Anda di halaman 1dari 6

METODE PELAKSANAAN

PENJELASAN UMUM

Pekerjaan yang dilaksanakan adalah :


Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada gambar Rencana. Uraian Pekerjaan dan RKS
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Rencana kerja dan syarat-syarat ini.
Pekerjaan yang dilaksanakan seperti yang ketentuan-ketentuan umum), sesuai dengan gambar :
1. Gambar bestek dan detail terlampir.
2. Uraian kerja dan syarat-syaratnya.
3. Risalah rapat penjelasan (Aanwijzing) yang dilaksanakan
4. Petunjuk-petunjuk dari direksi/direksi lapangan.

STANDARD DAN PERATURAN

Semua bahan, peralatan dan penyelenggaraan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor harus
sepenuhnya mengikuti RKS ini dan kecuali bilamana disebutkan lain, harus mentaati semua Standard dan
Peraturan yang dilkeluarkan oleh Dewan Normalisasi Indonesia, Standard Industri Indonesia dan
Peraturan serta Standard lain yang dikeluarkan oleh Badan Nasional atau setempat yang berwenang,
seperti :

1. Perpres No. 70 tahun 2012 beserta lampiran-lampiran lainnya.


2. Peraturan-peraturan umum mengenai pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau Algemene voor
warden voor de uitvoering bij aanneming van openbare werken (AV) 1941.
3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia SK SNI T-15 1919.03
4. Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995.
5. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja
6. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-1991
7. Peraturan dan Ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat yang bersangkutan dengan
permasalahan bangunan.
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN

1.1 Pekerjaan Pendahuluan dimana Lingkup pekerjaan :

a. Pembersihan Lokasi
- Area tempat pembangunan pagar dibersihkan dari tanaman dan pohon dengan cara dipotong
sampai ke akar sehingga memudahkan pekerjaan penggalian .
- Sisa tumpukan sampah dikumpulkandi tempat pembuangan akhir terlebih dahulu berkoordinasi
dengan pihak pengelola kegiatan
b. Pekerjaan Pengukuran
Meliputi pekerjaan pengukuran ulang lokasi-lokasi kegiatan yang akan dilaksanakan dengan acuan
gambar kerja dan arahan dari direksi teknis/ konsultan.
c. Pembuatan Papan Nama Proyek
Sebelum Pelaksanaan proyek Rekanan Membuat papan nama proyek dari papan dengan ukuran 1 x
1,5 m. didirikan tegak di atas kayu ukuran 5/7 cm setinggi 240 cm. Diletakkan pada tempat yang
mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat :
 Nama Kegiatan ;
 Nama Pekerjaan ;
 Lokasi Pekerjaan ;
 Jumlah Biaya (Kontrak) ;
 Konsultan Perencana ;
 Konsultan Pengaw as ;
 Pelaksana (Kontraktor) ;
 Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun ;
 Berakhir tanggal ;
Untuk Papan Nama proyek digunakan tiang dari kayu lanan dan triplek dicat putih atau material
Banner bahan plastik yang di print water resit.

II. PEKERJAAN PONDASI SLOOF DAN KOLOM

2.1 pekerjaan Galian :


 Semua galian harus mencapai kedalaman yang disyaratkan dalam gambar rencana, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas sehubungan dengan keadaan lapangan dan peil tanah.
 Lebar dasar galian untuk pondasi harus mempunyai lebar minimum 20 cm lebih besar dari dasar
pondasi dengan tebing galian yang cukup landai sehingga tidak mudah longsor.
 Kontraktor harus merawat tebing galian dan menghindarkan dari kelongsoran. Untuk itu
Kontraktor harus membuat peyangga/penahan tanah yang diperlukan selama masa penggalian,
karena stabilitas dari permukaan tanah selama penggalian merupakan tanggung jawab Kontraktor.
 Semua akar-akar, batang-batang pohon yang terpendam maupun beton atau tembok/pondasi,
pipa-pipa yang tidak terpakai atau halangan-halangan lain yang dijumpai pada saat penggalian
harus dikeluarkan dan dibuang.
 Pada saat penggalian, pipa-pipa drainase, gas, air bersih dan kabel-kabel yang masih berfungsi
diamankan dan dijaga agar jangan sampai rusak atau cacat. Apabila hal tersebut terjadi, maka
Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapat
instruksi lebih lanjut.
 Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada barang-barang tersebut di atas, maka Kontraktor harus
segera memberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan pihak yang berwenang dan
segera mengganti semua kerusakan-kerusakan tersebut atas biaya sendiri.
 Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas sebelum
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Kontraktor harus mendapat ijin/persetujuan tertulis dari
Direksi/ Konsultan Pengawas.

2.2 Pekerjaan Timbunan/Urugan :

 Bahan urug menggunakan pasir urug kualitas baik, disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
 Untuk urugan kembali galian pondasi, memakai bahan bekas galian pondasi yang sudah
dibersihkan dari akar-akar pohon, sampah dan lain-lain.
 Untuk urugan dibawah lantai, dibuat sampai ketebalan/ketinggian seperti yang tercantum dalam
gambar kerja, dipadatkan lapis demi lapis secara manual, sampai ketinggian terpenuhi.
 Semua urugan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas sebelum
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Kontraktor harus mendapat ijin/persetujuan tertulis dari
Direksi/ Konsultan Pengawas.

2.3 Pekerjaan cor beton tumbuk


Sebelum pengerjaan pondasi belah, terlebih dahulu dibuat lantai rabat untuk dudukan pondasi belah
dengan spesifikasi campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr. Campuran dicampur rata dan dihamaparkan ke area
rencana lantai kerja dan diratakan. Dimensi lantai rabat mengacu pada gambar kerja

2.4 Pek Pondasi Dan Siring Batu Belah


Pondasi bangunan yang digunakan adalah pondasi batu belah yang memenuhi persyaratan teknis atau
sesuai keadaan dilapangan .
- Pasangan pondasi adalah dari batu belah, ukuran pondasi sesuai dengan gambar rencana pondasi
atau pondasi batu belah dengan perekat 1pc : 3ps dan kemudian diplester kasar , bagian bawah
pondasi dipasang batu kosong (aanstamping) tebal 20 cm dengan sela- selanya disisi pasir urug,
disiram air sampai Penuh dan ditumbuk hingga padat dan rata.
- Celah- celah yang besar antara batu diisi dengan batu kecil yang cocok padatnya.
- Pasangan pondasi batu belah tidak saling bersentuhan dan selalu ada perekat diantaranya hinga
rapat.
- Pada pasangan batu belah sudah harus disiapkan anker besi untuk kolom, kedalaman anker 30 cm
harus dicor dan panjang besi yang muncul diatasnya minimal 75 cm.

2.5 Pekerjaan Beton Bertulang

Metode Pelaksanaan :
 Kecuali ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, maka sebagai pedoman tetap
dipakai PBI 1971 dan SNI 1991.
 Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada perbedaan yang didapat di
dalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.
 Adukan Beton
 Untuk mendapatkan beton yang bermutu baik pelaksanaan beton cor harus menggunakan alat
pengaduk ( molen ) dan campuaran harus benar-benar rata dan padat, sehingga didapatkan beton
yang padat dan sesuai dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Krl.

Pembuatan Cetakan/Bekisting
 Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. Cetakan harus sesuai
bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor
dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari
penyangga.
 Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau
terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horizontal
maupun vertikal.
 Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatannya
dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang.
 Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi „Mould release agent‟
untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak
terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
 Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas, atau jika
umur beton telah melampaui waktu.
 Dengan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas, cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil
pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai
75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap kerusakan
yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
 Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat
pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana,
Kontraktor wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
 Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi yang
terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Pembesian/Perakitan Tulangan

- Pembengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan
harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan Direksi terlebih
dahulu.
- Jika pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam
gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
Harus ada persetujuan Direksi Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat
tersebut tidak boleh Kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud
adalah Jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi
tanggung jawab pemborong.
- Perakitan tulangan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran dalam gambar kerja.

Pengangkutan dan Pengecoran Beton


 Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan
dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam atau tidak terjadi perbedaan pengikatan yang
mencolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
 Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka
harus dipakai bahan penghambat pengikatan („retarder‟) dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.
 Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum
pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa
Kontraktor akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa tanpa gangguan.
 Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat telah
melalui 1,5 jam dan waktu ini dpat berkuran, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu
berdasarkan kondisi tertentu.
 Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan
material („segregation‟) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat
pembantu seperti talang, pipa, „chute‟ dan sebagainya harus mendapat perstujuan Konsultan
Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton pengeras.
 Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter. Bila
memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya
terbenam dalam adukan yang baru dituang.
 Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami „initiual set‟ atau yang
telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran.
 Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai
dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan
air semen oleh tanah.
 pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjasi keras dan tidak
berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen dan partikel-
partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat.
Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat dengan tulangan dan cetakan
harus dibersihkan.
 Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari
suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan,
kesuali atas persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam hari
dengan sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.

Pemadatan Beton

 Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan dan


penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang cukup padat tanpa
perlu penggetaran yang berlebihan.
 Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan „Mechanical vibrator‟ dan
dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak
mengakibatkan „over vibration‟ dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan
maksud untuk mengalirkan beton.
 Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik. Alat
penggetar tidak boleh menyentuh tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk
pada beton yan telah mulai mengeras.

III PEKERJAAN DINDING TEMBOK

3.1 Metode Pelaksanaan


Pekerjaan dinding yaitu menggunakan :
 Untuk dinding Batu bata digunakan adukan 1 Pc : 4 Ps
 Untuk Plesteran digunakan adukan 1 Pc : 3 Ps

3.2 Persyaratan adukan

Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk di dalam bak kayu yang memenuhi syarat.
Mencampur semen dengan pasir harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat
campuran yang plastis. Adukan yang telah mongering akibat tidak hasib digunakan sebelumnya, tidak
boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.

3.3 Pasangan dinding


Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan secara teliti dan sesuai gambar, dengan syarat :
 Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran dilakukan dengan benang.
 Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh melebihi 10 cm, dari
pasangan Batu bata yang telah selesai.

Lapisan Batu bata yang satu dengan lapisan bata di atasnya harus berbeda setengah panjang Batu bata. Batu
bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan Batu bata, kecuali pasangan pada sudut.
Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan tidak tegak bergigi untuk
menghindari retak di kemudian hari.

3.5 Pekerjaan Plesteran


 Sebelum plesteran dilakukan, maka :
 Dinding dibersihkan dari semua kotoran
 Dinding dibasahi dengan air
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat merekat dengan baik.
 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan tidak diperbolehkan
plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal. Ketebalan yang diperbolehkan berkisar 2,0 cm. Untuk
mencapat tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan
menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan vertical.
 Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan memperbaikinya secara
keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat
bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran harus rata dengan sekitarnya).
 Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap selesai dipasang.

3.6 Pekerjaan acian Beton


 Dilakukan oleh tenaga tukang batu yang berpengalaman
 Bentuk dan ukuran berpedoman pada gambar kerja
 ikerjakan dengan halus dan rapi.

III PEKERJAAN PENGECATAN


Metode Pelaksanaan
 Pengecatan Dinding Pagar Kolom dan Balok Beton
 Permukaan yang akan dicat harus dibersihkan.
 (dua) kali pengerjaan cat dasar
 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur tembok
 Penghalusan dengan amplas
 Finishing dengan cat tembok sampai rata minimal 2 (dua) kali

................., 07 Juli 2019


Penawar,
CV.
Pusat
(Nama)
Direktur

Anda mungkin juga menyukai