Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

2.2 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan berdasarkan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan
kewajiban, keadilan, kesetaraan gender, non diskriminatif dan kesesuaian dengan norma-norma
agama, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian pada penduduk rentan, antara lain ibu,
bayi, anak dan usia lanjut, serta keluarga miskin.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki peran dalam
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), serta menyiapkan
generasi penerus masa depan yang berkualitas dengan memberikan pelayanan kebidanan yang
bermutu, berkesinambungan dan paripurna, bagi ibu dan anak diantaranya meliputi pelayanan
kesehatan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui
dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah,
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana yang berfokus
pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi persalinan
normal, dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan, serta melakukan
deteksi dini, pertolongan pertama pada kegawatdaruratan dan rujukan yang aman.
Pelayanan kebidanan yang bermutu merupakan kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan berupa asuhan kebidanan yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi (interprofesional health
provider collaboration), dan/atau rujukan dilaksanakan oleh tenaga bidan yang kompeten,
memegang teguh falsafah kebidanan, dilandasi oleh etika dan kode etik, standar profesi, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional serta didukung sarana dan prasarana yang
terstandar.
Untuk memenuhi ketentuan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan Pasal 66 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, serta guna memenuhi tuntutan pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan
diperlukan standar pelayanan kebidanan, sehingga pelayanan kebidanan di setiap jenjang
fasilitas pelayanan kesehatan memiliki keseragaman, bermutu, dan dapat
dipertanggungjawabkan.

2.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa standar pelayanan kebidanan khususnya pelayanan
kebidanan

1
Kususnya standar pelayanan kebidanan nomer 9 tentang Asuhan Persalinan Kala I
dengan menggunakan dimensi RATER
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami standar pelayanan kebidanan
2. Mahasiswa mampu memahami standar ke 9 “Asuhan Persalinan Kala I “
3. Mahasiswa mampu memahami teori analisi RATER

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Standar Pelayaan Kebidanan Dasar


2.1.1 Pengertian Standar
pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem
layanan kesehatan.Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua
orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien,
penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun manajemen
organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan
perannya masing-masing.
Di kalangan profesi layanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi tentang
standar layanan kesehatan. Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu diartikan
sebagai petunjuk pelaksanaan, protokol, dan Standar Prosedur Operasional (SPO).
Secara luas, pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome)
sistem layanan kesehatan.
Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan
mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang
terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia
layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi layanan
kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-
masing
2.1.2 Syarat Standar
1. Jelas

2. Masuk akal

3. Mudah dimengerti
4. Dapat dicapai

5. Absah

6. Meyakinkan

7. Mantap, spesifik serta eksplisit

2.1.3 Standar Persyaratan Minimal


Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar persyaratan
minimal terdiri dari :
1. Standar Masukan
a. jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana
b. Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana
c. Jumlah dana (modal)
Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut dengan nama standar
ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan jika standar masukan merujuk pada
sarana dikenal dengan nama standar sarana (standard of facilities). Untuk dapat

3
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, standar masukan
tersebut haruslah dapat ditetapkan
2. Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang
diperlukan untuk dapat meyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari
:
a. Garis-garis besar kebijakan (policy)
b. Pola organisasi (organization)
c. Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana
pelayanan kesehatan.
Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar organisasi dan manajemen
(standard organization and management). Sama halnya dengan masukan, untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, maka standar lingkungan
harus ditetapkan.
3. Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus dilakukan
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari :
a. Tindakan medis
b. Tindakan non medis
Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar of conduct). Karena baik
tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan
standar proses, maka haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses.
2.1.4 Standar Penampilan Minimal
Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan layanan kesehatan yang masih
dapat diterima. Standar ini, karena merujuk pada unsur keluaran, disebut dengan
nama standar keluaran, atau populer dengan sebutan standar penampilan (standar of
performance). Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan.
Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasi atau gagal.
Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan
kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.
Standar keluaran berupa :
a. Penampilan Aspek Medis
b. Penampilan Aspek Non Medis
Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-
batas yang wajar atau tidak, perlu ditetapkan standar keluaran.
2.1.5 Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24 Standar, meliputi :

A. Standar Pelayanan Umum (2 standar)


Standar 1 : Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
B. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Standar 5 : Palpasi dan Abdominal

4
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Standar 8 : Persiapan Persalinan
C. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui
Episiotomi

D. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)


Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
E. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal
(9 standar)
Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada
Trimester III
Standar 17 : Penanganan Kegawatan dan Eklampsia
Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama/Macet
Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum

2.1.6 Dimensi Mutu Layanan Kebidanan


Dikemukakan pada penelitian parasuraman dkk (1988), ada beberapa dimensi utama
pelayanan kesehatan dan kebidanan antara lain :
a. Reliability (kehandalan)
Pelayanan dengan segera, tepat (akurat), dan memuaskan. reliabilitas merefleksikan
kehandalan dari penyedia pelayanan
b. Assurance (jaminan)
Yaitu meliputi keramahan (sopan, santun) kepada pasien, keamanan, dan berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan.
c. Empathy (empati)
Derajat perhatian yang diberikan kepada setiap pasien dan merefleksikan kemampuan
pekerja untuk menyelami perasaan pelanggan.
d. Responsiveness (daya tanggap)
Pelayanan yang tepat pada waktunya dan persiapan instansi sebelum memberikan
pelayanan.
e. Tangible (bukti langsung)
Dapat berupa ketersediaan sarana dan prasarana termasuk alat yang siap pakai serta
penampilan staf yang menyenangkan (Bustami, 2011, hlm. 6)

2.2 Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I


Tujuan : Memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi
Pernyataan Standar :

5
a. Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai, memperhatikan kebutuhan ibu, melakukan pertolongan
proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, bersikap sopan, dan
penghargaan terhadap hak pribadi ibu, serta memperhatikan tradisi setempat.
b. Ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan.
c. Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bila
diperlukan.
d. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga
kesehatan terlatih.
e. Berkurangnya kematian kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama.
Prasyarat :
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampingi selama proses persalinan
dan kelahiran.
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mules/ketuban pecah.
3. Bidan telah terlatih dan terampil untuk :
a. Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
b. Penggunaan partograf.
4. Ada alat untuk pertolongan persalinan termasuk berapa sarung tangan DTT/steril.
5. Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA, partograf dan kartu ibu.
8. System rujukan untuk perawatan kegawat daruratan obstetrik yang efektif.
Proses :
1. Segara mendatangi Bumil ketika diberitahu persalinan sudah mulai.
2. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan dengan memberikan perhatian terhadap
tekanan darah, teratur tidaknya his dan DJJ bila ketuban telah pecah.
3. Catat semua temuan pemeriksaan dengan tepat, jika ditemukan kelainan, lakukan
rujukan ke PKM/RS.
4. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan (jika his
teratur dan tidak normal, maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam.
5. Dalam keadaan normal pemeriksaan dalam cukup setiap 4 jam dan harus selalu secara
septik.
6. Jika sampai pada fase aktif, catat temuan dalam partograf dan kartu ibu.
7. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa dan memilih posisi
yang dirasa nyaman.
8. Amati kontraksi dan DJJ sedikitnya 30 menit pada kala 1, pada akhir kala 1 atau jika
kontroksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15 menit.
9. Catat dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam.
10. Catat tekanan darah setiap 4 jam.
11. Minta bumil agar sering BAK sedikitnya 2 jam.
12. Pada persalinan normal, mintalah ibu banyak minum guna menghindari dehidrasi dan
gawat janin.
13. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi.
14. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya.
Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
15. Segera catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu.
16. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi untuk menghadapi
kelahiran bayi.
17. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
Catatan :
1. Tidak ada buku yang mendukung perlunya atau keuntungannya melakukan
pencukuran rambut pubis secara rutin.
2. Setiap persalinan harus menggunakan partograf, rujuk bila melewati garis waspada
pada partograf dilewati selama fase aktif persalinan/jika ada tanda gawat janin DJJ
kurang dari 100x/menit atau lebih 180x/menit, jika fase laten berlangsung dari 8 jam,
evaluasi untuk melihat perubahan serviks & benar dalam keadaan bersalin, jika
melihat dalam keadaan bersalin, tanpa kemajuan, rujuk secepatnya.

6
3. Jika ada tanda-tanda gawat janin, baringkan ibu ke sisi kiri untuk rujukan. Jangan
pernah meninggalkan ibu dalam proses persalinan berbaring terlentang.

BAB III
PEMBAHASAN

1. Daya tanggap (Responsiveness)


Setiap pegawai dalam memberikan bentuk-bentuk pelayanan, mengutamakan
aspek pelayanan yang sangat mempengaruhi perilaku orang yang mendapat pelayanan,
sehingga diperlukan kemampuan daya tanggap dari pegawai untuk melayani masyarakat
sesuai dengan tingkat penyerapan, pengertian, ketidaksesuaian atas berbagai hal bentuk
pelayanan yang tidak diketahuinya. Hal ini memerlukan adanya penjelasan yang bijaksana,
mendetail,membina, mengarahkan dan membujuk agar menyikapi segala bentuk-bentuk
prosedur dan mekanisme kerja yang berlaku dalam suatu organisasi, sehingga bentuk
pelayanan mendapat respon positif (Parasuraman, 2001:52).
Berdasarkan standar 9 didapatkan hasil bahwa, Bidan menilai secara tepat bahwa
persalinan sudah mulai, memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai,
memperhatikan kebutuhan ibu, melakukan pertolongan proses persalinan dan kelahiran
yang bersih dan aman, bersikap sopan, dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu, serta
memperhatikan tradisi setempat ; Bidan telah terlatih dan terampil untuk : Memberikan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman, Penggunaan partograf.

2. Jaminan (Assurance)

7
Setiap bentuk pelayanan memerlukan adanya kepastian atas pelayanan yang
diberikan. Bentuk kepastian dari suatu pelayanan sangat ditentukan oleh jaminan dari
pegawai yang memberikan pelayanan, sehingga orang yang menerima pelayanan merasa
puas dan yakin bahwa segala bentuk urusan pelayanan yang dilakukan atas tuntas dan
selesai sesuai dengan kecepatan, ketepatan, kemudahan, kelancaran dan kualitas layanan
yang diberikan (Parasuraman, 2001:69).
Berdasarkan standar 9 asuhan persalinan kala 1 bahwa bidan mampu melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman; Selama persalinan, bidan memberi dukungan
moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil,
suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi; Melaksanakan pemeriksaan dengan
memberikan perhatian terhadap tekanan darah, teratur tidaknya his dan DJJ bila ketuban
telah pecah; menjelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan
keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
3. Bukti Fisik (Tangible)
Pengertian bukti fisik dalam kualitas layanan adalah bentuk aktualisasi nyata
secara fisik dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai sesuai dengan penggunaan dan
pemanfaatannya yang dapat dirasakan membantu pelayanan yang diterima oleh orang yang
menginginkan pelayanan, sehingga puas atas pelayanan yang dirasakan, yang sekaligus
menunjukkan prestasi kerja atas pemberian pelayanan yang diberikan (Parasuraman,
2001:32).
Berdasarkan standar 9 bahwa didapatkan adanya perlengkapan untuk pertolongan
persalinan yang bersih dan aman; Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk
persalinan; System rujukan untuk perawatan kegawat daruratan obstetrik yang efektif.
4. Empati (Empathy)
Setiap kegiatan atau aktivitas pelayanan memerlukan adanya pemahaman dan
pengertian dalam kebersamaan asumsi atau kepentingan terhadap suatu hal yang berkaitan
dengan pelayanan. Pelayanan akan berjalan dengan lancar dan berkualitas apabila setiap
pihak yang berkepentingan dengan pelayanan memiliki adanya rasa empati (empathy)
dalam menyelesaikan atau mengurus atau memiliki komitmen yang sama terhadap
pelayanan (Parasuraman, 2001:40). Empati dalam suatu pelayanan adalah adanya suatu
perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian dan keterlibatan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan pelayanan untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas
pelayanan sesuai dengan tingkat pengertian dan pemahaman dari masing masing pihak
tersebut. Pihak yang memberi pelayanan harus memiliki empati memahami masalah dari
pihak yang ingin dilayani. Pihak yang dilayani seyogyanya memahami keterbatasan dan
kemampuan orang yang melayani, sehingga keterpaduan antara pihak yang melayani dan
mendapat pelayanan memiliki perasaan yang sama.
Berdasarkan analisis standar 9 yakni Berkurangnya kematian kesakitan ibu dan
bayi akibat partus lama.

5. Kehandalan (Reliability)
Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang handal, artinya dalam
memberikan pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam
pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme kerja yang tinggi,
sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan yang
memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas pelayanan yang diterima
oleh masyarakat (Parasuraman, 2001:48).
Reliability pada standar 9 bahwa bidan sudah memberikan pelayanan maksimal
sesuai standar kepada klien.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem layanan
kesehatan.Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional. Secara luas, pengertian standar layanan
kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut
masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem layanan kesehatan. Standar pelayanan minimal
terdiri dari Standar masukan serta Lingkungan proses, Standar penampilan minimal merujuk
pada penampilan layanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini, karena merujuk pada
unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran, atau populer dengan sebutan standar
penampilan (standar of performance). Standar keluaran yaitu hasil dari layanan.
Standar asuhan kebidanan dapat dilihat dari luang lingkup standar pelayanan kebidanan
yang meliputin24 standar yang dikelompokkan sebagai standar umum,standar pelayanan
antenatal,standar pertolongan persalinan,standar pelayanan nifas,dan standar penanganan
kegawadaruratan obstetri dan neonatus.
Pada standar ke-9 diharapkan bidan Memberikan pelayanan kebidanan yang memadai
dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi,serta
diharapkan bidan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

9
4.2 Saran

Bagi tenaga kesehatan khususnya profesi bidan disarankan untuk meningkatkan mutu
pelayanan pada bidang kehandalan (reliability), daya tanggap (responseiveness), jaminan
(assurance), empati (empathy), dan bukti langsung (tangible) terutama pada pelayanan nifas
postnatal care.
Bagi mahasiswa kebidanan diharapkan dapat tetap menjaga mutu pelayanan kebidanan secara
baik

10

Anda mungkin juga menyukai