Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipnosis merupakan salah satu bentuk terapi yang dipergunakan dalam psikoterapi, dengan
memanfaatkan status kesadaran hipnotik pasien untuk melakukan perubahan terhadap diri
mereka melalui sugesti untuk memunculkan kondisi relaks, fokus, atau konsentrasi.
Hipnoterapi bertujuan untuk memunculkan kondisi relaks dalam tubuh yang mampu
memulihkan kondisi pasien dari beban psikologis yang dialaminya serta mempercepat
peroses kesembuhan pada fisiologis dan psikologis akibat distress psikologis yang menjadi
faktor utamanya. Hipnosis didefinsikan sebagai sebuah alat yang dipergunakan dalam
psikoterapi, namun bukan psikoterapi yang berdiri sendiri, dengan memanfaatkan status
kesadaran hipnotik pasien untuk melakukan perubahan terhadap diri mereka (Putranto,
2016). Dalam hypno-healing, hipnosis didefinisikan sebagai teknik atau praktik
mempengaruhi orang lain secara sengaja untuk masuk kedalam kondisi yang menyerupai
tidur, dimana seseorang yang terhipnosis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta
menerima sugesti tanpa perlawanan (Budi, 2010). Mosby medical Encyclopedia edisi 1992
mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan pasif dan trans yang mirip dengan tidur normal
ketika persepsi dan ingatan diubah, sehingga meningkatkan ketanggapan terhadap sugesti
(dalam seni hipnosis Hunter, 2011).

Hipnosis tidak berarti tidur atau bentuk dari kehilangan kesadaran dan atau kendali terhadap
diri sendiri. Seseorang yang berada dalam kondisi hipnosis justru dalam keadaan terjaga
tentang kontrol dirinya secara baik. Bahkan dalam kondisi hipnosis, seseorang pada
dasarnya berada pada level kesadaran tertinggi terhadap dirinya sendiri (Putranto, 2016).
Dalam The Handbook psychiatry memberikan definisi bahwa Hipnosis adalah induksi dari
keadaan konsentrasi fokal dengan

Pengecilan dari kesadaran perifer, lazimnya, tetapi tidak secara eksklusif, ditimbulkan
melalui penggunaan sugesti (Guze, 1997). Hipnosis dapat diartikan sebagai sebuah kondisi
relaks, fokus, atau konsentrasi (Wong, 2009).

1
Hipnosis digunakan dalam peroses penyembuhan psikis dalam psikoterapi, namun bukan
psikoterapi yang berdiri sendiri, dengan memanfaatkan status kesadaran hipnotik pasien
untuk melakukan perubahan terhadap diri mereka (Putranto, 2016). Hipnosis bertujuan
untuk memunculkan kondisi relaks dalam tubuh seseorang yang bertujuan untuk
memulihkan kondisi sesorang akan pulih dari beban psikologis yang dialaminya (Guze,
1997). Salah satu media dalam peroses penyembuhan gangguan psikologis adalah hipnotis
(Ardani, 2008).

Kondisi hipnotik dapat berlangsung disebabkan adanya gap duration dalam berlangsungnya
perjalanan impuls yang diterima, dan perjalanan respon sebagai reaksi terhadap suat impuls,
serta terjadinya atau munculnya reaksi, yang diakibatkan adanya kelambatan
berlangsungnya proses tersebut (Prabowo, 2009) disaat seperti itulah terjadinya perubahan
gelombang otak menuju relaksasi dalam atau yang disebut dengan kondisi hipnosis melalui
penggunaan sugesti sebagai jembatan untuk mengakses kondisi rileks, dalam kondisi rileks
inilah, sugesti positif akan dapat secara mudah diterima otak untuk mengubah kebiasaan
lama dengan program baru yang disugestikan hipnoterapis.

Menurut Adi W. Gunawan, ada lima karakteristik utama dalam kondisi hipnosis atau trance
(Gunawan, 2007), yaitu: Relaksasi fisik yang dalam, Perhatian yang sangat terpusat,
Peningkatan kemampuan indera, Pengendalian refleks dan aktivitas fisik, dan Respon
terhadap pengaruh pascahipnosis. Sugesti yang diberikan saat dalam hipnosis dapat
langsung diterima dengan mudah, menolak ataupun bangun secara spontan dari relaksasi
hipnosis. Selama kondisi sugesti tidak bertentangan dengan nilai dasar yang dipegang
subjek maka sugesti akan dijalankan ketika ia telah bangun dari kondisi trance. Catatan
untuk sugesti positif akan lebih mudah diterima oleh subjek daripada sugesti negatif.

Hipnosis sudah menjadi bagian dari teknik pengobatan sejak 2 abad silam dan di Amerika
telah di terima sebagai bagian terapis medis tahun 1958. Di Indonesia stigma negative atau
pemahaman keliru hypnosis dan hypnotherapy masih banyak terjadi di masyarakat baik
awam maupun tenaga kesehatan professional. Banyaknya pertunjukkan hypnosis yang di
gunakan dan di kemas begitu professional di media televisi Indonesia semakin memperkuat

2
image buruk hypnosis sebagai ilmu magis dan seolah membuat orang dalam pengaruh di
luar nalar manusia dan keinginannya.

Sebenarnya dalam kehidupan secara normal dan alami manusia mengalami fenomena
hypnosis dimana minimal 2 kali setiap hari manusia yaitu sesaat sebelum tidur dan sesudah
bangun tidur. Dalam dunia kesehatan, hypnotherapy telah banyak di pelajari, di teliti, dan
di kembangkan untuk mengatasi masalah baik fisik, psikis, dam spiritual. Dalam aplikasi
di rumah sakit yang paling banyak menarik perhatian ketika hypnosis mampu dimanfaatkan
untuk mengatasi nyeri sekaligussebagai alat anastesi baik tunggal maupun dengan obat.

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, Remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja adalah
masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu
pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun mental. Sehingga
dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam tahapan berikut ini :
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)Pra remaja ini mempunyai masa yang
sangat pendek, kurang lebih hanya satu tahun. untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun
- 13 atau 14 tahun. Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena terlihat
tingkah laku yang cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi
antara anak dengan orang tua.
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya.
Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada
usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini, statusnya tidak jelas.
Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan dirinya, caranya lain
dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan
mempunyai energi yang besar. Ia berusaha memantapkana identitas diri, dan ingin
mencapai ketidaktergantungan emosional.

3
Pada tahun 1904, psikolog Amerika, G Stanly Hall menulis buku ilmiah pertama
tentang hakekat masa remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai masalah
“pergolakan dan stres” (strorm-and-stress). Hall mengatakan bahwa masa remaja
adalah merupakan masa-masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian
suasana hati dimana pikiran, perasaan, dan tindakan bergerak pada kisaran antara
kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan dan godaan, serta kegembiraan dan
kesedihan. Anak remaja mungkin nakal kepada teman sebayanya pada suatu saat
dan baik hati pada saat berikutnya, atau mungkin ia ingin dalam kesendiriannya,
tetapi beberapa detik kemudian ingin bersama-sama dengan sahabatnya.
Sebenarnya, hampir selama abad ke-20, remaja digambarkan sebagai sosok yang
abnormal dan menyimpang alih-alih sebagai sebagai sosok yang normal dan tidak
menyimpang inilah pertimbangan dari Hall mengenai badai dan stres. Gambaran
yang diberikan media mengenai remaja sebagai sosok yang memberontak, penuh
konflik, gemar ikut-ikutan mode, menyimpang, dan terpusat pada diri sendiri- Rebel
Withaut a Cause di akhir tahun 1950-an, dan Easy Rider di tahun 1960-an.

Pertimbangkan gambaran mengenai remaja yang stres dan terganggu di tahun Sixteen
Candle dan The Breakfast Club di tahun1980-an. Boyz N the Hood di tahun 1990-an.
Sebuah analisis pada liputan televisi lokal menemukan bahwa topik-topik yang paling
sering dilaporkan mengenai anak muda adalah topik-topik seputar kejahatan, kecelakaan,
kejahatan yang dilakukan oleh remaja, dimana berita itu hampir setengah (46%) dari semua
liputan anak muda. Selanjutnya, fase remaja didahului oleh timbulnya harga diri yang kuat,
ekspresi kegirangan, keberanian yang berlebihan. Karena itu mereka yang berada pada fase
ini cenderung membuat keributan, kegaduhan yang sering mengganggu. Tendens untuk
berada dalam suasana ribut dan berlebihan yang bersifat fisik, lebih banyak terdapat pada
anak laki-laki. Pada anak perempuan tendens yang serupa manifest dalam ekspresi judes,
mudah marah dan merajuk.

Kekuatan dan kehebatan fisik makin menjadi perhatian utama, sehingga banyak puber yang
menginginkan untuk menjadi bintang pembalap yang dipuja dan dihargai. Pada wanita
keinginan untuk mendapat penghargaan dan perhatian ini manifest dalam tendens dandanan
yang berlebihan. Mereka mudah terperosok dalam suasana persaingan. Itulah gambaran

4
remaja. Kembali pada fase ini remaja ambisinya meninggi, sering tidak realitis, dan
pemikirannya terlalu muluk. Sensifitasnya terhadap penilaian orang lain sangat meninggi,
sehingga ucapan-ucapnnya yang biasanya ’biasa’, pada fase tersebut menjadi terasa
menyakitkan atau menyedihkan. Mereka sangat benci bila dianggap sebagai anak-anak,
apalagi anak kecil. Namun, ada penelitian yang strereotip negatif mengenai remaja terlalu
dilebih-lebihkan. Dalam studi lintas budaya, Daniel Offer dan koleganya menemukan
bahwa pandangan semacam itu tidak memperoleh dukungan.
Para peneliti menilai citra diri dari remaja di seluruh dunia di Amerika, Australia,
Bangladesth, Hungaria, Israel, Italia, Jepang, Taiwan, Turki dan Jerman Barat menemukan
setidaknya 73 % dari para remaja tersebut memiliki ciri-ciri diri yang positif, para remaja
tersebut percaya diri dan optimis terhadap masa depannya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengalaman remaja di samarinda dalam menagatsi depresi dengan
menggunakan metode hipnoterapi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi tentang pengalaman
remaja dalam mengatasi depresi dengan menggunakan metode hipnoterapi
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi hasil metode hipnoterapi terhadap remaja di samarinda yang
mengalami depresi
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini agar dapat memberikan gambaran bahwa hipnoterapi bisa di
aplikasikan ke klien dengan masalah depresi
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi keperawatan
Sebagai bahan dalam menambah wawasan tentang Pengalaman Remaja Yang
menggunakan Metode Hipnoterapi Untuk Mengatasi Depresi Di Samarinda
b. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

5
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan oleh peneliti lain mengenai
Pengalaman Remaja Yang menggunakan Metode Hipnoterapi Untuk Mengatasi
Depresi Di Samarinda

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Depresi
a. Definisi Depresi
Depresi merupakan gangguan yang terjadi akibat peristiwa kehidupan yang
menimbulkan stres yang berkepanjangan (Qonitatin, Widyawati, & Asih, 2011).
Depresi yang muncul dapat menyebabkan turunnya produktifitas seseorang (Baskoro,
2010). Depresi dapat timbul pada semua orang tanpa batasan usia (Mardiya, 2011).
Usia remaja juga rentan terkena depresi. Hal ini terjadi karena pada masamasa remaja
banyak masalah yang muncul (Baskoro, 2010).

Menurut Beck (Steer, Ball, Ranieri, & Beck, 1999), depresi terbagi atas dua dimensi
besar yaitu dimensi kognitif dan dimensi non-kognitif. Kedua dimensi ini memiliki
simptom-simptom yang mencerminkan depresi. Dimensi kognitif memiliki simptom
antara lain kesedihan (sadness), pesimistik (pessimism), kesalahan masa lalu (past
failure), perasaan bersalah (guilty feelings), perasaan dihukum (punishment feeling),
ketidaksukaan pada diri (self-dislike), perasaan tidak puas akan diri sendiri
(selfcriticalness), keinginan bunuh diri (suicidal thoughts or wishes), dan perasaan tidak
berharga (worthlessness). Simptom yang termasuk dalam dimensi non-kognitif yaitu
yaitu loss of pleasure, menangis (crying), agitasi (agitation), kehilangan rasa
ketertarikan pada sesuatu (loss of interest), sulit mengambil keputusan (indecisiveness),
kehilangan energy (loss of energy), perubahan pola tidur (changes in sleeping pattern),
irritability, kehilangan nafsu makan (changes in appetite), kesulitan berkonsentrasi
(concentration difficulty), kelelahan (tiredness or fatigue) dan kehilangan ketertarikan
dalam sex (loss of interest in sex) (Grothe et al., 2005).

b. Penyebab Depresi
Usia remaja juga rentan terkena depresi. Hal ini terjadi karena pada masamasa remaja
banyak masalah yang muncul (Baskoro, 2010).

7
2. Definisi Hipnoterapi

Konsep Definisi Hipnoterapi

Hipnosis sudah menjadi bagian dari teknik pengobatan sejak 2 abad silam dan di
Amerika telah di terima sebagai bagian terapis medis tahun 1958. Di Indonesia stigma
negative atau pemahaman keliru hypnosis dan hypnotherapy masih banyak terjadi di
masyarakat baik awam maupun tenaga kesehatan professional. Banyaknya
pertunjukkan hypnosis yang di gunakan dan di kemas begitu professional di media
televisi Indonesia semakin memperkuat image buruk hypnosis sebagai ilmu magis dan
seolah membuat orang dalam pengaruh di luar nalar manusia dan keinginannya.

Sebenarnya dalam kehidupan secara normal dan alami manusia mengalami fenomena
hypnosis dimana minimal 2 kali setiap hari manusia yaitu sesaat sebelum tidur dan
sesudah bangun tidur. Dalam dunia kesehatan, hypnotherapy telah banyak di pelajari,
di teliti, dan di kembangkan untuk mengatasi masalah baik fisik, psikis, dam spiritual.
Dalam aplikasi di rumah sakit yang paling banyak menarik perhatian ketika hypnosis
mampu dimanfaatkan untuk mengatasi nyeri sekaligussebagai alat anastesi baik tunggal
maupun dengan obat.

3. Penatalaksanaan
Perilaku manusia dikendalikan oleh Pikiran sadar (conscious), Pikiran bawah sadar
(Subconscious)
Pikiran sadar / conscious (12 %)
mengidentifikasi informasi yang masuk, membandingkan, menganalisis, dan
memutuskan.
Pikiran bawah sadar / subconsious (88 %)
1. Terpisah dari pikiran sadar
2. Gudang penyimpanan informası
3. Potensi yang belum banyak digunakan
4. Sangat cerdas
5. Sangat sadar
6. Mengamati dan memberikan respons dengan jujur
8
7. Seperti anak kecil
8. Sumber Emosi
9. Bersifat Universal

Sadar Biasa Kondisi Hypnosis Tidur biasa


Conscius Subconcious

BETA ALFA THETA DELTA


24 - 14 Hz 14 - 7 Hz 7 - 3,5 Hz 3,5 Hz - 4,5 Hz
Non Sugestif Sugestif & Sangat Non sugestif
Sugestif

GELOMBANG OTAK MANUSIA


BETA → Paling banyak ditemukan saat seseorang dalam kondisi sadar, Beta juga dikenal
dengan gelombang pikiran sadar. Dihasilkan oleh oktifitas berpikir atau analitik. Dalam
kondisi ini seseorang dapat mempertimbangkan banyak hal dalamwaktu bersamaan Kisaran
frekuensinya antara 14 - 24 Hz. High Beta → Cemas / Panik.
ALFA → Gelombang otak saat kita rileks, melamun, atau berfantasi. Frekuensi alfa
melibatkan antara 7 - 14 Hz dan berfungsi sebagai jembatan penghubung antara pikiran
sadar dan pikiran bawah sadar / nirsadar. Alfa sangat penting karena membuat kita mampu
mewujudkan apa yang sedang terjadi dengan diri kita sendiri saat dalam kondisi meditasi
yang sangat dalam atau saat kita bermimpi.
THETA → Gelombang otak yang di hasilkan oleh pikiran bawah sadar. Theta muncul saat
kita bermimpi dan pada fase REM (rapid eye movemement). Gel Theta juga menunjukkan
level kedalaman meditasi atau khusyuk seseorang. Melalui gelombang theta kita
menciptakan dan mengalami hubungan spiritual yang paling kuat, paling dalam, dan
berkesan.
DELTA → Gelombang yang paling lambat dan rendah frekuensinyadan merupakan pikiran
nirsadar (unconscious). Pada orang tertentu gelombang delta mereka sangat aktif walaupun
mereka dalam kondisi bangun/sadar dan bertindak sebagai radar yang selalu melakukan
scanning. Kemampuan ini yang mendasari intuisi, empati, dan insting kita. Melalui delta
kita bias mengetahui kesejatian diri.

9
PRE INDUCTION
Ini adalah periode krusial sebelum masuk sesi hipnosis. Penting untuk mengetahui berbagai
informasi terkait klien dan salah satunya adalah tentang sugestifitas klien. Selalu lakukan
uji sugestifitas klien /subjek. Test bertujuan untuk mengetahui tingkat sugestifitas dan
menentukan tehnik yang akan digunakan untuk proses selanjutnya.
Test sugestifitas dapat dilakukan secara formal maupun secara tidak disadari oleh klien.
Contoh tehnik sugetifitas test,
1. eyelid fixation
2. rigid catalepsy
3. muskular training
4. locking hand
5. relaksasi

INDUCTION
Dalam tahap ini hypnotherapist membimbing klien menuju kondisi trance atau hypnosis
state. Dalam ukuran brain wave, klien dipandu untuk memasuki kondisi alfa atau teta
dengan tingkat kedalaman sesuai kebutuhan terapi.
Contoh tehnik induction,
1. flying hand
2. pendulum
3. relaksasi progressive
4. rapid induction
5. body rocking

Untuk mencapai tingkat sugestifitas yang tinggi atau frekuensi brainwave yang makin
rendah, maka dilakukan tehnik deepening.
Contoh tehnik deepening,
1. menghitung mundur
2. ingatan peristiwa
3. lift
4. turun tangga
5. tempat favorit

10
SUGESTION
Sugesti merupakan pengaruh atau informasi yang diberikan pada pikiran bawah sadar
seseorang dengan mempergunakan kata-kata atau situasi tertentu. Kemampuan
berkamunikasi nenjadi kunci utama.
Dalam hypnotherapy sugesti yang diberikan,
1. Simple
2. Permisif
3. Pacing –leading
4. Repetition
5. Client Languange Preference
6. Progresif

Dalam proses hypnotherapy, klien dibawa kepada sumber masalah, yang membuat diinya
merasa sakit atau tidak nyaman, lalu diselaraskan dengan tujuan utamanya. Dengan
mengetahui sumber masalahnya akan lebih mudah dalam mencari penyelesaiannya.
Apapun bentuk penyelesaiannya, penyelesaian tersebut adalah pilihan klien sendiri.
Hypnotherapist hanya memfasilitasi agar klien dapat mendapatkan penyelesaiannya.
Demikian pula untuk kasus kasus yang lain. Keberhasilannya menjadi lebih tinggi karena,
apapun solusinya, klien sendiri yang menginginkannya, klien sendiri yang mengetahui nilai
dasar yang diinginkannya. Oleh karena itu, seorang hypnotherapist akan sangat lebih baik
bila dapat memberikan pesan-pesan spiritual dalam memfasilitasi klien menemukan
penyelesaiannya.

TERMINATION
Setelah melakukan sugesti terapinya cukup, klien kembali dipandu untuk menuju kesadaran
semula. Yang perlu diperhatikan dalam memandu terminasi adalah,
1. lakukan secara perlahan
2. jangan tergesa-gesa
3. berikan afirmasi positi

11
POST HYPNOSTIC SUGESTION
Sebagaimana tujuan suatu edukasi yaitu perubahan perilaku, maka sugesti yang sudah
diberikan pada saat diharapkan menjadi nilai / pengalaman baru bagi klien sehinga
perilakunya akan dengan mudah berubah sesuai dengan nilai baru yang dimiliki. Bila hal
tersebut tercapai, maka kondisi ini disebut post hypnotic sugestion.

12
B. Kerangka Teori

Remaja yang mengalami masa

Hipnoterapi masa transisi cenderung


,mengalami depresi

Sistem interperonal
Sistem sosial
Komunikasi menggunakan media /
Pada remaja yang mengalami depresi alat sebagai sarana komunikasi
cenderung frustasi dan tidak mau
berkomunikasi secara verbal

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Fokus
pendekatan fenomenologi adalah memahami keunikan fenomena dunia kehidupan individu,
bahwa realitas dunia kehidupan masing-masing individu itu berbeda. Dalam hal ini adalah
respon-respon yang unik dan spesifik yang dialami tiap individu termaksud interaksinya
dengan orang lain. Ada empat tahapan dalam melaksanakan penelitian dengan pendekatan
fenomenologi, menurut (polit, 2017) yaitu sebagai berikut,
1. Bracketing, yaitu prose mensupresi, mengurung, atau menyimpan berbagai asumsi,
pengetahuan, dan keyakinan yang dimiliki peneliti tentang fenomena yang diteliti.
2. Intuiting, pada kegiatan ini peneliti secara utuh mengenali dan memahami fenomena
yang diteliti. Ketika melakukan intuiting, peneliti tidak diperbolehkan memberi
kecaman, evaluasi, opini, atau segala hal yang membuat peneliti kehilangan
konsentrasi terhadap data atau informasi yang sedang diceritakan para partisipannya.
3. Analyzing, peneliti megidentifikasi dan menganalisis data atau informasi yang
ditemukan. Kegiatan analisis ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu proses koding,
proses kategorisasi, proses tematik, dan menuliska pola hubungan antar tema
tersebut kedalam narasi untuk divalidasi dan dikenali kepada partisipan, kemudian
menuliskannya kedalam narasi akhir (hasil penelitian).
4. Describing, merupakan kegiatan akhir dari pengumpulan dan analisis data. Peneliti
menuliskan deskripsi atau interpretasinya dalam bentuk hasil-hasil temuan dan
pembahasannya dari fenomena yang diteliti untuk mengkomunikasikan hasil akhir
penelitiannya kepada pembaca dengan memberikan gambaran tertulis secara utuh
dari fenomena yang diteliti.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


1. Tempat : Samarinda
2. Waktu : 2020

C. Partisipan

14
Partisipan dari penelitian ini adalah klien yang memiliki pengalaman remaja yang
menggunakan metode hipnoterapi untuk mengatasi depresi. Pemilihan partisipan ini
menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah metode
pemeliharaan, partisipan yang dilakukan berdasarkan maksud dan tujuan :
1. klien yang mempunyai masalah depresi, akan melakukan hypnotherapy nursing yang
di pandu oleh hypnotherapist di Samarinda.
2. klien menyetujui sebagai partisipan dibuktikan dengan informed consent, sehingga
partisipan tidak merasa terpaksa selama mengikuti proses kegiatan penelitian.
Jumlah partisipan pada umumnya tidak ditentukan pada tahap usulan penelitian
karena partisipan yang diperlukan pada studi kualitatif disesuaikan dengan
ketercapaian kelengkapan informasi atau data yang diperlukan atau dengan kata lain
yang telah tercapai kejenuhan (satured) pada data yang telah diperlukan atau tidak
di dapatkan informasi baru (sitasi).

D. Intrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian atau alat penelitian adalah
penelitian itu sendiri, oleh karena itu peneliti harus divalidasi seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang seanjutnya akan langsung dilakukan dilapangan.
penelitian kualitatif sebagai human instrument, yang berfungsi menetapkan focus pada
penelitian, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisa data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya
(Dr.sugiyono, 2010)

Peneliti menggunakan sistem wawancara semi struktur dengan topic pertanyaan yang utama,
(1) bagaimana pengalaman klien mempunyai riwayat depresi, (2) bagaimana menurut klien
cara/proses untuk menghindari depresi ketika depresi sewaktu-waktu dating kembali.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif difokuskan pada jenis data dan prosedur untuk
mengumpulkan data tersebuat. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dilakukan
denagan wawancara secara mendalam (in-deph interview). Hasil pengumpulan data ini
berupa transkrip wawancara. Adapun langkah-langkah dalam proses pengumpulan data

15
yaitu; (1) Menentukan pertanyaaan yang akan dijawab dalam wawancara-wawancara
tersebut. Pertanyaaan ini bersifat terbuka, umum, dan bertujuan untuk memahami fenomena
sentral dalam penelitian, (2) mengidentifikasi mereka yang diwawancarai, yang dapat
menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan wawancara; (3) menentukan tipe wawancara
yang praktis dan dapat menghasilkan informasi yang berguna untuk menjawab pertanyaan,
dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara satu lawan satu; (4) menggunakan prosedur
perekaman yang memadai ketika melaksanakan wawancaraa satu lawan satu atau
wawancara; (5) merancang dan menggunakan protokol wawancara, atau penduan
wawancara; (6) menentukan lokasi wawancara, jika memungkinkan carilah lokasi yang
tenang dan bebas dari gangguan; (7) memastikan persetujuan dari sang partisipan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dengan mengisi formulir persetujuan; (8) selama
wawancara, gunakan prosedur wawancara yang baik. Tetaplah pada pertanyaan tersebut,
selesaikan wawancara dalam waktu yang sudah ditentukan, bersifat sopan, dan menghargai,
dan menyampaikan sedikit pertanyaaan dan saran.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data
wawancara. Wawancara merupakan metode yang paling sering digunakan pada penelitian
kualitatif, pendekatan studi fenomenologi, proses pengumpulan informasinya melibatkan
terutama wawancara yang mendalam atau in-depth interview yaitu proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan partisipan atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan
pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan partisipan terlibat didalam
kehidupan social yang relatif lama. Wawancara dalam penelitian ini untuk mengenai
pengalaman partisipan dalam melakukan tindakan mengatur pola diet yang sehat. Selama
proses wawancara dilaksanakan, setiap partisipan membutuhkan waktu rata-rata 45 menit.
Alat penunjang kegiatan penelitian ini, peneliti juga menggunakan tape recoder tipe IC
Recorder Qiuck Start Guide ICD-PX240 merk SONY, karena alat ini dapat dikalibrasi untuk
memastikan bahwa hasil yang didapatkan akurat dan konsisten

F. Proses Pengumpulan Data


1. Tahap persiapan
Setelah penelitian mendapatkan izin penelitian dari lahan penelitian, peneliti
mempersiapkan flayer untuk calon partisipan yang dibuat sebaik mungkin agar

16
menarik, sehingga calom partisipan tertarik secara mandiri untuk berpartisipasi
dalam penelitian ysng sksn dilakukan dan diharapkan dengan cara seperti ini
partisipan dapat memberikan informasi dengan terbuka dan tidak ada unsur
keterpaksaan sebagai partisipan dalam kegiatan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mulai melakukan proses wawancara mendalam dengan tiga
fase, yaitu; fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Fase orientasi, peneltian
mulai dengan menanyakan kesiapan partisipan dan setelah itu partisipan mengisi
lembar informed consent ata surat persetujuan menjadi partisipan, menciptakan
suasana yang nyaman dan peneliti menyimpan tape recoder. Fase kerja merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan pertanyaan semi struktur dan dalam
bentuk pertanyaan terbuka. Wawancara dengan pertanyaan terbuka memberikan
kebebasan dan keleluasaan yang besar dalam menjawab dibandingkan jenis
wawancara lain (SITASI Speziale, 2011). Peneliti menggunakan pedoman
wawancara untuk memandu peneliti dalam mengajukan pertanyaan. Dilakukan pada
setiap partisipan rata-rata 45 menit. Setiap selesai wawancara mengucapkan terima
kasih atas kerjasama yang baik dalam penelitian yang telah dilakukan.
3. Tahap terminasi
Tahap terminasi dilakukan dengan mengawali klarifikasi pertanyaan yang kurang
jelas kepada partisipan, kemudian melakukan validasi pada seluruh item pertanyaan
wawancara yang telah dijawab, memberikan kesempatan pada ppartisipan untuk
menyampaikan hal yang ingin disampaikan sebelum wawancara ditutup dan
diakhiri. Mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya telah menjadi
partisipan dalam penelitian ini.

G. Analisa Data
Tahapan proses analis data kualitatif terhadap beberapa model analisis. Salh satunya
mengggunakan model colaizzi. Alasan pemelihan metode analisa ini didasarkan pada
kesesuaian dengan filosofi Hussert, yaitu suatu penampakan fenomena partisipan realitas itu
sendiri tampak (SITASI M. Sofiyudin Dahlan, 2016). Fenomena ini tentang pengalaman
lansia yang mengalami hipertensi dengan mangatur pola diet yang sehat. Langkah-langkah
analisis data kualitatif dari colaizzi (1978) adalah sebagai berikut :

17
1. Mendeskripsikan fenomena yang diteliti, peneliti mencoba memahami fenomena
gambaran konsep penelitiannya dengan cara memperkaya informasi melalui studi
literature.
2. Mengumpulkan deskripsi fenomena melalui pendapat atau pernyataan dan
partisipan. Dalam hal ini peneliti melkukan wawancara dan menuliskannya dalam
bentuk naskah transkip untuk dapat mendeskripsikan gambaran konsep penelitian.
3. Membaca seluruh deskripsi fenomena yang telah disampaikan oleh semua
partisipan.
4. Membaca kembali transkip hasil wawancara dan mengutip pernyataan-pernyataan
yang bermakna dari semua partisipan. Setelah mampu memahami pengalaman
partisipan, peneliti membaca kembali transkip hasil wawancara, memilih
pernyataan-pernyataan dalam naskah transkip yang signifikan dan sesuai dengan
tujuan penelitian untuk menemukan unit analisis yang mengandung pernyataan-
pernyataan signifikan.
5. Menguraikan arti yang ada dalam pernyataan-pernyataan signifikan. Peneliti
membaca kembali unit analisis yang telah diidentifikasi dan mencoba menemukan
esensi atau makna dari koding untuk membentuk kategori
6. Mengorganisir kumpulan-kumpulan makna yang terumuskan kedalam kelompok
tema. Peneliti membaca seluruh kategori yang ada membandingkandan mencari
persamaan diantara kategori tersebut, dan pada akhirnya mengelompokkan kategori-
kategori yang serupa kedalam sub tema dan tema
7. Menuliskan deskripsi yang lengkap. Peneliti merangkai tema yang ditemukan
selama proses analisis data dan menuliskannya menjadi sebuah deskripsi dalam
bentuk benelitian
8. Menemui partisipan untuk melakukan validasi deskripsi hasil analisis. Peneliti
kembali kepada partisipan dan membacakan kisi-kisi hasil analisis tema. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah gambaran tema yang diperoleh sebagai hasil
penelitian sesuai dengan keadaan yang dialami partisipan
9. Menggabungkan data hasil validasi ke deskripsi hasil analisis. Peneliti menganalisis
kembali data yang diperoleh selama melakukan validasi kepada partisipan, untuk
ditambahkan ke dalam deskripsi akhir yang mendalam pada laporan penelitian
sehingga pembaca mampu memahami pengalaman partisipan.

18
H. Keabsahan Data
Penelitian metode kualitatif verifikasi/konfirmasi data dilakukan kepada partisipan
merupakan salah satu cara untuk menvalidasi dan memperoleh keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi Credibility, transferability, dependability, confirmability
1. Credibility merupakan berbagai aktifitas yang dapat meningkatkan kepercayaan
terhadap penemuan yang dicapai, credibility hasil penelitian ini dapat dicapai
melalui upaya penelitian dalam mengklarifikasi hasil-hasil temuan dari partisipan.
Peneliti dalam penelitian ini melakukan dengan cara merekam hasil wawancara dan
mendengar seacara berulang kali hasil wawancara tersebut. Hasil rekaman menjadi
bukti keabsahan data yang diteliti dan bukan merupakan hasil rekayasa peneliti.
Peneliti juga melakukan pendalaman kemampuan wawancara menggunakan 1-2
partisipan sebagai uji coba wawancara dengan pembimbing
2. Transferability merupakan cara membangun keteralihan untuk menilai keabsahan
data peneliti kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menguraikan secara rinci hasil
temuan yang diadapatkan dan kemudian dibuat penjelasan tentang hasil wawancara
dalam bentuk naatif yang menceritakan rekaman wawancara.
3. Dependability merupakan suatu kestabilan data atau proses penelitian dari waktu ke
waktu, untuk menalin keabsahan hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan
auditing (pemeriksaan) dengan melibatkan seseorang yang kompeten dibidangnya.
Pada penelitian ini peneliti melakukan kegiatan auditing (pemeriksaan) dengan
pembimbing penelitian
4. Confirmability merupakan uji objektivitas dari hasil suatu penelitian. Objektif atau
tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan
penemuan seseorang. Dapat diakatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif
sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang dapat dikatakan objektif. Jadi
objektifitas-subjektifitasnya suatu hal tergantung pada seseorang (SITASI Yati
Afiyanti, 2014)

I. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan hal yag sangat penting dalam pelaksanaan sebuah
penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia,

19
maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asaasi dalam
kegiatan penelitian
1. Benefience: Prinsip etik beneficence merupakan standar etik yang mengutamakan
kesejahteraan bagi partisipan. Penelitian bertujuan untuk memberikan manfaat bagi
partisipan paenelitian, dimana penjelasan lengkap tentang manfaat dan tujuan
penelitian untuk menggali pengalaman lansia yang mengalami hipertensi dengan
mengatur pola diet yang sehat, saat pertama kali menggunakan mengatur pola
makan yang diberikan oleh perawat., harus merasa nyaman dan bebas dari kerugian
fisik, psikologis, social dan financial (haem and discomfort), misalnya tida
memaksakan kehendak peneliti terkait dengan tempat dan waktu wawancara akan
dilakukan. Peneliti harus meminimalkan dampak yang dapat merugikan subjek
dalam penelitian (nonmaleficence) (SITASI Polit, 2017).

Dalam peneltian ini, ketika peneliti melakukan bina hubungan saling percaya
(BHSP) peneliti menjelaskan kembali mengenai penelitian yang akan dilakukan,
bahwa peneliti ini ingin meggali pengalaman lansia yang mengalami hipertensi
dengan mengatur pola diet yang sehat, saat pertama kali menggunakan mengatur
pola makan yang diberikan oleh perawat. Ketika partisipan melakukan kontrak
waktu peneliti memberikan kesempatan pada partisipan untuk menentukan tempat
dan waktu dilakukannya wawancara, sekali lagi hai ini dilakukan untuk memberikan
rasa nyaman dan bebas dari kerugian fisik, psikologis, sosial, maupun finansial.
2. Respect of human dignity
Prinsip etik respect for human dignity meeliputi hak otonomi (autonomy) seorang
pastisipan untuk menentukan sikap dan pilihan dalam menyampaikan pendapat dan
partisipasinya dalam penelitian. Peneliti meminta kesediaan partisipan untuk ikut
serta dalam penelitian dan mau mengungkapkan seluruh fenomena yang dialaminya
tanpa ada unsur keterpaksaan. Persetujuan partisipan dalam penelitian ini dinyatakan
secara tertulis berupa informed consent, yaitu lembar yang menerangkan dengan
singkat proses pelaksanaan penelitian, lamanya keterlibatan partisipan, dan hak
partisipan dalam peneltian yang telah lebih dulu diberikan pada partisipan sebelum
penelitian dilakukan.

20
Pada penelitian ini bentuk respect for human dignity tergambar pada P1, partisipan
tersebut meminta ijin untuk mengakhiri wawancara lebih awal dari kontrak waktu
yang seharusnya karena partisipan ingin menjalankan ibadah sholat magrib dan
mempersiapkan diri untuk berkerja shift malam. Selain P1, pada P6 juga diberikan
kesempatan untuk mengangkat telepon saat wawancara sedang berlangsung
kemudian kembali melanjutkan wawancara sampai dengan selesai.
3. Justice
Dalam prinsip ini partisipan diperlakukan sama, tanpa membedakan satu dengan
yang lainnya, baik strata social, etnis, budaya, suku dan agama. partisipan harus
diperlakukan adil baik sebelum, selama, dan sesudah keikutsertaannya dalam
penelitian tanpa adanaya diskriminasi apabila mereka tidak bersedia atau
dikeluarkan dari proses penelitian
4. Confidentiality
Dalam prinsip ini, peneliti harus menjamin kerahasiaan data dari pertisipan yang
telah disampaikan dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini, data akan
dimusnahkan sesuai kesepakatan dengan partisipan. Kemudian bukti dokumntasi
tidak akan menjadi konsumsi publik.

21
Daftar Pustaka

(Remaja & Permasalahannya, 2018)Anggawijaya, S. (2013). Hubungan antara Depresi dan


Prokratinasi Akademik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2), 1–12.
https://doi.org/10.1901/jeab.1987.48-117
Rakhmawati, R., Putra, K. R., Rizki, F., & Hardiyanto. (2014). Metode keperawatan komplementer
hipnoterapi untuk menurunkan efek stress pasca trauma tingkat sedang pada fase rehabilitasi.
Keperawatan, 5, 178–184.
Remaja, P., & Permasalahannya, D. A. N. (2018). No Title. 1(1), 116–133.
Yusuf, N. P. (2016). Hubungan Harga Diri dan Kesepian dengan Depresi pada Remaja. 2nd Psychology
& Humanity.
Zuhri, S. (2009). Pola Komunikasi Orang Tua Kandung terhadap Anak Remaja yang Mengalami
Depresi ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Remaja Yang
Mengalami Depresi ). 1(2), 80–93.
(Rakhmawati, Putra, Rizki, & Hardiyanto, 2014)(Yusuf, 2016)(Anggawijaya, 2013)(Zuhri, 2009)
Adi W. Gunawan. 2007, 2009. HYPNOTHERAPY : The Art of Subconscious Restructuring.
Gramedia Pustaka Utama

22

Anda mungkin juga menyukai