Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL AKUT PADA ANAK

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan
penurunan mendadak (dalam beberapa jam bahkan beberapa hari) laju filtrasi
glomerolus (LFG), disertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan
kreatinin) ( Sarwono, 2001).
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis
yang ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya hitungan
dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju
filtrasi glomerolus (LFG) yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin
serum meningkat sebanyak 0,5 mg/ dl/ hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak
10 mg/ dl/ hari dalam beberapa hari (Price & Wilson. 2005).

B. Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:
1. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status
penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran
gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi
jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, atau syok kardiogenik)
2. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat
benturan, dan infeksi serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus
akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar dan benturan
menyebabkan pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan
dari otot ketika cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemik atau keduanya.
Reaksi tranfusi yang parah juga menyebabkan gagal intrarenal, hemoglobin
dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati membran glomerulus dan
terkonsentrasi di tubulus ginjal menjadi faktor pencetus terbentuknya hemoglobin.
Penyebab lain adalah pemakaian obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID),
terutama pada pasien lansia. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara
normal melindungi aliran darah renal, menyebabkan iskemia ginjal.
3. Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal meningkat, akhirnya
laju filtrasi glomerulus meningkat. Meskipun patogenesis pasti dari gagal ginjal
akut dan oligoria belum diketahui, namun terdapat masalah mendasar yang
menjadi penyebab. Beberapa factor mungkin reversible jika diidentifikasi dan
ditangani secara tepat sebelum fungsi ginjal terganggu. Beberapa kondisi yang
menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal: (1)
hipovolemia; (2) hipotensi; (3) penurunan curah jantung dan gagal jantung
kongestif; (4) obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan
darah, atau batu ginjal dan (5) obstrusi vena atau arteri bilateral ginjal. ( Sarwono,
2001).

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari gagal ginjal akut:
1. Tanda awal: oliguria, azotemia, dan (jarang terjadi) anuria
2. Demam dan menggigil, yang mengindikasikan infeksi, komplikasi umum dari
gagal ginjal akut
3. Tanda selanjutnya: ketidak seimbangan elektrolit, asidosis metabolik, dan efek
berat lain saat pasien semakin uremik dan disfungsi ginjal mengganggu sistem
tubuh lainnya:
- Kardivaskular dari awal penyakit: hipertensi; selanjutnya: hipertensi,
aritmia, cairan berlebihan, gagal jantung, edema sistemik, anemia,
perubahan mekanisme penggumpalan
- Sistem saraf pusat (centran nervous system-CNS) sakit kepala, mengantuk,
iritabilitas, konfusi, neuropati periferal, sawan, koma
- Kutaneus: kekeringan, pruritus, pucat, purpura; beku uremik (jarang
terjadi)
- GI: anoreksia, mual, muntah, diare, atau konstipasi, stomatitis,
pendarahan, hematemesis, selaput lendir kering, napas uremik.
D. Pohon Masalah
E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Radiologi : ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat komplikasi
yang terjadi.
a. Foto polos abdomen : untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau
obstruksi). Dehidrasi dapat memperburuk keadaan ginjal, oleh karena itu
penderita diharapkan tidak puasa.
b. USG : untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) : untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini beresiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu. Misal :
DM, usia lanjut, dan nefropati asam urat.
d. Renogram : untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan.
e. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
2. EKG : untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
3. Biopsi ginjal
4. Pemeriksaan laboratorium yang umumnya menunjang kemungkinan adanya
GGA:
a. Darah: ureum, kreatinin, elektrolit serta osmolaritas
b. Urin: ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis.Laju Endap
Darah (LED) : meninggi oleh karena adanya anemia dan albuminemia.
c. Ureum dan kreatinin : meninggi.
d. Hiponatremia umumnya karena kelebihan cairan
e. Peninggian gula darah akibat gangguan metabolisme karbihidrat pada gagal
ginjal.
f. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun, HCO3 menurun, PCO2 menurun, semuanya disebabkan retensi
asam-asam organik pada gagal ginjal.
(Price & Wilson. 2005).
F. Penatalaksanaan
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki
abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal
ginjal akut. Hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada
gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI :
5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]),
secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan Penatalaksanaan keseimbanagan cairan
didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi
urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien.
Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses,
drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi
penggantia cairan. (Price & Wilson. 2005).
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan

Data dasar Pengkajian


1. Keadaan umum :
2. Identitas : nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit, sering BAK pada malam hari,
kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit predisposisi terjadinya GGA serta
kondisi pasca akut. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan pengunan
berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik. Kondisi yang terjadi
bersamaan : tumor sal kemih; sepsis gram negatif, trauma/cidera, perdarahan, DM,
gagal jantung/hati.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urinarius atau yang
lainnya.
4. Pola kebutuhan
a. Aktifitas dan istirahat :
gejala : Kelitihan kelemahan malaese
Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
b. Sirkulasi.
Tanda :
- Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat
kehamilan).Disritmia jantung.
- Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
- DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
- Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
- Pucat, kecenderungan perdarahan.
c. Eliminasi
Gejala :
- Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau
penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
- Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
- Abdomen kembung diare atau konstipasi
- Riwayat HPB, batu/kalkuli
Tanda :
- Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
- Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
d. Makanan/Cairan
Gejala :
- Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi)
- Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
- Penggunaan diuretik
Tanda :
- Perubahan turgor kulit/kelembaban.
- Edema (Umum, bagian bawah).
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur dan Kram otot/kejang, sindrom “kaki
Gelisah”.
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa, kemudian Kejang,
faskikulasi otot, aktifitas kejang.
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : nafas pendek
Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk
produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).

h. Keamanan
Gejala : adanya reaksi transfusi
Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
i. Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius,
malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik
penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator,
Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan
tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan ,
perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya tingkat
aktivitas
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perubahan mekanisme regulasi,
edema.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke jaringan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia

C. Rencana Keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa
NO
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Kerusakan integritas 1. Tissue Integrity : Skin and 1. Monitor keadaan kulit pasien
kulit berhubungan Mucous membranes 2. Jaga dengan cermat terhadap
dengan edema dan 2. Hemodyalis akses resiko terjadinya cedera termal
menurunnya tingkat akibat penggunaan kompres
aktivitas Setelah dilakukan asuhan hangat dengan suhu yang terlalu
keperawatan selama 3 x 24 tinggi dan akibat cidera panas
Definisi : jam diharapkan pasien yang tidak terasa ( bantalan
Perubahan/gangguan mampu memenuhi pemanasan, radiator )
epidermis dan/atau Kriteria hasil : 3. Mobilisasi pasien setiap dua jam
dermis. 1. Integritas kulit yang baik sekali
bisa dipertahankan 4. Anjurkan pasien untuk
Batasan 2. Tidak ada luka/lesi pada menggunakan kosmetik dan
Karakteristik : kulit preparat tabir surya
 Kerusakan lapisan 3. Perfusi jaringan baik 5. Kolaborasi dengan dokter dalam
kulit (dermis) 4. Menunjukan pemahaman pemberian obat anti histamine
 Gangguan dalam proses perbaikan dan salep kulit
permukaan kulit kulit dan mencegah
terjadinya cedera tulang
(epidermis 5. Mampu melindungi kulit
 Invasi struktur da mempertahankan
tubuh kelembaban kulit dan
perawatan alami
Faktor yang
berhubungan :
1. Eksternal
a. Zat kimia,
Radiasi
b. Usia yang
ekstrim
c. Kelembapan
d. Hipertermia,H
ipotermia
e. Faktor
mekanik
(mis,gaya
gunting)
f. Medikasi
g. Lembab
h. Imobilitasi
fisik
2. Internal
a. Perubahan
status cairan
perubahan
pigmentasi
b. Peru bahan
turgor
c. Faktor
perkembangan
d. Kondisi
ketidakseimba
ngan nutrisi
e. Penurun
imunologis
f. Penurunan
sirkulasi
g. Kondisi
gangguan
metabolik
h. Gangguan
sensasi
i. Tonjolan
tulang

2 Kelebihan volume 1. Pertahankan catatan intake dan


cairan berhubungan 1. Electrolit and acid base output yang akurat
dengan perubahan balance 2. Pasang urin kateter jika
mekanisme regulasi, 2. Fluid balance diperlukan
edema. 3. Hydration 3. Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN ,
Definisi : Setelah dilakukan asuhan Hmt , osmolalitas urin )
Peningkatan retensi keperawatan selama 3 x 24 4. Monitor vital sign
cairan isotonik jam diharapkan pasien 5. Monitor indikasi retensi /
mampu memenuhi kelebihan cairan (cracles, CVP ,
Batasan Kriteria Hasil: edema, distensi vena leher,
Karakteristik : 1. Terbebas dari edema, asites)
- Mekanisme efusi, anaskara 6. Kaji lokasi dan luas edema
pengaturan 2. Bunyi nafas bersih, tidak 7. Monitor masukan makanan /
melemah ada dyspneu/ortopneu cairan
- Asupan cairan 3. Terbebas dari distensi 8. Monitor status nutrisi
berlebihan vena jugularis, 9. Berikan diuretik sesuai interuksi
- Berat badan 4. Memelihara tekanan vena 10. Kolaborasi pemberian obat:
meningkat pada sentral, tekanan kapiler 11. Monitor berat badan
waktu yang singkat paru, output jantung dan 12. Monitor elektrolit
- Asupan berlebihan vital sign DBN 13. Monitor tanda dan gejala dari
dibanding output 5. Terbebas dari kelelahan, odema
- Distensi vena kecemasan atau bingung
jugularis
- Perubahan pada
pola nafas,
dyspnoe/sesak
nafas, orthopnoe,
suara nafas
abnormal (Rales
atau crakles), ,
pleural effusion
- Oliguria, azotemia
- Perubahan status
mental,
kegelisahan,
kecemasan

Faktor yang
berhubungan :
- Kehilangan cairan
aktif
- Kegagalan
mekanisme
regulasi

3 Ketidakefektifan 1. circulation status 1. Monitor adanya daerah tertentu


perfusi jaringan 2. tissue perfusion : cerebral yang hanya peka terhadap panas/
berhubungan dengan dingin/ tajam/ tumpul
kurangnya suplai Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor adanya paretese
oksigen ke jaringan keperawatan selama 3 x 24 3. Instruksikan keluarga untuk
jam diharapkan pasien mengobservasi kulit jika ada isi
Definisi : penurunan mampu memenuhi atau laserasi
sikulasi darah ke Kriteria Hasil : 4. Gunakan sarung tangan untuk
perifer yang dapat Mendemonstrasikan status proktesi
mengganggu sirkulasi yang di tandai 5. Batasi gerakan pada kepala, leher
kesehatan dengan : dan punggung
1. tekanan systole dan 6. Monitor kemampuan BAB
Batasan diastole dalam rentang 7. Kolaborasi pemberian analgetik
karakteristik : yang di harapkan 8. Monitor adanya tromboplebitis
- Tidak ada nadi 2. tidak ada ortostatik 9. Diskusikan mengenai penyebab
- Perubahan hipertensi perubahan sensari
fungsi motorik 3. tidak ada tanda-tanda
- Perubahan peningkatan tekanan
karakteristik intracranial (tidak lebih
kulit (warna, dari 15 mmHg)
elastisitas,
rambut, Mendemonstrasikan
kelembapan, kemampuan kognitif yang di
kuku, sensasi, tandai dengan :
suhu) 1. Berkomunikasi dengan
- Indek ankle- jelas dan sesuai dengan
brakhial <0,90 kemampuan
- Perubahan 2. Menunjukan perhatian,
tekanan darah konsentrasi dan orientasi
diekstremitas 3. Memproses informasi
- Waktu 4. Membuat keputusan
pengisian dengan benar
kapiler >3 detik menunjukan fungsi
- Klaudikasi sensori motori cranial
- Warna tidak yang utuh : tingkat
kembali kesadaran membaik,
ketungkai saat tidak ada gerakan-
tungkai gerakan involunter.
diturunkan
- Kelambatan
penyembuhan
luka perifer
- Penurunan nadi
- Edema
- Nyeri
ekstremitas
- Bruit femoral
- Pemendekan
jarak total yang
di tempuh
dalam uji
berjalan enam
menit
- Pemendekan
jarak bebas
nyeri yang di
tempuh dalam
uji berjalan
enam menit
- Perestesia
- Warna kulit
pucat saat
elevasi

Faktor yang
berhubungan :
- Kurang
pengetahuan
tentang faktor
pemberat(mis.,m
erokok, gaya
hidup monoton,
trauma, obesitas,
asupan garam,
imobilitas)
- Kurang
pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis.,
diabetes,
hiperlipidemia)
- Diabetes
mellitus
- Hipertensi
- Gaya hidup
monoton
- merokok

4 Ketidakseimbangan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari 1. Tentukan status Gizi Pasien dan
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan kemampuan gizi pasien untuk
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24jam memenuhi kebutuhan gizi.
anorexia diharapkan sesuai dengan 2. Identifikasi adanya alergi
Kriteria Hasil: makanan yang dimiliki pasien
1. Meningkatnya asupan gizi 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis
gizi pasien nutrisi yang dibutuhkan untuk
2. Meningkatnya asupan memenuhi persyaratan gizi.
makan pasien 4. Berikan pilihan makanan sambil
3. Meningkatnya asupan menawarkan bimbingan terhadap
cairan pasien pilihan makanan yang lebih sehat
4. Klien akan menunjukan
peningkatan intake
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek. Gloria, M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6. United


Kingdom: Elsevier.

Moorhead, Sue. Marion, J. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. United
Kingdom: Elsevier.

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015 –2017
Edisi 10. Jakarta: EGC.

Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
Sarwono. 2001. lamet. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke tiga. Jakarta : Balai
penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai