Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KELUARGA DENGAN RISIKO


TINGGI STROKE DI PADUKUHAN JARAKAN, TIRTOMARTANI
KALASAN, YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

ISROUL AZHAR
183203006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIII


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
KELUARGA DENGAN RISIKO TINGGI STROKE

A. Teori Keluarga
1. Definisi
Beberapa definisi keluarga menurut para ahli:
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. (Jhonsons dan Leny, 2010)
b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami
istri dan anaknya, atau ibu dan anaknya ( Suprayitno, 2008)
c. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,
2010).

2. Tipe-Tipe Keluarga
Macam-macam tipe keluarga menurut Jhonsons dan Leny (2010)
Ada beberapa tipe keluarga yakni:
a. Menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti,
keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga
yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah.
Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak
kandung ataupun anak adopsi.
b. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa ( ibu dan
ayah ) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan
kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua atau Keluarga
orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya
seseorang dilahirkan.
c. Selain itu terdapat juga Keluarga luas atau keluarga besar yang
ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.
Keluarga luas ini yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga
lainyang masih mempunyai hubungan darah meliputi hubungan
antara paman,bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Menurut Suprajitno (2008) Keluarga juga dibedakan menjadi keluarga
tradisional dan non tradisional.
a. Tradisional
1) Nuclear Family atau Keluarga Inti: Ayah, ibu, anak tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di
luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear: Pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami atau istri. Tinggal dalam
satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
3) Niddle Age atau Aging Cauple: Suami sebagai pencari uang,
istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan /
meniti karier.
4) Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear: Suami istri tanpa anak.
5) Single Parent: Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
6) Dual Carrier: Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa
anak.
7) Commuter Married: Suami istri / keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari
pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult: Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada
keinginan untuk kawin.
9) Extended Family: 1, 2, 3 generasi bersama dalam satu rumah
tangga.
10) Keluarga Usila: Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah
pisah.
b. Non Tradisional
1) Commune Family: Beberapa keluarga hidup bersama dalam
satu rumah, sumber yang sama, pengalaman yang sama.
2) Cohibing Coiple: Dua orang / satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa kawin.
3) Homosexual / Lesbian: Sama jenis hidup bersama sebagai
suami istri.
4) Institusional: Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti-panti.
5) Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak.

3. Ciri – Ciri Struktur Keluarga


Ciri-ciri struktur keluarga ada 3 yaitu:
a. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing -masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing - masing.

4. Fungsi dan Peran Keluarga


a. Fungsi keluarga menurut Jhonsons dan Leny (2010):
1) Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan
masa depan anak.
2) Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3) Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi
anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa
aman.
4) Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota
kelurga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5) Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala
keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini
dan kehidupan lain setelah dunia.
6) Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala kelurga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga,
7) Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara menonton TV
bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan
lainnya.
8) Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih
sayang, perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

b. Peran Keluarga menurut Jhonsons dan Leny (2010)


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

5. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Suprajitno (2008) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan, meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan
kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi,
dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga
sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mendesain atau
memodifikasi lingkungan agar keluarga dimana mereka bertempat
bisa menjaga dan meningkatkan status keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga. Tugas keluarga ini ditekankan pada pemilihan dan
pemanfaatan pelayanan fasilaitas kesehatan disekitar keluarga saat
ada keluarga yang sakit.

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010):
a. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan
1) Membina hubungan intim danmemuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
4) Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ;
keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.

b. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama


Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman
orang tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu
menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua
dapat tercapai.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah


Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak
lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga
maupun dengan masyarakat.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

d. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.
Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat
sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda
dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di
sekolah maupun di luar sekolah.

e. Keluarga dengan anak remaja


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang
dewasa.
Tugas perkembangan:
1) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang
tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul
konflik orang tua dan remaja.

f. Keluarga dengan anak dewasa


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini
tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut,
perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
4) Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain
sebagainya.

h. Keluarga usia lanjut


Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal
dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas
utama keluarga pada tahap ini.
KELUARGA DENGAN RISIKO TINGGI STROKE

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak
progresif cepat, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbukan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2011).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan suplay darah ke bagian otak (Brunner, 2010)
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu
serangan yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan
peredaran darah otak (Tarwoto, 2011).
Stroke infark adalah sumbatan yang terjadi di jaringan arteri
serebral setempat menyebabkan iskemik serebral sementara atau infark
akibat insufisiensi vaskular (Engram, 2011).

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Faktor Predisposisi
Menurut (mansjoer, 2011):
1. Infark otak (80%)
a. Emboli
1) Emboli kardiogenik
2) Fibrilasi atrium/ aritmia lain
3) Trombus mural ventrikel kiri
4) Penyakit katup mitral/aorta
5) Endokarditis (infeksi/non infeksi)
b. Emboli paradoksal (foramen ovale paten)
c. Emboli arkus aorta
d. Aterotrombotik
1) Penyakit ekstrakranial
a) Arteri karotis interna
b) Arteri vertebralis
2) Penyakit intrakranial
a) Arteri karotis interna
b) Arteri serebri media
c) Arteri basilaris
d) Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)
2. Perdarahan intraserebra (15%)
a. Malformasi arteri /vena
b. Angiopati amiloid
3. Perdarahan sub arakhnoid
4. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark/perdarahan)
a. Trombosisi sinus dura
b. Diseksi arteri karotis/vertebralis
c. Vaskulistis sistem syaraf pusat
d. Penyakit mova-mova (oklusi arteri besar intra kranial yang
progresif)
e. Kondisi hiperkongulasi
f. Penyalahgunaan obat, kelainan hematologis, miksoma atrium
Menurut (Brunner, 2010), stroke biasanya akibat dari salah satu kejadian:
1. Trombosis
2. Embolisme serebral
3. Iskemia
4. Hemoragik serebral
Faktor Presipitasi
1. Migrain
2. Hipertensi
3. Diabetes Mellitus
4. Kolesterol
5. Aterosklerosis
6. Gangguan jantung
7. Riwayat stroke dalam keluarga
8. Penyakit ginjal
9. Penyakit vaskuler perifer

C. KLASIFIKASI
Menurut (Engram, 2011) berdasarkan jenis dan lamanya gejala stroke
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Serangan iskemik sementara
2. Defisit neurologis iskemik dapat pulih (RND)
3. Stroke in evolution (SIE)
4. Complete stroke (CS)
Menurut (Tarwoto, 2011) berdasarkan klinik stroke dibagi menjadi:
a. Stroke hemorragik (SH)
Stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga ,menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak
dan merusaknya.
1) Hemoragik intraserebral
Pendarahan yang terjadi di dalam jaringan otak
2) Hemoragik subarakhnoid
Pendarahan yang terjadi pada ruang subarakhnoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak)
b. Stroke non hemorragik (SNH)
Terjadi karenatersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan
oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak.
1) Stroke trombotik:
Proses terbentuknya trombus hingga menjadi gumpalan
2) Stroke embolik:
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
3) Hipoperfusion sistemik:
Aliran darah ke seluruh bagian tubuh berkurang karena adanya
gangguan denyut jantung.

Berdasarkan perjalanan penyakit:


1. TIA (transient ischemic attack)
Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak dan
singkat akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan
kecepatan dan tingka penyembuhan bervariasi tapi biasanya 24 jam.
2. Stroke involution
3. Stroke complete
D. PATHWAY

Penyakit yang mendasari stroke


(alkohol, hiperkolesterol, merokok,
stress, depresi, kegemukan)

Aterosklerosis (elastisitas Pembentukan


Kepekatan darah meningkat
pembuluh darah menurun) thrombus

Obstruksi thrombus di otak

Penurunan darah ke otak Risiko


ketidakefektifan
perfusi jaringan
Hipoksia serebri otak

Infark jaringan otak

Kerusakan pusat gerakan Kelemahan pada nervus V,


motorik di lobus frontalis, VII, IX, X
hemiparase/hemiplegia

Hambatan Mobilitas Penurunan kemampuan otot


mobilitas menurun mengunyah/ menelan
fisik

Tirah baring
otak Gangguan Ketidakseimban
reflek menelan gan nutrisi
kurang dari
Risiko Defisit kebutuhan
kerusakan perawatan diri tubuh
integritas kulit

