Anda di halaman 1dari 12

A.

PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intrakranial
yang meningkat. Hal ini menyebabakan terjadinya pelebaran berbagai ruang
tempat mengalirnya liquor (Dewi, Lia & Vivian, 2010).
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran
cairan di dalam otak (cairan serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai
dengan dilatasi ventrikel serebra,biasanya terjadi secara sekunder terhadap
obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan
serebrospinal di dalam kranium,secara tipikal,ditandai dengan pembesaran
kepala,menonjolnya dahi,atrofi otak,deteriora mental,dan kejang-kejang
(Sudarti, 2010).

B. TANDA DAN GEJALA


Menurut Wim de Jong (2005), manifestasi klinis dari hidrosefalus adalah
sebagai berikut :
1. Pembesaran tengkorak, hipotrofi otak.
2. Kelainan neurologi, berupa mata selalu mengarah ke bawah, gangguan
perkembangan motorik, gangguan penglihatan.
3. Terjadi penipisan korteks cerebrum yang permanen jika penimbunan cairan
dibiarkan.
4. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol.
5. Pada bayi yang suturanya masih terbuka, akan terlihat lingkar kepala fronto
osipital yang makin membesar, sutura yang meregang dengan fontanel
cembung.
Darsono (2005) mengemukakan tanda dan gejala hidrosefalus pada bayi dan
anak, yaitu sebagai berikut :
1. Bayi
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan
gejala :
a. Kepala makin membesar
b. Vena-vena kepala prominen
c. Ubun-ubun melebar dan tegang
d. Sutura melebar
e. “Cracked-pot sign”, yaitu bunyi seperti pot bunga yang retak atau buah
semangka pada perkusi kepala
f. Perkembangan motorik terlambat
g. Perkembangan mental terlambat
h. Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)
i. Nistagmus horisontal
j. “Sunset phenomena”, yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan
dan penipisan tulang tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris,
sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.
2. Anak
Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan
intrakranial:
- Muntah proyektil
- Nyeri kepala
- Kejang
- Kesadaran menurun
- Papiledema
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan fisik, yang terdiri dari :
a. Pengukuran lingkar kepala secara berkala
Pengukuran ini penting untuk melihat pembesaran kepala yang
progresif atau lebih dari normal. Pertumbuhan kepala normal terjadi
pada 3 bulan pertama. Lingkar kepala akan bertambah kira-kira 2 cm
setiap bulan. Pada 3 bulan berikutnya, penambahan akan berlangsung
lebih lambat.
Ukuran rata-rata lingkar kepala
Saat lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Umur 18 bulan 48,5 cm
Sumber : Wim de Jong (2005)
b. Transiluminasi kepala
Pada pemeriksaan ini, dapat menunjukkan adanya cairan abnormal
yang tertimbun di berbagai daerah di kepala.
2. CT Scan
Pemeriksaan CT scan bertujuan untuk mengetahui adanya pelebaran
ventrikel dan mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya.
3. EEG (Elektroensefalogram)
Pemeriksaan EEG dapat menunjukkan adanya pelebaran ventrikel
akibat dari hidrosefalus maupun perdarah intraventrikuler.
4. Isotope Ventriculograms
5. MRI (Nurarif & Kusuma, 2015).

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakologi
Untuk mengurangi volume cairan serebrospinalis :
a. Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat
dinaikkan 25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)
b. Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis
2. Terapi
a. Terapi medikamentosa
Obat-obatan yang sering dipakai untuk terapi ini adalah:
1) Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis: Per oral, 2-3 x 125 mg/hari. Dosis
ini dapat ditingkatkan maksimal 1.200 mg/hari.
2) Furosemid
Cara pemberian dan dosis: Per oral 1,2 mg/kg BB 1x/hari
atau injeksi IV 0,6 mg/kg BB/hari. Bila tidak ada perubahan
setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.
b. Terapi pintas pemasangan shunting
Pemasangan shunting dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
2) Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh.
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna.
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis
superior.
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke bronkhus.
- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum.
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum.
b) Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum
Touhy secara intracutan (Nurarif & Kusuma, 2015)
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Alamat
6) Diagnosa medis
7) Sumber biaya
8) Identitas penanggung jawab
- Data Subjektif (Anamnesa)
1) Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan


ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat
jelas.
2) Palpasi
- Ukur lingkar kepala: Kepala semakin membesar
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior
sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
- Akomodasi
- Gerakan bola mata
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
- Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
4) Gejala Kardinal
- Tekanan darah : adanya peningkatan sistole.
- Nadi : terjadi bradicardia.
- Pernapasan : adanya peningkatan frekuensi pernapasan.
d. Pemeriksaan Penunjang

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d. gangguan
pertumbuhan fisik (hidrosefalus).
2. Nyeri akut b.d. peningkatan tekanan intracranial.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia,
nausea, vomitus.
4. Hambatan mobilitas fisik.
5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d. gangguan aliran darah
ke otak akibat peningkatan TIK, ditandai dengan pelebaran sutura dan
vena diarea cerebral.
6. Risiko infeksi b.d luka post operasi (pemasangan VP Shunt)
7. Defisiensi pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
8. Ansietas b.d. ketakutan akan perkembangan anak selanjutnya
(NANDA, 2015)
H. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Keterlambatan pertumbuhan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 - Kaji faktor penyebab gangguan petumbuhan dan
dan perkembangan b.d. jam, diharapkan pasien pertumbuhan dan perkembangan anak.
gangguan pertumbuhan fisik perkembangan pasien kembali normal dengan kriteria - Berikan perawatan yang konsisten.
(hidrosefalus). hasil : - Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil.
- Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya. - Berikan instruksi secara berulang dan sederhana.
- Keluarga dan anka mempu menggunakan koping - Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai
terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan. anak.
- Adanya kematangan fisik. - Dorong anak melakukan perawatan diri sendiri.
- Status nutrisi seimbang. - Dorong anak melakukan sosialisasi dengan
lingkungan dan kelompok.
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
anak.
2. Nyeri akut b.d. peningkatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 - Monitor vital sign
tekanan intracranial. jam diharapkan pasien tidak lagi mengalami nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan kriteria hasil :
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi
- Mampu mengontrol nyeri, mampu mengguna-kan - Observasi reaksi non verbal dari ketidak-nyamanan
teknik farma-kologi untuk me-ngurangi nyeri.
- Kontrol ruanga yang dapat mem-pengaruhi nyeri
- Me-laporkan bahwa nyeri berkurang dengan seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
mengguna-kan manage-ment nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Mampu mengenali nyeri
- Konsultasikan dengan dokter mengenai terapi
- Menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang farmakologi yang tepat untuk meredakan nyeri

3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 Nutrition Management


kurang dari kebutuhan tubuh jam diharapkan nutrisi dapat dipenuhi sesuai - Kaji adanya alergi makanan.
b.d. anoreksia, nausea, kebutuhan, dengan kriteria hasil : - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
vomitus. - Adanya peningkatan berat badan sesuai umur. kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan. - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. Nutrition Monitoring
- Monitor BB pasien.
- Monitor adanya penurunan BB.
- Monitor mual dan muntah pasien.
- Monitor turgor kulit.
4. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 - Monitoring vital sigin sebelum dan sesudah latihan
jam, diharapkan pasien tidak mengalami hambatan fisik.
dalam mobilitas fisik dengan kriteria hasil : - Kaji respon pasien saat melakukan latihan fisik.
- Pasien mengalami peningkatan dalam aktivitas - Bantu pasien menggunakan tongkat saat berjalan
fisik. dan cegah adanya cidera.
- Pasien mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas. - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan - Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
kekuatan dan kemampuan dalam berpindah. secara mandiri sesuai dengan kemampuan pasien.
- Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi.
5. Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 - Monitor adanya paretese.
perfusi jaringan otak b.d. jam, diharapkan perfusi jaringan otak kembali normal - Instrusikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
gangguan aliran darah ke dengan kriteria hasil : terdapat lesi atau laserasi.
otak akibat dari peningkatan - Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal. - Batasi gerakan kepala, leher, dan punggung.
TIK, ditandai dengan - Tidak ada tanda-tanda peningkatan intracranial. - Monitor kemampuan BAB.
pelebaran sutura dan vena - Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai - Kolaborasi pemberian analgetik.
diarea cerebral. kemampuan. - Monitor adanya tromboplebitis.
- Dapat memproses informasi yang diterima.
6. Risiko infeksi b,d. luka post Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
operasi (pemasangan Vp jam, diharapkan tidak ada luka infeksi dengan kriteria - Pertahankan teknik isolasi.
Shunt). hasil : - Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan.
- Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi. - Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah - Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan
timbulnya infeksi. alat.
- Jumlah leukosit dalam batas normal. - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
7. Defisiensi pengetahuan b.d. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 - Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
kurangnya informasi tentang jam, diharapkan tidak terjadi defisiensi pengetahuan pasien tentang proses penyakit.
proses penyakit. dengan kriteria hasil : - Jelaskan patofisiologi dari penyakit yang diderita.
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pada penyakit.
pengobatan. - Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan dengan cara yang tepat.
prosedur yang dijelaskan secara benar. - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan oleh perawat.
8. Ansietas b.d. ketakutan akan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 Anxiety Reduction (Penurunan Kecemasan)
perkembangan anak jam diharapkan tidak terjadi kecemasan, dengan kriteria - Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress.
selanjutnya. hasil : - Temani pasien untuk mengurangi rasa takut dan
- Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan memberikan kenyamanan.
gejala cemas. - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
- Pasien mampu menunjukkan teknik untuk mengontrol kecemasan.
cemas. - Identifikasi tingkat kecemasan.
- Vital sign dalam batas normal. - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan ketakutan, dan persepsi.
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya - Instrusikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
kecemasan. - Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan
I. REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai