Hidrosefalus X
Hidrosefalus X
PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intrakranial
yang meningkat. Hal ini menyebabakan terjadinya pelebaran berbagai ruang
tempat mengalirnya liquor (Dewi, Lia & Vivian, 2010).
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran
cairan di dalam otak (cairan serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai
dengan dilatasi ventrikel serebra,biasanya terjadi secara sekunder terhadap
obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan
serebrospinal di dalam kranium,secara tipikal,ditandai dengan pembesaran
kepala,menonjolnya dahi,atrofi otak,deteriora mental,dan kejang-kejang
(Sudarti, 2010).
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakologi
Untuk mengurangi volume cairan serebrospinalis :
a. Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat
dinaikkan 25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)
b. Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis
2. Terapi
a. Terapi medikamentosa
Obat-obatan yang sering dipakai untuk terapi ini adalah:
1) Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis: Per oral, 2-3 x 125 mg/hari. Dosis
ini dapat ditingkatkan maksimal 1.200 mg/hari.
2) Furosemid
Cara pemberian dan dosis: Per oral 1,2 mg/kg BB 1x/hari
atau injeksi IV 0,6 mg/kg BB/hari. Bila tidak ada perubahan
setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.
b. Terapi pintas pemasangan shunting
Pemasangan shunting dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
2) Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh.
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna.
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis
superior.
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke bronkhus.
- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum.
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum.
b) Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum
Touhy secara intracutan (Nurarif & Kusuma, 2015)
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Alamat
6) Diagnosa medis
7) Sumber biaya
8) Identitas penanggung jawab
- Data Subjektif (Anamnesa)
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat
jelas.
2) Palpasi
- Ukur lingkar kepala: Kepala semakin membesar
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior
sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
- Akomodasi
- Gerakan bola mata
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
- Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
4) Gejala Kardinal
- Tekanan darah : adanya peningkatan sistole.
- Nadi : terjadi bradicardia.
- Pernapasan : adanya peningkatan frekuensi pernapasan.
d. Pemeriksaan Penunjang
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d. gangguan
pertumbuhan fisik (hidrosefalus).
2. Nyeri akut b.d. peningkatan tekanan intracranial.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia,
nausea, vomitus.
4. Hambatan mobilitas fisik.
5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d. gangguan aliran darah
ke otak akibat peningkatan TIK, ditandai dengan pelebaran sutura dan
vena diarea cerebral.
6. Risiko infeksi b.d luka post operasi (pemasangan VP Shunt)
7. Defisiensi pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
8. Ansietas b.d. ketakutan akan perkembangan anak selanjutnya
(NANDA, 2015)
H. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Keterlambatan pertumbuhan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 - Kaji faktor penyebab gangguan petumbuhan dan
dan perkembangan b.d. jam, diharapkan pasien pertumbuhan dan perkembangan anak.
gangguan pertumbuhan fisik perkembangan pasien kembali normal dengan kriteria - Berikan perawatan yang konsisten.
(hidrosefalus). hasil : - Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil.
- Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya. - Berikan instruksi secara berulang dan sederhana.
- Keluarga dan anka mempu menggunakan koping - Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai
terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan. anak.
- Adanya kematangan fisik. - Dorong anak melakukan perawatan diri sendiri.
- Status nutrisi seimbang. - Dorong anak melakukan sosialisasi dengan
lingkungan dan kelompok.
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
anak.
2. Nyeri akut b.d. peningkatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 - Monitor vital sign
tekanan intracranial. jam diharapkan pasien tidak lagi mengalami nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan kriteria hasil :
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi
- Mampu mengontrol nyeri, mampu mengguna-kan - Observasi reaksi non verbal dari ketidak-nyamanan
teknik farma-kologi untuk me-ngurangi nyeri.
- Kontrol ruanga yang dapat mem-pengaruhi nyeri
- Me-laporkan bahwa nyeri berkurang dengan seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
mengguna-kan manage-ment nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Mampu mengenali nyeri
- Konsultasikan dengan dokter mengenai terapi
- Menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang farmakologi yang tepat untuk meredakan nyeri