(Price, 2012)
E. PATOFISIOLOGI
Stroke infark disebabkan oleh trombosis (bekuan cairan di dalam
pembuluh darah otak) dan embolisme serebral (bekuan darah atau material
lain). Stroke infark yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disuatu atau
lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum dapat disebabkan oleh bekuan
(trombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh
organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas atau
mungkin terbentuk dalam suatu organ seperti jantung dan kemudian
dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Sumbatan di
arteri karotis interna sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di
pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Apabila
stenosis mencapai suatu tingkat kritis tertentu, maka meningkatnya
turbulensi disekitar penyumbatan akan menyebabkan penurunan tajam
kecepatan aliran darah ke otak akibatnya perfusi otak akan menurun dan
terjadi nekrosis jaringan otak (Tarwoto, 2011).
Infark pada jaringan otak dapat menyebabkan kelemahan pada
nervus V, VII, IX, X sehingga terjadi gangguan kemampuan otot untuk
menelan dan mengunyah. Selain itu, infark jaringan otak juga dapat
menyebabkan kerusakan pusat gerakan motorik di lobus frontalis sehingga
mengakibatkan kemampuan mobilitas menurun (Tarwoto, 2011).

F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Tarwoto (2011), yaitu:
1. Stroke Non Hemorragik
a. Defisit neurologis secara mendadak/ sub akut di dahului gejala
prodomal
b. Terjadinya pada waktu istirahat/bangun pagi
c. Kesadaran tidak menurun, tertapi bila emblus cukup besar
d. Biasanya terjadi pada usia >50 tahun
2. Manifestasi klinis stroke akut:
a. Kelumpuhan wajah/ anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu/lebih anggota badan
c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,
stupor/ koma)
d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, kesulitan
memahami ucapan)
e. Distaria (bicara pelo/ cadel)
f. Ganguan penglihatan (hemianopia/ monokuler) diplopia
g. Atoksia (trunkal/anggota badan)
h. Vertigo, mual, muntah/ nyeri kepala

G. KOMPLIKASI
Menurut (Brunner, 2010) yaitu:
1. Hipoksi serebral
2. Penuruna aliran darah serebral
3. Embolisme serebral
Komplikasi menurut (Nettina, 2011) adalah:
1. Aspirasi pneumonia
2. Kontraktur
3. Trombosisi vena dalam
4. Embolisme pulmonal
5. Defresi
6. Herniasi batang otak
Menurut (Laila, 2002 dalam Pudiastuti, 2011). Pada stroke berbaring lama
dapat menyebabkan masalah emosional dan fisik, diantaranya:
1. Bekuan darah
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkakan selain itu juga menyebabkan embolisme paru
yaitu sebuah bekuan yang terbentuk adalam satu arteri yang
mengalirkan darah ke paru.
2. Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi.
3. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumonia.
4. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Brunner, 2010) yaitu:
1. Fase akut dari stroke
a. Berlangsung 48-72 jam
b. Pertahankan jalan napas dan ventilasi yang adekuat
c. Baringkan pasien dalam posisi lateral / semi telungkup dengan
kepala tempat tidur sedikit ditinggikan
d. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik
e. Pantau terhadap komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis,
pneumonia)
f. Periksa jantung terhadap abnormalitas ukuran, iram dan tanda-
tanda gagal jantung kongestif
g. Farmakologi: Diuretik, antikoagulan, obat-obat anti platelet
Menurut (Engram, 2011) yaitu:
1. Farmakoterapi
a. Agen antihipertensi
b. Anti koagulan
c. Kortikosteroid
d. Asam amino kaproik
2. Pembedahan: Endarterektomi

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAAN
A. Identitas Klien
Usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan
stroke. Jenis kelamin laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita.
Ras kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
B. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi penurunan
kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit
kepala hebat bila masih sadar.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Stroke infark mendadak saat istirahat atau bangun pagi.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
mellitus, penyakit jantung (terutama aritmia), penggunaan obat-obatan
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obesitas. Adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penyalahgunaan obat (kokain).
E. Riwayat Kesehatan KeluargA
Adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus,
atau adanya riwayat stroke pada generasi terdahulu.
F. Riwayat Psikososial
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
Perubahan hubungan dan peran terjadi karena pasien kesulitan untuk
berkomunikasi akibat sulit berbicara. Rasa cemas dan takut akan
terjadinya kecacatan serta gangguan citra diri.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala: letih, lelah, malaise, perubahan kesadaran dan kehilangan
keseimbangan , sakit kepla yang hebat pada saat perubahaan postur
tubuh/ aktivitas, keterbatasan akibat keadaan
2. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi
Tanda: denyutan vaskuler, misalnya daerah temporal, pucat, wajah
tampak kemerahan.
3. Integritas Ego
Gejala: perasaan ketidakmampuan, keputusasaan,
ketidakberdayaan, depresi, peka rangsangan selama nyeri kepala,
faktor-faktor stress emosional/ lingkungan tertentu.
4. Makanan / Cairan
Gejala: makan makanan yang tinggi kandungan vasoaktifnya
misalnya kafein, coklat, daging, makanan berlemak, mual/muntah,
anoreksia, penurunan berat badan.
5. Neurosensori
Gejala: puisng, disorientasi, tidak mampu berkonsentrasi, riwayat
cedera kepala yang aru terjadi, trauma, infeksi. Intracranial,
kraniotomy, penurunan tingkat kesadaran, perubahan visual,
sensitif terhadap cahaya/ suara yang keras, kelemahan
progresif/paralisis satu sisi temporer.
Tanda: perubahan pola bicara/ proses fikir, mudah tersinggung,
peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papil
edema.
6. Nyeri / Kenyamanan
Karakteristik tergantung pada jenis sakit kepala.
Pascatraumatik: berat dan biasanya bersifat kronis, kontinue atau
itermitten, setempat atau umum, intensitas beragam, diperburuk
oleh gangguan emosional, perubahna posisi tubuh.
Tanda: nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, respon
emosional/perilaku tak terarah, gelisah.
7. Interaksi sosial:
Gejala: perubahan dalam tanggung jawab peran/ interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit.
H. Pengkajian B6
1. B1 (Breathing)
Perlu di kaji adanya :
Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan
refleks batuk, adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang,
auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor, catat jumlah dan
rama nafas.
2. B2 (Blood)
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan
tekanan darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan
jumlah nadi.
3. B3 (Brain)
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya pupil
unilateral, Observasi tingkat kesadaran.
4. B4 (Bladder)
Kaji adanya tanda-tanda inkontinensia urin.
5. B5 (Bowel)
Kaji adanya tanda-tanda inkontinensia alfi.
6. B6 (Bone)
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan. Tanda-tanda decubitus
karena tirah baring lama. Kekuatan otot.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
1. Pengertian :
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang
dapat mengganggu kesehatan.
2. Faktor risiko:
Aterosklerosis aortik, baru terjadi infark miokardium,
embolisme, hipertensi, stenosis mitral, terapi trombolitik, tumor
otak
B. Hambatan mobilitas fisik
1. Pengertian:
Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
2. Batasan karakteristik:
Dispnea setelah beraktivitas, gerakan lambat, gerakan tidak
terkoordinasi, keterbatasan rentang gerak, ketidaknyamanan,
penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus,
penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar.
3. Faktor Yang Berhubungan:
Ansietas, depresi, disuse, fisik tidak bugar, gangguan
muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, gaya hidup kurang
gerak, intoleran aktivitas.
C. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Pengertian:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic
2. Batasan karakteristik:
Kram abdomen, nyeri abdomen, menghindari makanan, berat
badan 20 % atau lebih dibawah berat badan ideal, kerapuhan
kapiler, diare, kehilangan rambut berlebihan, bising usus
hiperaktif, kurang makanan, kurang informasi, kurang minat
pada makanan, penurunan berat badan dengan asupan makanan
adekuat, kesalahan konsepsi, kesalahan informasi, membrane
mukosa pucat, ketidakmampuan memakan makanan, tonus otot
menurun, mengeluh gangguan sensasi rasa, cepat kenyang
setelah makan, sariawan rongga mulut, steatorea, kelemahan
otot pengunyah, kelemahan otot untuk menelan.
3. Faktor yang berhubungan:
Faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient, ketidakmampuan untuk mencerna
makanan, ketidakmampuan menelan mkanan, faktor psikologis
D. Defisit perawatan diri
1. Pengertian :
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas mandi, berpakaian, makan dan eliminasi secara
mandiri.
2. Batasan karakteristik:
Ketidakmampuan membasuh tubuh, ketidakmampuan
mengakses kamar mandi, ketidakmampuan melepaskan atribut
pakaian, ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian,
ketidakmampauan membuka wadah makanan,
ketidakmampuan memegang lat makan, ketidakmampuan
menyiapkan makanan untuk dimakan, ketidakmampuan
melakukan hygiene eliminasi secara komplit,
ketidakmampauan naik ke toilet.
3. Faktor Yang Berhubungan:
Ansietas, gangguan fungsi kognitif, gangguan muskuloskeletal,
gangguan neuromuskular, kelemahan, gangguan persepsi,
kendala lingkungan, nyeri.
E. Gangguan menelan
1. Pengertian:
Abnormalitas fungsi mekanisme menelan yang dikaitkan
dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus
2. Batasan karakteristik:
Ketidakmampuan membersihkan rongga mulut, makanan
terdorong keluar dari mulut, makanan terkumpul di sulkus
lateral, mengunyah tidak efisien, menolak makan,kesulitan
menelan, muntah, regurgitasi.
3. Faktor yang berhubungan:
Abnormalitas jalan napas atas, obstruksi mekanis, abnormalitas
laring, gangguan neurologis, paralisis serebral, penyakit refluks
gastroesofagus, obstruksi mekanis, riwayat makan dengan
slang, gangguan neuromuskular.
F. Risiko kerusakan integritas kulit
1. Pengertian:
Rentan mengalami kerusakan epidermis dan/ atau dermis yang
dapat mengganggu kesehatan.
2. Faktor risiko:
Cedera kimiawi (luka bakar, kapsaisin, metilen klorida), faktor
mekanik (daya gesek, tekanan, imobilitas fisik), gangguan
metabolisme, gangguan sirkulasi, usia ekstrem.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Risiko Setelah dilakukan tindakan Intracranial pressure (ICP)
ketidakefektifan keperawatan selama ...x24 monitoring
perfusi jaringan otak jam, diharapkan risiko 1. Monitor status
ketidakefektifan perfusi neurologi
jaringan otak dapat teratasi 2. Monitor intake dan
dengan kriteria hasil: output
Tissue perfusion: cerebral 3. Monitor suhu dan
1. Tekanan intrakranial jumlah leukosit
dalam batas normal 4. Atur pemberian agen
2. Tekanan sistol dan farmakologi untuk
diastol dalam batas memelihara tekanan
normal intrakranial
3. Tidak pusing
4. Tidak ada mual dan
muntah
5. Tidak terjadi pingsan
6. Tidak ada demam
Tidak terjadi penurunan
level kesadaran
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Exercise Therapy:
fisik keperawatan selama ...x24 Ambulation
jam, diharapkan hambatan 1. Monitor pasien
mobilitas fisik dapat teratasi menggunakan krek atau
dengan kriteria hasil: alat bantu jalan lainnya
Mobility 2. Terapkan / siapkan alat
1. Klien mampu bantu (tongkat, walker,
melakukan gerakan yang kursi roda) untuk
seimbangan berpindah, jika pasien
2. Klien mampu tidak goyah
melakuakn gerakan 3. Ajari pasien mengenai
terkoordinasi transfer keamanan dan
3. Terdapatpergerakan otot teknik berpindah
4. Terdapat pergerakan 4. Konsultasikan dengan
sendi terapi fisik mengenai
5. Klien mampu rencana berpindah, jika
melakukan mobilitas diperlukan.
fisik
6. Klien mampu
melakukan kinerja
transfer
7. Klien mampu berlari
8. Klien mampu melompat,
klien mampu berjalan
9. Klien mampu bergerak
dengan mudah

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition management


nutrisi kurang dari keperawatan selama ...x24 1. Monitor jumlah
kebutuhan tubuh jam, diharapkan nutrisi dan kandungan
ketidakseimbangan nutrisi kalori
kurang dari kebutuhan tubuh 2. Tentukan status
dapat teratasi dengan kriteria nutrisi dan
hasil: kemampuan untuk
Nutritional status memenuhi kebutuhan
1. Asupan nutrisi cukup nutrisinya
2. Asupan makanan 3. Berikan makanan
cukup yang sudah terpilih
3. Asupan minuman (sudah
cukup dikonsultasikan
4. Berat badan ideal dengan ahli gizi)
sesuai dengan tinggi 4. Anjurkan pasien
badan untuk meningkatakan
5. Energy cukup protein dan vitamin C
6. Tidak ada malnutrisi 5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
Nutritional status: food and menentukan jumlah
fluid intake kalori dan nutrisi yang
1. Asupan makanan dibutuhakan pasien
melalui oral cukup
2. Intake makanan tidak Nutritional monitoring
melalui selang 1. Monitor berat badan
3. Asupan minum pasien
melalui oral cukup 2. Monitor turgor kulit
4. Intake cairan melalui dan kemampuan
intravena cukup mobilitas
3. Monitor adanya mual
dan muntah
4. Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
5. Monitor kadar
albumin, protein total,
Hb, dan Ht
6. Tentukan pola makan
(makanan yang
disukai dan tidak
disukai , terlalu
banyak mengonsumsi
fast food)
4. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Self care assistance
keperawatan selama ...x24 1. Monitor kemampuan
jam, diharapkan defisit klien untuk perawatan
perawatan diri dapat teratasi diri secara mandiri
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kebutuhan
Self care status klien untuk alat-alat
1. Klien mampu mandi bantu kebersihan diri,
secara mandiri berpakaian, berhias,
2. Klien mampu toileting dan makan
berpakaian secara 3. Sediakan bantuan
mandiri sampai klien mampu
3. Klien mampu secara utuh untuk
menjangkau dan melakukan self care
toileting secara mandiri 4. Anjurkan klien untuk
4. Klien dapat memenuhi melakukan aktivitas
kebutuhan sehari-hari yang
peerawatannya secara noermal sesuai
mandiri kemmapuan yang
dimiliki
5. Anjurkan untuk
melakukan secara
mandiri, akan tetapi
beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya
6. Ajarkan klien/keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan batuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya
7. Berikan aktivitas rutin
sehari-hari sesuai
kemampuan
8. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari
5. Gangguan menelan Setelah dilakukan tindakan Swallowing therapy
keperawatan selama ...x24 1. Monitor tanda dan
jam, diharapkan gangguan gejala aspirasi
menelan dapat teratasi dengan 2. Monitor pergerakan
kriteria hasil: lidah pasien ketika
Swallowing status makan
1. Mampu mengunyah 3. Pandu pasien dengan
2. Ampu membersihkan hemiplegi untuk duudk
rongga mulut dengan tangan ditopang
3. Tidak tersedak di meja
4. Tidak ada peningkatan 4. Instruksikan pasien
usaha untuk menelan untuk tidak berbicara
5. Nyaman dalam menelan selama makan
5. Kolaborasikan dengan
terapis untuk
menginstruksikan
keluarga pasien
mengenai program
pengobatan latihan
menelan
6. Risiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan skin surveillance
integritas kulit keperawatan selama ...x24 1. Monitor warna dan
jam, diharapkan risiko suhu kulit
kerusakan integritas kulit 2. Monitor kulit terhadap
dapat teratasi dengan kriteria abrasi dan kemerahan
hasil: 3. Inspeksi kulit dan
Tissue integrity: skin and membran mukosa
mucous membrane terhadap kemerahan,
1. Temperature kulit edema, panas yang
normal ekstrem
2. Kulit elastis 4. Gunakan pengkajian
3. Hidrasi normal untuk
4. Integritas kulit baik mengidentifikasi
5. Tidak ada lesi pada kulit pasien terhadap risiko
6. Tidak ada lesi pada kerusakan kulit
membrane mukosa 5. Instruksikan keluarga
7. Tidak ada jaringan parut tentang tanda
8. Tidak ada nekrosis kerusakan kulit
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. Gloria, et al. (Eds). (2013). Nursing Intervensions Classifications


Sixth Edition. The United State: Mosby Elsevier Inc.
Engram, Barbara. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Friedman,M. Marilyn. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta:
EGC.
Harrison. (2012). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. (Eds). (2015). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions and Classifications 2012-2014.Oxford: Wiley Blackwell
Jhonson & Leny. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mansjoer, A, dkk. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Moorhead, Sue et al. (Eds). (2011). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition. The United State: Mosby Elsevier Inc.
Nettina, M., Sandra. (2011). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC
Price, Sylvia. A., Wilson, Lorraine. M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha
Medika
Suddarth dan Brunner. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Suprajitno. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek.
Jakarta: EGC
Tarwoto. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai