BAB 1
PENDAHULUAN
penting, tetapi bukan satu-satunya cara. Salah satu kelompok yang perlu
AIDS adalah keluarga (Dwiyanti dalam Hidayati,2014). Ibu sebagai anggota dari
data Kemenkes 90% bayi positif HIV di Indonesia tertular dari ibu yang terinfeksi
HIV (Mother to Child Transmission/ MTCT). Resiko penularan HIV AIDS pada
bayi dari Ibu ODHA dapat terjadi pada saat dalam kandungan, dilahirkan maupun
pemberian ASI (Kemenkes RI, 2013). Keluarga yang memiliki anggota keluarga
anggota keluarganya tentang media penularan HIV AIDS dan akibat sosial dari
penyakit HIV (Dwiyanti dalam Hidayati, 2014). Pemahaman keluarga tidak hanya
sebatas pada anggota keluarga yang positive HIV tetapi juga kemungkinan pada
bayi, apabila yang positive HIV adalah seorang perempuan usia subur. Informasi
yang harus dimiliki keluarga dengan perempuan usia subur yang positif HIV
meliputi informasi dasar HIV, perencanaan kehamilan, ARV pada ibu hamil,
perencanaan persalinan yang aman, profilaksis pada bayi dari Ibu ODHA serta
2
test HIV bagi bayi sesudah lahir (Kemenkes RI, 2013). Dukunga keluarga ODHA
dan partisipasi keluarga untuk melakukan tes HIV pada bayi dari ODHA, sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga ODHA tentang penyakit HIV AIDS yang
Sejak tahun 2000, Indonesia telah dikategorikan sebagai Negara dengan tingkat
epidemi HIV terkonsentrasi, karena prevalensi telah lebih dari 5% pada sub
desember 2016 mencapai 232.323 orang dan 2,2% dari jumlah tersebut berusia <
4 tahun, namun itu belum sepenuhnya menggambarkan total penderita HIV yang
belum memiliki kesadaran sehingga belum melakukan test HIV. Padahal test HIV
apalagi pada anak dari ODHA merupakan hal yang penting untuk perencanaan
perawatan pada anak sesuai dengan program Pencegahan Penularan dari Ibu ke
Anak (Ditjen P2P Kemenskes RI, 2016). Berdasarkan penelitian hidayati (2014)
memahami tentang penularan HIV, dan terdapat 2 anak dari ODHA di wilayah
Penyebab utama anak dari Ibu terinfeksi HIV tidak dilakukan tes HIV karena
keluarga tidak memahami tentang penularan HIV dari ibu ke anak. Keluarga
cenderung menganggap selama anaknya tidak ada gejala sakit berat maka tidak
3
tertular HIV (Kemenkes, 2013). Padahal untuk menegakkan diagnosis HIV pada
anak tidak hanya berdasarkan gejala klinis, tetapi melalui test laboratorium.
(Nursalam, 2007). Akibatnya apabila anak dari Ibu terinfeksi HIV tidak dilakukan
pemeriksaan/ tes HIV selain dapat memperlama terapi profilaksis juga membuat
perencanaan perawatan pada anak tidak sesuai dengan kebutuhannya karena anak
belum diketahui status HIV nya. Anak yang belum diketahui status HIV nya juga
beresiko menularkan virus kepada orang lain melalui cairan tubuh maupun luka
apabila yang merawat tidak merawat dengan benar karena tidak diketahuinya
Pada orang terinfeksi HIV sebelum, selama hamil maupun sudah melahirkan,
perencanaan kehamilan, ARV pada ibu hamil, perencanaan persalinan yang aman,
profilaksis pada anak dari Ibu ODHA serta test HIV bagi anak. Informasi tersebut
akan membantu Ibu dan keluarga dalam keputusan dan intervensi lanjutan seperti
profilaksis pada anak selama belum diketahui status HIV nya serta pemberian
ASI. Anak yang lahir dari Ibu terinfeksi HIV memerlukan terapi ARV selama 2
tersebut diketahui status HIV nya melalui tes. Maka Dukungan keluarga dalam
financial dan menyiapkan obat, serta dukungan informattif dalam bentuk saran
dan nasehat kepada ODHA tentang pengobatan maupun tes HIV bagi anak sangat
penyakit menular seksual; Be Faithful: setia pada pasangan (tidak jajan, tidak
yang steril. Pemerintah juga telah membuat program PMTCT (Prevention Mother
dari Ibu Ke Anak) dalam upaya mencegah penularan HIV dari Ibu ke Anak.
Indikator dalam program PPIA salah satunya adalah prosentasi bayi lahir dari Ibu
HIV dilakukan test HIV baik virologis dan atau serologis (Kemenkes RI, 2013).
Namun pelaksanaan kampanye ABCD dan PPIA tersebut masih terbatas pada
rehabilitasi sosial dan dukungan kepada ODHA dan lingkungan sosial untuk
Selain kampanye sosial ABCDE dan program PMTCT/ PPIA sebagai bentuk
ODHA. Hal ini sesuai dengan Teori HPM Nola J pender yang menyatakan bahwa
itu melalui penelitian ini diharapkan peneliti mendapatkan fakta tentang intervensi
5
pengetahuan tentang tes HIV Anak pada keluarga ODHA melalui pendekatan
teori Health Promotion Model Nola J Pender sehingga hasil penelitian bermanfaat
ODHA tentang penyakit HIV AIDS. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
pendekatan keluarga, agar keluarga bersedia melakukan tes HIV pada anak.
ODHA tentang Tes HIV anak pada keluarga ODHA melalui pendekatan teori
Tes HIV anak pada keluarga ODHA melalui pendekatan teori Health
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis:
1) Peneliti:
7
3) Institusi Pendidikan
4) Instansi Kesehatan:
5) Instansi Pemerintah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
HIV atau yang telah mulai menampakkan satu atau lebih gejala AIDS.
Rentang waktu dari seseorang terinfeksi sampai muncul gejala klinis bisa
telah terinfeksi HIV, harus dilakukan pemeriksaan atau tes HIV, yang biasa
mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering,
maupun urine pasien. Sebelum dan setelah melakukan tes HIV, seseorang
Nursalam, 2007) ODHA adalah Orang Dengan HIV/AIDS yaitu orang yang
yang didapat (bukan karena keturunan) tetapi disebabkan oleh virus HIV
10
tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi virus HIV. Sedangkan HIV
adalah singkatan dari Human Immuno Virus’ yang berarti virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini bisa terjadi karena HIV
terutama limfosit. Oleh karena HIV merusak sel-sel darah putih, lama
kelamaan sistem kekebalan tubuh manusia pun ambruk. Pada saat itulah
berbagai penyakit yang dibawa virus, kuman, bakteri dan lain-lain sangat
mudah menyerang seseorang yang sudah terinfeksi HIV. Jadi, HIV adalah
Kalau penderita HIV positif adalah seseorang yang tertular virus HIV,
nampak sehat tanpa gejala penyakit apapun, tetapi dapat menularkan virus
HIV kepada orang lain. Sedang penderita AIDS adalah seseorang yang
terinfeksi HIV, dan biasanya timbul antara 5-10 tahun setelah tertular HIV
(Maryunani, 2009).
Menurut (Maryunani, 2009) sebenarnya virus HIV itu tidak mudah menular
seperti penularan virus influenza karena virus HIV ini terdapat di dalam
darah, cairan sperma, cairan vagina dan sedikit dalam ASI pengidap
yang dilakukan secara vaginal, anal, dan oral. Hubungan oral adalah
ini, selama hubungan kelamin berlangsung, air mani, cairan vagina dan
kadang darah mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut.
dengan mikroskop) pada dinding vagina, kulit penis, dubur dan mulut
yang bisa menjadi jalan bagi virus HIV untuk masuk ke aliran darah
pasangannya.
Orang terjangkit HIV jika darah yang tercemar HIV masuk dalam darah
mereka, darah yang tercemar ini dapat masuk ke tubuh mereka melalui
tercemar. Darah yang tercemar ini dapat pula berasal dari suatu jarum
(jarum suntik, tindik, tato) atau pisau yang telah digunakan pada
digunakan. Penularan HIV dengan cara ini banyak sekali terjadi pada
3. Penularan dari ibu pengidap HIV kepada Bayi atau Anak mereka.
a. Selama kehamilan
10%.
b. Selama persalinan
ibu ke bayi terjadi pada saat persalinan. Hal ini disebabkan karena
dengan darah bayi. Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat pula
terjadi pada saat bayi terpapar oleh darah dan lendir ibu di jalan
1) Kulit bayi baru lahir masih sangat lemah dan lebih mudah
kehamilan.
cairan darah atau cairan tubuh atau melalui seks yang meliputi
tujuan komersial.
hubungan seksual).
dan kakus/WC.
Transmission)
vacum.
positif;
yang dikandungnya;
Reproduksi
tes HIV serta sarana kontrasepsi yang aman dan efektif untuk
fisik ibu HIV positif cukup baik, risiko penularan HIV dari
Positif ke Anak
kesehatan
anak
Keluarganya.
antara lain:
pengakhiran reproduksi.
Kemenkes, 2011).
darah, tes terdiri atas 2 jenis yaitu tes antibodi dan tes PCR RNA.
test, dan western blot. Kelemahan dalam test antibody adalah apabila
atau tidak. Layanan tes HIV untuk program PPIA dipromosikan dan
sesudah tes HIV. Di layanan Kesehatan Ibu dan Anak dan layanan
HIV.
kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat
27
berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tinggal dalam satu
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang berkumpul dan tinggal di satu atap dengan
Robert Maclver dan Charles Morton Page yang dikutip oleh Ali (2010)
tangga.
Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Ali (2010) membagi tipe
a. Nuclear family (keluarga inti) terdiri dari orang tua dan anak yang
dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan
c. Single parent family yaitu satu keluarga yang dikepalai oleh satu
bergantung kepadanya.
29
d. Nuclear dyed yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu
rumah.
g. Single adult living alone yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri
keluarga yaitu:
a. Fungsi biologis
b. Fungsi psikologis
30
c. Fungsi ekonomi
d. Fungsi perasaan
e. Fungsi agama
setelah dunia.
placement function)
kelangsungan keluarga.
function)
atau mencegah hal – hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan
atas:
a. Pengetahuan (knowledge)
1) Tahu (know)
sebelumnya.
2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi (aplication)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yaitu:
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
36
1) Persepsi (perception)
Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
3) Mekanisme (mecanism)
4) Adopsi (adoption)
(Notoatmodjo, 2011)
membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik pada
penyuluhan.
sasaran.
1) Kelompok Besar.
2) Kelompok Kecil
berhadap-hadapan.
metodediskusi kelompok.
39
d) Kelompok kecil-kecil.
diskusi kelompok.
masyarakat yang sifatnya massa atau publik, cara yang paling tepat
1) Ceramah umum
3) Simulasi
4) Sinetron
pelayanan kesehatan dari kuratif kearah promotif dan peventif ini telah
tentang Health Promotion Model atau model promosi kesehatan. Model ini
menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori
kognitif social (social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori
akan tetap digunakan dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu Hasil
Refleksi diri, berfikir tentang proses pikir seseorang dan secara aktif
memodifikasinya
hidupnya.
kesehatan.
melakukan tindakan.
bertindak
kesehatan.
promosi kesehatan.
tidak tersedia.
tindakan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, E. 2007. HIV AIDS and Family Support System. Journal of Family
Noursing Research. www.ncbi.nlm.nih.gov.pubmed.18185184. di akses 01
Juli 2016.
Brown, Scheid, Teresa. 2010. A Handbook for Study of Mental Health, Social Contet,
Theories, and System. Newyork: Cambridge University Perss.
Burns et al. 2008. Perempuan dan AIDS, Omi Intan Naomi (penerjemah), 2009.
Yogyakarta: InsistPress.
Butt.L,Morin J,Numbery G,Peyon I,Goo A.2010. Stigma dan HIV AIDS di Wilayah
Pegunungan Papua. Pusat Studi kependudukan Universitas Cenderawasih dan
University of Victoria: UNCEN. http//papuaweb.org di akses 23 Agustus 2016.
Chaplin, J. PO. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo persada
Nasronudin. 2014. HIV & AIDS Pendekatan Biologi, Molekuler, Klinis, dan Sosial.
Surabaya: Universitas Airlangga
Steubert, H.J & Carpenter, D.R. 2003. Qualitative Research In Nursing : Advancing
The Humanistic Imperative 3rd ed. Lippincott: Philadelphia