Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

SITI AZLINDA
NIM 16010136

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

1.1 Pengertian
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan
penurunan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya
aktivitas (Hidayat & Uliyah, 2011). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar
yang penuh ketenangan tanpa kegiatan, merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badan yang berbeda
(Wartonah & Tartowo, 2010). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh
atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Hidayat &
Uliyah, 2011). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun
yang berakibat badan menjadi lebih segar (Wartonah & Tartowo, 2010).

1.2 Kebutuhan Fisiologi Istirahat dan Tidur


Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain
siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu
kondisi siklus. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur
dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar
dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3
dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut,
tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh
dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi.
Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap
tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan
pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses
mental dan kesehatan emosi (Potter & Perry, 2005).
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung
beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini
ditandai dengan:
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang
otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan:
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus/detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus/detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan:
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25%
dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata: cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot: kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan: tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi: cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah: meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster: meningkat.
g) Metabolisme: meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak: EEG aktif.
i) Siklus tidur: Sulit dibangunkan.

1.3 Faktor Yang Mempengaruhi


1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat
tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
7. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan
saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika
(Mensupresi REM).
1.4 Masalah Istirahat Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu: gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di
malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Maslow, 2010)
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau
tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor
mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial
insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah
kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah
bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur
berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis
(mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada
siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata
yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara
sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan
Fromberz, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga
jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang
paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA
mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering
terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak (Mendez,
dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau
tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian
atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau
menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005).
Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak,
sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau
mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang,
setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan
terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila
disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

1.5 Konsep Keperawatan


1.5.1 Pengkajian
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan
antara pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Perawat memfokuskan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti:
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-
tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan
yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien,
kondisi ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.
Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit
keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama
kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.

3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual


a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
f. Berpakaian
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman
j. Komunikasi
k. Spiritual
l. Rekreasi
m. Bekerja
n. Pengetahuan atau belajar
4. Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien: Meliputi kesadaran, postur tubuh,
kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b. Gejala Kardial: Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik: Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala,
mata, hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan
ekstermitas.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam
memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.
5. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah
dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah
sakit.
6. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan
handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

1.5.2 Diagnosa Keperawatan


1. Insomnia
2. Gangguan pola tidur (T Heather Herdman, 2015)
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC DAN INDIKATOR SERTA SKOR URAIAN AKTIVITAS RENCANA
DAN KODE DIAGNOSA AWAL DAN SKOR TARGET TINDAKAN (NIC)
KEPERAWATAN
1 Gangguan pola tidur berhubungan Tujuan : Peningkatan tidur (1850)
dengan pola tidur tidak menyehatkan Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 2 x Aktivitas:
Kode diagnose 24 jam, gangguan pola tidur dapat teratasi 1. Monitor pola tidur dan catat kondisi
1. Tidur (0004) fisik
Kode Indikator SA ST 2. Anjurkan pasien untuk memantau
000423 Buang air kecil di malam 2 4 pola tidur
hari 3. Motivasi pasien untuk menetapkan
000425 Nyeri 2 4 rutinitas tidur
000408 Perasaan segar setelah 2 4 4. Ajarkan pasien bagaimana
bangun melakukan relaksasi otot
Keterangan 5. Anjurkan untuk tidur siang jika
1: sangat terganggu diindikasikan untuk memenuhi
2: banyak terganggu kebutuhan tidur
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2011). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.

Maslow, A. H. (2010). Motivation and Personality. Jakarta: Rajawali.

Potter, & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4. Jakarta: EGC.

T Heather Herdman, S. K. (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Wartonah, & Tartowo. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai