Anda di halaman 1dari 11

1000 AKSARA UNTUK WARMORI

(PEMBERANTASAN BUTA AKSARA MELALUI KEGIATAN KELAS BINAAN SD


INPRES 08 ORANSBARI DI WARMORI)

Artikel dibuat dan diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti


Simposium GTK Nasional tahun 2016

Oleh:
Irawati,S.Pd.Gr.

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN

SD INPRES 08 ORANSBARI
2016
Pengantar
Pendidikan merupakan hak asasi setiap manusia, Pemerintah telah
mengamanahkan hal ini dalam UUD Tahun 1945 pada pasal 31 yang berbunyi
bahwa setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan. Kemudian hal ini
pun telah dibahas lebih lanjut dalam UU Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003 pasal 5 ayat 1 yaitu :”setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritiual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003). Dimana
dijelaskan pula bahwa Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu dan tentu saja tujuan dari pendidikan
itu secara umum adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar tujuan pendidikan itu
sendiri tercapai diantaranya menyediakan jalur pendidikan dari berbagai jenjang
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, memberikan pelatihan kepada
tenaga pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mereka demi
tercapainya mutu pendidikan yang sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian
pada kondisi daerah yang berkategori 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal),
Pemerintah telah mendistribusikan Sarjana Mendidik di 3T (SM-3T) dan juga Guru
Garis Depan (GGD). Berbagai upaya tersebut merupakan salah satu cara untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa kita. Namun, pada kenyataannya masih
terdapat masalah pada dunia pendidikan yang menghambat tercapainya tujuan
tersebut, yaitu belum meratanya akses pendidikan utamanya di daerah 3T.
Faktor penghambat dalam mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa tersebut adalah masih terdapatnya peserta didik / anak usia wajib belajar
yang buta aksara (tidak mengenal huruf dan angka sama sekali). Hal ini
dikarenakan tidak adanya fasilitas pendidikan yang mereka peroleh yang
dipengaruhi oleh factor lingkungang tempat tinggal mereka yang terbilang
kesulitan mengakses pendidikan karena jarak tempat tinggal yang jauh dari
sekolah dan kurangnya pemahaman orang tua untuk mengejar pendidikan yang
dibatasi jarak. Salah satu kampung yang mengalami kondisi tersebut adalah
Kampung Warmori yang terletak di Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat.
Kampung Warmori berada di pinggir gunung Bembap yang merupakan
perbatasan antara distrik Oransbari dan distrik Ransiki. Jarak waktu yang
ditempuh dari kota Manokwari adalah selama 2 stengah jam, sedangkan dari
Sidomulyo (distrik Oransbari ) memerlukan waktu selama kurang lebih 25 menit.
Di kampong ini terdapat 16 Kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai
petani nomaden (tidak menetap). Karena letak perkampungannya yang berada di
sepanjang jalan menuju Ransiki (Ibukota kabupaten Manokwari Selatan), maka
setiap saat orang-orang yang melewati perkampungan tersebut terlebih lagi
Penulis dapat melihat aktivitas keseharian warga kampung termasuk anak usia
sekolah yang hanya bermain-main di pinggir jalan pada saat jam sekolah
berlangsung.
Melihat kenyataan tersebut, Penulis yang merupakan alumni PPG SM-3T
dan berprofesi sebagai guru honor di SD Inpres 08 Oransbari bersama-sama
Kepala Sekolah dan beberapa rekan guru tergerak hatinya untuk melakukan
perubahan bagi mereka di Kampung Warmori. Penulis menyadari bahwa untuk
mencapai sebuah tujuan bersama diperlukan kerjasama dari berbagai pihak,
utamanya dalam mencapai keberhasilan dibutuhkan sebuah tindakan nyata. Oleh
karena itu, setelah berdiskusi dengan rekan-rekan guru dan Penulis, maka Kepala
SD Inpres 08 Oransbari, yaitu Bapak Yostarra Mangende menemui Kepala
Kampung Warmori untuk membicarakan tentang maksud dan tujuannya terkait
kondisi anak usia wajib belajar di kampung tersebut. Bapak Y.T Mangende yang
sering memberikan pelayanan ibadah di kampung Warmori memperoleh respon
positif dari Kepala Kampung dan para warga terlebih anak-anaknya. Berdasarkan
data yang diperoleh dari kepala kampung bahwa terdapat 26 anak usia wajib
belajar yang tidak mengenyam pendidikan sehingga secara otomatis seluruh anak
tersebut adalah tergolong ‘Buta Aksara’.
Dari hasil pembicaraan yang diperoleh tersebut, maka Bapak Y.T.
Mangende selaku kepala sekolah memutuskan untuk melakukan sebuah Kelas
Binaan yang diperuntukkan bagi anak Buta Aksara di Warmori dengan melakukan
kunjungan setiap hari Senin sampai dengan Kamis dan kegiatan pembelajarannya
berlangsung selama 2 jam. Dalam kunjungan tersebut, Penulis ditugasi sebagai
koordinator oleh Kepala Sekolah. Beliau pun menugaskan dua orang guru setiap
hari yang bergantian dengan guru-guru lain untuk mengajarkan mereka Aksara.
Pada awal kunjungan, kenyataan memang masih sangat jauh dari harapan.
Hal ini ditandai dengan jumlah anak yang hadir hanya 5 orang saja dari 26 orang
yang tercatat. Dimana, sebagian besar jumlah yang tidak hadir dikarenakan
mengikuti orang tuanya ke lading ataupun ke hutan dan sebagian yang lainnya da
di rumah namun belum tergerak hatinya untuk datang belajar dan bergabung
dalam kelas binaan tersebut. Namun, Penulis tak patah semangat karena Marwah
SM-3T telah terpatri di dalam hatinya, begitupula dengan kepala sekolah dan
rekan guru yang lain, mereka memiliki jiwa pantang menyerah dan terpanggilan
untuk memberantas ‘Buta Aksara’ di Kampung Warmori.
Dan sungguh suatu perkembangan yang menggembirakan karena dalam
rentang waktu 4 (empat) bulan, apa yang menjadi tujuan bersama dapat tercapai
dengan hasil yang lumayan baik yaitu pemberantasan Buta Aksara bukan hanya
pada anak-anak namun juga pada beberapa ibu di kampung Warmori dapat
berlangsung dengan baik.

Masalah
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk memeroleh pendidikan
seperti yang tercantum pada amandemen UUD 1945 dalam pasal 31 ayat 1 dan 2.
Namun, kesempatan mendapat pendidikan ternyata tidak didapat masyarakat
Indonesia secara merata, khususnya masyarakat miskin dan masyarakat di
daerah terpencil. Dalam realitasnya, sampai saat ini dunia pendidikan kita juga
masih dihadapkan pada tantangan besar untuk mencerdaskan anak bangsa.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara dengan wilayah
yang sangat luas dan memiliki daerah yang dikategorikan 3T (Terdepan, Terluar
dan Tertinggal). Istilah‘Terdepan’ digunakan pada daerah yang wilayahnya
berbatasan dengan negara tetangga, sedangkan wilayah ’Terluar’ adalah daerah
yang lokasinya terpencil dan jauh dari perkotaan dan untuk kata ‘Tertinggal’
karena daerah tersebut betul-betul masih jauh tertinggal dengan wilayah lain di
NKRI tercinta kita dalam segala aspek seperti akses transportasi, komunikasi,
penerangan dan utamanya pendidikan. Adapun daerah 3T yang dimaksud
diantaranya terletak di wilayah Aceh, NTT, Papua dan Papua Barat.
Permasalahan saat ini yang paling krusial dan sedang dihadapi oleh daerah
3T tersebut adalah di bidang pendidikan. Permasalahan pendidikan yang dihadapi
di daerah 3T antara lain adalah permasalahan pendidik, yaitu kurangnya guru,
distribusi guru yang tidak seimbang (umbalanced distribution), kualifikasi guru di
bawah standar (disparitas kualitas), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi
pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched). Tingginya angka putus
sekolah dan rendahnya angka partisipasi sekolah merupakan permasalahan lain
dalam penyelenggaraan pendidikan yang juga menjadi faktor penyebab
pendidikan di daerah terpencil menjadi terkesan tertinggal
(http://dikti.go.id.2011.).
Oleh sebab itu pendidikan di Indonesia utamanya di daerah yang termasuk
kategori 3T harus segera dibenahi agar negara kita tidak semakin tertinggal. Kita
membutuhkan sumber daya manusua (SDM) yang berkualitas untuk
memeratakan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan bila
fasilitas, sarana dan prasarana untuk mendapat pendidikan bagi masyarakat
sudah memadai. Seperti yang kita ketahui, sekolah-sekolah di kota besar sudah
cukup baik dari segi fasilitas, sarana, sampai tenaga pengajarnya bahkan tak
jarang yang sudah bertaraf internasional. Sementara sekolah-sekolah yang ada di
daerah terpencil kondisinya sangat memprihatinkan bahkan terkadang tempat
yang digunakan untuk belajar tak layak disebut sekolah. Bahkan para orang tua di
daerah 3T khususnya di kampung Warmori kabupaten Manokwari, Selatan, Papua
Barat) bersikap apatis untuk menyekolahkan anak-anak mereka dikarenakan lebih
memilih anaknya rajin ke kebun untuk bercocok tanam ataupun ke hutan untuk
berburu. Minat anak untuk bersekolah pun sangatlah kurang. Mereka berpendapat
bahwa walaupun anaknya ke sekolah toh tidak akan belajar dengan baik karena
tidak ada guru yang akan mengajar mereka, begitupula jarak tempuh yang
terbilang cukup jauh dari rumah ke sekolah sehingga sangat kasihan jika anak-
anak kecil harus berjalan kaki jauh untuk bersekolah walaupun ada 6 (enam)
orang anak yang mengenyam pendidikan di Kampung Muari dan Margomulyo.
Permasalahan yang timbul ini mengakibatkan Buta Aksara pada anak-anak
di kampung Warmori. Buta Aksara akan mengakibatkan kebodohan sepanjang
hayat dan ini berarti bahwa tujuan nasional pendidikan kita untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa tidak akan tercapai. Tentu saja sebagai pendidik, maka hati kita
harus terpanggil untuk memberikan kontribusi dalam upaya mencapai tujuan
bersama tersebut.
Berangkat dari permasalahan dan data yang ada, maka dilakukan sebuah
tindakan untuk memberantas Buta Aksara di kampung Warmori melalui program
Kelas Binaan yang dilakukan setiap hari Senin hingga hari Kamis. Kemudian
menarik bagi Penulis untuk membuat sebuah program yang bertujuan untuk
memberantas Buta Aksara di kampung Warmori melalui “1000 Aksara untuk
Warmori’ yang diharapkan Penulis akan adanya pemberantasan buta aksara bagi
anak-anak dan ibu di kampung Warmori dan lebih dari itu timbulnya kesadaran
dari seluruh warga di kampung Warmori untuk mengenyam pendidikan.

Pembahasan dan Solusi


1. Pembahasan
a. Pemberantasan Buta Aksara
Aksara adalah angka ataupun huruf (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Buta aksara adalah ketidakmampuan seseorang mengenal
abjad dan angka sehingga berakibat tidak bisa membaca.
Pemberantasan berasal dari kata dasar ‘berantas’ yang artinya
ditiadakan atau dihilangkan. Pemberantasan buta aksara bisa berarti
pengentasan ketidakmampuan seseorang mengenal abdjad dan angka
agar bisa merangkainya menjadi sebuah kata dan kalimat kemudian
dapat mengeluarkan bunyi yang bermakna.
b. 1000 Aksara
1000 adalah sejumlah huruf dan rangkaian kaa yang merupakan
target awal untuk memberantas buta aksara di Warmori. Penulis
memperkenalkan huruf sebanyak 15 suku kata perhari selama empat
bulan. Dengan 100 aksara pesera didik binaan di Warmori dapat
mengenal aksara dan akhirnya bisa membaca.

c. Peserta Didik Binaan di Warmori


Peserta didik yang mengikuti kelas binaan adalah warga kampung
Warmori. Peserta didik menurut UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. Peserta didik yang dimaksud terdiri dari anak
usia wajib belajar dan beberapa orang ibu mereka. Peserta didik ini
terdiri dari 23 orang, dimana ada 6 orang laki-laki dan 18 orang
perempuan serta 3 orang ibu yang selalu bersemangat dalam kegiatan
pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran (disaat Peserta Didik mengenal huruf
dan juga membaca), Penulis dan rekan-rekan memberikan buku
berjenjang sebagai materi pembelajaran yang menyenangkan. Peserta
Didik diajak bernyanyi, belajar sambil bermain sehingga mereka tidak
merasa terpaksa disaat belajar. Mereka pun betah belajar bahkan
seakan-akan tidak ingin mengakhiri pembelajaran.

2. Solusi
a. Tahapan Pelaksanaan Ide Program
Pada awal pelaksanaan, yaitu pada bulan Juli 2016 dilakukan
pendataan awal tentang anak usia wajib belajar di Warmori yang tidak
bersekolah dan diperoleh data sebanyak 20 orang anak kemudian pada
Minggu ketiga Juli dimulai pembelajaran yang ternyata peserta didiknya
bertambah menjadi 26 orang ( 23 anak usia wajib sekolah dan 3 orang
ibu dari peserta didik). Penulis dan rekan melakukan kegiatan
pembelajaran selama 4 hari dalam seminggu yaitu setiap hari Senin
hingga Kamis dan dimulai dari pukul 07.30 hingga pukul 09.30 WIT.
Pada saat perkenalan huruf, mereka sama sekali belum mengenal
huruf dan angka sehingga Penulis bersama rekan memperkenalkan
cara menuliskan dari awal (bentuk lengkung dan lurus). Pada hari
pertama Penulis hanya memberikan cara penulisan tersebut saja.
Kemudian selanjutnya mulai memperkenalkan suku kata perhari
sebanyak 15 suku kata dan juga angka.
Pada bulan kedua, peserta didik sudah mengenal abjad dan
merangkainya menjadi kata. Bahkan sebanyak 4 orang peserta didik
sudah dapat membaca walaupun masih terbata-bata. (foto terlampir)
Pada bulan ketiga, sudah terdapat 20 peserta didik yang dapat
menulis dan mengenal 26 abjad dan juga merangkainya menjadi
beberapa kata. Ketiga orang ibu peserta didik sudah dapat menulis
dengan jelas dan juga dapat membaca beberapa suku kata.Pada bulan
keempat terdapat 23 peserta didik yang sudah dapat membaca
beberapa suku kata dengan baik dan jelas dan juga dapat berhitung.

b. Dampak yang diperoleh setelah Pelaksanaan Program


Tentu saja dengan melihat keadaan yang ada, Penulis merasa
sangat bahagia karena telah terjadi sebuah perubahan dalam
pembelajaran tersebut. Walaupun belum semua peserta didik dapat
membaca dengan sempurna, namun Penulis dapat mengabarkan
dengan gembira bahwa kegiatan kelas binaan yang diadakan oleh SD
Inpres 08 Oransbari dapat membawa hasil yang menggembirakan.
Maksud dan tujuan untuk memberantas buta aksara di kampung
Warmori dapat berjalan dengan baik.

c. Kendala yang Dihadapi


Pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti bagi Penulis dan
rekan dalam melaksanakan program ‘1000 Aksara untuk Warmori’ ini
karena Penullis dan rekan-rekan melaksakanannya dengan terarah dan
terencana. Namun amatlah sombong jika dikatakan tak ada kendala.
Bagi Penulis, hal yang merupakan onak kecil adalah terbatasnya waktu
yang dimiliki untuk berbagi ilmu kepada peserta didik, namun kami
menyadari bahwa kewajiban lain di SD Inpres 08 Oransbari juga
menanti sehingga ketika Penulis telah menyelesaikan kegiatan
pembelajaran di Warmori, maka dengan seketika itu pula Penulis dan
rekan-rekannya harus berpamitan untuk segera berbalik haluan ke
sekolah induk untuk mengajar peserta didik yang ada di sana. Semoga
kedepannya Penulis dan rekan-rekan dapat memiliki waktu lebih banyak
untuk mereka di Warmori sehingga peserta didik dapat merasa lebih
puas dalam belajar.

Kesimpulan dan Harapan


Kesimpulan yang dapat Penulis tarik dari uraian yang telah disampaikan,
yaitu perhatian seluruh pihak untuk memberantas buta aksara akan sangat
dibutuhkan dan dapat terlaksana jika dilakukan dengan kerjasama yang baik dan
juga penuh ketulusikhlasan untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Penulis menyadari bahwa apa yang dilakukan olehnya masih sangat
jauh dari kesempurnaan, namun harapan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
kita bersama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memberantas kebodohan
juga memberantas buta aksara akan dapat terlaksana dengan baik.
Semoga apa yang telah Penulis dan rekan-rekannya lakukan dapat
menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi orang lain terutama bagi
warga kampong Warmori. Aamiin…
Daftar Pustaka

Anonim. Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. Diakses dari


http://dikti.go.id/blog.
Kamus BesarBahasa Indonesia. 2012. Pengertian Aksara. Jakarta

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahnun 1945. Pasal 31.


Jakarta

Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003. Pengertian


Peserta Didik, Jakarta

Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003. Pengertian


Pendidikan, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai