Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan pada keluarga termasuk dalam bentuk

pelayanan profesional yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, bahwa keperawatan adalah

kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

Anggota keluarga yang menderita suatu penyakit perlu mendapatkan

asuhan dari perawat. Penyakit yang perlu menjadi perhatian saat ini salah

satunya adalah penyakit TBC atau Tuberkulosis Paru. Penyakit TBC adalah

suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium

tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat

menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. Penyakit TBC

diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5.000 tahun sebelum masehi, namun

kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam

dua abad terakhir (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Jumlah kasus baru TBC paru BTA positif di Indonesia tahun 2017

sebannyak 168.412 kasus yaitu laki-laki sebanyak 101.802 orang (60,45%)

dan perempuan sebanyak 66.610 orang (39,55%). Adapun jumlah kasus TBC

1
2

paru untuk semua tipe tercatat sebanyak 306.770 kasus, yaitu laki-laki

sebanyak 209.650 orang dan perempuan sebanyak 151.120 orang

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Penemuan TBC paru BTA positif di Provinsi Jawa Barat tahun 2017,

dilaporkan sebanyak 31.598 kasus, yaitu 18.513 laki-laki dan 13.085

perempuan. Sedangkan untuk semua tipe tercatat sebanyak 78.698 kasus yaitu

44.119 laki-laki dan 34.579 perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Adapun di Kabupaten Majalengka pada tahun 2017 jumlah seluruh kasus

TBC paru sebanyak 1.575 kasus, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 865

kasus dan perempuan sebanyak 710 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten

Majalengka, 2018).

Menurut data UPTD Puskesmas DTP Talaga Kabupaten Majalengka,

jumlah kasus TBC pada tahun 2018 sebanyak 35 kasus dan pada bulan

Januari-Maret tahun 2019 sebanyak 19 orang yang terdiri dari 12 laki-laki dan

7 perempuan (UPTD Puskesmas DTP Talaga Kabupaten Majalengka, 2018-

2019).

Berdasarkan data statistik dari kejadian pada TBC paru maka perawat

mempunyai peran dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien TBC

paru, yang meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dalam upaya promotif perwat berperan memberikan pendidikan kesehatan

meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala, penatalaksanaan medis,

komplikasi sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. Dalam upaya

preventif perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara-cara


3

pencegahan dan perawatan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi serta

mendapatkan penanganan yang tepat dan akurat. Peran perawat dalam upaya

kuratif yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan

respon pasien terhadap penyakit yang ia derita seperti mengelola intake dan

output cairan. Sedangkan peran perawat sebagai rehabilitatif adalah

memberikan pengobatan kepada pasien yang sudah terkena penyakit agar

tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Pada penderita penyakit TBC

paru jika tidak segera mendapatkan penanganan bisa menjadi serius atau

kronis dan bisa menyebabkan kematian.

Keluarga menjadi penting karena asuhan keperawatan pada klien di

rumah perlu mendapatkan dukungan dari keluarga, sehingga perawat perlu

memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga klien dengan TBC Paru

untuk proses penyembuhan.

Berdasarkan data-data tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien dengan judul “Asuhan

Keperawatan Keluarga dengan Penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas

DTP Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2019”.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan

keperawatan keluarga dengan penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas

DTP Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2019.


4

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis dapat memperoleh gambaran nyata tentang asuhan

keperawatan keluarga dengan penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas

DTP Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada keluarga dengan

penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas DTP Talaga Kabupaten

Majalengka

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga

dengan penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas DTP Talaga

Kabupaten Majalengka.

c. Merumuskan rencana tindakan keperawatan kepada

keluarga dengan penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas DTP

Talaga Kabupaten Majalengka.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga

dengan penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas DTP Talaga

Kabupaten Majalengka.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan

penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas DTP Talaga Kabupaten

Majalengka.
5

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada keluarga

dengan penderita TBC Paru BTA (+) di Puskesmas DTP Talaga

Kabupaten Majalengka.

g. Mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan praktek

terkait asuhan keperawatan pada keluarga dengan penderita TBC Paru

BTA

(-) di Puskesmas DTP Talaga Kabupaten Majalengka dengan berbasis

evidence practice.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penulisan karya ilmiah ini bermanfaat untukmenambah wawasan dan

pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga dengan penderita TBC

Paru BTA (+).


1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga ini dapat memberikan masukan dan

informasi kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan status

kemampuan dan kemandirian merawat anggota keluarga dengan TBC

paru.
1.4.2.2 Bagi Puskesmas
Sebagai masukan dan informasi untuk puskesmas dalam mengatasi

dan menangani masalah pasien TBC paru.


1.4.2.3 Bagi Penulis
Dapat menambah pengalaman dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan keluarga pada pasien dengan TBC paru.


6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam

perkawinan,ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah

(Muhlisin, 2015).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan

suatu kebudayaan (Muhlisin, 2015).

Keluarga adalah sistem sosial yang terdiri dari dua atau lebih yang di

hubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi dan

tinggal bersama untuk menciptakan suatu budaya tertentu (Setiawan, 2016).

Dari beberapa pengertian maka penulis menyimpulkan keluarga

adalah terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh hubungan darah,

perkawinan dan adopsi, yang memiliki hubungan yang selaras, serasi dan
7

seimbang dan arti lainnya yaitu hubungan perkawinan atau pengangkatan

dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga.

2.1.2 Struktur Keluarga


6
2.1.2.1 Struktur keluarga terdiri dari:

a. Patrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ibu.

c. Patrilokal, yaitu sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami

d. Matrilokal, yaitu adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah ibu

e. Keluarga Kawinan, yaitu adalah hubungan suami isteri sebagai dasar

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau isteri (Muhlisin,

2015:12)

2.1.2.2 Ciri-ciri dari struktur keluarga yaitu:

a. Terorganisasi

Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.


8

b. Adanya Keterbatasan

Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing

c. Ada perbedaan dan ke khususan :

Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-

masing. (Muhlisin, 2015)

2.1.3 Tipe-tipe Keluarga

2.1.3.1 Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari:

a. The Nuclear Family (Keluarga Inti), yaitu suatu rumah tangga yang

terdiri dari suami, isteri dan anak (kandung atau angkat).

b. The Extended Family (Keluarga Besar), yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya

kakek, nenek, paman, bibi, atau keluarga yang terdiri dari tiga

generasi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, seperti nucler

family disertai : paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan.

c. The Dyad Family (keluarga Dyad), keluarga yang terdiri dari suami

dan isteri ( tanpa anak ) yang hidup bersama dalam satu rumah.

d. Single-Parent (orang tua tunggal), yaitu suatu rumah tangga yang

terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi

ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.


9

e. The Single Adult Living Alone/Single Adult Family, yaitu suatu rumah

tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup sendiri

karena pilihanya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati).

f. Blended Family, duda atau janda (karena perceraian) yang menikah

kembali dan membesarkan anak dari perkawianan sebelumnya.

g. Kin-Network Family, beberapa keluarga inti yang tinggaldalam satu

rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang

dan pelayanan yang sama (contoh:dapur,kamarmandi, televise,

telepon, dan lain-lain).

h. Multigenerational Family, keluarga dengan beberapa generasi atau

kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i. Commuter Family,kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi

salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang

bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat

“weekend”.

j. Keluarga Usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami isteri

yang berusia lanjut dengan anak yang sudah memisahkan diri.

k. Composit Family, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan

hidup bersama.

k. The Childless Family, keluarga tanpa anak karena terlambat menikah

dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan

karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.

2.1.3.2 Tipe Keluarga Non Tradisional


10

a. The Ummarried Teenage Mather, keluarga yang terdiri dari orang tua

(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b. Commune Family, beberapa pasangan keluarga yang tidak ada

hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan

fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan

melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

c. The Nonmarital Heteroseksual Cohabiting Family, keluarga yang

hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan

d. Gay and Lesbian Family, dua individu yang sejenis atauyang

mempunyai persamaan sek hidup bersama dalam satu rumah tangga

sebagaimana “marital Pathners”

e. Cohabitating Couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

pernikahan karena beberapa alasan tertentu

f. Group – Marriage Family, beberapa orang dwasa yang menggunakan

alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling

menikah satu dengan yan lainnya, sberbagi sesuatu termasuk sexsual

dan membesarkan anak.

g. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan

/nilai-nilai keluarga, hidup berdekatan satu sama lain dan saling

menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayan dan

bertanggung jawab membesarkan anaknya

h. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara di dalam waktu sementara pada saat orang tua anak


11

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali

keluarga asalinya.

i. Homeless Family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental

j. Gang/Togeder Family, sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari

orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan

kriminal dalam kehidupannya (Muhlisin, 2015)

2.1.4 Peranan Keluarga

Peranan keluarga, yaitu:

2.1.4.1 Peranan Ayah :

Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,

pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga sebagai

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai masyarakat dari

lingkungannya.

2.1.4.2 Peranan Ibu :

Sebagai isteri dan ibu dari anak-anaknya, berperan mengurus rumah

tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan

sebagai salah satu kelompok dari peranan social serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2.1.4.3 Peranan Anak


12

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat

perkembangan baik fisik, mental, social, dan spiritual. (Muhlisin, 2015)

2.1.5 Fungsi Keluarga

Fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut (Muhlisin, 2015):

2.1.5.1 Struktur egalisasi, masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama

dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)

2.1.5.2 Struktur yang hangat, menerima dan toleransi

2.1.5.3 Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka, mendorong kejujuran

dan kebenaran ( honesty and authenticity).

2.1.5.4 Struktur yang kaku, suka melawan dan tergantung pada peraturan

2.1.5.5 Struktur yang bebas, tidak adanya aturan yang memaksakan

(permisivenes)

2.1.5.6 Struktur yang kasar, abuse (menyiksa, kejam dan kasar).

2.1.5.7 Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukarberteman).

2.1.5.7 Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional).gan dengan

struktur

2.1.6 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai

tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman

(2014) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus

dilakukan, yaitu:

2.1.6.1 Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya


13

Perubahan sekecil apapun yang yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka

apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan

terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya

2.1.6.2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera

melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi

atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyoganya

meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga

2.1.6.3 Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau

kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi.

2.1.6.4 Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.


14

2.1.6.5 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaj

kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada) (Setiawan,

2016:7)

2.1.7 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Ridwan Setiawan (2016), membagi keluarga dalam 8 tahap

perkembangan, yaitu:

2.1.7.1 Keluarga baru (Berganning Family)

Pasangan baru menikah yang beluhi mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:

a. Membina hubungan intim yang memuaskan.

b. Menetapkan tujuan bersama.

c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

e. Persiapan menjadi ©rang tua.

f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan

menjadi orang tua)

2.1.7.2 Keluarga dengan anak pertama < 30 bln (Child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Studi Klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua

dinyatakan; 17:-% tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal:

a. Suami merasa diabaikan.

b. Peningkatan peselisihan dan argumen.


15

c. Interapsi dalamjadwal kontinu.

d. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.

2.1.7.3 Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada

anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan

kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.

b. Membantu anak bersosialisasi.

c. Beradaptasi dengan anak barn lahir, anak yang lain juga ; terpenuhi.

d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga

e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

f. Pembagian tanggung jawab.

g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang

anak.

2.1.7.4 Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 th)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah

dan lingkungan lebih luas

b. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

c. Menyediakan aktifitas untuk anak.


16

d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan

anak.

e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga

2.1.7.5 Keluarga dengan anak remaja (13-20 th)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang

yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi

b. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi),

c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga

d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang

2.1.7.6 Keluarga dcngan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber

yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek 1 dan nenek.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b. Mempertahankan keintiman.

c. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga barn dimasyarakat

d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerimaj kepergian

anaknya
17

e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga. j pH

Berperan suami-istri kakek dan nenek

f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi 1

anak-anaknya.

2.1.7.7 Keluarga usia pertengahan (Midle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat

sosial dan waktu santai

b. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.

c. Keakraban dengan pasangan

d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

e. Persiapan masa tua/pensiun.

2.1.7.8. Keluarga lanjut usia.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.

b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian

c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat

d. Melakukan life review masa lalu

3.1.8 Ciri-ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga, menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton, yaitu

(Setiawan, 2016:2):

3.1.8.1 Keluarga merupakan hubungan perkawinan


18

3.1.8.2 Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara

3.1.8.3 Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan

garis keturunan

3.1.8.4 Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota–

anggota berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

3.1.8.5 Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2.1.9 Ciri-ciri Keluarga di Indonesia

Ciri-ciri keluarga Indonesia, yaitu (Setiawan, 2016):

2.1.9.1 Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandari semangat gotong

royong.

2.1.9.2 Dijiwai oleh kebudayaan ketimuran.

2.1.9.3 Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemusatan dilakukan

secara musyawarah.

2.1.10 Keluarga Kelompok Risiko Tinggi

Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga yang

menjadi prioritas utama adlah keluarga-keluarga yang tergolong resiko

tinggi dalam bidan kesehatan meliputi (Salvari, 2013):

2.1.10.1 Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah sebagai berikut :

a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.

b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan

sendiri.
19

c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan

penyakit keturunan.

2.1.10.2 Keluarga dengan ibu risiko tinggi kehamilan waktu hamil

a. Umur ibu ( kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun).

b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.

c. Menderita hipertensi.

d. Primipara atau multipara.

e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.

2.1.10.3 Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena :

a. Lahir prematur atau Berat badan lahir rendah.

b. Berat badan sukar naik.

c. Lahir dengan cacat bawaan.

d. ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.

e. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau

anaknya.

2.1.10.4 Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:

a. Anak yang tidak di kehendaki dan pernah mencoba untuk di

gugurkan.

b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering

timbul cekcok dan ketegangan.

c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.

d. Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, cerai, atau lari

meninggalkan keluarga.
20

2.2 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian TBC

Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit TBC dimulai dari TBC,

yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk

batang (basil) yang dikenal dengan nama mycobacterium TBC (Naga, 2013).

Menurut Syivia A Price menyatakan bahwa tuberculosis adalah

penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang

menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini

bisa masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan

luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang

berasal dari orang yang terinveksi bakteri tersebut (Nanda, 2015).

TBC menurut Manurung (2016) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterum tuberculosis dengan gejala yang

sangat bervareasi.

Penulis menyimpulkan bahwa dari beberapa pendapat di atas tentang

pengertian TBC yaitu penyakit menular yang disebabkan oleh

mycrobacterium TBC dengan gejala yang sebagian menyerang paru tetapi

dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.


21

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

2.1.2.1 Anatomi Paru

Paru merupakan salah satu organ pada saluran napas bawah pada

system pernapasan manusia. Sebelum kita membahas secara detil tentang

paru, berikut organ lain yang termasuk dalam saluran napas bawah yang

nantinya berhubungan dengan paru.

Gambar 2.1
Struktur Paru
(sumber: Irawan, 2014)

a. Trakea

Merupakan saluran napas bawah lanjutan dari laring, yang

menghantarkan udara menuju ke pulmo untuk mengalami proses

difusi. Terletak di mediastinum (daerah kompartemen yang berada

ditengah diantara dua rongga paru di regio thoraks) bagian superior

dan terdiri dari tracheal ring yang dibentuk oleh kartilago (tulang

rawan) dan menempati bagian tengah leher. Trakheal ring ini


22

berbentuk cincin yang tidak sempurna menyerupai huruf C dimana

bagian ujung-ujung yang terbuka dibagian belakang dihubungkan oleh

otot polos (musculus trachealis) serta terletak di bagian anterior

(depan) dari esophagus (saluran makanan).

b. Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea berupa saluran konduksi udara dan

juga sebagai tempat difusi oksigen-karbon dioksida di ujung terminal

dibagian yang berkaitan langsung dengan alveolus. Bronkus

principalis (bronkus primer) terdiri dari bronkus principalis dekstra

(yang akan menuju ke pulmo dekstra) dan bronkus principalis sinistra

(yang akan menuju ke pulmo sinistra). Perbedan bronkus principalis

yaitu :

1. bronkus principalis dekstra à diameter lebih lebar, ukuran lebih

pendek, berjalan lebih vertical

2. bronkus principalis sinistra à diameter lebih kecil, ukuran lebih

panjang, berjalan agak horizontal

c. Alveolus

Unit fungsional paru-paru adalah kantung udara kecil yang muncul

dari bronkiolus yang disebut alveoli. Ada sekitar 300-400.000.000

alveoli dalam paru-paru orang dewasa. Diameter rata-rata dari

alveolus adalah sekitar 200 sampai 300 mikron. Fungsi dasar dari

alveoli adalah pertukaran gas. Struktur alveoli adalah tempat di mana

pertukaran gas selama respirasi berlangsung. Struktur ini dikelilingi


23

oleh kapiler yang membawa darah. Pertukaran karbon dioksida dalam

darah dari kapiler ini terjadi melalui dinding alveolus. Alveoli mulai

berfungsi ketika kita menghirup udara melalui lubang hidung kita.

Udara melewati rute yang panjang yang terdiri dari berbagai organ

pada sistem pernapasan. Organ-organ ini termasuk saluran hidung,

faring, laring, trakea, bronkus utama, saluran bronkial kecil,

bronkiolus dan akhirnya mencapai alveolus melalui kantung udara

kecil. Udara mengandung oksigen yang diserap oleh darah mengalir

melalui kapiler. Oksigen ini kemudian diteruskan ke sistem peredaran

darah, sehingga menyelesaikan siklus pertukaran gas.

2.1.2.2 Fisiologis Paru

Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah

dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan

oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Udara masuk

ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan

bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea).

Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang

merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida

dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Untuk melaksanakan

fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar,

yaitu:

a. Ventilasi yaitu proses masuk dan keluarnya udara/oksigen antara

alveoli dan atmosfer


24

b. Difusi yaitu proses perpindahan oksigen dari alveoli ke dalam

pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk karbondioksida

c. Transport yaitu proses perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari

jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah

d. Pengaturan ventilasi

2.1.3 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 /um dan tebal 0,3 –

0,6 /um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak lipid. Lipid inilah

yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap

gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering

maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam

sifat dormant (tidur). Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit

intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah

aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian

apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal

ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis (Dinas Kesehatan

Kabupaten Kendal, 2014).

2.1.4 Patofisologi TBC

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respons

imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag dan limfosit. Respons

ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (selular atau lambat).


25

Awalnya, infeksi kuman dalam bentuk droplet nuklei terhirup masuk saluran

nafas dan menuju paru-paru. Di paru-paru, mereka dapat berjumpa

makrofag jaringan dan neutrofil juga sebagai garis pertahanan mula-mula.

Sebahagian dari mereka mati akibat difagosit netrofil, terkena sekret

makrofag dan terkena sekret saluran nafas. Kalau kuman difagosit oleh

makrofag, dia dapat konsisten hidup dikarenakan kuman TB bersifat

intraseluler. Meter. tuberculosis adalah basil tahan asam (BTA) dikarenakan

dirinya mempunyai tidak sedikit lipid yg membuatnya tahan kepada asam,

kesukaran kimia dan fisik. Kandungan lipid yang tidak sedikit dalam

makrofag, difungsikan kuman utk memperkuat dia (Mansjoer; 2015).

Sesudah infeksi tuberkulosis primer, ada bisa saja infeksi ini dapat

sembuh sama sekali tidak dengan meninggalkan cacat, sembuh dgn

meninggalkan sedikit seken berupa garis fibrotik, kalsifikasi hilus & di

antaranya bakal kambuh kembali jadi tuberkulosis sekunder sebab kuman

yang dormant maupun bakal memunculkan komplikasi dan tersebar baik

bakal dengan cara perkontinuitatum, bronkogen, limfogen atau hematogen

(Mansjoer; 2015).

Kuman yang dormant terhadap tuberkuloisis primer dapat muncul

bertahun-tahun seterusnya sebagai infeksi endogen jadi tuberkulosis

sekunder. Tuberkulosis sekunder ini dimulai bersama sarang dini yg

berlokasi di regio atas paru (Mansjoer; 2015).


26

2.1.5 Pathways

Gambar 2.1
Pathways

28
27

2.1.6 Penularan dan Penyebaran TBC

Pada saat penderita batuk atau bersin, kuman TBC dan BTA positif

yangberbentuk droplet sangat kecil ini akan beterbangan di udara. Droplet

yang sangat kecil ini kemudian mengering dengan cepat dan menjadi

droplet yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat bertahan di udara

selama beberapa jam lamanya, sehingga cepat atau lambat driplet yang

mengandung unsur kuman TBC akan terhirup oleh orang lain (Naga, 2013).

TBC dapat ditularkan dari individu dengan penyakit pulmonal aktif yang

mengeluarkan kuman arganisme ketika berbicara, batuk, bersin, menyanyi

atau yang dikenal dengan istilah “droplet infection” (Manurung, 2016)

2.1.7 Tanda dan Gejala

Menurut Manurung (2016), tanda dan gejala TBC adalah batuk lebih

dari tiga minggu, natuk berdarah, sakit di dada selama lebig dari tiga

minggu, demam selama lebih dari tiga minggu, dapat juga ditemukan

penurunan berat badan secara drastic, keringat dingin pada malam hari,

anoreksia dan kedinginan.

2.1.8 Komplikasi TBC

Penyakit TBC bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan

komplikasi, yang dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut

(Manurung, 2016). Komplikasi dini yaitu Pleuritis, Effusi pleura, Empiema,

Laringitis dan menjalar ke organ lain seperti usus. Komplikasi lanjut yaitu

obstruksi jalan nafas: SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis),


28

kerusakan parenkin berat: SOPT, fibrosis paru, korpulmonal, amiloidosis,

karsinoma paru dan Sindrom Gagal Nafas Dewasa.

2.1.9 Penatalaksanaan TBC

Menurut Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (2015),

pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) biasanya diberikan dalam bentuk

kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat

sesuai dengan kategori pengobatan. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis

Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan

lanjutan.

1) Tahap awal (intensif)

a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan

perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya

resistensi obat.

b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun

waktu 2 minggu.

c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.


29

2) Tahap Lanjutan

a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu yang lebih lama

b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten

sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

Menurut Syafrizal dan Hasanbasri (2015), jenis Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) yang digunakan antara lain :

a. Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman

90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini

sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu

kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg

BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan

dengan dosis 10 mg/kg BB.

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant

(persisten) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB

diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali

seminggu.

c. Pirasinamid (Z)

Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada

dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg
30

BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan

dengan dosis 35 mg/kg BB.

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis

yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75g/hari,

sedangkan untuk berumur 60 atau lebih diberikan 0,50g/hari.

e. Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15

mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

digunakan dosis 30 mg/kg BB.

Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) menurut World Health

Organization (WHO) dan (International Against Tuberkulosis and Lung

Disease IUATLD) ada 3 kategori, antara:

a. Kategori 1

Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R),

Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap

hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap

lanjutan yang terdiri dari Isonoasid (H) dan Rimpamisin (R), diberikan

tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).

Obat ini diberikan untuk :

a) Penderita baru TBC Paru BTA positif

b) Penderita TBC Paru BTA negatif Rontegn yang ”sakit berat”


31

c) Penderita TBC Ekstra Paru Berat

b. Kategori 2

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan

dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), etambutol (E) dan

suntikan streptomisin setiap hari dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK).

Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid

(Z) dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap

lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam

seminggu.

Obat ini diberikan untuk :

a) Penderita kambuh (relaps)

b) Penderita gagal (failure)

c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

c. Kategori 3

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2

bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4

bulan diberikan tiga kali seminggu (4H3R3).

Obat ini diberikan untuk :

1) Penderita baru BTA negatif dan rongent positif sakit ringan

2) Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis),

pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang

belakang), sendi dan kelenjar adrenal.


32

Menurut Muttaqin (2015), hasil pengobatan seorang penderita dapat

dikategorikan sebagai berikut:

a. Sembuh, penderita dinyatakan sembuh bila telah menyelesaikan

pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan dahak 3 kali berturut-turut

hasilnya negatif.

b. Pengobatan lengkap, penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya

secara lengkap tapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang dahak paling

sedikit 2 kali berturut-turut hasilnya negatif.

c. Meninggal yaitu penderita yang dalam masa pengobatan dikarenakan

meninggal karena sebab apapun.

d. Pindah yaitu penderita yang pindah berobat ke kabupaten lain.

e. Drop out / DO yaitu penderita yang tidak mengambil obat 2 kali berturut-

turut atau sebelum masa pengobatan selesai.

f. Gagal:

1) Penderita BTA positif hasil pemeriksaan dahaknya tetap

positif/kembali positif pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan.

2) Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir

bulan ke-2 menjadi positif.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang diberikan melalui praktek keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan


33

ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Setiawan, 2016:31)

2.3.1 Pengkajian

Menurut (Lyer et al., 1996), pengkajian adalah tahap awal dari

proses keperawatan dimana seorang perawat mulai mengumpulkan

informasi tentang keluarga yang dibinanya. Tahap pengkajian ini merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Setiawan

2016:33).

Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, ukuran

atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma,

nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang berkaitan dengan

permasalahan. Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan

antara lain dengan:

a. Wawancara

Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang

berhubungan dengan masalah yang dihadapi keluarga dan merupakan

suatu komunikasi yang direncanakan.

Tujuan komunikasi/wawancara disini adalah :

1) Mendapatkan informasi yang diperlukan.

2) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi

3) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.


34

Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungannya dengan

kejadian-kejadian pada waktu lalu dan sekarang.

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak perlu

ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan).

c. Study dokumentasi

Studi dokumentasi yang bisa dijadikan acuan oleh perawat antara lain

adalah KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan lainya misalnya

informasi-informasi tertulis maupun lisan dari rujukan dari berbagai

lembaga yang menangani keluarga dan dari anggota tim kesehatan

lainnya Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray,

pap smear, dsb)

4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan.

Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik dengan

keluarga dengan cara :

a. Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.

Menjelaskan tujuan kunjungan.


b. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu

keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada dikeluarga.


c. Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
d. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi

jaringan perawat.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :


35

1. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga (KK)

2) Usia

3) Alamat dan telepon

4) Pekerjaan kepala keluarga

5) Pendidikan kepala keluarga

6) Komposisi keluarga

Status Imunisasi Ket


Pendi
No Nama JK Hub dg KK Umur
dikan BCG Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

7) Genogram

Simbol-simbol yang bisa digunakan :

Laki-laki Perempuan Indentifikasi - klien Meninggal Menikah Pisah

Cerai Anak angkat Aborsi Kembar

Tinggal dalam 1 rumah

e. Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe/bentuk keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe/bentuk keluarga tersebut.


36

f. Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. Kalau ada perpedaan dalam

keluarga bagaimana keluarga beradaptasi terhadap perbedaan tersebut,

apakah berhasil atau tidak dan kesulitan kesulitan yang masih dirasakan

sampai saat ini sehubungan dengan proses adaptasi tersebut.

g. Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan. Apakah berasal dari agama dan kepercayaan yang

sama, kalau tidak bagaimana proses adaptasi dilakukan dan bagaimana

hasilnya.

h. Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik oleh kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi

keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Tingkat status

sosial ekonomi : adekuat bila keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan

primer maupun sekunder dan keluarga mempunyai tabungan; marginal bila

keluarga tidak mempunyai tabungan dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-

hari, miskin bila kelurga tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari hari secara

maksimal, sangat miskin bila keluarga harus dibantu dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

i. Aktivitas rekerasi keluarga


37

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-

sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton

TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktifitas rekreasi. Seberapa

sering rekreasi dilakukan dan apa kegiatan yang dilakukan baik oleh

keluarga secara keseluruhan maupun oleh anggota keluarga. Eksplorasi

perasaan keluarga setelah berekreasi, apakah keluarga puas / tidak. Rekreasi

dibutuhkan untuk memperkokoh dan mempertahankan ikatan keluarga,

memperbaiki perasaan masing-masing anggota keluarga curah pendapat /

sharing, menurunkan ketegangan dan untuk bersenang-senang.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini.

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga

inti. Contoh: keluarga Bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama

berumur 7 tahun dan anak ke 2 berumur 4 tahun, maka keluarga Bapak A

berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

terpenuhi.

c. Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai bagaimana keluarga terbentuk (contoh apakah

pacaran sebelum nikah, dijodohkan, terpaksa, dan lain-lain), riwayat


38

kesehatan pada keluarga inti, yang meluputi riwayat penyakit keturunan,

riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap

pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang

bisa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan.

d. Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah. tipe rumah.

jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabot

rumah tangga, jenis septicktank, jarak septicktank dengan sumber air minum

yang digunakan serta denah rumah. Apakah rumah dan lingkungan sekitar

telah memenuhi syarat-syarat lingkungan sehat. tk keamanan dalam

pengunan fasilitas yang ada di rumah, apakah privasi masing-masing

anggota keluarga adekuat dan eksplorasi perasaan anggota keluarga tentang

keadaan rumah co puas/tidak, memadai/tidak.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga meliputi urban, sub urban,

pedesaan hunian, industri, agraris, bagaimana keamanan jalan yang

digunakan. Karakteristik komunitas setempat meliputi kebiasaan.

lingkungan fisik, aturan kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat

yang mempengaruhi kesehatan, pekerjaan masyarakat umumnya, tingkat


39

kepadatan penduduk, stabil/tidak, yan kes/yan sos yg ada dan tk kejahatan

yang terjadi.

c. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebisaan keluarga,

berpindah tempat. Tgl didaerah yang sekarang sudah berapa lama dan

apakah sdah dapat beradaptasi dengan lingkungan setempat.

d. Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat.

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan oleh keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauhmana keluarga

interaksinya dengan masyarakat. Kepuasan dalam keterlibatan dg

perkumpulan atau pelayanan yg ada. Bgmn persepsi keluarga terhadap

masyarakat sekitamya

e. Sistim pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistim pendukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis

atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari

masyarakat setempat.

4. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga


40

Menjelaskan mengenai cara/pola berkomunikasi antar anggota keluarga.

Pola komunikasi fungsional bila komunikasi dilakukan secara efektif, proses

komunikasi berlangsung dua arah dan saling memuaskan kedua belah pihak.

Komunikasi fisfungsional bila komunikasi tidak fokus pada 1 ide

pembicaraan sehingga pesan tidak jelas, bila bertahan pada pendapat

masing-masing dan tidak dapat menerima pendapat orang lain sehingga

pembicaraan menjadi buntu/tdk berkembang, serta bila ada pesan pesan

penting yang ditutupi padahal penting untuk dibicarakan.

b. Struktur kekuatan keluarga

Bagaimana proses pengambilan keputusan : konsensus bila perbedaan masih

dapat disatukan, proses pengambilan keputusan yang paling sehat;

akomodasi bila perbedaan tidak dapat disatukan (tawar menawar,

kompromi, paksaan); de facto bila keputusan diserahkan kepada yang

melaksanakan co. KB. Bagaimana hasil keputusan : siapa yg membuat

keputusan akhir, memuaskan/tidak, bila tidak apa yang dilakukan.

Kesimpulannya bagaiman kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

c. Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal

(suam-istri, ayah-ibu, anak-sanak saudara, dsb.) maupun informal

(pengharmonis, pendamai, penghalang dominator, penyalah keras hati,

sahabat, penghibur, perawat keluarga, penghubung keluarga, dsb.) dan bgmn

pelaksanaannya. Apakah ada yang mempengaruhi pelaksanaanya. Bagaiman


41

peran lain dilaksanakan contoh ibu berperan sebagai ayah karena ayah telah

meninggal.

d. Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang diahut oleh keluarga, yang

berhubungan dengan kesehatan. Bagaimana nilai dan norma menjadi suatu

keyakinan dan diinterpretasikan dalam btk perilaku. Apakah perilaku ini

dapat diterima oleh masyarakat dan apakah dapat diterima oleh masyarakat.

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif

Bagaimana anggota keluarga mempersepsikan keluarga dalam memenuhi

kebutuhan psikososial (membentuk sifiat-sifat kemanusiaan, stabilisasi

kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin hub yang akrab,

menumbuhkan konsep diri yang positif). Hal yang perlu dikaji yaitu

gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam

keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

b. Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana membesarkan anak, siapa yang melakukan,

adakah budaya-budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan ada masalah

dalam memberikan pola pengasuhan dan bgmn keamanan dalam

memberikan pengasuhan. Sosialisasi dilakukan mulai dari lahir sampai

meninggal karena sosialisasi merupakan proses belajar yang menghasilkan


42

perubaham perilaku sebagai respon terhadap situasi (tumbuh kembang

keluarga dan tumbuh kembang anak) yang terpola secara sosial.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana

pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam

melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga

melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenai

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,

melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan

yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

d. Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi adalah:

e. Berapa jumlah anak

f. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.

g. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya pengendalian jumlah

anggota keluarga.

h. Pola hubungan seksual

e. Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :

i. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.


43

j. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat

dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

6. Stres dan Koping Keluarga

a. Stresor j angka pendek dan panj ang

1) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga ± 6 bulan.

2) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga lebih dari 6

bulan.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Hal yang perlu di kaji adalah bagaimana keluarga keluarga berespon

terhadap situasi/stresor baik jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Strategi koping konstruktif yang digunakan

Strategi koping konstruktif yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

d. Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan.

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai status

kesehatan pasien dan keluarga, mengidentifikasi status normal dan

kemudian mengetahui adanya variasi dari keadaan normal tersebut dengan

cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-gejala pasien. Pemeriksaan

fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada

pemeriksaan fisik menggunakan metode head to toe.


44

Tabel 2.1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga
Pemeriksaan TTV
a. Tekanan Darah
b. HR
c. Respirasi
d. Suhu Badan
e. BB
f. TB
Pemeriksaan Fisik
Head to toe
Kepala
a. Kepala
b. Rambut
Mata
a. Bentuk
b. Konjungtiva
c. Sklera
d. Pupil
Hidung
a. Bentuk
b. Perdarahan/sekret
Telinga
a. Bentuk
Mulut
a. Keadaan bibir
b. Keadaan gusi
Keadaan lidah

Leher
a. Tyroid

Integumen
a. Kebersihan kulit
b. Turgor Bersih
c. Kelembaban Elastis
Lembab
Pemerikasaan Thorak
a. inspeksi
a) Bentuk thorax Simetris
b)Pernafasan Normal
b. Pemeriksaan Paru
a) Palpasi Getar suara terdengar
b) Perkusi Bunyi resonan
c) Auskultasi Suara nafas teratur
45

Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga


Abdomen
a. Inspeksi
a) Bentuk abdomen Simetris
b) Benjolan Tidak ada benjolan
b. Palpasi
a) Tanda nyeri tekan Tidak ada nyeri
b) Benjolan Tidak ada benjolan
Muskuloskeleal /
Ektermitas
a. Kesimetrisan Simetris
b. Kekuatan otot Baik

(Sumber : Sri Wahyuni, 2014)

8. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada. (Setiawan, 2016)

2.3.2 Prioritas Masalah

Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga dengan

menggunakan skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga

adalah kriteria dan bobot. Kriteria dari prioritas masalah keperawatan keluarga

terdiri dari:

1) Sifat masalah, kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat

katagori diagnosis keperawatan. Adapun skor nya adalah sebagai berikut :

diagnosis keperawatan potensial skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2

dan diagnosis keperawatan aktual dengan skor 3.

2) Kriteria kedua adalah kemungkinan untuk diubah, kriteria ini dapat

ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga, sumber

daya perawatan yang tersedia dan dukungan masyarakatnya. Kriteri


46

kemungkinan untuk diubah ini skomya terdir dari mudah skomya 2,

sebagaian skomya 1 dan tidak dapat skomya nol.

3) Kriteria ketiga adalah potensial untuk dicegah, kriteria ini dapat ditentukan

dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan tindakan yang

sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri dari tinggi dengan skor 3,

cukup dengan skor 2 dan rendah dengan skor 1.

4) Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah, kriteria ini dapat ditentukan

berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah. Penilaian dari kriteria

ini terdiri dari segera dengan skor 2, tidak perlu segera skomya 1 dan tidak

dirasakan dengan skor nol 0. (Setiawan, 2016)

Tabel 2.2
Skala Prioritas Masalah Keluarga
(Biolon dan Maglaya)
No Kriteria Skor Bobot
Sifat masalah
1. Aktual (tidak atau kurang sehat) 3
1. 1
2. Ancaman kesehatan 2
3. Keadaan sejahtera 1
Kemungkinan masalah dapat diubah
1. Mudah 2
2. 2
2. Sebagian 1
3. Tidak dapat 0
Kemungkinan masalah dapat dicegah
1. Tinggi 3
3. 1
2. Cukup 2
3. Rendah 1
Menonjolnya masalah
1. Masalah berat dan harus segera ditangani 2
4. 1
2. Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1
3. Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Setiawan (2016:135)

Skoring :

a. Tentukan skor untuk setiap criteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot


47

Skor X bobot
Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua criteria

(Muhlisin, 2015)

Langkah berikutnya yaitu menentukan tingkat kemandirian keluarga.

Kriteria keluarga mandiri terdiri dari 3 bagian, berikan tanda cek (√) pada

kolom dengan angka 1-10 sesuai dengan kriteria berikut:

Tabel 2.3
Pengukuran atau Kriteria keluarga mandiri

Kriteria Keluarga Kategori/


Masalah Masalah
No Tgl Mandiri Simpitar
Kesehatan Keperawatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :

1. Keluarga mengetahui masalah kesehatan, dengan criteria :

a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan gejala dari masalah

kesehatan yang ada

b. Keluarga dapat menyebutkan penyebab masalah kesehatan

c. Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan

d. Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah

2. Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, dengan

criteria :

a. Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga


48

b. Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah

kesehatan tersebut.

c. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan

masalah kesehatan tersebut.

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan,

dengan criteria :

a. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas

yang diperlukan untuk perawatan. (Sumber daya dapat berupa

pembiayaan untuk kesehatan, alat P3K, KMS, dan kartu kesehatan

keluarga )

b. Keluarga terampil melaksanakan perawatan, pada anggota keluarga

(Preventif, Promotif, Kuratif)

c. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan

Untuk Kategori Keluarga Mandiri atau simpulan dibuat berdasarkan

penjumlahan kategori berdasarkan penjumlahan kriteria diatas, masing-masing

criteria memiliki nilai satu. Pembagian kategori berdasarkan pengelompokan

sebagai berikut:

Keluarga Mandiri I (KM I ) : Skor 1-4

Keluarga Mandiri II (KM II ) : Skor 5-7

Keluarga Mandiri III (KM III) : Skor 8-10

Kesimpulan yang didapat dari pengkajian ini, yaitu tingkat kemandirian

keluarga sesuai dengan penjelasan diatas. Kolom kesimpulan diisi dengan cara

menuliskan KM I atau KM II atau KM III sesuai dengan data yang didapat.


49

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Sesuai dengan 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan terdiri dari:

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang

tepat bagi keluarga.

3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat / usianya yang terlalu

muda

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga

dan lembaga kesehatan.

2.3.4 Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang

direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi

masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga. Tujuan dari

perencanaan keperawatan keluarga adalah sebagai alat komunikasi antar

perawat dalam memberikan askep keluarga, meningkatkan kesinambungan

askep yang diberikan pada keluarga, mendokumentasikan proses dan kriteria

hasil sebagai pedoman bagi perawat dalam melakukan tindakan kepada

keluarga serta melakukan evaluasi (Setiawan, 2016).


50

Diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan

sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan pertama : ketidakefektifan pola pernapasan

yang sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.

1. Tujuan : pola nafas efektif

1. Kriteria hasil :

- klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif

- frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 – 20

kali/menit)

- dipsnea berkurang

2. Rencana tindakan

a). Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori

pernapasan : catat setiap peruhan

b).Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi

c). Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam

d).Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler

tinggi.

e). Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2

jam sampai 4 jam.

f). Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat - obatan

3. Rasional

a). Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret


51

b).Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan

selanjutnya.

c). Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas

d).Membantu mengembangkan secara maksimal

e). Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar

f). Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan

sekret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial

b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh yang sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea.

1). Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan

bebas tanda malnutrisi

2). Kriteria hasil

- Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat

- Berat badan stabil dalam batas yang normal

3). Rencana tindakan

a). Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas

mukosa oral, riwayat mual / muntah atau diare.

b).Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak

c). Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik

d).Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

e). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat.

f). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.


52

4). Rasional

a). Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan

pilihan indervensi yang tepat.

b).Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus.

Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet.

c). Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan

d).Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk

pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

e). Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu /

legaster.

f). Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat

untuk kebutuhan metabolik dan diet.

c. Diagnosa keperawatan ketiga: kurangnya pengetahuan yang berhungan

dengan kuranganya impormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan

perawatan di rumah.

1). Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya

2). Kriteria hasil :

Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai

perawatan diri.

3) Rencana tindakan

a) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah,

kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien.


53

b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh

hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas.

c) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan

dan alasan pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat

lain.

d) Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.

e) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau

masalah, jawab pertanyaan secara nyata.

f) Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk

rujukan contoh jadwal obat.

g) Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung,

semburan pasir.

3) Rasional

a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan

pada tahapan individu.

b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit

atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.

c) Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan

mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi klien.

d) Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan

terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program.

e) Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi /

peningkatan ansietas.
54

f) Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat

sejumlah besar informasi. Pengulangan penguatkan belajar.

g) Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko

silikosis, yang dapat secara nagatif mempengaruhi fungsi

pernafasan.

d. Diagnosa keperawatan keempat : ketidakefektifan jalan nafas yang

sehubungan dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk.

1) Tujuan : jalan nafas efektif

2) Kriteria hasil :

- klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan

- klien dapat mempertahankan jalan nafas

- pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit)

3) Rencana tindakan :

a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama,

dan kedalaman penggunaan otot aksesori

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.

c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk

batuk dan latihan untuk nafas dalam.

d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.

e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada

kontraindikasi.

f) Lembabkan udara respirasi.


55

g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik,

bronkodilator , dan kortikosteroid.

4) Rasional.

a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi,

mengi menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk

membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan

penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja

penafasan.

b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah

kental diakbatkan oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan

dapat memerlukan evaluasi lanjut.

c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men

urunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan

gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan.

d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan

bila klien tak mampu mengeluaran sekret.

e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret

membuatnya mudah dilakukan.

f) Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu

pengenceran sekret.

g) Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan

ukuran kemen percabangan trakeobronkial berguna padu

adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia.


56

e. Diagnosa keperawatan kelima : Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat

sehubungan dengan sesak napas dan nyeri dada.

1) Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi

2) Kriteria hasil :

- memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur

- Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat

- Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada

3) Rencana tindakan

a) kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit

b) Observasi efek abot – obatan yang dapat di derita klien

c) Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita

d) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.

e) Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman

4) Rasional

a) Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita

b) Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan

kartifosteroid temasuk perubahan mood dan uisomnia

c) Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita

d) Memudahkan klien untuk bisa tidur

e) Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah

penderita untuk tidur.


57

2.3.5 Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan

Implementasi merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan

keluarga dimana perawatvmendapatkan minat keluarga dalam menadakan

perbaikan kearah perilaku sehat. Adanya kesulitan, kebingungan, serta ketidak

mampuan yang dihadapi keluarga harus menjadi perhatian. Oleh karena itu,

diharapkan perawat dapat memberikan kekuatan dan membantu

mengembangkan potensi-potensi yang ada sehingga keluarga mempunyai

kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah (Harmoko, 2015).

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut

(Muhlisin, 2015):

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah-

masalah kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi,

kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensintidak melakukan tindakan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan

tentang konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan

fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan

implementasi.

d. Membentu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang


58

dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungkin.

e. Memtivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

keluarga, membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

2.3.6 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evalusi diletakkan

pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap

tahap proses keperawatan (Setawan, 2016).

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.

Dengan pengertian (Muhlisin, 2015):

S : adalah hal-hal yang ditemukan oleh keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan

nyeri berkurang.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan, misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan


A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada

tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan


P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga

pada tahap evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai