Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

NAMA : Nurlatifah, S. Kep


NPM : 1814901110080

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896)

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah


baik sistole dan diastole karena adanya gangguan peredaran darah tepi dengan
tanda dan gejala yang khas.
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
a. Hipertensi Ringan
Tekanan sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg
b. Hipertensi Sedang
Keadaan tekanan darah systole 160-180 mmHg dan diastole 100-110
mmHg
c. Hipertensi Berat
Tekanan systole lebih dari 185 mmHg dan diastole lebih 110 mmHg

2. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi
sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak menyerang wanita
dari pada pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang
merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor
keturunan.

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf
simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis yang mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Bebagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dangan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.

4. Manifestasi klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
yang bersangkutan. penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling
menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja
maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi
sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan
nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman
penglihatan.

5. Pathways
Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas
HIPERTENSI

Otak Ginjal Retina Pemblh darah

Suplai O2 otak Vasokonstriksi Spasmus Sistemik


Resistensi
arteriole
pemb. drh pemblh. darah Vasokontriksi
Kesadaran Diplopia
otak ginjal Koroner jantung
afterload
Resiko injuri Resiko
Blood flow invark miokard
COP
injuri
Gx. Respon KAA
CVA Suplai darah Nyeri dada
Ke jaringan
rasa Nutrisi
Vasokonstriksi

nyaman
` Rangsang metabolisme sel
aldosteron

Lemah
Retensi Na
Gx. Keseimbangan
Intoleransi aktivitas
cairan

6. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan pembuluh darah otak.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokontriksi.
c. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder
penurunan GFR.
f.

7. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan rasa Rasa nyeri berkurang - Teliti keluhan nyeri,  Mengidentifi
nyaman : nyeri setelah dilakukan tindakan catat intensitasnya, kasi karakteristik nyeri
kepala berhubungan keperawatan selama 2 X lokasinya dan lamanya. merupakan faktor yang
dengan peningkatan 24 jam dengan KH : penting untuk
tekanan pembuluh - Pasien mengatakan nyeri menentukan terapi yang
darah otak. berkurang. cocok serta mengevaluasi
- Ekspresi wajah klien kefektifan dari terapi.
rileks.  Meminimalk
- Pertahankan tirah baring an stimulasi/
selama fase akut. meningkatkan relaksasi.
 Aktivitas
yang meningkatkan
- Minimalkan aktivitas vasokontriksi
vasokontriksi yang menyebabkan sakit kepala
dapat meningkatkan pada adanya peningkatan
sakit kepala. tekanan vaskuler serebral.

 Menurunkan/
mengontrol nyeri.

- Kolaborasi pemberian
analgetik.  Untuk
mengetahui derajat
hipertensi.
Penurunan curah TD dalam rentang normal - Pantau tekanan darah.  Adanya
jantung berhubungan setelah dilakukan tindakan pucat, dingin, kulit
dengan peningkatan keperawatan selama 2 X - Amati warna kulit, lembab mungkin
afterload 24 jam. kelembaban dan suhu. berkaitan dengan
vasokontriksi. vasokontriksi/
mencerminkan penurunan
COP.
 Membantu
menurunkan rangsang
- Berikan lingkungan simpatis, meningkatkan
tenang dan nyaman. relaksasi.
 Menurunkan
stress dan ketegangan
yang mempengaruhi
- Pertahankan pembatasan tekanan darah.
aktivitas.  Mengontrol
- Anjurkan teknik tekanan darah.
relaksasi.  Menurunkan
resiko injuri.
- Kolaborasi pemberian
Resiko injuri Resiko injuri berkurang obat antihipertensi.
berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan - Atur posisi pasien agar
kesadaran menurun. keperawatan selama 2 X aman.
24 jam dengan KH: - Batasi aktivitas.
Pasien merasa tenang dan - Bantu dalam ambulasi.  Mengetahui
tidak takut jatuh. respon fisiologi terhadap
stress aktivitas.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 - Kaji respon pasien
kelemahan tubuh. jam dapat meningkatakan terhadap aktivitas,
toleransi aktivitas pasien perhatikan frekuensi
dengan kriteria hasil : nadi lebih dari 20 kali
- Dapat memenuhi per menit di atas
kebutuhan perawatan frekuensi istirahat,  Mengurangi
sendiri. peningkatan TD selama/ penggunaan energi juga
- Menurunnya kelemahan sesudah aktivitas, membantu keseimbangan
dan kelelahan. dispnea, diaforesis, antara suplai dan
- Tanda vital dalam pusing. kebutuhan oksigen.
rentang normal. - Instruksikan klien  Kemajuan
tentang teknik aktivitas bertahap
penghematan energi. mencegah peningkatan
kerja jantung tiba-tiba.

- Berikan dorongan untuk  Haluaran


melakukan aktivitas urine mungkin sedikit dan
perawatan diri bertahap. pekat karena penurunan
perfusi ginjal.
Kelebihan volume  Menentukan
cairan berhubungan kehilangan cairan tiba-
dengan retensi Setelah dilakukan tindakan - Pantau haluaran urin, tiba /berlebihan.
natrium sekunder keperawatan selama 2 x 24 jumlah dan warna saat
penurunan GFR. jam dengan kriteria hasil : terjadi diuresis  Meningkatka
- cairan dalam keadaan
n laju urine dan
seimbang.
menghambat reabsorbsi
- TTV dalam rentang
- Hitung masukan dan natrium pada tubulus
normal
keluaran cairan selama ginjal
- Tidak ada oedem.
24 jam.

- Kolaborasi pemberian
diuretik
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai