif 1/320 Negatif

Salmonella Typhi H Positif 1/160 Negatif

Sal. Paratyphi A H Positif 1/160 Negatif

Sal. Paratyphi B H Negatif Negatif

Sal. Paratyphi C H Positif 1/160 Negatif

V. DAFTAR MASALAH

Masalah Aktif Masalah Pasif :


1. Obs Febris -
VI. ASSESMENT :
Observasi Febris
- DD :
o Demam Thypoid
o Malaria
o ISK
Status gizi : Baik
VII. INITIAL PLAN
Assessment: Demam Thypoid
 IPDx : S:-
O : px. Darah tepi, widal
 IP Rx : - Infuse 2A½ N 15 tpm
- Kloramfenikol 4x 500 mg/hari
- Parasetamol 250 mg (bila perlu)

 IP Mx : - Tanda Vital (suhu, nadi)


- Keadaan Umum
 IP Ex :  Tirah baring
 Minum obat teratur
 Banyak minum 1-2 liter per hari
 Makan makanan yang bergizi
 Tidak mengkonsumsi makanan di sembarang tempat
 Menjaga lingkungan dan kebersihan diri
 Diit: lunak, rendah serat, hindari makanan yang merangsang

Assesment : Gizi Baik


DD : Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk

Initial Plans:
Assessment: Gizi Baik
 IPDx : S : Kualitas dan kuantitas makan sehari-hari
O:-
 IP Rx : Kebutuhan kalori umur 7 tahun, BB 23 kg, Laki-laki
Kebutuhan kalori

12,2 x 23 + 746 = 1026 kkal


Jumlah = 1026 kkal/ hari

Yang terdiri dari :

- Karbohidrat: 60% x 1026 = 6,156 kkal

- Lemak : 40% x1026 = 410,4kkal

- Protein : 10% x1026 = 102,6kkal

 IP Mx : - Penimbangan BB secara rutin dan teratur


- Pengukuran TB setiap bulan
 IP Ex :  Makan teratur
 Asupan makanan yang bergizi seimbang
 Jangan mengkonsumsi makanan di sembarang tempat
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
 Olah raga yang teratur
 Menimbang berat badan secara rutin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEMAM TIFOID
1.1. Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. Tifoid adalah
penyakit infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever,
typhus dan para typhus abdominalis. Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang
menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa,
salmonella type A.B.C. Salmonella adalah suatu genusbakterienterobakteriagram-
negative berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne.
Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.

1.2. Etiologi
Etiologi demam typoid dan demam para typoid adalah salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, salmonella paratyphi B dan salmonella paratypoih C.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella typhosa
yang merupakan kuman gram negative, motil, mempunyai flagel, fakultatif anaerob,
tidak berkapsul dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada
suhu tubuh manusia maupun sahu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70oC
ataupun oleh antiseptic. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang
manusia.
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen yaitu:
a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic ( tidak menyebar )
b. Antigen H = Hauch ( menyebar ), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
c. Antigen K = envelope antigen.
Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin. Salmonella typhosa
juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap
multiple antibiotic.
Ada 3 spesies utama, yaitu:
1. Salmonella typhosa (satu serotipe)
2. Salmonella choleraesius (satu serotipe)
3. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)

1.3. Patogenesis
1.4. Manifestasi klinik
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala- gejala klinis yang
timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga
gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, Nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anokresia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk,
dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat
demam adalah meningkat perlahan – lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.
Dalam minggu kedua gejala – gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia
relative (bradikardia relative adalah peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8 kali per manit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepid an ujung
merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada orang
Indonesia.
Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)
Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa langsung ditegakkan.
Yang termasuk gejala khas Demam tifoid adalah sebagai berikut.
Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama
dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu
setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah,
batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat
dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare
dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas
lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau
tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan
beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam
dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam
kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu
sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang
dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu
berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit
perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi
yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen
mengalami distensi.
Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang
biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari.
Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi
(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung.
Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama
dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan
suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang
mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak
kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,
sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi
perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan
kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.
Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu
jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala
akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan
terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga
tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian
mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal
maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan
keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya
memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan
penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai
adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya
menghasilkan kekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam
waktu yang pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat
menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari
demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.

1.5. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan


gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran dengan
kriteria ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka tifoid. Diagnosis
pasti ditegakkan melalui isolasi S. Typhi dari darah. Pada 2 minggu pertama sakit,
kemungkinan mengisolasi S.typhi dari dalam darah pasien lebih besar dari pada miggu
berikutnya. Biakan yang dilakukan pada urin dan feses, kemungkinan keberhasilan lebih
kecil. Biakan spesimen yang berasal dari aspirasi sumsum tulang mempunyai
sensitivitas tertinggi. Uji serologi widal suatu metode serologik yang memeriksa
antibodi aglutinasi terhadap antigen somatik (O), flagel (H) banyak dipakai untuk
membuat diagnosis demam tifoid. Di Indonesia penganmbilan angka titer O aglutinin ≥
1/40 dengan memakai uji widal slide aglutination. Gambaran darah juga dapat
membantu menentukan diagnosis. Jika terdapat lekopeni polimorfonuklear dengan
limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam, maka arah demam tifoid
menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear, maka berarti terdapat
infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus. Akhir-akhir ini banyak dimunculkan
beberapa jenis pemeriksaan untuk mendeeteksi antibodi S.thypi dalam serum, antigen
terhadap S.Thypi secara spesifik pada darah, serum dan urin.

1.6. Diagnosis Banding


Pada stadium dini : influenza, gastroenteritis, bronchitis dan bronkopneumoni
Pada stadium berat : sepsis, leukemia, limfoma dan penyakit Hodgkin

1.7. Penatalaksanaan

1) Perawatanumum
Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan.
Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dilakukan secara
bertahap,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran menurun,
posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi
dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejala
simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan
meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase
dengan glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat
memberikan akibat perdarahan maupun perforasi intestinal. Pengobatan suportif
dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan penderita, misalnya pemberian cairan,
elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.
2) Diet
Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat
dini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar)
dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid. Diet makanan tidak berserat dan
mudah dicerna.
3) Obat
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah :

 Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien demam
tifoid.Dosis 50-100 mg/KgBB/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
 Amoksisilin 100 mg/KgBB/hari, oral atau IV selama 10 hari
 Kotrimoksazol 6 mg/KgBB/hari, oral selama 10 hari

Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.


Deksametason 1-3 mg/KgBB/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

1.8. Pencegahan
Usaha pencegahan dapat dibagi atas:
1. Usaha terhadap lingkungan hidup
o Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
o Pembuangan kotoran manusia yang higienis
o Pemberantasan lalat
o Pengawasan terhadap penjual makanan
2. Usaha terhadap manusia
Imunisasi, Vaksin yang digunakan:
o Vaksin yang dibuat dari salmonella typhosa yang dimatikan.
o Vaksin yang dibuat dari strain salmonella yang dilemahkan (Ty2la)
o Vaksin polisakarida kapsular Vi (Typhi Vi)
Menemukan dan mengobati karier
Pendidikan kesehatan masyarakat

Vaksin yang terbuat dari Salmonella yang dimatikan pada pemeriksaan oral
ternyata tidak memberikan perlindungan yang baik. Sedangkan vaksin yang
terbuat dari Salmonella yang dilemahkan dari stain Ty 2la pada pemberian oral
memberikan perlindungan 87-95% selama 36 bulan, dengan efek samping 0-5%
berupa demam atau nyari kepala. Vaksin yang terbuat dari kapsul Vi (Typhi Vi)
disuntik sc atau im 0,5 mL dengan booster 2-3 tahun, dengan efek samping
demam 0-1%, sakit kepala 1,5-35% dan berupa pembengkakan dan kemerahan
pada tempat suntikan.

1.9. Komplikasi
 Komplikasi intestinal
 Perdarahan usus
 Perforasi perifer
 Ileus paralitik
 Komplikasi ekstraintestinal
 Komplikasi kardiovaskular : gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis.
 Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, KID, trombosis
 Komplikasi paru – paru : pneumonia, empiema, pleuritis
 Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolesistitis
 Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis
 Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis.
 Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik.
1.10. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari ketepatan terapi, umur, keadaan kesehatan
sebelumnya serta ada tidaknya komplikasi. Dinegara berkembang angka mortalitasnya >
10 %, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan. Munculnya
komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebar, meningitis,
endokarditis dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai